Anda di halaman 1dari 13

METODE PEMBELAJARAN ISLAM MODERAT

Oleh: Ahmad Asrory, Hanif Amrullah


Program Magister (S.2) Pascasarjana Universitas Kiai Abdullah Faqih Gresik
E-mail: ahmadasrory546@gmail.com amrullahhanif50@gmail.com

Abstrak
Artikel ini mendiskusikan pentingnya implementasi metode pembelajaran Islam
moderat dalam konteks pendidikan Islam yang dihadapkan pada kompleksitas
dinamika global. Fokus utama artikel ini adalah untuk merinci konsep Islam moderat,
menjelaskan prinsip-prinsip seperti tawassuth (jalan tengah), tawazun
(berkeseimbangan), dan toleransi. Pemahaman definisi Islam moderat menurut
berbagai ahli serta pengembangan metode pembelajaran yang mendukung interpretasi
seimbang terhadap ajaran Islam menjadi titik sentral pembahasan.
Artikel membahas peran krusial metode pembelajaran dalam membentuk
pemahaman agama dan karakter generasi mendatang. Prinsip-prinsip Islam moderat,
termasuk inklusivitas, toleransi, dan kesetaraan, diidentifikasi sebagai fondasi utama
dalam menyusun metode pembelajaran yang relevan. Melalui pendekatan inklusif,
rasional, dan kontekstual, pendidikan Islam moderat bertujuan membentuk pemikiran
kritis, pemahaman kontekstual, serta penghargaan terhadap perbedaan.
Artikel menyoroti peran penting pendidikan antaragama dalam membangun
pemahaman dan toleransi antaragama. Pendidikan ini memberikan wawasan tentang
ajaran agama lain, mendorong penghormatan terhadap perbedaan keyakinan, dan
menciptakan masyarakat yang hidup berdampingan secara damai.
Selain itu, artikel menekankan keterlibatan pendidik sebagai model yang
memberikan contoh positif dalam menerapkan nilai-nilai Islam moderat dalam
kehidupan sehari-hari. Penggunaan teknologi dan media yang tepat juga dianggap
sebagai alat penting dalam mendukung pembelajaran yang interaktif dan informatif.
Dalam rangka kesimpulan, artikel ini menekankan bahwa metode
pembelajaran Islam moderat harus mengakomodasi keragaman interpretasi
keagamaan dan mengedepankan prinsip kesetaraan, keadilan, dan perdamaian.
Harapannya, penerapan metode ini dapat membentuk generasi yang memahami dan
mengamalkan ajaran Islam dengan sikap moderat dalam menghadapi tantangan
zaman.
Kata Kunci: Metode Pembelajaran, Islam Moderat

Pendahuluan
Pendidikan merupakan fondasi utama dalam membentuk pemahaman dan
praktik keagamaan, termasuk dalam konteks Islam yang kaya akan ajaran moral,
spiritual, dan sosial. Dalam konteks global yang terus berkembang dan seringkali
kompleks, penting bagi sistem pendidikan Islam untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mengadopsi metode yang moderat dan inklusif dalam
menyampaikan nilai-nilai Islam kepada generasi mendatang.
Pemahaman yang mendalam terhadap prinsip-prinsip Islam moderat tidak
hanya membantu memperkuat identitas keagamaan, tetapi juga mendorong kerangka
berpikir yang inklusif, toleran, dan terbuka terhadap keragaman. Keterbukaan ini
penting dalam menjembatani kesenjangan antara tradisi dan konteks kontemporer,
sehingga nilai-nilai Islam dapat diterapkan secara relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam tulisan ini, kami akan menjelajahi berbagai metode pembelajaran Islam
moderat yang bertujuan untuk membentuk pemahaman yang seimbang dan inklusif
terhadap ajaran Islam. Langkah-langkah ini tidak hanya bertujuan untuk mendukung
pemahaman yang mendalam terhadap agama, tetapi juga untuk mempromosikan
penghargaan terhadap perbedaan, toleransi, serta kerjasama antar umat beragama.
Pendahuluan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan pembaca pada
pentingnya metode pembelajaran Islam moderat dan mengajak mereka untuk
memahami lebih lanjut tentang konsep ini dalam konteks pendidikan Islam.
Pembahasan
A. Islam Moderat
Dalam Al-Qur'an, moderat disebut dengan istilah "al-wasathiyyah". Meskipun
pemahaman moderat saat ini berbeda dengan pemahaman al-wasathiyyah dalam Al-
Qur'an, pemahaman dasar al-wasathiyyah dapat menjadi akar pemahaman moderatisme
Islam yang sebenarnya.
Kata "wasath" berarti "posisi menengah diantara dua posisi yang berlawanan".
Kata ini disebutkan lima kali dalam Al-Qur'an, yaitu dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 143
dan 238, Q.S. al-Ma'idah [5]: 89, Q.S. al-Qalam [68]:28, serta Q.S. al-'Adiyat [100]: 5.
Dalam ayat-ayat tersebut, istilah "wasath" dapat diartikan sebagai "tengah", "adil", atau
"pilihan" . 1
Raghib al-Ashfahani mendefinisikan "wasath" sebagai pertengahan antara sikap
"ifrath" (melebihi batas) dan "tafrith" (sembrono/meninggalkan). Sikap ini dianggap
terpuji karena mengandung unsur kesetaraan dan keadilan. 2
Muchlis M. Hanafi mendefinisikan moderat sebagai metode berpikir,
berinteraksi, dan berperilaku secara "tawazun" (seimbang) dalam menyikapi dua
keadaan. Moderat berarti bersikap sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan tradisi
masyarakat, yaitu seimbang dalam akidah, ibadah, dan akhlak.3 Ciri-ciri Islam moderat
antara lain:
1) Tawassuth (mengambil jalan tengah)
2) Tawazun (berkeseimbangan)
3) I'tidal (lurus dan tegas)
4) Tasamuh (toleransi)
5) Musawah (egaliter)
6) Syura (musyawarah)
7) Islah (reformasi)

1
M. Quraish Shihab, dkk., Ensiklopedia AlQur’an: Kajian Kosakata, Jilid III, (Jakarta: Lentera Hati,
2007), 1070-1071.
2
Ar-Ragib al-Ashfahani, Kamus al-Qur’an: Jilid 3 (terjemah: Ahmad Zaini Dahlan), (Depok: Pustaka
Khazanah Fawaid, 2017), 766.
3
Muchlis M. Hanafi, Moderasi Islam: Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama, (Jakarta: Ikatan
Alumni al-Azhar dan Pusat Studi al-Qur‘an, 2013), 3-4.
8) Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas)
9) Tathawwur wa ibtikar (dinamis dan inovatif) 4

B. Metode Pembelajaran
Secara etimologis, metode diambil dari bahasa Yunani, metha yang maknanya
lewat atau melalui, serta hodos yang maknanya cara, jalan. Metode ialah sebuah cara,
jalan yang mesti dilalui dalam rangka mencapai sasaran. Mengajar adalah kegiatan
untuk menyampaikan bahan ajar. Dengan begitu, metode pengajaran ialah cara yang
mesti dijalankan dalan rangka penyajian materi ajar sehingga target yang ditetapkan
terpenuhi .
Langgulung menyatakan, metode mengajar adalah jalan, cara yang harus
dijalankan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan . Sedangkan Athiyah al-Abrasy
mendefinisikan metode mengajar sebagai usaha yang harus dilakukan dengan tujuan
memberi pengertian kepada siswa berkaitan dengan materi pembelajaran yang lebih
spesifik .
Ahli pendidikan lain menyatakan pengertian metode lebih menjurus kepada
fungsi metode itu sendiri yakni sebagai sarana dalam rangka penemuan, pengujian, dan
penyusunan data dalam suatu disiplin ilmu. Wina Sanjaya menyatakan bahwa, dalam
strategi pembelajaran, metode merupakan bagian pendidikan yang urgen dalam rangka
mencapai target yang telah disusun . Selanjutnya Jalaluddin dan Usman Said
menjelaskan bahwa metode adalah gaya penyampaian bahan ajar kepada murid .
Dari pendapat para ahli tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwasanya metode
pembelajaran ialah gaya yang mesti dikerjakan dalam proses pembelajaran yang
berlangsung antara pendidik dan peserta didik sehingga tercapai target yang
dirumuskan. Disamping itu, pendidik harus mengindahkan beberapa faktor sebelum
memilih metode yang hendak dipakai pada kegiatan tatap muka di kelas. Faktor-faktor
tersebut adalah:
a) Tingkat dan corak lembaga pendidikan.
b) Kesiapan peserta didik.
c) Adanya fasilitas dan situasi,
d) Keadaan pendidik meliputi kemampuan keilmuan, dan keterampilan dalam
mengajar serta pandangan hidup,
e) Adanya tuntutan masyarakat dan tuntutan sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional .
Metode memegang peranan utama bagi kegiatan pembelajaran. Metode
merupakan fasilitator terkait pendekatan dan model pembelajaran. Disampaikan Nana
Sudjana bahwa metode pembelajaran ialah gaya interaksi guru murid saat pembelajaran
berlangsung . Dengan demikian, guru harus bisa memilih metode pengajaran sesuai
dengan sasaran yang hendak dituju, pas dengan situasi kondisi, dan tahapan
perkembangan murid.
Hasan Langgulung menyatakan bahwa ada tiga aspek yang harus
dipertimbangkan dalam menggunakan metode pembelajaran:

4
Afrizal Nur dan Mukhlis Lubis, “Konsep Wasathiyah Dalam Al-Quran; (Studi Komparatif Antara
Tafsir Al-Tahrir Wa At-Tanwir dan Aisar At-Tafasir”, Jurnal An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015, hal. 212-213.
a) Arah paling penting dalam Pendidikan Islam yakni membina manusia yang
beriman, penyadaran diri bahwa manusia adalah seorang hamba yang harus
mengabdi.
b) Merujuk pada metode-metode Qurani.
c) Bertalian erat dengan penggerakan (motivasi) dan hukuman

C. Metodologi Pendidikan Agama Islam


Secara sederhana, Metode pendidikan ialah upaya yang harus dijalankan
dalam rangka mencapai target pendidikan yang telah dirumuskan. Kamus Besar
Bahasa Indonesia memberikan penjelasan bahwasanya metode adalah suatu cara
kerja yang mengikuti mekanisme tertentu supaya pelaksanaan suatu kegiatan bisa
berjalan dengan lancar menurut target yang ada.
Salah satu komponen pendidikan adalah metode. Menurut Armai,
pendidikan adalah upaya memberikan bimbingan, pembinaan, penyadaran akan
tanggungjawab intelektual hingga mencapai kedewasaan 5. Alat untuk mencapainya
dikenal dengan nama metode. Jika digabungkan, maka muncullah istilah metode
pendidikan. Gaya dalam rangka mendidik siswa itulah yang disebut dengan metode
pendidikan Metode pendidikan . berfungsi untuk mentransfer ilmu atau mentransfer
norma kehidupan. Tercapainya optimalisasi tujuan tersebut, bergantung pada upaya
pendidikan memilih dan mengimplementasikan metode dalam kegiatan belajar
mengajar 6.
Mengacu pendapat An-Nahlawi upaya pembinaan kepribadian siswa
sehingga terpancar sinar kodrati ilahi dalam dirinya, paling tepat adalah dengan
mengaplikasikan metode pendidikan islam 7. Al-Quran tidak memberikan
eksplanasi tentang metode pendidikan secara gamblang. Akan tetapi, kata at-
Thariqah yang diterjemahkan sebagai metode tersurat dalam beberapa ayat al-
Quran. Kata tersebut disandingkan dengan kata lain yang menjadi sifat dari metode,
seperti tariqin mustaqim, yang dimaknai sebagai jalan/metode yang lurus,
sebagaimana firman Allah yang artinya “Mereka berkata: Hai kaum kami,
Sesungguhnya kami Telah mendengarkan kitab (alQuran) yang Telah diturunkan
sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin
kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus”.(Al-Ahqâf[46]:30).

5
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, hal. 40.
6
Zurinal Z. Dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), hal. 122.
7
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema
Insani, 1993), Cet. Ke-I, hal. 205.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa metode bisa disorot berdasarkan fungsi,
objek, atatas dapat dijelaskan bahwa metode oleh al-Qur’an dilihat dari sudut
objeknya, fungsinya, akibatnya, dan sebagainya. Ini dapat diartikan au sifatnya.
D. Asas Asas Metodologi Pendidikan Agama Islam
Al-Quran memberikan arahan tentang metode pendidikan islam, walaupun
sifatnya majazi. Metode hanya berperan sebagai kendaraan, enuju sasaran.
Pelaksanaannya harus mengacu kepada asas-asas yang mendasarinya, terutama asas
agama dan asas-asas yang lain. Berikut ini rangkumam beberapa asas pendidikan.
1. Landasan Agama
Sebagai metode yang dinisbatkan kepada kata islam, maka landasan
utama yang menjadi patokan sudah bisa dipastikan, wajib mengacu pada
tuntunan Al-Quran. Sebagai sandaran primer, apapun yang berada dalam
lingkup islam, harus menyandarkan segala sesuatu pada Al-Quran, termasuk
juga Metode Pendidikan Islam.
Cara-cara yang mesti dijalankan oleh pendidik dalam mengasuh
siswanya harus bernafaskan Al-Quran. Tidak lupa pendidik muslim harus
mengarahkan siswa untuk meresapi sunnahsunnah rasululloh, yakni hadits
nabawi. Sebagai pelengkap, penjelas, apabila tidak ditemukan dalam Al-Quran,
pendidik muslim harus menyandarkan upaya pencerdasan kepada Hadits
nabawi. Karena hadits itu terkait dengan qauliah, fi’liyah dan taqririyah nabi.
Jadi sangatlah relevan, mendasarkan upaya mendidik sesuai dengan sunnah
Nabi 8.
2. Landasan Biologi
Manusia secara fitrah akan mengalami pertumbuhan fisik. Mereka akan
mengalami tahapan tahapan, dari bayi ningga tua dan mati. Secara normal,
tumbuhnya fisik seseorang, tentu saja akan diiringi dengan perkembangan
dalam sisi keilmuan.
Semakin bertambah umur, maka akan semakin meningkat pula keilmuan
seseorang. Pendidik sejati, tidak akan mengabaikan kondisi fisiksiswa nya. Dia
menggunakan metode pendidikan islam, menyesuaikan dengan umur dan tahap

8
Suyudi, Pendidikan dalam Perspektif Al-Quran: Al-Quran, Integrasi, Epistimologi Bayani, Burhani,
Dan Irfani, (Yogyakarta: Mikhraj, 2005), hal. 58
perkembangan yang dialami. Memaksakan sesuatuyang tidak sesuai dengan
tahapan yang ada akan berakibat fatal.
3. Landasan Pesikologis
Transfer ilmu, memerlukan suasana hati dan pikiran yang jernih, supaya
bisa masuk dalam pikiran, serta merasuk ke dalam sanubari. Kondisi psikis
siswa perlu diperhatikan oleh pendidik. Sitausi emosi dalam diri guru ataupun
siswa perlu dicermati. Jangan sampai guru mencampur suasana batindengan
proses pendidikan. Bisa semrawut. Demikian pula, siswa yang sedang galau,
akan mengalami kesulitan untuk fokus menerima materi.
Sebetulnya suasana fisik dan batin harus selaras, supaya hasrat untuk
belajar bisa tersalurkan. Kondisi tubuh yang sehat, harus diiringi kondisi pikiran
yang stabil. Katika fisik sehat, tapi mental tidak stabil, maka akan gagal
menerima pelajaran. Demikian pula, ketika motivasi internal mendukung, tetapi
fisik sakit, murid juga akan mengalami gangguan dalam belajar 9.
4. Landasan Sosiologis
Hakikatnya, manusia bersifat sosial. Komunitas dan campur tangan
pihak lain, tidak bisa dinafikan. Pendidikan minimal melibatkan siswa guru.
Implikasinya adalah terjadinya transformasi akibat reaksi relasi sosial. Murid
semakin pandai dalam segisegi yang mendapatkan sentuhan. Guru semakin lihai
memberikan arahan. Selain sentuhan dalam kelas, faktor luar yakni lingkungan
kehidupan di luar sekolah akan sangat mempengaruhi kepribadian seorang
siswa. Artinya, perlu keselarasan situasi lingkungan sekolah dan lingkuan luar
sekolah dimana mereka berinteraksi supaya pendidikan membuahkan hasil yang
optimal.
E. Kegunaan dan peranan metode
Optimalisasi kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada metode.
Kecakapan pendidik memanfaatkan metode sebagai wasilah transfer materi akan
membawa siswanya kepada kegemilangan. Penyuntingan dan pemilahan metode
bagi seorang guru merupakan harga mati. S. B. D jamarah menyatakan ada beberapa
peranan metode dalam proses pendidikan dan pengajaran10.

9
Zakiah Daradjat, dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal.
139.
10
Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
Hal.83.
1. Pembangkit Motivasi Dari Luar
Suasana berbeda dan menggoda menjadi faktor bangkitnya nafsu belajar
siswa. Faktor pemikatnya adalah gaya ekplanasi guru di panggung kelas.
Mereka merasa segar bugar apabila guru menjalankan tugasnya dengan penuh
pesona, dengan metode mengajar yang berbeda rasa dari yang lain.
2. Peran manuver dalam pengajaran
Mendidik siswa harus dilakukan secara totalitas. Keberhasilannya
dipengaruhi oleh strategi guru dalam mendesain pola interaktif dalam kelas.
Nalar insinyur seorang pendidik harus bermain di sini. Dia harus bisa
menyusun, memprediksi, jurus jitu apa saja yang harus diramu sehingga kelas
menjadi bermutu. Aplikasi strategi adalah seleksi metodis yang berkualitas.
3. Sarana membidik sasaran
Fokus pendidikan adalah, tepat sasaran, yakni kematangan murid dari
sisi intelektual, psikis, ataupun akhlak. Titik pusat itu harus dibidik dengan teliti,
sehingga alat, atauanak panah itu tidak meleset dari fokus pusat. Metode adalah
satu satu anak panah yang bisa dilesatkan, sebagai alat seorang guru sehingga
target bisa dijangkau 11.
Pemilihan dan penggunaan metode pendidikan yang tepat guna
memberikan beberapa manfaat yakni:
a. Memudahkan bahan pengajaran diterima murid
b. Menghidupkan interaksi antara guru dan murid
c. Terbinanya karakter murid
d. Kewibawaan dan kehormatan guru sebagai pendidik terpelihara.
e. Saling mengenal antara murid dan guru dan saling menghormati
f. Guru bisa melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik.
g. Terpeliharanya fitrah anak didik
h. Timbulnya perasaan aman dan tentram pada diri murid 12.

Metode pembelajaran dapat dikelimpokkan menjadi: (1) Cara mengatur


(pengorganisasian) materi ajar, (2) metode penyajian materi ajar, dan (3) teknik
pengendalian proses belajar mengajar. 13

11
Darwinsyah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam…, hal. 135.
12
Ridjaludin Fadjar Noegraha, Metodologi Pembelajaran Kurikulum 2013 Agama Islam…, hal. 16-17.
13
Mashudi, Pengelolaan, Penyampaian, dan Pengorganisasian Isi Pembelajaran dalam Variabel
Pembelajaran, Jurnal Al-‘Adalah, Volume IX Edisi 26 Nomor 2 April-Agustus 2006, 107.
Dalam konteks pembelajaran tentang Materi Islam yang berorientasi moderat,
strategi pengorganisasian merujuk pada teknik untuk mengatur dan menyusun materi
ajar dari studi Islam yang telah dipilih. Ini melibatkan pemilihan materi yang relevan,
penyusunan struktur materi, serta pembuatan diagram, skema, dan metode
penyampaian yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
Metode penyajian dalam pembelajaran Materi Islam yang berfokus pada
pendekatan moderat adalah pendekatan-pendekatan khusus yang dirancang untuk
memudahkan siswa dalam memahami dan menghargai Materi Islam yang berorientasi
moderat dengan cara yang efektif, efisien, dan mengasyikkan. Oleh karena itu, dalam
menentukan metode penyajian ini, penting untuk mempertimbangkan dan merespons
feedback dari siswa.
Mengenai strategi penyampaian, secara umum seorang guru agama harus
berusaha mengubah paradigma mengajarnya, yang asalnya teacher oriented
(pembelajaran berpusat dari guru) menuju kepada student oriented (pembelajaran yang
berpusat dari siswa) atau dalam bahasa lain pembelajaran PAI harus berubah dari
teaching menjadi learning. Dalam kaitan pembelajaran materi PAI berwawasan
moderat, seorang guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekplorasi
dan mengelaborasi suatu materi yang disampaikan. Misalnya ketika belajar tentang
materi toleransi, seorang guru memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mencari
kasus–kasus yang terjadi di lingkungannya terkait dengan materi toleransi ini.
Disisi lain seorang guru juga harus kaya dengan metode-metode pembelajaran,
karena metode yang baik dalam sebuah pembelajaran idealnya bervariatif, baik antara
teknik yang berpusat pada guru dengan teknik-teknik yang melibatkan anak didik.
Adapun metode yang bisa diterapkan untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlakul karimah sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdurahman alNahlawi 14
adalah sebagai berikut:
a. Metode dialog Qur’ani dan Nabawi
b. Mendidik melalui kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
c. Mendidik melalui perumpamaan (amtsal) Qur’ani dan Nabawi
d. Mendidik melalui ketaladanan
e. Mendidik melalui aplikasi dan pengamalan
f. Mendidik melalui Ibrah dan nasehat, dan
g. Mendidik melalui targhib (membuat senang) dan Tarhib (membuat takut).

Andang mengemukakan sepuluh metode yang dapat digunakan dalam proses


mengajar, yaitu: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan
(resitasi), pemecahan masalah (problem solving), bercerita, proyek, karya wisata, dan
debat15.
Maka salah satu strategi yang cocok dalam pembelajaran materi PAI
berwawasan moderat adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperative teaching
strategies), karena strategi diyakini akan mampu menumbuhkan semangat
kebersamaan dan etos kerja sama diantara para siswa. Sebuah proses pembelajaran
dikatakan menggunakan cooperative learning jika bercirikan lima unsur 16, yaitu: (1)

14
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema
Insani, 1995), 204.
15
Andang, dkk., Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), 119-130.
16
Andang, dkk. ..., 89-90.
Saling ketergantungan positif (positive interdependence); (2) Interaksi langsung / tatap
muka yang membangun (face-to– face promotive interaction); (3) Pertanggunjawaban
secara individual (Individual accountability); (4) ketrampilan sosial (social skill); (5)
proses kelompok (groups process).
Dapat dilihat bahwa dengan menggunakan strategi cooperative learning siswa
dibiasakan untuk belajar berdemokrasi, bekerjasama dengan temannya, saling
menghormati dan menghargai prinsip-prinsip kawan, saling memahami dan saling
mendukung kepada suatu kemajuan. Dengan membiasakan peserta didik dengan
nuansa-nunasa spirit moderat dalam proses pembelajaran seperti ini, peserta didik
diharapkan terbiasa juga untuk mengimplementasikan nilai-nilai moderat tersebut
dalam kehidupan bermasyarakat.
Metode lain yang cocok dengan pembelajaran materi PAI berwawasan moderat
adalah metode dialog, hal ini disebabkan kajiannya yang cenderung membandingkan
masalah pemahaman dan keyakinan yang berbeda. Metode dialog ini akan
membiasakan anak didik untuk melahirkan suasana dan hubungan yang dialogis
terutama dalam konteks memahami dan menghargai keanekaragaman suku, ras,
budaya, bahasa, dan agama. Diharapkan dengan metode ini akan menjadikan anak didik
mempunyai sikap saling mengenal dan memahami antar keyakinan dan agama yang
berbeda tersebut.
Akhirnya seorang guru harus cerdas dan teliti dalam memilih metode- metode
yang akan digunakan dalam pembelajaran, seorang guru harus mampu memilih metode
yang sesuai dengan materi PAI berwawasan moderat yang sedang dipelajari dan kondisi
peserta didik. Pada prinsipnya tidak ada metode yang jelek selama metode tersebut
sesuai dengan materi, kondisi siswa, sarana prasarana dan biaya yang dimiliki suatu
lembaga pendidikan.
Media pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran17. Secara umum penggunaan media
harus memperhatikan karakteristik peserta didik dan materi yang disampaikan,
sehingga akan menimbulkan interaksi pembelajaran yang komunikatif antara guru dan
peserta didik . Media pembelajaran sangat membantu peserta didik dalam memahami
suatu materi, contoh ketika seorang guru menjelaskan tentang materi “pentingnya
toleransi” seorang guru bisa memutarkan film diantaranya adalah “Ayat-ayat Cinta 2”,
disitu peserta didik akan mengetahui tentang pentingnya saling menghormati,
menghargai ras orang lain, menghargai perbedaan pendapat bahkan perbedaan
keyakinan sekalipun.
Pemilihan media pembelajaran juga harus memperhatikan strategi pengelolaan
pembelajaran karena strategi tersebut sebagai suatu metode untuk menata interaksi
antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti
pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Metode pembelajaran Islam moderat melibatkan pendekatan yang seimbang,
terbuka, dan inklusif dalam memahami, mengajarkan, dan mengamalkan ajaran Islam.
Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran Islam
moderat:
1. Metode Pendidikan Inklusif:

17
Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 136.
Secara umum kata inklusi berasal dari kata “inclusion” yang
artinya mengajak atau menyertakan. Melihat dalam artian berarti
menempatkan diri dalam sudut pandang orang/kelompok lain untuk
melihat apa yang ada di sekitarnya, melihat semesta, singkatnya
mencoba menggunakan perspektif orang atau kelompok lain untuk
memahami suatu problematika. Kita hidup dalam masyarakat yang
inklusif dan semua orang dapat menyesuaikan diri.
Selain itu, inklusi adalah upaya menyesuaikan diri pada sudut
pandang orang lain untuk melihat atau mengerti suatu masalah. Inklusi
juga dapat berarti mengundang atau menyertakan. Ini menyiratkan
bahwa perilaku ini diperlukan dalam suatu hubungan masyarakat.
Inklusi pada hakikatnya mencoba menempatkan Anda pada
posisi yang sama dengan orang atau kelompok lain di sekitar Anda. Hal
ini akan mendorong orang tersebut untuk mencoba memahami sudut
pandang orang lain atau kelompok untuk memecahkan suatu masalah
yang ada. Tanggung jawab untuk memiliki gagasan hidup berdampingan
tanpa hambatan untuk kebaikan bersama.
Lebih lanjut, inklusi berarti mampu memahami semua perspektif
orang lain, sehingga mereka dapat mengambil keputusan secara setara
dan tanpa menimbulkan ketimpangan sosial. 18
Memberikan pendidikan yang inklusif dan terbuka untuk semua
orang tanpa memandang perbedaan agama, etnis, atau latar belakang
lainnya. Menghargai keberagaman dalam pemahaman dan praktik
keagamaan.
2. Pendekatan Rasional dan Kontekstual
Pendekatan rasional merupakan suatu pendekatan
mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima
kebenaran ajaran agama yang di ajarkan, sedangkan pendekatan
kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka seharihari (konteks pribadi, sosial, dan kultural). 19
Pendekatan ini bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai Islam
dengan pendekatan rasional dan kontekstual, memahami bahwa ajaran
Islam harus dipahami dalam konteks zaman dan tempat yang berbeda.
3. Pendidikan Toleransi dan Penghargaan terhadap Perbedaan:
Mengajarkan nilai-nilai toleransi, penghargaan terhadap
perbedaan, dan pentingnya hidup berdampingan dengan damai dengan
semua individu, termasuk yang berbeda keyakinan.
4. Pendidikan Kritis dan Analitis:
Mendorong siswa untuk berpikir kritis dan analitis terhadap
ajaran Islam, sehingga mereka dapat memahami secara mendalam dan
tidak hanya menerima informasi secara pasif.
5. Pemahaman tentang Konteks Sosial dan Kemanusiaan:
Mendorong pemahaman tentang ajaran Islam dalam konteks
sosial dan kemanusiaan yang lebih luas, dengan menekankan nilai-nilai
seperti belas kasihan, keadilan, dan pemberdayaan.
18
https://www.gramedia.com/literasi/metode-pembelajaran-secara-inklusi/ (diakses 6 Januari 2024)
19
Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), hal. 30.
6. Pendidikan Interfaith:
Pendidikan Interfaith adalah metode pendidikan yang bertujuan
untuk mempromosikan pemahaman dan toleransi antaragama. Metode
ini mengajarkan siswa untuk menghargai dan menghormati perbedaan
agama, serta memahami nilai-nilai yang dipegang oleh agama lain.
Pendidikan Interfaith juga mendorong siswa untuk mempelajari ajaran
agama lain secara objektif dan kritis, sehingga dapat memperluas
wawasan dan pemahaman mereka tentang agama. Dalam penerapannya,
pendidikan Interfaith dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti
diskusi, seminar, kunjungan ke tempat ibadah, dan kegiatan sosial.
Tujuan dari pendidikan Interfaith adalah untuk membangun masyarakat
yang toleran dan saling menghormati, serta mampu hidup berdampingan
dengan damai meskipun memiliki perbedaan agama. 20
7. Pembelajaran Berbasis Kehidupan Nyata:
Mengaitkan ajaran Islam dengan kehidupan sehari-hari siswa,
membuatnya relevan dengan situasi dan tantangan yang mereka hadapi.
8. Peran Pendidik sebagai Teladan:
Pendidik (guru, orangtua, atau pemimpin masyarakat) harus
menjadi teladan yang baik dalam menerapkan nilai-nilai moderat Islam
dalam kehidupan sehari-hari mereka.
9. Penggunaan Teknologi dan Media yang Tepat: Memanfaatkan teknologi
dan media secara bijak untuk memfasilitasi pembelajaran yang interaktif
dan informatif tentang Islam moderat.

Penting untuk diingat bahwa metode pembelajaran Islam moderat haruslah


menghormati keragaman dalam interpretasi dan praktik keagamaan, serta
mengedepankan kesetaraan, keadilan, dan perdamaian dalam memahami dan
menyebarkan ajaran Islam.

Kesimpulan
Mengadopsi metode pembelajaran yang moderat dan inklusif dalam pendidikan
Islam sebagai respons terhadap perubahan zaman dan kompleksitas masyarakat global.
Islam moderat, sebagaimana dijelaskan melalui konsep "al-wasathiyyah," mengandung
nilai-nilai seperti tawassuth (mengambil jalan tengah), tawazun (berkeseimbangan),
dan toleransi.
Dalam konteks pembelajaran, metode pembelajaran Islam moderat mencakup
berbagai aspek, mulai dari pendekatan rasional dan kontekstual hingga pendidikan
toleransi, kritis-analitis, dan interfaith. Pendidikan ini juga menekankan pentingnya
pemahaman konteks sosial dan kemanusiaan, serta mengaitkan ajaran Islam dengan
kehidupan nyata siswa.
Asas-asas metodologi pendidikan agama Islam yang dijelaskan mencakup
landasan agama, biologi, psikologis, dan sosiologis. Asas-asas ini memberikan dasar
untuk memahami bagaimana metode pembelajaran dapat disusun dengan
memperhatikan berbagai faktor, termasuk keberagaman peserta didik dan kondisi
lingkungan.

20
Sulianto, J. (2008). "Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan
Berpikir Kritis pada Siswa Sekolah Dasar." Pythagoras, 4(2), 14-25
Selain itu, teks menyoroti pentingnya peran metode pembelajaran dalam
membangkitkan motivasi, memanuver proses pengajaran, dan membidik sasaran
dengan tepat. Pemilihan metode yang tepat juga dapat membantu membangun suasana
belajar yang baik, meningkatkan interaksi antara guru dan siswa, serta menciptakan
pembelajaran yang efektif.
Dalam konteks pembelajaran materi Islam yang berorientasi moderat, strategi
pengorganisasian, metode penyajian, dan teknik pengendalian proses belajar mengajar
dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam moderat.
Dalam rangka memahami dan mengamalkan Islam moderat, metode
pembelajaran yang melibatkan pendekatan inklusif, rasional, kontekstual, dan interfaith
menjadi kunci. Selain itu, peran pendidik sebagai teladan, penggunaan teknologi dan
media yang tepat, serta pembelajaran berbasis kehidupan nyata dapat memberikan
kontribusi positif dalam membentuk pemahaman yang seimbang dan inklusif terhadap
ajaran Islam.

Daftar Pustaka
Shihab, M. Quraish, dkk. (2007). "Ensiklopedia AlQur’an: Kajian Kosakata, Jilid III."
Jakarta: Lentera Hati. Hal. 1070-1071.

Ar-Ragib al-Ashfahani. (2017). "Kamus al-Qur’an: Jilid 3 (terjemah: Ahmad Zaini


Dahlan)." Depok: Pustaka Khazanah Fawaid. Hal. 766.

Hanafi, Muchlis M. (2013). "Moderasi Islam: Menangkal Radikalisasi Berbasis


Agama." Jakarta: Ikatan Alumni al-Azhar dan Pusat Studi al-Qur‘an. Hal. 3-4.

Nur, Afrizal, & Lubis, Mukhlis. (2015). "Konsep Wasathiyah Dalam Al-Quran; (Studi
Komparatif Antara Tafsir Al-Tahrir Wa At-Tanwir dan Aisar At-Tafasir)." Jurnal
An-Nur, Vol. 4 No. 2, Hal. 212-213.

Arief, Armai. (Tahun Publikasi). "Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…"
Hal. 40.

Zurinal Z., & Sayuti, Wahdi. (2006). "Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar
Pendidikan." Jakarta: UIN Jakarta Press. Hal. 122.

An-Nahlawi, Abdurrahman. (1993). "Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan


Masyarakat." Jakarta: Gema Insani. Cet. Ke-I, Hal. 205.

Suyudi. (2005). "Pendidikan dalam Perspektif Al-Quran: Al-Quran, Integrasi,


Epistimologi Bayani, Burhani, Dan Irfani." Yogyakarta: Mikhraj. Hal. 58.

Daradjat, Zakiah, dkk. (1995). "Metode Khusus Pengajaran Agama Islam." Jakarta:
Bumi Aksara. Hal. 139.
Jamarah, Syaiful Bahri, & Zain, Aswan. (2002). "Strategi Belajar Mengajar." Jakarta:
Rineka Cipta. Hal. 83.

Darwinsyah, dkk. (Tahun Publikasi). "Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan


Agama Islam…" Hal. 135.

Noegraha, Ridjaludin Fadjar. (Tahun Publikasi). "Metodologi Pembelajaran Kurikulum


2013 Agama Islam…" Hal. 16-17.

Mashudi. (2006). "Pengelolaan, Penyampaian, dan Pengorganisasian Isi Pembelajaran


dalam Variabel Pembelajaran." Jurnal Al-‘Adalah, Volume IX Edisi 26 Nomor 2
April-Agustus. Hal. 107.

An-Nahlawi, Abdurrahman. (1995). "Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan


Masyarakat." Jakarta: Gema Insani. Hal. 204.

Andang, dkk. (2017). "Strategi Pembelajaran." Yogyakarta: Deepublish. Hal. 119-130.

Andang, dkk. (Tahun Publikasi). "Strategi Pembelajaran." Hal. 89-90.

Djamarah, dkk. (2006). "Strategi Belajar Mengajar." Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal.
136.

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). "Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya."


Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 30.

Sulianto, J. (2008). "Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk


Meningkatkan Berpikir Kritis pada Siswa Sekolah Dasar." Pythagoras, 4(2), 14-
25.

Anda mungkin juga menyukai