Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MINI RISET

PERENCANAAN PROGRAM SUPERVISI KEPALA SEKOLAH


(Penelitian di SMK Al-Falah Nagreg Kabupaten Bandung)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester UAS


Mata Kuliah Pengawasan Pendidikan

Kelas MPI K-B

Dosen Pengampu
Prof. Dr. H. A. Supiana, M.Ag

Disusun Oleh:
Rifqi Abdul Adzim - 2170060057

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji hanya milik Allah yang telah


menciptakan matahari beredar pada porosnya. Shalawat dan dan salam
seyogyanya tercurah kepada Nabi Muhammad saw. pembawa risalah islam yang
mengantarkan kita dari kegelapan menuju masa yang terang benderang. Tulisan
ini merupakan upaya melesarikan budaya keilmuan yang terus berlanjut.
Melanjutkan estafet risalah yang telah disampaikan oleh Nabi saw.
Sebagai bagian dari proses peningkatan mutu pendidikan, kepala
sekolah/madrasah berperan penting di dalamnya. Kepala sekolah berperan sebagai
supervisor akademik maupun manajerial. Kepala sekolah/madrasah dalam hal ini
adalah seorang guru dengan status PNS yang diangkat oleh pemerintah dan telah
memiliki kualifikasi-kualifikasi tertentu.
Permasalahan selanjtnya adalah bagaimana seorang kepala sekolah dapat
melaksanakan tugasnya sebagai supervisor di sekolah. Tentunya perlu dilakukan
kajian tentang hal tersebut, yaitu bagaiman kepala sekolah dapat menyusun
program dan mengimplementasikannya dalam lingkungan kerja sekolahnya
masing-masing

Bandung, Mei 2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Maksud dan Tujuan ................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Pengawasan .............................................................. 5
B. Tujuan Supervisi Pendidikan ................................................. 12
C. Tujuan Supervisi Pendidikan ................................................. 13
D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor ....................................... 14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perencanaan Program Supervisi Kepala Sekolah .................. 18
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengawasan pendidikan atau dalam istilah lain disebut supervisi
pendidikan di antaranya adalah memberikan alternatif pemecaha masalah yang
terjadi di dalam sebuah proses pendidikan. Pengawasan pendidikan tentunya,
secara formal dilakukan oleh lembaga tertentu yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan. Orang-orang yang terlibat dalam proses pengawasan pendidikan
seharusnya merupakan sekelompok orang dengan dinyatakan berdasarkan standar
tertentu telah memenuhi kualifikasi dan kompetensinya.
Kepala sekolah/madrasah yang diangkat dan diberikan tugas oleh
pemerintah seharusnya telah dinyatakan memiliki kualifikasi dan kompetensi
bidangnya. Kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah/madrasah telah ditetapkan
sebelumnya oleh pemerintah di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia nomor 12 tahun 2007. Senada dengan hal itu, Menteri
Pendayagunaan Apartur Negara dan Reformasi Birokrasi menyusun peraturan
nomor 21 Tahun 2010 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah.
Di dalam ke dua landasan hukum tersebut memuat aturan-aturan yang
lengkap terkait dengan kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah/madrasah.
Namun, permasalahan yang terjadi dewasa ini adalah sering ditemukan pada
daerah-daerah tertentu kepala sekolah/madrasah dengan kualifikasi dan
kompetensi yang tidak sesuai dengan aturan-aturan tersebut. Hal ini yang
kemudian menimbulkan efek terhadap mutu pendidikan itu sendiri.
Dengan demikian perlu kiranya dilakukan kajian tentang bagaimana
kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya sebagai supervisor pendidikan, baik
itu secara akademik maupun manajerial. Penelitian ini akan memotret kepala
sekolah di sebuah SMK di Kabupaten Bandung berkaitan dengan kompetensi
kepala sekolah pada ranah pengawasan/supervisi pendidikan.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu program supervisi kepala sekolah?
2. Bagaimana langkah-langkah menyusun program suervisi kepala sekolah?
3. Bagaimana strategi impelementasi rencana program supervisi kepala sekolah?

C. Maksud dan Tujuan


Diskusi berkenaan implementasi program supervisi kepala sekolah
dimaksudkan untuk memotret lembaga pendidikan dan kepala sekolah dalam hal
pelaksanaan tugasnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan
melalui supervisi yang baik dengan landasan-landasn yang kuat serta
implementasi yang terstruktur.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Hakekat Pengawasan
Ketika perencanaan pendidikan dikerjakan dan struktur organisasi
persekolahannyapun disusun guna memfasilitasi perwujudan tujuan pendidikan,
serta para anggota organisasi, pegawai atau karyawan dipimpin dan dimotivasi
untuk mensukseskan pencapaian tujuan, tidak dijamin selamanya bahwa semua
kegiatan akan berlangsung sebagaimana yang direncanakan. Pengawasan sekolah
itu penting karena merupakan mata rantai terakhir dan kunci dari proses
manajemen. Kunci penting dari proses manajemen sekolah yaitu nilai fungsi
pengawasan sekolah terletak terutama pada hubungannya terhadap perencanaan
dan kegiatan-kegiatan yang didelegasikan (Robbins 1997). Holmes (t. th.)
menyatakan bahwa ‘School Inspection is an extremely useful guide for all
teachers facing an Ofsted inspection. It answers many important questions about
preparation for inspection, the logistics of inspection itself and what is expected
of schools and teachers after the event’.
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk
meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang
direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu
pencapaian tujuan (Robbins 1997). Pengawasan juga merupakan fungsi
manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-unit
dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang
dikehendaki (Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja 2001).
Oleh karena itu mudah dipahami bahwa pengawasan pendidikan adalah
fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan, seperti halnya fungsi
manajemen lainnya (Mantja 2001). Berdasarkan konsep tersebut, maka proses
perencanaan yang mendahului kegiatan pengawasan harus dikerjakan terlebih
dahulu. Perencanaan yang dimaksudkan mencakup perencanaan:

5
pengorganisasian, wadah, struktur, fungsi dan mekanisme, sehingga perencanaan
dan pengawasan memiliki standard dan tujuan yang jelas.
Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian
tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah.
Sahertian (2000:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan
tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan,
terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam
usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin
(1990:284) memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat
substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada
segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru
yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran.
Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau
pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan
acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang
diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu
penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan
yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar
mengajar.
Pengawas satuan pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional yang
berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan
terhadap sejumlah sekolah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan dalam upaya
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan
pendidikan (Pandong, A. 2003). Dalam satu kabupaten/kota, pengawas sekolah
dikoordinasikan dan dipimpin oleh seorang koordinator pengawas (Korwas)
sekolah/ satuan pendidikan (Muid, 2003).
Aktivitas pengawas sekolah selanjutnya adalah menilai dan membina
penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah satuan pendidikan/sekolah tertentu
baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya. Penilaian itu
dilakukan untuk penentuan derajat kualitas berdasarkan kriteria (tolak ukur) yang
ditetapkan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sedangkan kegiatan

6
pembinaan dilakukan dalam bentuk memberikan arahan, saran dan bimbingan
(Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
020/U/1998 tanggal 6 Februari 1998).
Dengan menyadari pentingnya upaya peningkatan mutu dan efektifitas
sekolah dapat (dan memang tepat) dilakukan melalui pengawasan. Atas dasar itu
maka kegiatan pengawasan harus difokuskan pada perilaku dan perkembangan
siswa sebagai bagian penting dari: kurikulum/mata pelajaran, organisasi sekolah,
kualitas belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan, kebutuhan khusus,
administrasi dan manajemen, bimbingan dan konseling, peran dan tanggung
jawab orang tua dan masyarakat (Law dan Glover 2000). Lebih lanjut Ofsted
(2005) menyatakan bahwa fokus pengawasan sekolah meliputi: (1) standard dan
prestasi yang diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar
mengajar, kualitas program kegiatan sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan
minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan dan manajemen
sekolah.
Dari uraian di atas dapat dimaknai bahwa kepengawasan merupakan
kegiatan atau tindakan pengawasan dari seseorang yang diberi tugas, tanggung
jawab dan wewenang melakukan pembinaan dan penilaian terhadap orang dan
atau lembaga yang dibinanya. Seseorang yang diberi tugas tersebut disebut
pengawas atau supervisor. Dalam bidang kependidikan dinamakan pengawas
sekolah atau pengawas satuan pendidikan. Pengawasan perlu dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkesinambungan pada
sekolah yang diawasinya.
Indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat pada setiap
komponen pendidikan antara lain: mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah,
staf sekolah (Tenaga Administrasi, Laboran dan Teknisi, Tenaga Perpustakaan),
proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, implementasi
kurikulum, sistem penilaian dan komponen-lainnya. Ini berarti melalui
pengawasan harus terlihat dampaknya terhadap kinerja sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikannya. Itulah sebabnya kehadiran pengawas sekolah
harus menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu pendidikan, agar bersama

7
guru, kepala sekolah dan staf sekolah lainnya berkolaborasi membina dan
mengembangkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan seoptimal
mungkin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kiprah supervisor menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah yang dimaksud dapat dijelaskan tersebut tampak bahwa
hakikat pengawasan memiliki empat dimensi: (1) Support, (2) Trust, (3)
Challenge, dan (4) Networking and Collaboration. Keempat dimensi hakikat
pengawasan itu masing-masing dijelaskan berikut ini.
1. Dimensi pertama dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Support. Dimensi ini
menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor
itu harus mampu mendukung (support kepada) pihak sekolah untuk
mengevaluasi diri kondisi existing-nya. Oleh karena itu, supervisor bersama
pihak sekolah dapat melakukan analisis kekuatan, kelemahan dan potensi
serta peluang sekolahnya untuk mendukung peningkatan dan pengembangan
mutu pendidikan pada sekolah di masa yang akan datang.
2. Dimensi kedua dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Trust. Dimensi ini
menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor
itu harus mampu membina kepercayaan (trust) stakeholder pendidikan
dengan penggambaran profil dinamika sekolah masa depan yang lebih baik
dan lebih menjanjikan.
3. Dimensi ketiga dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Challenge. Dimensi
ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh
supervisor itu harus mampu memberikan tantangan (challenge)
pengembangan sekolah kepada stakeholder pendidikan di sekolah. Tantangan
ini harus dibuat serealistik mungkin agar dapat dan mampu dicapai oleh pihak
sekolah, berdasarkan pada situasi dan kondisi sekolah pada sat ini. Dengan
demikian stakeholder tertantang untuk bekerjasama secara kolaboratif dalam
rangka pengembangan mutu sekolah.
4. Dimensi keempat dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Networking and
Collaboration. Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan
yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mengembangkan jejaring

8
dan berkolaborasi antar stakeholder pendidik-an dalam rangka meningkatkan
produktivitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan di sekolah.
Fokus dari keempat dimensi hakikat pengawasan itu dirumuskan dalam
tiga aktivitas utama pengawasan yaitu: negosiasi, kolaborasi dan networking.
Negosiasi dilakukan oleh supervisor terhadap stakeholder pendidikan dengan
fokus pada substansi apa yang dapat dan perlu dikembangkan atau ditingkatkan
serta bagaimana cara meningkatkannya. Kolaborasi merupakan inti kegiatan
supervisi yang harus selalu diadakan kegiatan bersama dengan pihak stakeholder
pendidikan di sekolah binaannya. Hal ini penting karena muara untuk terjadinya
peningkatan mutu pendidikan ada pada pihak sekolah. Networking merupakan inti
hakikat kegiatan supervisi yang prospektif untuk dikembangkan terutama pada era
globalisasi dan cybernet teknologi seperti sekarang ini. Jejaring kerjasama dapat
dilakukan baik secara horisontal maupun vertikal. Jejaring kerjasama secara
horisontal dilakukan dengan sesama sekolah sejenis untuk saling bertukar
informasi dan sharing pengalaman pengembangan mutu sekolah, misalnya
melalui MKP, MKKS, MGBS, MGMP. Jejaring kerjasama secara vertikal
dilakukan baik dengan sekolah pada aras dibawahnya sebagai pemasok siswa
barunya, maupun dengan sekolah pada jenjang pendidikan di atasnya sebagai
lembaga yang akan menerima para siswa lulusannya.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini pengawas sekolah atau
pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional yang diberi
tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang
berwewenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan di
sekolah baik pengawasan dalam bidang akademik (teknis pendidikan) maupun
bidang manajerial (pengelolaan sekolah). Jabatan pengawas adalah jabatan
fungsional bukan jabatan struktural sehingga untuk menyandang predikat sebagai
pengawas harus sudah berstatus tenaga pendidik/guru dan atau kepala
sekolah/wakil kepala sekolah, setidak-tidaknya pernah menjadi guru.
Berdasarkan rumusan di atas maka kepengawasan adalah aktivitas
profesional pengawas dalam rangka membantu sekolah binaannya melalui
penilaian dan pembinaan yang terencana dan berkesinambungan. Pembinaan

9
diawali dengan mengidentifikasi dan mengenali kelemahan sekolah binaannya,
menganalisis kekuatan/potensi dan prospek pengembangan sekolah sebagai bahan
untuk menyusun program pengembangan mutu dan kinerja sekolah binaannya.
Untuk itu maka pengawas harus mendampingi pelaksanaan dan pengembangan
program-program inovasi sekolah. Ada tiga langkah yang harus ditempuh
pengawas dalam menyusun program kerja pengawas agar dapat membantu
sekolah mengembangkan program inovasi sekolah. Ketiga langkah tersebut
adalah :
1. Menetapkan standar/kriteria pengukuran performansi sekolah (berdasarkan
evaluasi diri dari sekolah).
2. Membandingkan hasil tampilan performansi itu dengan ukuran dan
kriteria/benchmark yang telah direncanakan, guna menyusun program
pengembangan sekolah.
3. Melakukan tindakan pengawasan yang berupa pembinaan/pendampingan
untuk memperbaiki implementasi program pengembangan sekolah.
4. Dalam melaksanakan kepengawasan, ada sejumlah prinsip yang dapat
dilaksanakan pengawas agar kegiatan kepengawasan berjalan efektif.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Trust, artinya kegiatan pengawasan dilaksanakan dalam pola hubungan
kepercayaan antara pihak sekolah dengan pihak pengawas sekolah sehingga
hasil pengawasannya dapat dipercaya
2. Realistic, artinya kegiatan pengawasan dan pembinaannya dilaksanakan
berdasarkan data eksisting sekolah,
3. Utility, artinya proses dan hasil pengawasan harus bermuara pada manfaat
bagi sekolah untuk mengembangkan mutu dan kinerja sekolah binaannya,
4. Supporting, Networking dan Collaborating, artinya seluruh aktivitas
pengawasan pada hakikatnya merupakan dukungan terhadap upaya sekolah
menggalang jejaring kerja sama secara kolaboratif dengan seluruh
stakeholder,
5. Testable, artinya hasil pengawasan harus mampu menggambarkan kondisi
kebenaran objektif dan siap diuji ulang atau dikonfirmasi pihak manapun.

10
Prinsip-prinsip di atas digunakan pengawas dalam rangka melaksanakan
tugas pokoknya sebagai seorang pengawas/ supervisor pendidikan pada sekolah
yang dibinanya. Dengan demikian kehadiran pengawas di sekolah bukan untuk
mencari kesalahan sebagai dasar untuk memberi hukuman akan tetapi harus
menjadi mitra sekolah dalam membina dan mengembangkan mutu pendidikan di
sekolah sehingga secara bertahap kinerja sekolah semakin meningkat menuju
tercapainya sekolah yang efektif.
Prinsip-prinsip kepengawasan itu harus dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan kode etik pengawas satuan pendidikan. Kode etik yang dimaksud
minimal berisi sembilan hal berikut ini.
1. Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas satuan pendidikan senantiasa
berlandaskan Iman dan Taqwa serta mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam mengemban
tugas sebagai pengawas.
3. Pengawas satuan pendidikan memiliki pengabdian yang tinggi dalam
menekuni tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas.
4. Pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab
dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengawas.
5. Pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nama baik profesi pengawas.
6. Pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos kerja dalam
melaksanakan tugas profresional pengawas.
7. Pengawas satuan pendidikan mampu menampilkan keberadaan dirinya
sebagai supervisor profesional dan tokoh yang diteladani.
8. Pengawas satuan pendidikan sigap dan terampil dalam menanggapi dan
membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi stakeholder sekolah
binaannya
9. Pengawas satuan pendidikan memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi,
baik terhadap stakeholder sekolah binaannya maupun terhadap koleganya.

11
B. Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi pendidikan adalah memberikan layanan dan bantuan
untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan (Piet A.Sahertian,
2000: 19). Pendapat hampir senada Yusak Burhanuddin (2005: 100) yang
mengemukakan tentang tujuan supervisi ialah mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.
Secara rinci tujuan supervisi pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan
efektivitas dan efisiensi belajar mengajar 2) Mengendalikan penyelenggaraan
bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang
telah ditetapkan 3) Menjamin agar kegiatan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya
4) Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan,
dan kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah
sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar menjadi lebih baik. Tujuan
tersebut dicapai dengan melakukan pengamatan kepada guru kemudian dilakukan
pembinaan kepada guru melalui pemberian layanan dan bantuan dalam
meningkatkan kompetensi profesionalnya sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan menjadi lebih baik dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
belajar siswa. Fungsi supervisi pada intinya adalah untuk menilai dan
memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik.
Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 13) berpendapat fungsi supervisi pendidikan
yaitu: (1) meningkatkan mutu pembelajaran yang tertuju pada aspek akademik
yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan
kepada siswa; (2) memicu atau sebagai alat penggerak terjadinya perubahan yang
tertuju pada unsur-unsur yang terkait dengan atau bahkan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran; dan (3) membina dan memimpin
guru beserta tenaga tata usaha agar terjadi peningkatan kemampuan pada guru
yang pada akhirnya akan berdampak kepada siswa. Pendapat Suharsimi Arikunto
tersebut menjelaskan bahwa supervise berfungsi untuk meningkatkan mutu
pembelajaran yang tertuju pada aspek akademik, kemudian sebagai alat penggerak

12
faktor-faktor kualitas pendidikan, dan sebagai pembinaan kepada guru dalam
rangka peningkatan kemampuan guru.
C. Teknik Supervisi Pendidikan
Supervisor menggunakan teknik supervisi yang disesuaikan dengan situasi,
kondisi, dan karakteristik dari masing-masing guru. Teknik supervise dapat
dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk menyesuaikan tugas supervisi
dalam mencapai tujuan supervisi.Menurut Piet Sahertian dan Frans Mataheru
yang dikutip Hartati Sukirman (2009: 102) mengemukakan bahwa teknik
supervisi pendidikan adalah sebagai berikut: (1) teknik yang bersifat individu,
mencakup: kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling
mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri; dan (2) teknik yang bersifat
kelompok, meliputi: pertemuan orientasi guru baru, rapat guru, studi kelompok
antar guru, diskusi kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi
panel, seminar, symposium, demonstration teaching, perpustakaan jabatan,
bulletin supervisi, membaca langsung, mengikuti kursus, organisasi jabatan,
perjalanan sekolah, dan curriculumlaboratory.
Pendapat mengenai teknik supervisi pendidikan menurut Dini Setiawati
(2014: 31-32) meliputi teknik perseorangan dan teknik kelompok. Teknik
supervisi perseorangan meliputi kunjungan kelas, observasi kelas, wawancara
perseorangan, wawancara kelompok. Teknik kelompok meliputi mengadakan
penataran-penataran, mengadakan diskusi kelompok, dan mengadakan pertemuan
atau rapat. Teknik supervisi pendidikan menurut Made Pidarta (1999: 227) antara
lain adalah: (1) teknik yang berhubungan dengan kelas yaitu observasi kelas dan
kunjungan kelas; (2) teknik diskusi yaitu pertemuan formal, pertemuan informal
kelas dan rapat guru; (3) supervisi yang direncanakan bersama; (4) teknik
supervisi sebaya; (5) teknik yang memakai pendapat siswa dan alat elektronika,
teknik yang mengunjungi sekolah lain; dan (6) teknik melalui pertemuan
pendidikan.

13
D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
1. Konsep Kepala Sekolah
Suryosubroto (2004: 183) mengemukakan bahwa “kepala sekolah sebagai seorang
yang bertugas membina lembaganya agar berhasil mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan, harus mampu mengarahkan dan mengkoordinasikan segala
kegiatan”. Pengertian lain mengenai kepala sekolah menurut Wahjosumidjo
(2003: 83) adalah seorang tenaga professional yang diberi tugas memimpin
sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana
terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran. Dua pendapat di atas menjelaskan bahwa kepala sekolah adalah tenaga
profesional dalam hal ini adalah guru yang diberi tugas memimpin dan membina
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan dengan mengarahkan dan melakukan
koordinasi kepada warga sekolah seperti guru dan peserta didik.
2. Kompetensi Kepala Sekolah
Kepala sekolah mempunyai tugas dan peran sebagai seorang pemimpin di
sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah memerlukan kemampuan dan standar
kompetensi untuk menjalankan peran dan tugas sebagai pemimpin. Standar
kompetensi kepala sekolah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah, bahwa kepala sekolah harus memiliki kompetensi atau
kemampuan yang meliputi dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Penjelasan kompetensi kepala sekolah
tersebut adalah sebagai berikut:
3. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kepala sekolah mempunyai peran sebagai pemimpin sekolah, salah
satunya adalah berperan sebagai supervisor pendidikan. Menurut Monangdamanik
(2010: 3), tugas kepala sekolah sebagai supervisor meliputi menyusun program
supervisi, melaksanakan program supervisi, dan memanfaatkan hasil survei. Tim
Pengembang Bahan Pembelajaran Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan
Kepala Sekolah (2011: 5) bahwa untuk meningkatkan kompetensi supervisi
akademik, kepala sekolah perlu melakukan perencanaan program supervisi

14
akademik, pelaksanaan program supervisi akademik, dan menindaklanjuti
supervisi akademik. Menurut E. Mulyasa (2005: 47), kepala sekolah melakukan
supervise untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan
pembelajaran.
Supervisi dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan
penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran. Supervisi dilakukan untuk selanjutnya dapat diupayakan solusi,
pembinaan, dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki
kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam
melaksanakan pembelajaran. Beberapa pendapat di atas menjelaskan bahwa
kepala sekolah sebagai supervisor melaksanakan supervisi akademik dengan
merencanakan program supervisi akademik, melaksanakan program supervisi
akademik, dan menindaklanjuti supervisi akademik. Supervisi dilaksanakan untuk
mengetahui pembelajaran oleh guru untuk kemudian dilakukan pembinaan dan
tindak lanjut terkait kekurangan maupun keunggulan guru dalam pembelajaran.
4. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah
Kompetensi supervisi dalam penjelasan sebelumnya meliputi perencanaan
program supervisi akademik, pelaksanaan program supervisi akademik, dan
tindak lanjut supervisi akademik. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Program Supervisi Akademik.
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono (2011: 96) menjelasakan bahwa
perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen
perencanaan pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Selain itu, supervisor harus menyiapkan beberapa hal terkait
pelaksanaan supervisi. Hal tersebut antara lain kesesuaian instrumen, kejelasan
tujuan dan sasaran, obyek, metode, teknik, dan pendekatan yang direncanakan.
Menurut Tim Pengembang Bahan Pembelajaran Lembaga Pengembangan dan
Pemberdayaan Kepala Sekolah (2011: 4), kepala sekolah harus menguasai konsep
supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan prinsip-prinsip, serta

15
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian proses pembelajaran.
Menurut Tri Martiningsih (2008: 26), perencanaan program supervise
akademik berarti memperkirakan kegiatan yang akan dilakukan dalam
pelaksanaan supervisi akademik. Kegiatan tersebut meliputi: (1) merumuskan
tujuan; (2) mengidentifikasi dan menetapkan pendekatan supervisi; (3)
menetapkan mekanisme dan rancangan operasional supervisi akademik sesuai
dengan tujuan, pendekatan, dan strategi; (4) mengidentifikasi dan menetapkan
sumber daya (manusia, informasi, peralatan, dan dana) yang dibutuhkan; (5)
menyusun jadwal; 6) Menyusun prosedur dan mekanisme monitoring dan
evaluasi; (7) memilih dan menetapkan langkah-langkah yang menjamin
keberlanjutan kegiatan supervisi akademik. Berkaitan dengan kompetensi
professional guru, kepala sekolah menyusun program supervisi akademik
terhadap proses pembelajaran. Menurut pendapat Ngalim Purwanto (2005: 121-
122), supervisi akademik yaitu bantuan dalam pengelolaan pembelajaran di kelas
dan membantu guru dalam menilai proses pembelajaran yaitu bagaimana
menggunakan teknik-teknik evaluasi dan pelaksanaan evaluasi itu sendiri.
Beberapa peran tersebut perlu kiranya dilaksanakan mengingat kepala sekolah
juga merupakan calon pengawas sekolah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam memberikan bantuan yaitu
meliputi bantuan dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses
pembelajaran. Beberapa uraian di atas menjelaskan bahwa dalam perencanaan
program supervisi akademik, kepala sekolah menyusun program supervisi
akademik yang ditujukan untuk proses pembelajaran yang dilakukan guru. Kepala
sekolah menyertakan tujuan, sasaran, obyek, metode, teknik, jadwal, langkah-
langkah atau prosedur pelaksanaan supervisiakademik dan pendekatan yang akan
digunakan dalam pelaksanaan supervisi akademik.
b. Pelaksanaan Program Supervisi Akademik
Langkah-langkah yang sistematis pada saat pelaksanaan program supervisi
akademik menurut Tri Martiningsih (2008: 27) adalah: (1) menerapkan prinsip
supervisi; (2) melaksanakan supervisi yang berkelanjutan (jangka panjang,

16
menengah, dan pendek); (3) melaksanakan supervisi akademik yang didasarkan
pada kebutuhan dan masalah yang dihadapi guru; (4) menempatkan pertumbuhan
kompetensi guru dan peningkatan kualitas pembelajaran sebagai tujuan utama
supervisi akademik; (5) membangun hubungan dengan guru dan semua pihak
yang berhubungan dengan supervisi; (6) melaksanakan supervisi yang demokratis,
aktif, dan bertanggung jawab.
c. Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik
Menurut Tim Pengembang Bahan Pembelajaran Lembaga Pengembangan
dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (2011: 8), hasil supervisi pendidikan perlu
ditindak lanjuti agar memberikan dampak yang nyata untuk meningkatkan
profesionalisme guru. Selain itu tindak lanjut yang dilakukan berupa penguatan
dan penghargaan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat
mendidik kepada guru yang belum mencapai standar, dan kesempatan untuk
mengikuti pelatihan lebih lanjut.
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono (2011: 120) menjelasakan bahwa tindak
lanjut hasil analisis supervisi akademik merupakan pemanfaatan hasil supervisi.
Cara-cara melaksanaan tindak lanjut hasil supervisi adalah:
1) Me-review rangkuman hasil penilaian
2) Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar pembelajaran
belum tercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap
pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan.
3) Apabila ternyata memang tujuan belum tercapai, maka mulailah merancang
kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya.
4) Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya.
5) Mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa berikutnya.
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan
dalam bentuk: (1) penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan
kinerja yang memenuhi atau melampaui standar; dan (2) pemberian kesempatan
kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan
berkelanjutan.

17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perencanaan Program Supervisi Kepala Sekolah


1. Merumuskan tujuan
Langkah ini diawali dengan membentuk tim supervisi yang terdiri dari
wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan kepala program keahlian. Tim
supervisi kemudian merumuskan tujuan supervisi. Di antara tujuan tersebut
adalah; (1) Membantu guru dalam mengembangkan proses pembelajaran supaya
tujuan pembelajaran tercapai; (2) Meningkatkan manajemen dan administrasi guru
kelas maupun guru mata pelajaran; dan (3) Mengevaluasi kinerja guru dalam
rangka pembinaan guru.
2. Mengidentifikasi dan menetapkan pendekatan supervisi;
Pada bagian ini peneliti tidak menemukan data yang mendukung dari
proses identifikasi dan penentuan pendekatan spervisi. Adapun ruang lingkup dari
supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan Silabus/Perumusan Indikator
b. Pengembangan RPP/Materi Pembelajaran
c. Peningkatan Penguasaan Metode Pembelajaran
d. Peningkatan Penguasaan Model Model Pembelajaran
e. Peningkatan Penguasaan Sistem Penilaian Hasil Belajar
f. Pelaksanaan Pembelajaran
g. BK/Pengembangan Diri
3. Menetapkan mekanisme dan rancangan operasional supervisi akademik
sesuai dengan tujuan, pendekatan, dan strategi;
Dari dokumen program supervisi kepala sekolah SMK Al-Falah,
mekanisme supervisi diperoleh sebagai berikut.
a. Persiapan yang diperhatikan:
1) Guru diberi tahu kepala sekolah bahwa kepala sekolah akan mengadakan
observasi.

18
2) Kesepakatan kepala sekolah dan guru tolak ukur tentang apa yang
diobservasi.
b. Sikap observer di dalam kelas
1) Memberi salam kepada guru yang mengajar.
2) Mencari tempat duduk yang tidak mencolok.
3) Tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas.
4) Mencatat setiap kegiatan.
5) Bila ada memakai alat elektronika: tape recorder, kamera.
6) Mempersiapakan isian berupa check list.
c. Membicarakan hasil observasi
Hasil yang dicatat dibicarakan dengan guru, ada beberapa hal yang perlu
dikemukakan:
1) Kepala sekolah mempersiapkan (bisa bertanya pada nara sumber atau
perpustakaan).
2) Waktu percakapan.
3) Tempat percakapan.
4) Sikap ramah simpatik tidak memborong percakapan.
5) Percakapan hendaknya tidak keluar dari data observasi.
6) Guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat.
7) Kelemahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam memperbaiki
kelemahan.
8) Saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis.
9) Kesepakatan perbaikan disepakati bersama dengan menyenangkan.
d. Laporan percakapan
1) Hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru yang telah
diobservasi.
2) Isi dokumen dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh, catatan
diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran.
4. Mengidentifikasi dan menetapkan sumber daya (manusia, informasi,
peralatan, dan dana) yang dibutuhkan;
Peneliti tidak menemukan dokumen terkait poin tersebut.

19
5. Menyusun jadwal;
Berikut ini adalah jadwal supervisi akademik yang dilaksanakan kepala
sekolah pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018 di SMK Al-Falah Nagreg.

No Nama Guru Mata Pelajaran Jadwal

1 Asep Suhendar, S.Pd.I Mulok Basa Sunda 8 Agustus 2018

2 Yusni Nuralami, S.Pd PPKn, Bahasa Indonesia 8 Agustus 2018

3 HJ. Kulsum Saidatu Siyaroh, S.Pd.I Mulok Aswaja 15 Agustus 2018

4 Siti Solihah, S.Pd Matematiika 15 Agustus 2018

5 Rifqi Abduladzim, S.Pd.I Peminatan Kejuruan DKV 22 Agustus 2018

6 Dewi Supartini, S.T Peminatan Kejuruan RPL 22 Agustus 2018

7 Agus Malik Ibrahim, S.Ds Peminatan Kejuruan DKV 29 Agustus 2018

8 Syahruna Mubarokah, S.T Peminatan Kejuruan RPL 5 September 2018

9 Krisna Aditya, S.T Peminatan Kejuruan RPL 5 September 2018

10 Ahmad Akbar, S.S, M.Pd Bahasa Inggris 12 September 2018

11 Mega Hasti Anggraeni, S.Pd Fisika 12 September 2018

12 Dadang Muhammad Ramdan, S.Pd Bahasa Indonesia 19 September 2018

13 Nia Rosliani, S.Sos PPKn 19 September 2018

14 Wildan Hilmi, S.Pd.I Seni Budaya 26 September 2018

15 Ahmad Fauzi Nurarifin, M.Pd Peminatan Kejuruan RPL 10 Oktober 2018

16 Wandi Andriana, S.Pd.I PAI, Mulok Aswaja 17 Oktober 2018

17 Nia Kurniawati, S.Pd IPA, Mulok PLH 24 Oktober 2018

18 Lina Hasanah Peminatan Kejuruan RPL 31 Oktober 2018

19 Desti Indriani, S.Pd Bahasa Inggris 7 November 2018

20 Nur Aisah Munawaroh, S.Pd Kimia 14 November 2018

21 Masrul Huda Anshori, S.Pd.I Sejarah Indonesia 21 November 2018

22 Muhammad Taufik , S.Pd Penjasorkes 28 November 2018

20
6. Menyusun prosedur dan mekanisme monitoring dan evaluasi;
Berikut ini meruppakan prosedur dan mekanisme supervisi berupa lembar
observasi monitoring dan evaluasi.
Petunjuk Umum
Berilah tanda (V) atau nilai pada kolom yang sesuai dengan penilaian anda dan
catatlah hal-hal yang penting yang berhubungan dengan aspek yang diamati pada
kolom keterangan.
1. Tidak ada (0-25)
2. Kurang baik (26-50)
3. Cukup (51-75)
4. Baik (76-100)
5. Sangat baik (101-125)
Lembar Observasi

No Aspek yang diamati 1 2 3 4 5 Keterangan

A. Perencanaan Proses pembelajaran.


Apakah guru: Menyusun Silabus?
Identitas mata pelajaran atau tema
1.
pelajaran
2. Standar kompetensi

3. Kompetensi dasar

4. Materi pembelajaran

5. Kegiatan pembelajaran
6.
Indikator pencapaian kompetensi

7. Penilaian

8. Alokasi waktu

9. Sumber belajar

B. Menyusun RPP?

10. Identitas mata pelajaran

21
11. Standar kompetensi

12. Kompetensi Disarm

13. Indikator pencapaian kompetensi

14. Tujuan Pembelajaran

15. Materi Ajar

16. Alokasi Waktu

17. Metode Pembelajaran


Kegiatan Pembelajaran
a) Pendahuluan
18.
b) Inti
c) Penutup
19. Penilaian Hasil Belajar

20. Sumber Belajar

C. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Persyaratan pelaksanaan proses


21.
pembelajaran
22. Pelaksanaan Pembelajaran

23. D. Penilaian Hasil Belajar

24. E. Pengawasan Proses Pembelajaran

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum kegiatan supervisi yang diprogramkan di SMK Al-Falah
sudah berjalan dengan baik, yaitu memenuhi aspek-aspek sebagai berikut (1)
merumuskan tujuan; (2) mengidentifikasi dan menetapkan pendekatan supervisi;
(3) menetapkan mekanisme dan rancangan operasional supervisi akademik sesuai
dengan tujuan, pendekatan, dan strategi; (4) mengidentifikasi dan menetapkan
sumber daya (manusia, informasi, peralatan, dan dana) yang dibutuhkan; (5)
menyusun jadwal; 6) Menyusun prosedur dan mekanisme monitoring dan
evaluasi; (7) memilih dan menetapkan langkah-langkah yang menjamin
keberlanjutan kegiatan supervisi akademik.
Akan tetapi kekurangan terdapat pada poin nomor 4 yaitu mengidentifikasi
dan menetapkan sumber daya (manusia, informasi, peralatan, dan dana) yang
dibutuhkan serta poin nomor 7 memilih dan menetapkan langkah-langkah yang
menjamin keberlanjutan kegiatan supervisi akademik. Peneliti tidak menemukan
dokumen terkait pada buku program superisi di SMK Al-Falah.

B. Saran
Pelaksanaan program supervisi harus dilaksanakan sesuai dengan program
yang telah disusun. Sebagai bahan perbaikan, program supervisi harus dilengkapi
kembali dengan dokumen yang menunjukan mengidentifikasi dan menetapkan
sumber daya (manusia, informasi, peralatan, dan dana) yang dibutuhkan serta
memilih dan menetapkan langkah-langkah yang menjamin keberlanjutan kegiatan
supervisi akademik.

23
DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2007. “Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007. Standar Pengawas


Sekolah/Madrasah.” . Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2008. Penilaian
Kinerja Guru. Jakarta: Depdiknas.
E. Mulyasa. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya
Peraturan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara. Nomor 21 Tahun 2010. Tentang
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.
Iskandar, Dedi. & Udik Budi Wibowo. 2016. “Peran Pengawas Pendidikan dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan SMP di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara
Barat”. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan. Vol. 9. Nomor 2.
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava
Media.
Made Pidarta. (1999). Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Marselus R. Payong. (2011). Sertifikasi Profesi Guru. Jakarta: Indeks
Ngalim Purwanto. (2005). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

24

Anda mungkin juga menyukai