PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Abstrak
Hasil dari sebuah proses pendidikan merupakan salah satu bentuk penjaminan
mutu. Sebuah lembaga pendidikan dikatakan bermutu, salah satu indikatornya
adalah memiliki lulusan yang berkualitas. Yakni memiliki prestasi, mempunyai
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, keterserapan
di dunia kerja juga menjadi tolak ukur mutu pendidikan. Sementara, di antara
para ahli manajemen mutu memandang manajemen mutu ke dalam beberapa
pilar; produk, proses, organisasi, kepemimpinan, dan komitmen. Bagaimanakah
islam memandang manajemen mutu. Mungkinkah nilai-nilai islam yang
terkandung di dalam Al-Qur‟an menyentuh ranah manajemen mutu. Melalui
metode tafsir maudhu‟i, tulisan ini akan mencari irisan-irisan antara teori
manajemen mutu secara umum dengan nilai-nilai keislaman yang relevan.
Keyword
Manajemen, mutu, ilmu, layanan, kualitas.
Pendahuluan
Pendidikan sebagai sebuah proses memiliki berbagai macam elemen yang
saling berkaitan satu sama lain. Selanjutnya secara total bahwa pendidikan
merupakan suatu sistem yang memiliki kegiatan cukup kompleks, meliputi
berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Jika menginginkan pendidikan
terlaksana secara teratur, berbagai elemen (komponen) yang terlibat dalam
kegiatan pendidikan perlu dikenali terlebih dahulu. Sedikitnya, proses pendidikan
dapat dilihat dari elemen pendidik, peserta didik dan interaksi antara keduanya. 1
1
Ety Rochaety, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta; Bumi Aksara) 2009, hlm. 7
2
Subiyantoro, “Strategi Kepemimpinan Pendidikan dalam Pengembangan MAN Propinsi
DIY Perspektif Total Quality Management (TQM)”, Jurnal Manageria, 1, (2), 2016: 169
Metodologi
Metode yang selama ini digunakan para mufasir sejak masa kodifikasi
Tafsir, yang oleh sementara ahli diduga dimulai oleh Al-Farra' (w. 207 H), sampai
tahun 1960 adalah menafsirkan Al-Quran ayat demi ayat sesuai dengan
susunannya dalam mush-haf. Bentuk demikian menjadikan petunjuk-petunjuk Al-
Quran terpisah-pisah dan tidak disodorkan kepada pembacanya secara
menyeluruh. Fakhruddin Al-Razi (w. 606 H/1210 M) misalnya, walaupun
menyadari betapa pentingnya korelasi antara ayat, dan dia mengajak para mufasir
untuk mencurahkan perhatian kepada hal itu, namun dia sendiri dalam kedua kitab
tafsirnya tidak menyinggung banyak tentangnya. Karena perhatiannya tercurah
kepada pembahasan-pembahasan filsafat (teologi) dan ilmu falak.5
5
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung; Mizan), 1996, dalam e-Book M. Arifin.
Al-Mujadalah : 11
Munasabah Ayat
beberapa derajat, atau derajat yang tinggi. Kata tersebut diulang sebanyak 12 kali
di dalam Al-Qur’an. Yaitu dalam surat Al-Baqarah : 253, Ali Imran :163, Annisa :
akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya. Adalah ayat yang
memiliki kesamaan dengan surat Al-Mujadalah : 11. Dan apabila dilihat konteks
ayat sebelumnya, ayat-ayat tersebut membahas tentang keimanan
Asbabun Nuzul
6
Aplikasi Al-Qur’an Android
7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Volume
XIV, (Jakarta: Lentera Hati) 2006 . hlm., 77
8
Al-Mujadalah : 11
Korelasi Hadis
ِِ ِ ٍِ ِ ِ
ُ َحدَّثَنَا َح ْف،ام بْ ُن َع َّما ٍر
ِ
َ َع ْن َُحَ َّمد بْ ِن سي، َحدَّثَنَا َكثيُ بْ ُن نْنيي،ص بْ ُن ُسلَْي َما َن
،َن ُ َحدَّثَنَا ه َش
ِ وو،ضة عَلَى ُك ِّل مسلِ ٍم
اض ُع الْعِلْ ِم ِعْن َد َ ب ال ِْعل ِْم فَ ِري ٍ ِس ب ِن مال
ِ ُ قَ َال رس: قَ َال،ك
ََ ْ ُ ُ َول اللَّه طَل َُ َ ْ ِ ََع ْن أَن
َّ ُّ ِ ْ َغ ِْي أ َْهلِ ِه َكم َقله ِد
َ َوالذ َه، َوالل ْؤلَُؤ،اْلَنَازَ ِر ا ْْلَ ْوَهَر
ب ُ
Menyampaikan Hisyam bin Amar, menyampaikan Hafas bin Sulaiman,
menyampaikan Katsir bin Syindzir, dari Muhammad bin Sirin, dari Anas bin
Malik. Rasulullah Bersabda : “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap
muslim...”10
Hadis ini menempati posisi penguat dari ranah proses utul „ilma. Konsekuensi dari
kalimat utul „ilma adalah proses untuk mendapatkan ilmu itu. Atau proses
bagaimana Allah memberikan ilmu kepada manusia. Sehingga, produk hukum
9
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟anil Azhim, dalam http://www.ibnukatsironline.com diakses
pada Kamis 2 November 2017. Jam 18.00
10
Sunan Ibnu Majah, dalam Aplikasi Jawami’ Al-Kalim Vol. 4.5
Pembahasan
Hasil dapat dikatakan bermutu adalah jika output mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Output dari hasil pendidikan Nabi saw adalah manusia yang
beriman sebagaimana tertera dalam surat Al-Mujadalah : 11. Bahwa Nabi saw,
dalam tujuan pendidikannya yaitu derajat keimanan yang tinggi, diisyaratkan
dengan diberikannya ilmu oleh Allah. Artinya derajat keimanan akan semakin
tinggi jika ilmu yang ia dapatkan mencukupi. Oleh karena itu, keimanan lah yang
menjadi jaminan mutu dari pendidikan Nabi saw.
Lebih jauh lagi, indikator mutu output dari pendidikan Nabi tertera dalam
banyak ayat Al-Qur’an. Bagaiman surat al-Anfal : 2-4 menggambarkan dengan
jelas bahwa orang beriman adalah orang yang apabila disebut nama Allah ia
bergetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambahlah keimanannya.
Mereka mendirikan shalat dan menginfakkan rezeki yang Allah berikan. Sehingga
mereka memperoleh derajar yang tinggi di sisi Allah, diberikan ampunan dan
rezeki (nikmat) yang mulia.
Kesimpulan
Pilar penjaminan mutu terletak pada ranah proses dan produk. Al-Qur’an
menyampaikan bahwa kualitas proses terletak pada nilai-nilai akses pendidikan
universal, saling menghormati, saling menghargai, dan kolaborasi antar sesama
untuk mencapai tujuan yang sama. Rasulullah menjamin mutu proses pendidikan
dengan perintah / mewajibkan setiap muslim untuk menuntut ilmu. Sementara
produk / hasil yang diharapkan dari sebuah proses pendidikan adalah manusia
yang berilmu, sehingga dengan ilmu yang diberikan oleh Allah ia mampu
mencapai derajat keimanan yang tinggi. Ukuran ilmu yang diberikan oleh Allah
bukan hanya sebatas pada masalah-masalah teknis, lebih dari itu menjangkau
sejauh mana manusia meminta dan berdoa kepada-Nya.