Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM DAN BARAT

Mata kuliah: Filsafat Pendidikan Islam

Dosen pengampu: Dr. Rosichin Mansur, M.Pd

Disusun oleh:

Aulia Subita 22302011006

Muhammad Zaidan Hilmi 22302011007

Moh. Nizar Alwi 22302011005

Moh. Rif’an Roi Bin Mat Ro’i 22302011027

PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

TAHUN 2023
PENDAHULUAN

Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem adalah kegiatan yang didalamnya memuat
tujuan, kurikulum, pendidik, peserta didik, pendekatan, metode, lingkungan, sarana dan
prasarana yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan membentuk suatu sistem terpadu.
Dalam mencapai tujuan pendidikan Islam, pendekatan dan metode memiliki peran dan
kedudukan yang signifikan dalam proses pendidikan.

Pendekatan dalam konteks pendidikan merujuk pada cara atau strategi yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini mencakup segala langkah operasional
yang dirancang untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Dalam
konteks belajar, pendekatan membantu peserta didik mencapai efisiensi dan efektivitas dalam
proses pembelajaran. Pendekatan ini mendasarkan diri pada pandangan filosofis tentang
materi yang diajarkan dan mengarah pada pengembangan metode mengajar serta teknik
penyajian pembelajaran.

Sedangkan metode merupakan merupakan cara yang digunakan untuk menyajikan


materi pelajaran dengan tujuan mencapai perkembangan peserta didik dan perubahan perilaku
yang diinginkan dalam konteks pendidikan Islam. Metode ini harus mencakup tujuan yang
jelas, aktivitas yang mendukung pencapaian tujuan tersebut, proses pembelajaran, dan
perubahan tingkah laku peserta didik setelah proses pembelajaran dilakukan. Dengan
demikian, pendekatan dan metode dalam pendidikan Islam memiliki peran penting dalam
mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan relevan dalam konteks masyarakat dan zaman
yang berubah.

Pendekatan dan metode sangat dipengaruhi oleh sumber pedoman, orientasi tujuan,
maupun jenis pendekatan dan metode tersebut. Pendekatan dan metode pendidikan Islam
tentu sangat berbeda dengan pendekatan dan metode yang digunakan oleh negara Barat, baik
dari segi dasar pedoman, prinsip serta jenisnya. Dalam makalah ini akan diuraikan tentang
pengertian pendekatan dan metode Islam dan Barat, sumber yang mendasari, prinsip dan
jenis-jenis pendekatan dan metode dalam pendidikan Islam dan Barat.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan Islam

Pengertian pendekatan adalah proses perbuatan atau usaha dalam rangka aktivitas
penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, dalam bahasa inggris
yaitu Approach dalam bahasa arab Madkhal.

Pendekatan atau Approach dalam bahasa Inggris diartikan sebagai


“came near (menghampiri), go to (jalan ke) dan way path dengan (arti jalan)". Dalam
pengertian ini dapat dikatakan bahwa approach adalah cara menghampiri atau mendatangi
sesuatu. (Software “Word Web”)

H.M. Habib Thaha mendefinisikan pendekatan adalah cara pemprosesan subyek atas
objek untuk mencapai tujuan. Pendekatan ini juga berarti cara pandang terhadap sebuah objek
permasalahan, dimana cara pandang tersebut adalah cara pandang yang luas. Sedangkan
Oteng Sutisna, lebih praktis dalam memahami pengertian ”pendekatan”. Pendekatan adalah
apa yang hendak ia kerjakan dan bagaimana ia akan mengerjakan sesuatu.

Penggunaan istilah ”pendekatan” memiliki arti yang berbeda-beda tergantung kepada


objek apa yang akan menjadi tema sentral perencanaan kerja dan kajian pemikiran yang akan
dikembangkan.

Dalam konteks belajar, approach dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan peserta didik untuk menunjang efesiensi dan efektifitas dalam proses pembelajaran
tertentu. Dengan demikian sesungguhnya approach adalah seperangkat langkah operasional
yang direkayasa sedemikian rupa, untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan
belajar tertentu.

Approach dalam pengertian tersebut membutuhkan pandangan falsafi (mendasar)


terhadap subyek materi yang diajarkan, selanjutnya akan melahirkan metode mengajar yang
dijabarkan dalam bentuk teknik penyajian pembelajaran.

B. Pengertian Metode Pendidikan Islam

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani "metodos". Kata ini
terdidri dari dua suku kata yaitu: “metha” yang berarti melelui atau melewati dan “hodos”
yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.

Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “matode” adalah: “Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud”. Jadi dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk
menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.
Menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi yang beragam tentang
metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan dengan kata pendidikan atau pengajaran
diantaranya :

1. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam


fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan

2. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-
cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur

3. Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan


guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupakan alat untuk
menciptakan proses pembelajaran.

4. Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala


kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian
mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam
sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang
diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas,
beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :

1. Adanya tujuan yang hendak dicapai

2. Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan

3. Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung

4. Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan islam yaitu cara yang dapat ditempuh
dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan islam.

C. Dasar Pendidikan Islam

Dasar pendidikan Islam yang dimaksud di sini adalah semua rujukan atau acuan yang
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan dan nilai-nilai yang akan diaplikasikan dalam
pendidikan Islam (Botma: 2018). Karena dasar menyangkut masalah ideal dan fundamental,
maka diperlukan landasan yang kuat dan menyeluruh (Nata:2005).

Abdul Fatah Jalal menjelaskan bahwa sumber dasar pendidikan Islam terbagi menjadi
dua yaitu, sumber Ilahi dan sumber insaniah. Sumber Ilahi meliputi al-Qur’an, al-Hadist, dan
alat semesta sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan kembali. Sedangkan sumber
insaniyah yaitu, ijtihad manusia terhadap fenomena yang muncul melalui proses kajian
mendalam pada sumber Ilahi yang masih bersifat global (Akmansyah: 2015).
Pakar pendidikan lain, Sa’id Ismail Ali, menyatakan bahwa terdapat enam sumber
pendidikan Islam yaitu, al-Qur’an, as-Sunnah, kata-kata sahabat, kemaslahatan sosial, tradisi
kebiasaan masyarakat, dan hasil pemikiran para ahli Islam (Langgulung: 2008). Menurut
Yusuf Amir Faisal (2011) termasuk sumber pendidikan Islam hasil pemikiran manusia, yaitu
Pancasila, UUD 1945.

Berdasarkan uraian dari para ahli tersebut, sumber pendidikan Islam dapat
dikelompokkan menjadi berikut:

1) Al-Qur’an dan as-Sunnah

Alquran dan sunnah diyakini mengandung kebenaran yang mutlak (absolute)


yang bersifat transendental, universal dan eternal, sehingga kedua sumber ini pasti
sesuai dengan berbagai keadaan sosial, geografi maupun periode (Hidayat: 2016).
Sebagaimana dijelaskan dalam surat al baqarah ayat 2 Allah Swt berfirman:
‫َۖۚۛب‬
‫ٰذ ِلَك اۡل ِڪٰت ُب اَل َر ۡي ِفۡي ِۚۛه ُهًدى ِّلۡل ُم َّتِقۡي َۙن‬

Artinya: “Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa” (Qs. Al-Baqarah: 2)

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang telah diwahyukan kepada Nabi


Muhammad SAW yang menjadi sumber pedoman pendidikan Islam utama. Al-Qur’an
memiliki makna yang luas dan besar terhadap perkembangan kebudayaan umat
manusia. Sumber yang meliputi segala bidang pendidikan, baik pendidikan sosial,
moral, spiritual, material dan alam semesta. Eksistensinya tidak akan mengalami
perubahan. Kemungkinan perubahan yang terjadi hanyalah sebatas interpretasi
manusia terhadap teks ayat yang menghendaki kedinamisan pemaknaannya, sesuai
dengan konteks situasi, kondisi, zaman dan kemampuan manusia (Akhmansyah:
2015).

As-Sunnah merupakan sumber pendidikan Islam kedua setelah al-Qur’an.


Hasbi Ash Shiddieqy menjelaskan bahwa sunnah menurut para ahli hadits adalah
segala yang dinukilkan dari Nabi Saw., baik berupa perkataan, perbuatan maupun
berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan perjalanan hidup, baik yang sebelum Nabi
diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya (Botma: 2018). As-Sunnah merupakan
penguat dan penjelas berbagai persoalan baik dalam al-Qur’an maupun persoalan
kehidupan manusia. Serta menjadi dasar pemikiran yang lebih konkret mengenai
berbagai aktivitas dan kehidupan manusia (Akhmansyah: 2015).

2) Hasil pemikiran islam

Hasil pemikiran islam dapat mencangkup kata-kata sahabat, ijtihad, dan


hukum Indonesia. Sa’id Ismail Ali menjelaskan bahwa kata-kata sahabat
mengindikasikan sahabat yang bergaul dekat dengan Nabi mengetahui sunnah-sunnah
Nabi lebih banyak, sehingga kata-kata dan tindakan sahabat dapat dijadikan sebagai
sumber pengetahuan Islam (Langgulung: 2008).
Ijtihad ditujukan untuk memperoleh ketetapan baru, pemikiran yang
konstruktif dalam praktik keagamaan Islam yang dengannya melahirkan pandangan
dan hikmah yang luas dari ajaran Islam guna terciptanya manfaat dan menolak
kemudharatan (Hajiannor: 2015).

Keabsolutan Alquran dan Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam merupakan


tiang penyangga pendidikan Islam yang memelihara esensi dan tujuan-tujuan
fundamental yang telah ditentukan secara khusus oleh Allah, sehingga
penggunaannya harus terus menerus harus dilestarikan. Sementara dasar pendidikan
yang dihasilkan oleh olah pikir manusia atau hasil ijtihad, akan terus berkemabang
dan dikembangkan secar kreatif sehinggan senantiasa relevan dan responsif tehadap
kehidupan manusia (Siddik: 2006)

3) Nilai sosial kemasyarakatan

Nilai sosial kemasyarakatan meliputi tradisi, nilai budaya, dan kebiasan-


kebiasaan sosial yang telah berjalan pada daerah tersebut. Hal ini terkait pandangan
bahwa pendidikan adalah usaha melestarikan, mengembangkan, dan mewariskan
nilai-nilai budaya masyarakat yang positif. Terputusnya nilai budaya dan tradisi dapat
menimbulkan masalah baru (Botma:2018). Nilai sosial masyarakat yang dimaksud
sebagai sumber pendidikan Islam adalah nilai atau norma yang tidak bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan yang termuat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

D. Dasar Pendidikan Barat

Pendidikan Barat sangat erat kaitannya dengan aliran filsafat yang berkembang di
berbagai negara barat seperti, Yunani, Italia, Jerman, Rusia, dan Amerika. Aliran filsafat
Barat sangat berkembang terutama pada masa Renaissance. Saat itu dunia Barat didominasi
oleh dogmatisme gereja yang kemudian terjadilah pemisahan antara sains dan agama
(Nuthpaturahman: 2023).

Pada masa ini muncul filsuf terkenal bernama Rene Descartes.Ia mempelopori aliran
Rasionalisme yaitu menggunakan akal sebagai sumber pengetahuan (Nur Hidayat). Descartes
ingin memunculkan cara berpikir baru yaitu dengan berpikir untuk mendapatkan kepastian
dalam keragu-raguan. Teng (2016) mengungkapkan bahwa strategi pengembangan ilmu
menurut aliran Rasionalisme adalah mengeksplorasi gagasan-gagasan menggunakan
intelektual manusia.

Sebenarnya sejarah rasionalisme sudah terlihat sejak masa Yunani dengan tokoh filsuf
yaitu Thales. Dalam filsafatnya Thales menggunakan logika dan pengamatan yang berasal
dari ilmu alam dimana semua kehidupan berasal dari air. Namun pemikiran Descartes inilah
yang menjadi tunas perkembangan aliran filsafat pada masa modern (Teng, 2016). Adapun
karakteristik aliran-aliran filsafat Barat yang mempengaruhi dunia pendidikan sebagai
berikut:

1) Realisme
Aliran realisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan berasal dari rasio dapat
dipercaya dan cukup. Pengetahuan yang didapat melalui akal adalah memenuhi syart
pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya digunakan untuk meneguhkan suatu
pengetahuan tetapi akal tidak memerlukan pengalaman (Teng, 2016). Pengaruh
terhadap pendidikan adalah kebenaran mutlak terdapat pada alam semesta.

2) Empirisme

Aliran empirisme berpendapat bahwa pengalaman menggunakan indera merupakan


sumber utama pengetahuan. Pengalaman merupakan bentuk pengenalan paling jelas
tetapi tidak mengabaikan peranan rasio sama sekali(Teng, 2016). Pengaruhnya
terhadap pendidiakn adalah diperlukannya kajian dan penelitian dalam menentukan
kebenaran.

3) Idealisme

Aliran idealisme berpendapat bahwa hakikat segala sesuatu ada pada tataran ide.
Realitas yang berwujud sebenarnya lebih dulu ada dalam realitas ide dan pikiran dan
bukan pada hal-hal yang bersifat materi. Meskipun demikian, idealisme tidak
mengingkari adanya materi. Materi merupakan bagian luar dari apa yang disebut
hakikat terdalam, yaitu akal atau ruh, sehingga materi merupakan bungkus luar dari
hakikat, pikiran, akal, budi, ruh atau nilai. Dengan demikian, idealisme sering
menggunakan term-term yang meliputi hal-hal yang abstrak seperti ruh, akal, nilai
dan kepribadian. Idealisme percaya bahwa watak sesuatu objek adalah spritual, non
material dan idealistik (Rusdi: 2013). Pengaruhnya terhadap pendidikan adalah
pendidikan dilaksanakan bertujuan untuk mempertajam kemampuan intelektual.

4) Materialisme

Aliran Materialisme berpendapat bahwa alam, akal dan kesadaran merupakan materi
fisik yang bergerak dan berkembang (Hakim & Saebani, 2008:363). Aliran ini juga
tidak mempercayai keberadaan alam ghaib maupun Tuhan. Pengaruhnya terhadap
pendidikan adalah manusia yang baik dihasilkan oleh pendidikan yang terkontrol
secara ilmiah dan terukur.

5) Progresivisme

Progresivisme merupakan aliran pendidikan yang menitikberatkan pada melatih


kemampuan berpikir rasional. berpikir adalah penerapan cara-cara ilmiah seperti
mengadakan analisis, pertimbangan, dan menentukan pilihan atas beberapa alternatif
yang tersedia (Haris, 2017:15). Dengan begitu pengaruh terhadap pendidikan adalah
pendidikan senantiasa mengalami perkembangan.

6) Esensialisme

Esensialisme merupakan aliran falsafah pendidikan tradisional yang memandang


bahwa nilai-nilai pendidikan hendaknya bertumpu pada nilai budaya yang telah jelas
dan tahan lama (Haris, 2017:17). Pengaruh terhadap pendidikan adalah individu
menyadari dan memperhatikan budaya yang terdapat di sekitar. Sehingga individu
dapat peka terhadap kondisi lingkungannya dan mampu melestarikannya.

7) Perenialisme

Perenialisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang berpendapat bahawa prinsip-


prinsip dasar pendidikan bersifat abadi sepanjang zaman. Hal ini didukung oleh kaum
idealis dan realis sebab bagi mereka realitas sejati pada dasarnya tidak berubah
(Haris, 2017:19). Pengaruhnya adalah pendidikan merupakan sistem untuk
mempersiapkan hidup dengan mengerahkan kemampuan rasional.

8) Rekonstruksianisme

Rekonstruksianisme merupakan aliran yang berpendapat bahwa pendidikan


merupakan tanggung jawab seluruh umat manusia. Hal ini dimaksudkan agar peserta
didik dapat membangkitkan kemampuannya secara konstruktif menyesuaikan diri
dalam menghadapi tuntutan kehidupan yang dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi (Haris, 2017:20). Pengaruhnya terhadap pendidikan adalah adanya tuntutan
untuk melakukan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan terhadap pendidikan untuk
memajukan bangsa dan negara.

E. Prinsip-Prinsip Penggunaan Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam dan Barat

Pada hakikatnya prinsip-prinsip pendidikan merupakan gambaran dari seluruh


komponen yang terkandung dalam pendidikan tersebut. Karena, secara terminologi prinsip
memiliki pengertian “asas atau dasar”. Sedangkan menurut Dagobert D Runes (Ramayulis,
2008:28), prinsip merupakan kebenaran yang bersifat universal (universal truth) yang
menjadi sifat dari sesuatu.

Dalam konteks pendidikan, prinsip dan pendekatan memiliki hubungan yang erat.
Prinsip pendidikan mengacu pada nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar dalam proses
pembelajaran. Prinsip-prinsip ini dapat mencakup keadilan, kesetaraan, kebebasan, dan
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

Sementara itu, pendekatan pendidikan merujuk pada metode atau strategi yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini dapat berbeda-beda tergantung pada
tujuan pembelajaran, konteks, dan karakteristik siswa. Contoh pendekatan pendidikan yang
umum meliputi pendekatan konstruktivis, pendekatan kolaboratif, dan pendekatan berbasis
masalah.

Prinsip-prinsip pendidikan dapat mempengaruhi pemilihan pendekatan yang


digunakan dalam pembelajaran. Misalnya, jika prinsip pendidikan yang diutamakan adalah
partisipasi aktif siswa, maka pendekatan yang digunakan mungkin lebih fokus pada
pembelajaran berbasis proyek atau kolaboratif.
Dengan demikian, antara prinsip, pendekatan dan metode dalam pendidikan saling
terkait dan saling mempengaruhi. Prinsip-prinsip pendidikan memberikan landasan moral dan
filosofis, sedangkan pendekatan pendidikan memberikan kerangka kerja strategi, dan metode
pendidikan memberikan alat praktis untuk menerapkan pendekatan tersebut dalam
pembelajaran.

Bila dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka prinsip-prinsip yang tersusun tidak
terlepas dari nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang menjadi
pedoman bagi umat islam. Sebagaimana yang dikatakan oleh Wiyani & Barnawi (2012:26-
27), ada 5 prinsip dalam pendidikan islam yang bersumber dari nilai-nilai Al-Qur’an dan
Hadits Nabi, sebagai berikut.

1. Prinsip Integrasi (Tauhid)

Prinsip ini berpandangan bahwa adanya kesinambungan antara dunia dan akhirat.
Dengan demikian, pendidikan akan meletekkan porsi yang proporsional sebagai
sarana mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2. Prinsip Keseimbangan (Balance/Tawazun)

Prinsip ini merupakan pengembangan hasil dari prinsip integrasi. Porsi yang
proporsional antara dua muatan memberikan keseimbangan, seperti antara ilmu murni
(pure science) dan ilmu terapan (applicated science), antara teori dan praktek, antara
ruhaniah dan jasmaniah, serta antara nilai-nilai yang menyangkut akidah, syariat dan
akhlak.

3. Prinsip Persamaan dan Pembebasan

Dalam prinsip ini, Pendidikan merupakan suatu upaya untuk membebaskan manusia
dari pengaruh negatif dari nafsu dunia menuju pada nilai tauhid yang bersih. Dengan
adanya pendidikan, manusia diharapkan bisa terbebas dari kebodohan, kemiskinan,
kejumudan dan nafsu hayawaniyah-nya sendiri.

4. Prinsip Kontinuitas (Istiqomah)

Belajar dalam islam merupakan suatu kewajiban yang tidak akan pernah mengenal
kata akhir. Dengan menuntut ilmu secara terus-menerus akan memunculkan
kesadaran terhadap diri sendiri, lingkungan terlebih kesadaran akan Tuhannya. Dari
prinsip inilah kemudian dikenal konsep pendidikan seumur hidup (long life
education).

5. Prinsip Kemaslahatan dan Keutamaan

Sebaik-baik manusia adalah orang yang memiliki manfaat bagi orang lain. Dalam
prinsip ini, manusia diharapkan dapat memanifestasikan nilai agamnya dalam bentuk
kebermanfaatan dan kemaslahatan untuk dirinya sendiri terlebih untuk orang lain.
Jika dikaitkan dengan penggunaan metode pendidikan islam yang ideal dan efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Maka ada beberapa prinsip menurut Wiyani & Barnawi
(2012:187-188) yang dapat dijadikan dasar seperti, 1) niat dan orientasi dalam pendidikan, 2)
keterpaduan antara domain kognitif, afektif dan psikomotorik, 3) bertumpu pada kebenaran,
4) berdasar pada nilai, 5) sesuai dengan usia, kompetensi, dan kebutuhan peserta didik, 6)
memberikan kemudahan, 7) berkesinambungan, dan 8) fleksibel dan dinamis.

Sedangkan pendidikan Barat menurut Naquib al-Attas (Tajudin, 2011:5),” ilmu


pengetahuan Barat tidak secara eksklusif berlandaskan pada wahyu dan kepercayaan agama.
Sebaliknya, ilmu pengetahuan di Barat didasarkan pada tradisi budaya yang diperkuat dengan
spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekuler. Fokus utama dalam pendekatan ini
adalah pada manusia sebagai makhluk rasional”. Akibatnya, ilmu pengetahuan di Barat terus
berkembang dan berubah seiring dengan perkembangan pemikiran dan penemuan baru. Nilai-
nilai etika dan moral juga dipengaruhi oleh pemikiran rasional manusia dan dapat berubah
seiring berjalannya waktu. Dalam pandangan seperti ini, ilmu-ilmu sekuler berkembang
sebagai hasil dari pendekatan yang berpusat pada rasionalitas manusia dan penelitian yang
dilakukan secara objektif. Hal ini memungkinkan pengembangan ilmu pengetahuan yang
lebih luas dan beragam di berbagai bidang ilmu.

Prinsip umum pendidikan Barat menurut Dewey ada empat prinsip, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Adolph E Meyer (Syabudin, 2011:100), dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Pendidikan itu adalah hidup, bukan sekadar persiapan untuk hidup: Prinsip ini
menekankan bahwa pendidikan harus melibatkan pengalaman langsung dan
relevan dengan kehidupan nyata.

2. Pendidikan adalah perkembangan: Prinsip ini menekankan bahwa


pendidikan adalah proses yang berkelanjutan dan terus-menerus.

3. Pendidikan adalah rekonstruksi dari sekelompok pengalaman secara terus


menerus: Prinsip ini menekankan bahwa pendidikan melibatkan
pengorganisasian dan pengolahan pengalaman yang diperoleh oleh individu.

4. Pendidikan adalah proses sosial dan untuk merealisasikan hal itu sekolah
(lembaga pendidikan) harus berbentuk komunitas demokratis: Prinsip ini
menekankan pentingnya pendidikan sebagai proses sosial yang melibatkan
interaksi antara individu dan masyarakat.

Apabila dikompariskan prinsip Pendidikan Islam dan Barat ini dari beberapa sisi
masih saling berkaitan dan saling melengkapi. Islam sendiri mengatur segala aspek termasuk
pendidikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits. Meskipun
Pendidikan Barat lebih berorientasi pada tradisi dan budaya yang diperkuat oleh sistematik
berfikir. Akan tetapi, hal tersebut tidak ter-nafikan oleh pendidikan Islam, dengan catatan
tidak melanggar norma dan aturan Islam sendiri. Misalnya, dari dua pendapat diatas, Islam
menekankan bahwa pendidikan itu merujuk pada kemaslahatan dan keutamaan. Sedangkan
dalam prinsip pendidikan Barat menekankan proses sosial. Apabila dua gagasan prinsip ini
kita satukan, maka akan menciptakan interaksi sosial yang merujuk pada kemaslahatan secara
umum.

F. Jenis pendekatan dan metode pendidikan islam dan Barat

Dibawah ini merupakan beberapa jenis pendekatan pembelajaran yang digunakan


dalam pendidikan Islam menurut Armai Arief, antara lain :

1. Pendekatan Filosofis

Berdasarkan pendekatan filosofis, pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai studi


proses pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam berdasarkan
konsep filosofis yang berasal dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Berbeda dengan Barat,
yang didasarkan pada gagasan, penelitian, dan tradisi,

2. Pendekatan Induksi-Deduksi

Pendekatan induksi adalah suatu pendekatan yang cara penganalisaan ilmiahnya


bergerak dari hal-hal yang sifatnya khusus kepada hal-hal yang bersifat umum
(Universal).Atau dengan kata lain penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah-
kaidah khusus. Sedangkan pendekatan deduksi adalah kebalikannya yaitu suatu
pendekatan yang cara penganalisaan ilmiahnya bergerak dari hal-hal yang sifatnya
umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.

3. Pendekatan Sosio-Kultural

Pendekatan sosiokultural berpusat pada gagasan bahwa manusia adalah makhluk yang
bermasyarakat dan berkebudayaan, sehingga mereka dianggap sebagai "homo socius"
dan "homo sapiens" dalam interaksi dengan masyarakat dan kebudayaan.

4. Pendekatan Fungsional

Dalam hal pendidikan Islam, pendekatan fungsional didefinisikan sebagai penyajian


materi pendidikan Islam dengan penekanan pada segi kemanfaatannya bagi siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan ini, materi yang disampaikan
pendidik kepada siswa dapat bermanfaat dalam kehidupan masa depan.

5. Pendekatan Emosional

Pendekatan Emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa
dalam meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agamanya". Dengan pendekatan
ini, pendidik diharapkan dapat memberikan dorongan semangat kepada siswanya
untuk menjalankan syari’at ajaran islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-
Sunnah(Rianie, 2015).

Sedangkan beberapa jenis pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam


pendidikan barat, antara lain :
1. Pendekatan Pedagogi

Pendekatan pedagogi adalah pendekatan yang titik tekan proses pembelajarannya


berpusat pada peran aktif siswa dalam mencari, memperoleh, dan membangun
pengetahuan. Dalam pendekatan ini, guru bertindak sebagai fasilitator dan
mengutamakan interaksi antara guru dan siswa serta antar siswa.

2. Pendekatan Andragogi

Pendekatan Andragogi adalah pendekatan yang titik tekan pembelajarannya berpusat


pada peserta didik, sehingga mereka aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan
memiliki kontrol yang lebih besar atas pengalaman belajar mereka sendiri. Istilah
andragogi seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran orang dewasa di Barat.

3. Pendekatan Heutagogi

Pendekatan Heutagogi adalah pendekatan yang titik tekan pembelajarannya berpusat


pada diri sendiri, sehingga peserta didik bertanggung jawab penuh atas proses
pembelajaran mereka sendiri, termasuk dalam menentukan tujuan pembelajaran,
mengumpulkan sumber daya, dan mengevaluasi hasil pembelajaran(Hiryanto, 2017).

4. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan Kontekstual adalah pendekatan yang titik tekan pembelajarannya relevan


dengan kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga mereka dapat mengaitkan
konsep-konsep pembelajaran dengan situasi nyata yang mereka hadapi. Pendekatan
pembelajaran kontekstual juga seringkali diterapkan dalam pendidikan Barat.

5. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan Konstruktivisme adalah pendekatan yang titik tekan pembelajarannya


berpusat pada peran aktif peserta didik dalam konstruksi pengetahuan mereka sendiri.
Sehingga peserta didik dapat belajar membangun pemahaman mereka sendiri tentang
dunia melalui interaksi dengan lingkungan.

Dibawah ini terdapat beberapa jenis metode pembelajaran yang digunakan dalam
pendidikan islam, antara lain :

1. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode yang memberikan penjelasan secara lisan kepada
siswa tentang suatu pelajaran tertentu. Metode ini memperlihatkan bahwa peranan
guru sangat dominan karena dalam pelaksanaan pengajaran, siswa cukup
mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas (Zakir,
2016).

2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode yang menyajikan bahan-bahan pembelajaran dalam
bentuk beberapa masalah yang harus dipecahkan oleh pendidik dan peserta didik.
Dalam metode ini dibahas suatu masalah dan diungkap berbagai kemungkinan
pemecahan atau jalan keluarnya (Ishak, 2015).

3. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah metode yang memadukan penjelasan lisan dengan


perbuatan untuk mempraktekkan atau menunjukkan proses atau cara kerja suatu
benda yang berkaitan dengan materi Pelajaran (Tambak, 2014).

4. Metode Resitasi

Metode Resitasi atau metode pemberian tugas adalah metode pembelajaran di mana
guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencapai sejumlah kompetensi dan
keterampilan tertentu. Selanjutnya, guru bertanggung jawab atas hasil tugas tersebut
(Amin, 2015).

5. Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan adalah metode yang digunakan untuk membiasakan anak didik
agar dapat bertindak, berpikir, dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam.
Fokus dari metode pembiasaan ini adalah keistiqomaahan atau pengulangan. Selain
itu, metode ini juga untuk mengubah kebiasaan negative (Irfan Syahroni et al., 2021).

Sedangkan beberapa jenis metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan


barat, antara lain :

1. Metode Dialektika

Metode ini didasarkan pada pemikiran idealisme Plato, yang menganggap bahwa
kebaikan dan kebenaran dapat dicapai melalui dialog dan perdebatan. Dalam metode
ini, siswa didorong untuk berpikir kritis dan mengembangkan argumen mereka
sendiri.

2. Metode Socrates

Metode ini diciptakan oleh seorang tokoh filsuf Yunani yang bernama Socrates.
Dalam metode ini, siswa diharapkan dapat menjawab beberapa deretan pertanyaan
atas dasar kecerdasannya dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

3. Metode Herbart

Metode ini diciptakan oleh seorang ahli filsafat dan ilmu jiwa asosiasi yang bernama
Priedrich Herbart. Dalam metode ini akan disajikan bahan Pelajaran lalu mengaitkan
antara tanggapan lama dengan tanggapan baru. Hal tersebut membuat para siswa
dapat mengemukakan berbagai pendapat(Rianie, 2015).
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan dan metode merupakan salah satu komponen penting dalam sistem
pendidikan. Pendidikan Islam dan pendidikan Barat memiliki beberapa perbedaan
yang mendasar baik dari sumber pedoman, orientasi tujuan, serta prinsip-prinsip yang
digunakan. Pendidikan Islam tetaplah berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits yang
menjadi sumber dasar, disamping itu pendidikan dalam Islam juga didasari oleh rasio
pemikiran yang tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam Al-Qur’an
dan Hadits tersebut. Sedangkan pendidikan Barat, lebih berkiblat pada tradisi budaya
yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekuler. Dari
kedua hal yang berbeda tersebut, apabila kita komparasikan akan ada persamaan
diantara keduanya dari segi prinsip, metode, pendekatan maupun elemen lain yang
disitu dapat mempengaruhi pendidikan secara efektif dan praktis. Dengan mengetahui
pentingnya pendekatan dan metode dalam pendidikan Islam, pendidik hendaknya
dapat memahami kekurangan dan kelebihan yang kemudian dapat dikolaborasikan
agar tujuan pendidikan Islam dapat tercapai.
Daftar Rujukan

Botma, Abdullah. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Makassar: Alaudin University Press.

Akhmansyah, M. (2015). Al-Qur’an dan Al-Sunnah Sebagai Dasar Ideal Pendidikan Islam.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 8(2), 127-142.
http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/article/viewFile/914/774

Amin, A. (2015). Metode dan Model Pembelajaran Agama Islam. In Moch. Iqbal (Ed.),
(Cetakan 1). IAIN Bengkulu Press.

Anugrah, Meisakh Nur, Radiana, Usman. (2022). Filsafat Rasionalisme Sebagai Dasar
Ilmu Pengetahuan. Jurnal Filsafat Indonesia, 5(3), 182-187.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/download/41741/23187/138811

Faisal, Yusuf Amir. (2011). Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani.

Gade. Syabudin, Perbandingan Konsep Dasar Pendidikan Antara Dewey Dan Asy-
Syaibani, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. 7 No. 1, Agustus 2011 https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/view/440/351

Hajiannor. (2015). Ijtihad dan Penekannya Dalam Pendidikan Islam. Ta’lim: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Islam, 6(2).

Hakim, Atang Abdul, Saebani, beni Ahmad. Filsafat Umum dari Metologi Sampai
Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.

Hidayat, Nur. (2021). Komparasi Filsafat Pendidikan Barat dan Pendidikan Islam.
Jurnal An-Nur: kajian Pendidikan dan ilmu Keislaman, 7(1), 202–215.
https://journal.an-nur.ac.id/index.php/annur/article/view/66/56

Hiryanto. (2017). PEDAGOGI, ANDRAGOGI DAN HEUTAGOGI SERTA


IMPLIKASINYA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Dinamika
Pendidikan, 22, 65–71.

Irfan Syahroni, M., Muhammad Toriqularif, dan, STIT Al-Aziziyah, D., TGH Umar
Abdul Aziz kapek Gunung Sari Lombok Barat, J. I., pos, kode, STAI Al-Falah
Banjarbaru, D., Ulin Barat, L., Anggang, L., Banjarbaru, K., & Selatan, K. (2021).
STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM. Jurnal Al-
Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat, 18(1).

Ishak, S. (2015). Metode Pembelajaran Sains Dalam Perspektif Pendidikan Islam.


Jurnal Ilmiah Islam Futura, 15(1), 143. https://doi.org/10.22373/jiif.v15i1.563

Langgulung, Hasan. (2008). Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung: Al-
Ma’arif.
Nur, H.Tajuddin, Perbandingan Tujuan Pendidikan Islam Dengan Pendidikan Barat,
Majalah Ilmiah Solusi, Vol. 10 No. 20, September – November 2011
https://journal.unsika.ac.id/index.php/solusi/article/view/374

Nuthpaturahman. (2023). Perbandingan Filsafat Pendidikan Islam dan Filsafat


Pendidikan Barat. Al-Qalam: Jurnal Pendidikan Keagamaan dan Kemasyarakatan,
17(2), 1392–1408. https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-qalam/article/view/
1937/876

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia 2008. Hal 28

Rianie, N. (2015). PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM(Sebuah


Perbandingan dalam Konsep Teori Pendidikan Islamdan Barat). Management of
Education, 1(2).

Rusdi. (2013). Filsafat Idealisme (Implikasinya Dalam Pendidikan). Dinamika Ilmu,


3(2), 236-249.

Siddik, Dja’far. (2006). Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Cita Pustaka.

Tambak, S. (2014). Pendidikan Agama Islam; Konsep Metode Pembelajaran PAI. Graha
Ilmu.

Teng, Muhammad Bahar Akkase. (2016). Rasionalis dan Rasionalisme dalam Perspektif
Sejarah. Jurnal Ilmu Budaya, 4(2), 14-27.
https://media.neliti.com/media/publications/163158-ID-rasionalis-dan-rasionalisme-dalam-
perspe.pdf

Wiyani, Novan Ardy. Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2012

Zakir, M. (2016). Metode Mengajar dalam Pendidikan Islam (Kajian Tafsir Tarbawi).
Jurnal Studi Pemikiran, Riset Dan Pengembangan Pendidikan Islam, 5(2), 101–118.
http://ojs.serambimekkah.ac.id/tarbawi/article/view/1267

Anda mungkin juga menyukai