Anda di halaman 1dari 142

Peraturan dan Tata Tertib

1
Peraturan dan Tata Tertib

2
Peraturan dan Tata Tertib

DAFTAR ISI

BAB 1 DEFINISI Hal 5

BAB 2 KETENTUAN UMUM Hal 19

BAB 3 KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING Hal 29

BAB 4 KETENTUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING Hal 39

BAB 5 KLIRING DAN PENYELESAIAN Hal 65

BAB 6 PENYELESAIAN TRANSAKSI Hal 81

BAB 7 SISTEM KLIRING ELEKTRONIK Hal 89

BAB 8 PENYERAHAN FISIK Hal 97

BAB 9 KEJADIAN KEGAGALAN Hal 103

BAB 10 PROSEDUR PENYELESAIAN CIDERA JANJI Hal 109

BAB 11 KETENTUAN KHUSUS Hal 115

BAB 12 PENYALURAN AMANAT LUAR NEGERI Hal 121

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF (SPA) Hal 129

3
Peraturan dan Tata Tertib

KETERANGAN

Keterangan-keterangan di bawah ini mohon digunakan sebagai referensi


dalam membaca Peraturan dan Tata Tertib dan Sinopsis ini:
1. Pengkategorian dilakukan berdasarkan peraturan Indonesia Clearing
House (ICH) terakhir tahun 2012.
2. Komparasi yang dilakukan pada Sinopsis ini adalah antara (1) Peraturan
Tata Tertib (PTT) ICH sebagaimana telah dijelaskan pada nomor 1 di
atas, dan (2) PTT Identrust Security Indonesia (ISI) sebagaimana
diterima dari Bappebti.
3. Selanjutnya versi nomor (1) akan disebut PTT ICH sebelum perubahan
dan nomor (2) akan disebut PTT ICH setelah perubahan.

4
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 1
DEFINISI

5
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 1 DEFINISI

100 DEFINISI

101 PENAFSIRAN

6
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini diawali dengan definisi atas istilah-istilah yang akan digunakan pada
seluruh peraturan dan tata tertib. Bab ini juga mengatur bahwa penafsiran final dan
mengikat atas isi ketentuan peraturan ini berada pada Lembaga kliring.

Bab ini terdiri atas 2 pasal yaitu: Definisi dan Penafsiran.

Bab ini telah mengalami perubahan yang cukup signifikan dikarenakan oleh
perubahan yang signifikan pula pada badan peraturan dan tata tertib secara
keseluruhan antara PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH setelah perubahan.
Ada beberapa definisi yang dikurangkan, ditambahkan dan diubah.

Rincian akan hal tersebut adalah sebagai berikut:

Definisi yang ditambahkan


• American Style Option • Anggota Kliring Pembeli
• Anggota Kliring Penjual • Auditor
• Batas Posisi • Block Trade (Bonafide)
• Bulan Kontrak • European Style Option
• Hari Kerja • Harga Penyelesaian Akhir
• Harga Penyelesaian Harian • Hari Perdagangan
• Hari Penyerahan • Komite Bursa
• Keadaan Kahar (Force Majeure) • Kontrak Derivatif
• Kontrak dengan Penyelesaian Tunai • Kontrak dengan Penyelesaian Fisik
(Cash Settled Contract) (Deliverable Contract)
• Kontrak Opsi • Margin Awal (Initial Margin)
• Margin Khusus (Special Margin) • Margin Penyerahan (Spot Margin)
• Margin Variasi • Nilai Penyelesaian Harian
• Novasi • Pedagang Berjangka Remote
• Pembeli • Penjual
• Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif • Peserta Sistem Perdagangan Alternatif
• Peraturan Bursa Berangka • Peraturan Kliring Berangka
• Perdagangan Berjangka • Periode Penyerahan
• Petunjuk Pelaksanaan • Posisi Atas Nama Sendiri
(Proprietary Account)
• Rekening Nasabah • Rekening Omnibus (Omnibus Account)
• Sistem Perdagangan Alternatif • Spesifikasi Kontrak Berjangka
• Surat Edaran • Surat Edaran Bersama (SEB)
• Surat Keputusan (SK) • Surat Keputusan Bersama (SKB)
• Surat Pemberitahuan • Strike Price (Striking Price)
• Tanggal Kadaluarsa • Tukar Fisik dengan Berjangka
(Exchange for Physical / EFP) 7
Peraturan dan Tata Tertib

Definisi yang ditiadakan


• Anggota Kliring • Biaya Kliring (Clearing Fee)
• Cidera Janji (Default) • Derivatif
• Harga Penyelesaian Darurat • Harga Penyelesaian (Settlement Price)
• Menteri • Pegawai Lembaga Kliring ISI
• Penutupan Perdagangan • Penyerahan
• Peraturan Kliring • Peraturan Bursa
• Posisi Terbuka (Open Position) • Secara Tertulis

Definisi yang diubah secara signifikan
• Anggaran Dasar • Anggota Bursa Berjangka
• Automated Trading System (ATS) • Dewan Direksi
• Rekening Terpisah (Segregated Account)

Pasal 102 sampai dengan 108 PTT ICH setelah perubahan telah dihapus.

Pasal 101 dalam bab I PTT ICH sebelum perubahan dirubah menjadi Penafsiran. Pasal
ini mengatur bahwa penafsiran final mengenai isi ketentuan peraturan ini berada
pada pihak Lembaga Kliring.

8
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 1
DEFINISI
100. DEFINISI
Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis
dengan huruf awal kapital dalam peraturan ini akan mengandung pengertian-
pengertian sebagai berikut:

Afiliasi a) Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan


sampai dengan derajat kedua, baik horizontal maupun
vertikal;
b) Hubungan antara Pihak dengan karyawan, Dewan
Direksi atau Dewan Komisaris, dari Pihak tersebut;
c) Hubungan antara dua perusahaan yang mempunyai
satu atau lebih anggota Dewan Direksi atau anggota
Dewan Komisaris yang sama;
d) Hubungan antara perusahaan dan Pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung, mengendalikan atau
dikendalikan oleh perusahaan tersebut;
e) Hubungan antara dua perusahaan yang dikendalikan,
baik langsung maupun tidak langsung, oleh Pihak yang
sama;
f ) Hubungan antara perusahaan dan pemegang saham
utamanya.

American Style Tipe dari Kontrak Opsi, dimana Pembeli dari Kontrak Opsi
Option tersebut memiliki hak untuk menggunakan Kontrak Opsi
tersebut kapan pun atau sebeium Tanggal Kadaluarsa dari
Kontrak Opsi tersebut.

Anggaran Akta Pendirian dan Anggaran Dasar Lembaga Kliring termasuk


Dasar setiap perubahannya.

Anggota Bursa Pihak yang mempunyai hak untuk menggunakan sistem


Berjangka dan/atau sarana Bursa Berjangka dan hak untuk melakukan
transaksi Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya, sesuai dengan Peraturan dan Tata Tertib Bursa
Berjangka.

Anggota Anggota Kliring yang menerima tanggung jawab untuk


Kliring mengkliringkan dan menyelesaikan Kontrak Berjangka, dan/
Pembeli atau Kontrak Derivatif lainnya yang dibeli oleh Nasabahnya,
atau Anggota Kliring yang membeli Kontrak Berjangka, dan/
atau Kontrak Derivatif lainnya atas nama sendiri.

9
Peraturan dan Tata Tertib

Anggota Anggota Kliring yang menerima tanggung jawab untuk


Kliring Penjual mengkliringkan dan menyelesaikan Kontrak Berjangka, dan/
atau Kontrak Derivatif lainnya yang dijual oleh Nasabahnya,
atau Anggota Kliring yang menjual Kontrak Berjangka, dan/
atau Kontrak Derivatif lainnya atas nama sendiri.

Auditor Auditor eksternal yang ditunjuk oleh Anggota Kliring sesuai


dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Automated yang seianjutnya disebut ATS adalah sistem komputerisasi


Trading System yang disediakan oleh Bursa Berjangka untuk perdagangan
(ATS) Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
Akses ke ATS tersedia bagi Anggota Bursa Berjangka untuk
mengakses kontrak yang diperdagangkan di Bursa Berjangka.
ATS memfasilitasi perdagangan kontrak dan penyebaran
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan perdagangan,
volume transaksi dan pemberitahuan lainnya sebagaimana
ditetapkan oleh Bursa Berjangka

Bank Bank Devisa Umum yang disetujui oleh Bappepti dan memiliki
Penyimpan Kerjasama dengan Lembaga Kliring untuk menyimpan dana
Nasabah, Margin, Dana Jaminan Kliring (Security Deposit), dan
Dana Kliring (Clearing Fund).

Bappebti Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, selaku


instansi pemerintah yang berwenang dalam membina,
mengatur, mengembangkan, dan mengawasi kegiatan
Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia.

Batas Posisi Jumlah maksimum posisi jual atau beli terbuka bersih Kontrak
Berjangka yang diperkenankan untuk dikuasai oleh setiap
Pihak baik langsung atau tidak langsung untuk 1 (satu) Bulan
Kontrak atau untuk seluruh Bulan Kontrak.

Block Trade Perdagangan dalam skala besar yang dilaksanakan ber-


(Bonafide) dasarkan volume minimum yang disyaratkan sebagaimana
ditetapkan oleh Bursa Berjangka.

Bulan Kontrak Bulan dimana kewajiban kontraktual atas Kontrak Berjangka


dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang jatuh tempo
diselesaikan baik secara tunai, penyerahan fisik ataupun
dengan cara penyelesaian lain yang ditentukan dalam
Spesifikasi Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif
Iainnya.

10
Peraturan dan Tata Tertib

Bulan Bulan penyerahan yang ditetapkan dalam setiap Spesifikasi


Penyerahan Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif Iainnya.

Bursa Badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan


Berjangka sistem danlatau sarana untuk kegiatan jual bell Komoditi
berdasarkan Kontrak Berjangka, danlatau Kontrak Derivatif
Iainnya.

Dana Jaminan
Kliring Jaminan tambahan di luar Margin berupa uang tunai dan/
(Security atau surat berharga yang disetujui oleh dan diterima Lembaga
Deposit) Kliring guna menjamin transaksi Kontrak Berjangka, dan/atau
Kontrak Derivatif Iainnya.

Dana yang disisihkan dari pendapatan Lembaga Kliring,


Dana Kliring
yang dikelola untuk tujuan melindungi Lembaga Kliring dari
(Clearing Fund)
kondisi dan situasi yang mengancam integritas keuangan dan
operasional Lembaga Kliring.

Dewan Direksi Dewan Direksi Lembaga Kliring yang memiliki kewenangan


untuk bertindak mewakili kepentingan Lembaga Kliring.

European Style Suatu tipe dari Opsi Kontrak Berjangka, dimana pembeli
Option Opsi Kontrak Berjangka memilliki hak untuk menggunakan
Opsi Kontrak Berjangka pada Tanggal Kadaluarsa Kontrak
Berjangka tersebut.

Hari Kerja Hari dimana Lembaga Kliring melakukan kegiatan usahanya.

Hari Hari yang ditentukan oleh Bursa Berjangka sebagai hari untuk
Perdagangan melaksanakan perdagangan Kontrak Berjangka, dan/atau
Kontrak Derivatif Iainnya.

Hari Hari pada tanggal jatuh tempo suatu Kontrak Berjangka,


Perdagangan dan/atau Kontrak Derivatif Iainnya sesuai dengan Spesifikasi
Terakhir Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif Iainnya.

Harga
Penyelesaian Harga Penyelesaian Harian pada Hari Perdagangan Terakhir.
Akhir

Harga Harga penyelesaian kontrak setiap akhir Hari Perdagangan


Penyelesaian berdasarkan system atau formula yang ditetapkan oleh Bursa
Harian Berjangka bersama dengan Lembaga Kliring.

11
Peraturan dan Tata Tertib

Hari dimana penyerahan fisik dilaksanakan guna memenuhi


Hari
persyaratan Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif
Penyerahan
lainnya yang tertuang dalam Spesifikasi Kontrak Berjangka,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

Keadaan
Keadaan memaksa (kahar) sebagaimana dimaksud dalam Bab
Kahar (Force
2 Peraturan Lembaga Kliring ini.
Majeure)

Komite Kliring Sekelompok individu yang ditunjuk dan dibentuk oleh


Lembaga Kliring untuk membantu Dewan Direksi dalam
memberikan pertimbangan dan/atau saran terhadap pe-
laksanaan dan pemberlakuan tugas khusus.

Komoditi Semua barang, jasa, hak, dan kepentingan lainnya, dan setiap
derivatif dari Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan
menjadi subjek Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya.

Kontrak Suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual


Berjangka Komoditi dengan penyelesaian kemudian sebagaimana
ditetapkan di dalam kontrak yang diperdagangkan di Bursa
Berjangka.

Kontrak Kontrak yang nilai dan harganya bergantung pada subjek


Derivatif Komoditi.

Kontrak
Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang
Dengan
diselesaikan secara tunai sesuai dengan syarat dan kondisi
Penyelesaian
yang ditetapkan dalam Spesifikasi Kontrak Berjangka, dan/
Tunai (Cash
atau Kontrak Derivatif lainnya.
Settled
Contract)

Kontrak Dengan Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang


Penyerahan Diselesaikan melalui mekanisme penyerahan Komoditi sesuai
Fisik (Deliverable dengan persyaratan dan kondisi yang ditetapkan dalam
Contract) Spesifikasi Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya.

Kontrak Opsi Suatu kontrak yang memberikan hak kepada Pembeli untuk
membeli atau menjual Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya atas Komoditi tertentu pada tingkat harga,

12
Peraturan dan Tata Tertib

jumlah, dan jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan


terlebih dahulu dengan membayar sejumlah Premi.

Lembaga PT. Identrust Security International, merupakan badan


Kliring usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan
penyelesaian transaksi Perdagangan Berjangka.

Margin Sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan


oleh Nasabah pada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka pada
Anggota Kliring, atau Anggota Kliring pada Lembaga Kliring
untuk menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

Margin Awal Margin yang dipersyaratkan oleh Lembaga Kliring dan/atau


(Initial Margin) Bursa Berjangka untuk setiap posisi terbuka yang wajib
dibayarkan sebelum membuka posisi.

Margin Khusus Margin yang ditetapkan oleh Bursa Berjangka dan Lembaga
(Special Margin) Kliring selain Margin Awal (Initial Margin), Margin Variasi, dan
Margin Penyerahan (Spot Margin) pada kondisi tertentu.

Margin Margin yang dipersyaratkan oleh Lembaga Kliring dan/


Penyerahan atau Bursa Berjangka untuk setiap posisi terbuka Kontrak
(Spot Margin) Berjangka pada Bulan Terdekat.

Margin Variasi Margin selisih hasil perhitungan antara harga posisi terbuka
Anggota Kliring baik jual atau beli dengan Harga Penyelesaian
Harlan, yang akan menjadi hak atau kewajiban Anggota
Kliring.

Nasabah Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, dan/atau


Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola oleh
Pialang Berjangka.

Nilai Nilai yang diperoleh dengan memperhitungkan saldo Margin


Penyelesaian milik Anggota Kliring dengan hak atau kewajiban keuangan
Harian yang diperolehnya, setelah penutupan Hari Perdagangan
(mark-to-market).

Novasi Tindakan Lembaga Kliring dalam menjalankan fungsi


substitusi, yaitu bertindak selaku Pembeli bagi Penjual dan
Penjual bagi Pembeli untuk semua posisi Kontrak Berjangka,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang sudah sepadan.
13
Peraturan dan Tata Tertib

Offset Penutupan posisi terbuka dengan cara mengambil posisi


berlawanan dalam jumlah dan kontrak yang sama.

Pedagang yang selanjutnya disebut Pedagang adalah Anggota Bursa


Berjangka Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak
Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa
Berjangka untuk diri sendiri dan/atau kelompok usahanya.

Pedagang Pedagang Berjangka Anggota Bursa yang berkedudukan


Berjangka hukum di luar Indonesia dan hanya dapat melakukan
Remote transaksi di dalam Bursa Berjangka.

Pembeli Pihak yang membeli Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak


Derivatif lainnya yang diperdagangkan di Bursa Berjangka.

Penjual Pihak yang menjual Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak


Derivatif lainnya yang diperdagangkan di Bursa Berjangka.

Penyelenggara Pedagang Berjangka yang merupakan Anggota Bursa


Sistem Berjangka dan Anggota Kliring yang melakukan kegiatan jual
Perdagangan bell Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka, untuk dan
Alternatif atas nama sendiri dalam Sistem Perdagangan Alternatif.

Peserta Sistem Pialang Berjangka yang merupakan Anggota Bursa Berjangka


Perdagangan dan Anggota Kliring yang melakukan kegiatan jual beli
Alternatif Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka atas amanat
Nasabah dalam Sistem Perdagangan Alternatif.

Peraturan Peraturan dan Tata Tertib Bursa Berjangka berikut perubahan


Bursa atau penambahannya yang diberlakukan dari waktu ke waktu
Berjangka dengan persetujuan Bappebti.

Peraturan Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring berikut perubahan


Lembaga atau penambahannya yang diberlakukan dari waktu ke waktu
Kliring dengan persetujuan Bappebti.

Peraturan
Perundang- Undang-undang Perdagangan Berjangka Komoditi beserta
undangan di perubahannya dan peraturan-peraturan pelaksanaannya.
bidang
Perdagangan
Berjangka

14
Peraturan dan Tata Tertib

Perdagangan Segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi


Berjangka dengan penarikan Margin dan dengan penyelesaian
kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya.

Periode Periode saat Komoditi dialokasikan untuk proses penyerahan


Penyerahan fisik dan diserahkan sebagaimana ditetapkan dalam
Spesifikasi Kontrak Berjangka, danlatau Kontrak Derivatif
lainnya.

Petunjuk Prosedur standar yang berisikan petunjuk teknis detail dalam


Pelaksanaan rangka mendukung pelaksanaan Peraturan Lembaga Kliring.

Pialang Yang selanjutnya disebut Pialang adalah badan usaha yang


Berjangka menyelenggarakan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan
Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas
amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau
surat berharga tertentu sebagai Margin untuk menjamin
transaksi tersebut.

Pihak Orang perseorangan, koperasi, badan usaha lain, badan


usaha bersama, asosiasi, atau kelompok orang perseorangan,
dan/atau perusahaan yang terorganisasi.

Posisi Atas Posisi dari Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif


Nama Sendiri lainnya yang tercatat di rekening Anggota Kliring itu sendiri
(Proprietary atau Nasabah terkait, balk posisi terbuka atau telah dilikuidasi.
Position)

Posisi Nasabah Posisi yang timbul dari rekening Nasabah dari setiap kontrak
balk posisi terbuka atau yang telah dilikuidasi.

Premi Atas yang selanjutnya disebut Premi adalah nilai yang dibayarkan
Kontrak Opsi untuk mendapatkan hak atas Kontrak Opsi.

Rekening Atas Rekening yang dikelola Anggota Kliring yang digunakan


Nama Sendiri untuk mencatat Proprietary Position atau Posisi Atas Nama
(Proprietary Sendiri.
Account)

Rekening Rekening Nasabah Rekening dalam pembukuan milik


Nasabah Anggota Kliring yang dipergunakan untuk membuka Posisi
Nasabah.

15
Peraturan dan Tata Tertib

Rekening Rekening yang dicatat atas nama badan hukum yang dapat
Omnibus Rekening Omnibus digunakan dalam melakukan transaksi
(Omnibus di Bursa Berjangka dan (Omnibus Account) pelaksanaan
Account) kliring untuk kepentingan seorang Nasabah atau Iebih yang
identitasnya dirahasiakan.

Rekening Rekening pada Bank Penyimpan yang teiah disetujui Bappebti


Terpisah untuk menyimpan :
(Segregated 1. Dana Nasabah dan dipisahkan dari kekayaan Pialang
Account) Berjangka;
2. Dana kompensasi yang dipisahkan dari kekayaan Bursa
Berjangka; atau
3. Dana Anggota Kliring yang dipisahkan dari kekayaan
Lembaga Kliring.

Sistem Yang selanjutnya disebut SPA adalah sistem perdagangan


Perdagangan yang Sistem Perdagangan berkaitan dengan jual beli Kontrak
Alternatif Derivatif selain Kontrak Berjangka Alternatif yang dilakukan
di luar Bursa Berjangka secara bilateral dengan penarikan
Margin yang didaftarkan ke Lembaga Kliring.

Spesifikasi Kontrak yang telah memenuhi persyaratan standar yang


Kontrak diumumkan/dipublikasikan dalam website Bursa Berjangka
Berjangka termasuk, tetapi tidak terbatas pada: mutu, Satuan Kontrak,
Bulan Kontrak, jam perdagangan, dasar Kontrak Berjangka
(underlying), klasifikasi Spesifikasi Kontrak penyerahan
atau penyelesaian, fluktuasi harga minimal Hari Berjangka
Perdagangan Terakhir, dan/atau basis penyelesaian se-
bagaimana ditentukan oleh Bursa Berjangka. Bursa Berjangka
dapat mengubah (bila diperlukan setiap Spe-sifikasi Kontrak
kapan pun sesuai dengan Peraturan Perundangundangan di
bidang Perdagangan Berjangka.

Pemberitahuan tertulis kepada seluruh Anggota Kliring


Surat Edaran
mengenai Surat Edaran kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Lembaga Kliring.

Surat Edaran Pemberitahuan tertulis kepada seluruh Anggota Kliring


Bersama (SEB) mengenai Surat Edaran Bersama kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Lembaga Kliring dan Bursa Berjangka.

Surat Keputusan Produk hokum yang diterbitkan oleh Lembaga Kliring sesuai
(SK) Surat Keputusan (SK) kewenangan yang dimilikinya dan
berisikan kebijakan yang mengikat secara hukum.

16
Peraturan dan Tata Tertib

Surat Produk hukum yang diterbitkan oleh Lembaga Kliring dan


Keputusan Bursa Berjangka sesuai kewenangan bersama dan berisikan
Bersama (SKB) kebijakan yang mengikat secara hukum.

Surat Pemberitahuan tertulis yang bersifat mengikat kepada


Pemberitahuan Anggota Kliring mengenai hal tertentu.

Strike Price Harga dimana suatu Kontrak Opsi dapat direalisasikan.


(Striking Price)

Pialang Yang selanjutnya disebut Pialang adalah badan usaha yang


Berjangka menyelenggarakan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan
Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas
amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau
surat berharga tertentu sebagai Margin untuk menjamin
transaksi tersebut.

Tanggal Hari terakhir dimana Pembeli Kontrak Opsi menggunakan hak


Kadaluarsa atas Kontrak Opsi.

Tukar Fisik Suatu transaksi dimana Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak


dengan Derivatif lainnya ditukar dengan transaksi bilateral yang
Berjangka dilaksanakan di luar Bursa Berjangka, atau turunan dari jenis
(Exchange for Komoditi yang sama atau variannya.
Physical/EFP)

101. PENAFSIRAN
1. Judul atau sub judul dari Peraturan Lembaga Kliring dibuat hanya untuk
tujuan memudahkan dalam penyajian, dan tidak akan mempengaruhi
penafsiran isi dan makna yang terkandung dalam Peraturan Lembaga
Kliring ini;
2. Dalam menafsirkan isi ketentuan Peraturan Lembaga Kliring ini, keputusan
yang dikeluarkan oleh Lembaga Kliring adalah bersifat final dan mengikat;
3. Dalam Peraturan Lembaga Kliring ini yang dimaksud Anggota Kliring
adalah termasuk seluruh pejabat, karyawan, perwakilan atau cabang dan
Anggota Kliring;
4. Dalam Peraturan Lembaga Kliring ini, jika ada 2 (dua) interpretasi yang
berbeda, maka interpretasi yang digunakan adalah interpretasi yang lebih
jelas.

17
Peraturan dan Tata Tertib

18
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 2
KETENTUAN UMUM

19
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 2 KETENTUAN UMUM

200 PEMBERLAKUAN PERATURAN LEMBAGA KLIRING

201 KEWENANGAN TAMBAHAN

202 KEWENANGAN UNTUK MENGUBAH DAN MENGESAMPINGKAN


PERATURAN LEMBAGA KLIRING

203 KEWENANGAN MENERBITKAN SURAT KEPUTUSAN, SURAT


PEMBERITAHUAN, SURAT EDARAN, DAN PETUNJUK PELAKSANAAN

204 YURISDIKSI DAN HUKUM YANG BERLAKU

205 DOKUMEN SEBAGAI ALAT BUKTI

206 BAHASA

207 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB LEMBAGA KLIRING

208 BATASAN TANGGUNG JAWAB

209 IMUNITAS

210 PEMBEBASAN

211 KERAHASIAAN

212 KETERPISAHAN (SEVERABILITY)


213 KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)

214 ESENSI WAKTU

20
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur tentang ketentuan-ketentuan umum lembaga kliring, termasuk di


dalamnya kewenangan serta tugas dan tanggung jawab lembaga kliring, yurisdiksi
dan bahasa yang dipergunakan serta dokumen sebagai alat bukti.

Bab ini berisi 15 pasal yaitu pemberlakuan peraturan lembaga kliring, kewenangan
tambahan dan kewenangan untuk mengubah dan mengesampingkan peraturan
lembaga kliring serta menerbitkan surat keputusan, surat pemberitahuan, surat
edaran, dan petunjuk pelaksanaan, yurisdiksi dan hukum yang berlaku, dokumen
sebagai alat bukti, bahasa, tugas dan tanggung jawab lembaga kliring serta batasan
tanggung jawab, imunitas dan pembebasan, kerahasiaan, keterpisahan (severability),
keadaan kahar (force majeure) dan esensi waktu.

Bahwasanya bab 2 pada PTT ICH setelah perubahan berisi mengenai Keanggotaan
Kliring dan Persyaratan Keuangan. Bab 2 PTT ICH setelah perubahan terdiri atas
10 pasal yaitu: Persyaratan Keanggotaan, Pengajuan Permohonan Keanggotaan,
Persetujuan/Penolakan, Kewajiban Pelaporan, Dana Jaminan Kliring (Security
Deposit), Persyaratan Keuangan Minimum, Modal Bersih Disesuaikan (MBD),
Pengalihan Keanggotaan Kliring, Pengunduran Diri Sebagai Anggota Kliring, dan
Pengembalian Dana Jaminan Kliring. Penjelasan lebih lanjut mengenai ketentuan-
ketentuan pada Bab 2 PTT ICH setelah perubahan akan dijelaskan pada Sinopsis Bab
4 mengenai Ketentuan Keanggotaan Lembaga Kliring.

21
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 2
KETENTUAN UMUM

200. PEMBERLAKUAN PERATURAN LEMBAGA KLIRING

1. Peraturan ini adalah Peraturan dan Tata Tertib yang dibuat dan diberlakukan
oleh Lembaga Kliring setelah mendapatkan persetujuan Bappebti.
2. Peraturan Lembaga Kliring berlaku untuk seluruh Anggota Kliring, dan
dilaksanakan sebagai ketentuan kontraktual yang mengikat antara:
a. Anggota Kliring dengan Lembaga Kliring; dan
b. Anggota Kliring dengan sesama Anggota Kliring.
3. Kecuali ditetapkan lain dalam Peraturan Lembaga Kliring, pihak ketiga tidak
memiliki hak maupun kewajiban berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan di bidang Perdagangan Berjangka atau peraturan lain manapun,
untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Lembaga Kliring ini.

201. KEWENANGAN TAMBAHAN

Kewenangan Dewan Direksi dalam Peraturan Lembaga Kliring adalah tambahan dari
kewenangan Dewan Direksi yang tercantum dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar
Lembaga Kliring.

202.
KEWENANGAN UNTUK MENGUBAH DAN MENGESAMPINGKAN
PERATURAN LEMBAGA KLIRING

1. Lembaga Kliring memiliki kewenangan penuh untuk mengubah ketentuan


yang ditetapkan dalam Peraturan Lembaga Kliring ini. Perubahan
ketentuan dalam Peraturan Lembaga Kliring dimaksud akan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Lembaga Kliring, dan
mengikat semua Anggota Kliring.
2. Lembaga Kliring dapat mengesampingkan kepatuhan terhadap ketentuan
dalam Peraturan Lembaga Kliring ini selama pengesampingan tersebut
tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka.

203.
KEWENANGAN MENERBITKAN SURAT KEPUTUSAN, SURAT
PEMBERITAHUAN, SURAT EDARAN, DAN PETUNJUK PELAKSANAAN

1. Lembaga Kliring berhak, dari waktu ke waktu, menerbitkan instrumen


yang mengatur seperti: Surat Keputusan, Surat Pemberitahuan/Surat
Edaran dan Petunjuk Pelaksanaan guna melengkapi ataupun menjelaskan
penafsiran dan penerapan Peraturan Lembaga Kliring ini kepada Anggota
22 Kliring.
Peraturan dan Tata Tertib

2. Instrumen tersebut di atas disusun menurut peringkat kewenangan,


dimana apabila terjadi perbedaan kepentingan antara ketentuan yang
terkandung dalam satu instrumen (imp) instrumen yang lain, maka
ketentuan instrumen peraturan yang Iebih tinggi akan berlaku.
Peringkatnya adalah sebagai berikut:
a. Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka;
b. Peraturan Lembaga Kliring;
c. Surat Keputusan;
d. Surat Pemberitahuan/Surat Edaran;
e. Petunjuk Pelaksanaan.
3. Setiap Surat Keputusan, Surat Pemberitahuan/Surat Edaran, dan Petunjuk
Pelaksanaan akan diberitahukan melalui fax, email, atau dengan metode
komunikasi lainnya kepada alamat yang diberitahukan oleh Anggota
Kliring, dan dipublikasikan di website Lembaga Kliring, dan akan
dianggap telah diketahui oleh seluruh Anggota Kliring pada saat peraturan
tersebut dipublikasikan oleh Lembaga Kliring.

204. YURISDIKSI DAN HUKUM YANG BERLAKU

1. Lembaga Kliring dan Anggota Kliring setuju bahwa Badan Arbitrase


Perdagangan Berjangka Komoditi (BAKTI) di Indonesia memiliki yurisdiksi
eksklusif. Dengan demikian tidak ada yurisdiksi lain yang memiliki
kewenangan untuk menyelesaikan perselisihan perdata antara Lembaga
Kliring dan Anggota Kliring, dan antara sesama Anggota Kliring yang tidak
dapat diselesaikan melalui proses mediasi.
2. Lernbaga Kliring dan Anggota Kliring setuju bahwa prosedur tata cara
beracara yang dipergunakan adalah Peraturan BAKTI.
3. Peraturan Lembaga Kliring ini akan tunduk dan diatur sesuai dengan
hukum Republik Indonesia.
4. Khusus untuk perkara di luar yurisdiksi BAKTI, Lembaga Kliring memiliki
kewenangan untuk mengajukan perselisihan hukum yang timbul terhadap
pihak ketiga atau terhadap Anggota Kliring kepada:
a. Satu yurisdiksi pengadilan manapun yang berkompeten; atau
b. Lebih dari satu yurisdiksi secara bersamaan.

205. DOKUMEN SEBAGAI ALAT BUKTI

Dokumen Lembaga Kliring dan Bursa Berjangka yang menyangkut perdagangan,


kliring, atau penyelesaian suatu Kontrak Berjangka atau transaksi yang telah
diselesaikan oleh Bursa Berjangka atau telah dikliringkan oleh Lembaga Kliring, atau
telah dilaporkan ke Bursa Berjangka dan didaftarkan ke Lembaga Kliring dianggap
final, absah dan sebagai bukti yang mengikat antara seluruh Pihak terkait dengan
Peraturan Lembaga Kliring dan/atau Peraturan Bursa Berjangka.
23
Peraturan dan Tata Tertib

206. BAHASA

1. Semua Peraturan, Surat Keputusan, Surat Pemberitahuan/Surat Edaran,
Peraturan Pelaksanaan, laporan dan dokumen-dokumen lain yang
diterbitkan oleh Lembaga Kliring berkaitan dengan pengoperasian dan
penyelenggaran fungsi Lembaga Kliring, akan dibuat dalam Bahasa
Indonesia dan/atau Bahasa Inggris.
2. Apabila ada perselisihan yang terjadi karena adanya perbedaan pengertian
dan penafsiran antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, maka yang
diberlakukan adalah penafsiran dalam Bahasa Indonesia.

207. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB LEMBAGA KLIRING

1. Menyediakan fasilitas yang cukup untuk terlaksananya penjaminan dan


penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya.
2. Menerima pendaftaran dan menjamin penyelesaian setiap transaksi
Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dari Penyelenggara dan Pialang
Peserta Sistem Perdagangan Alternatif.
3. Menyusun Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring.
4. Menyimpan dana yang diterima dari Anggota Kliring dalam rekening
yang terpisah dari rekening milik Lembaga Kliring pada bank yang disetujui
oleh Bappebti.
5. Menjamin dan menyelesaikan transaksi Kontrak Berjangka, dan/atau
Kontrak Derivatif lainnya yang disebabkan kegagalan anggotanya dalam
memenuhi kewajiban kepada Lembaga Kliring.
6. Menjamin kerahasiaan posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota
Kliring, kecuali informasi tersebut diberikan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan
Berjangka dan/atau peraturan pelaksanaannya.
7. Mendokumentasikan dan menyimpan semua data yang berkaitan dengan
kegiatan Lembaga Kliring.
8. Memantau kegiatan dan kondisi keuangan Anggota Kliring serta
mengambil tindakan pembekuan atau pemberhentian Anggota Kliring
yang tidak memenuhi persyaratan keuangan minimum dan pelaporan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka dan/atau peraturan pelaksanaannya.
9. Melakukan upaya terbaik dan sewajarnya yang dapat dilakukan guna
mencegah terjadinya kerugian terkait penyelenggaraan fungsi Lembaga
Kliring.

24
Peraturan dan Tata Tertib

208. BATASAN TANGGUNG JAWAB

1. Lembaga Kliring tidak memiliki tanggung jawab dan kewajiban kepada


Anggota Kliring, Bank Penyimpan dan para Nesabahnya, atau kepada
pihak ketiga, yang timbul sebagai akibat dari (termasuk namun tidak
terbatas pada):
a. Setiap peristiwa Keadaan Kahar (Force Majeure);
b. Adanya kerugian-kerugian atau kerusakan-kerusakan, termasuk
konsekuensi dari kerugian dan kerusakan dimaksud, yang disebabkan
oleh tindakan Anggota Kliring atau Pihak lain, yang secara langsung
maupun tidak langsung terkait dengan penyelenggaraan kegiatan dan
fungsi dari Lembaga Kliring;
c. Adanya kegagalan, kelalaian, atau kesalahan yang terjadi di Bursa
Berjangka; atau
d. Adanya tindakan pembekuan (suspend), interupsi, pembatalan,
penutupan atau penghentian pelayanan Lembaga Kliring atau Bursa
Berjangka yang disebabkan oleh setiap kerusakan atau tidak
beroperasinya atau tidak berfungsinya ATS, Exchange TWS atau
peralatan, Software atau perangkat lain yang dioperasikan, disediakan
atau dipergunakan oleh Lembaga Kliring atau Bursa Berjangka yang
terjadi di luar kendali Lembaga Kliring.
2. Lembaga Kliring tidak akan memberikan jaminan (warranty), baik secara
tersurat maupun tersirat, kepada Pihak manapun, rnengenai hal-hal
sebagai berikut:
a. Bahwa tidak akan terjadi kegagalan dari Lembaga Kliring atau Bursa
Berjangka untuk saling menyediakan informasi atau melakukan
komunikasi satu terhadap yang lain;
b. Akurasi, keaslian, kelengkapan atau batasan waktu suatu dokumen dan
sistem informasi;
c. Adanya kerugian dan/atau keuntungan dalam setiap transaksi yang
dilakukan;
d. Sistem dan komponen yang terkait akan memenuhi keinginan dari
 semua pengguna, atau bebas dari kesalahan dan kegagalan (error-free).
3. Lembaga Kliring dan Pengembang Sistem tidak akan dibebani tanggung
jawab berkaitan dengan pemasangan (instalasi), pembangunan,
pengoperasian sistem yang berakibat (termasuk namun tidak terbatas
pada):
a. Pelanggaran hukum;
b. Kerusakan dan kehilangan barang milik;
c. Kecelakaan dan kematian;
d. Kehilangan waktu pengoperasian;
e. Kehilangan potensi keuntungan.
4. Dalam hal kewajiban Lembaga Kliring harus diselenggarakan pada saat
25
Peraturan dan Tata Tertib

atau sebelum waktu tertentu yang sudah ditetapkan, namun tidak


terlaksana pada saat atau sebelum waktu tersebut, maka Lembaga Kliring
tidak akan dianggap melanggar ketentuan Peraturan Lembaga Kliring ini,
sepanjang kewajiban dimaksud masih dapat dilaksanakan dalam batas
toleransi waktu yang layak.
5. Lembaga Kliring hanya akan bertanggungjawab terhadap semua
kewajiban yang secara tegas ditetapkan oleh Peraturan Perundang-
undangan di bidang Perdagangan Berjangka yang berlaku dan Peraturan
Lembaga Kliring ini.

209. IMUNITAS

Lembaga Kliring, dan seluruh pejabat, karyawan, dan anggota Komitenya yang
dibentuk Lembaga Kliring, berdasarkan Peraturan Lembaga Kliring ini, baik yang
masih ataupun sudah tidak menjabat, dibebaskan dari tanggung jawab terhadap
segala sesuatu yang sudah dilaksanakan maupun yang tidak dilaksanakan, yang
dilakukan dengan maksud itikad baik.

210. PEMBEBASAN

1. Setiap Anggota Kliring wajib menjamin dan membebaskan Lembaga


Kliring serta menanggung setiap kerugian, biaya-biaya, pengeluaran-
pengeluaran, kerusakan yang diderita oleh Lembaga Kliring dan
semua kewajiban yang timbul sebagai akibat dari, atau yang berkaitan
dengan pelanggaran yang dilakukan Anggota Kliring dan Nasabahnya,
akibat tindakan yang bertentangan dengan hukum, tindakan kecerobohan
atau kelalaian yang dilakukan Anggota Kliring dimaksud.
2. Tanpa mengesampingkan ketentuan angka 1 di atas, setiap Anggota
Kliring membebaskan Lembaga Kliring dari kewajiban keuangan yang
diputuskan oleh yurisdiksi manapun, baik denda ataupun penyelesaian
keuangan yang harus dibayar oleh Lembaga Kliring berkaitan dengan
proses hukum dan tindakan administrasi yang diajukan terhadap Lembaga
Kliring sebagal akibat dari pelanggaran yang dilakukan atau yang
dipersangkakan dilakukan Anggota Kliring dan nasabahnya terhadap
Peraturan Lembaga Kliring, atau Surat Keputusan, atau Surat
Pemberitahuan/Surat Edaran yang diterbitkan Lembaga Kliring.

211. KERAHASIAAN

1. Lembaga Kliring, semua pejabat, dan karyawan wajib memelihara dan


menjaga kerahasiaan semua informasi yang berhubungan dengan setiap
Anggota Kliring serta Nasabahnya yang bukan merupakan informasi untuk
umum, yang diketahui atau dimiliki oleh Lembaga Kliring serta semua

26
Peraturan dan Tata Tertib

pejabat, dan karyawan (secara kolekftif informasi-infomasi dimaksud akan


disebut sebagal “Informasi Rahasia”), kecuali pengungkapan Informasi
Rahasia tersebut diharuskan oleh hukum dan Peraturan Perundang-
undangan di bidang Perdagangan Berjangka dan Peraturan Lembaga
Kliring ini.
2. Lembaga Kliring akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk
memelihara dan menjaga Informasi Rahasia.

212. KETERPISAHAN (SEVERABILITY)

Apabila terdapat ketentuan dalam Peraturan Lembaga Kliring ini yang tidak sesuai
atau tidak dapat diberlakukan dikarenakan perubahan peraturan perundang-
undangan, keputusan pengadilan, atau otoritas regulator, maka ketentuan tersebut
tidak berlaku lagi tanpa mempengaruhi keabsahan dari ketentuan lainnya di
Peraturan Lemoaga Kliring ini.

213. KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)



1. Lembaga Kliring tidak akan dibebani tanggung jawab terhadap kerugian,
kerusakan, biaya, atau kecelakaan yang menimpa Pihak manapun, dan
tidak juga bertanggungjawab terhadap kegagalan, hambatan, atau
keterlambatan melaksanakan kewajibannya (sebagian atau seluruhnya)
kepada Anggota Kliring sebagai akibat dari hal-hal di luar kemampuan
Lembaga Kliring untuk mengendalikannya. Hal-hal dimaksud termasuk
namun tidak terbatas pada:
a. Bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, angin topan dan bencana
alam lainnya;
b. Peperangan, kerusuhan, terorisme, tindakan otoritas sipil dan militer,
embargo, demonstrasi dan lock out;
c. Kebakaran, ledakan, kecelakaan, pemadaman listrik, yang meng-
akibatkan tidak berfungsinya mesin, komputer dan perangkat peralatan
terkait, jaringan telekomunikasi dan sistem on-line, service provider,
kegagalan pada sistem komputer atau software;
d. Terjadinya perubahan peraturan perundang-undangan, interupsi dan
pembekuan, atau keadan insolvency atau kebangkrutan dari Bank dan
lembaga keuangan;
e. Keadaan darurat terhadap pasar, penutupan pasar manapun termasuk
pasar yang dioperasikan oleh Bursa Berjangka;
f. Sebab-sebab lain atau keadaan darurat lain yang terjadi di luar kendali
Lembaga Kliring.

2. Meskipun sudah ditetapkan dalam ketentuan angka 1 di atas, namun


setiap kegagalan yang dilakukan oleh Lembaga Kliring yang terjadi
27
Peraturan dan Tata Tertib

karena kondisi kahar tersebut tidak akan mengurangi, mengubah,


membatasi atau berpengaruh terhadap kewajiban Anggota Kliring
berkaitan dengan kontrak atau transaksi yang telah dilaksanakan dalam
sistem Lembaga Kliring oleh Anggota Kliring.

3. Berkaitan dengan ketentuan tersebut di atas, Lembaga Kliring berdasarkan


kebijakannya sendiri, berhak untuk meminta Anggota Kliring melakukan
tindakan-tindakan yang diarahkan oleh Lembaga Kliring terkait dengan
Kontrak Berjangka atau transaksi Kontrak Berjangka yang terkena Keadaan
Kahar (Force Majeure).

214. ESENSI WAKTU

Waktu merupakan esensi penting berkaitan dengan penentuan periode waktu


yang ditetapkan dalam Peraturan Lembaga Kliring, Surat Keputusan, Surat
Pemberitahuan/Surat Edaran, dan Spesifikasi Kontrak terkait, termasuk namun
tidak terbatas pada penentuan tanggal penempatan Margin di Lembaga Kliring,
tanggal penyerahan dokumen-dokumen, tanggal dilaksanakannya penyerahan dan
penerimaan penyerahan Komoditi, serta tanggal efektif pembayaran.

28
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 3
KEPENGURUSAN DAN
KOMITE LEMBAGA
KLIRING

29
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 3 KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING

300 STRUKTUR ORGANISASI

301 RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS)

302 PEMILIHAN DAN PENUNJUKAN DEWAN DIREKSI DAN DEWAN


KOMISARIS

303 SUSUNAN, TUGAS DAN WEWENANG DEWAN DIREKSI

304 SUSUNAN, TUGAS DAN WEWENANG DEWAN KOMISARIS

305 SATUAN PEMERIKSA

306 KOMITE KLIRING

307 ANGGOTA KOMITE KLIRING

308 LARANGAN BAGI PEGAWAI LEMBAGA KLIRING

30
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur mengenai struktur organisasi, RUPS, dewan direksi dan komisaris,
wewenang dan tanggung jawab Komite Kliring, anggota Komite Kliring, larangan
penyelenggara kliring, penyalahgunaan dan pemberian informasi.

Bab ini terdiri atas 9 pasal yaitu: struktur organisasi, Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), pemilihan dan penunjukkan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris, susunan,
tugas dan wewenang Dewan Direksi serta Dewan Komisaris, satuan pemeriksa,
Komite Kliring, Anggota Komite Kliring, serta larangan bagi pegawai Lembaga
Kliring.

Bahwasanya ada beberapa perubahan antara PTT ICH sebelum perubahan, PTT ISI
Baru dan PTT ICH setelah perubahan, sebagai berikut:
1. Perubahan struktur organisasi yang menambahkan fungsi satuan
pemeriksa pada PTT ICH sebelum perubahan, di mana sebelumnya tidak
ada pada PTT ISI Bappebti. Sementara itu fungsi Corporate Secretary di PTT
ICH setelah perubahan dihilangkan.
2. Perubahan nomenklatur serta pengelompokkan fungsi-fungsi dalam
organisasi antara PTT ICH Baru dan PTT ISI Bapebti.
3. Pasal mengenai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) serta Pemilihan
dan Penunjukan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris telah ditambahkan
pada PTT ICH sebelum perubahan.
4. Pasal 303 pada PTT ICH sebelum perubahan memiliki esensi sama dengan
pasal 301 di PTT ICH setelah perubahan yaitu mengenai Dewan Direksi
Lembaga Kliring dengan beberapa perubahan yaitu:
a. Huruf g pada PTT ICH sebelum perubahan, mengenai pengambilan
langkah-langkah untuk menjamin terlaksananya mekanisme kliring
dan penjaminan penyelesaian transaksi kontrak berjangka, telah
ditambahkan.
b. Huruf (h) pada PTT ICH setelah perubahan, mengenai audit dan
investigasi, telah ditiadakan.
5. Pasal 306 pada PTT ICH sebelum perubahan mengenai Komite Kliring
yang memiliki esensi sama dengan pasal 303 di PTT ICH setelah perubahan
dengan beberapa perubahan prioritas ketentuan wewenang Komite
Kliring.
6. Pasal 307 pada PTT ICH sebelum perubahan mengenai Anggota Komite
Kliring yang memiliki esensi sama dengan pasal 304 pada PTT ICH setelah
perubahan mengalami beberapa perubahan signifikan yaitu:
a. Pada PTT ICH setelah perubahan, anggota Komite Kliring diangkat dan
diberhentikan oleh Lembaga Kliring. PTT ISI Baru memberikan

31
Peraturan dan Tata Tertib

kewenangan tersebut pada Dewan Direksi.


b. Jumlah anggota pada PTT ICH sebelum perubahan minimal 5 orang,
sementara PTT ICH setelah perubahan menetapkan sebanyak-
banyaknya 5 orang dengan merinci posisi kelima orang tersebut.
7. Pasal 305 PTT ISI Baru yang setara dengan pasal 308 PTT ICH setelah perubahan
menjelaskan lebih terperinci mengenai larangan bagi penyelenggara
kliring, terutama mengenai keterlibatan dalam transaksi kontrak berjangka.
8. Pasal 306 dan 307 pada PTT ICH setelah perubahan ditiadakan karena
secara substansi telah diatur secara umum di pasal 211 PTT ICH Bappebti.

32
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 3
KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING

300. STRUKTUR ORGANISASI


RUPS

Dewan Komisaris

Satuan Pemeriksa

Direktur Utama Komite Kliring

Direktur Utama Direktur TI dan SPA Direktur Resiko dan Audit

Sumber Daya Hukum Akuntansi Teknologi Pusat Penyelesaian Manajemen Audit


Manusia dan dan Informasi Pengawasan Resiko Keuangan
Umum dan
Keuangan (TI) BPA Kepatuhan

301. RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS)

1. RUPS adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Lembaga Kliring yang


memiliki wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan di
bidang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar.
2. RUPS terdiri dari:
a. RUPS Tahunan, antara lain menyampaikan laporan tahunan dan
laporan keuangan untuk disetujui disahkan dalam RUPS, penetapan
penggunaan laba atau hal lainnya yang telah diajukan sebagaimana
mestinya;
b. RUPS lainnya, yang dalam Anggaran Dasar disebut juga RUPS Luar
Biasa, yang dapat diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.

302. PEMILIHAN DAN PENUNJUKAN DEWAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

Pemilihan dan penunjukan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris harus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.

303. SUSUNAN, TUGAS DAN WEWENANG DEWAN DIREKSI

1. Susunan, tugas dan wewenang Dewan Direksi mengikuti ketentuan


peraturan perundang-undangan di bidang Perseroan Terbatas, Anggaran
33
Peraturan dan Tata Tertib

Dasar dan Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan


Berjangka dan Peraturan Lembaga Kliring ini.
2. Dewan Direksi terbagi atas Direktur Umum, Direktur Teknologi Informasi
(TI) dan SPA, dan Direktur Resiko dan Audit yang membawahi divisi-divisi
terkait sebagai berikut:
a. Direktur Umum bertanggungjawab atas divisi:
i. Sumber Daya Manusia dan Umum;
ii. Hukum; dan
iii. Akuntansi dan Keuangan.
b. Direktur Teknologi Informasi (TI) dan SPA bertanggungjawab atas
divisi:
i. Teknologi Informasi (TI); dan
ii. Pusat Pengawasan SPA.
c. Direktur Resiko dan Audit bertanggungjawab atas divisi:
i. Penyelesaian;
ii. Manajemen Resiko; dan
iii. Audit Keuangan dan Kepatuhan.
3. Dewan Direksi menjalankan pengurusan Lembaga Kliring sesuai
dengan maksud dan tujuan pendirian Lembaga Kliring, serta berwenang
untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menjadi landasan
penyelenggaraan Lembaga Kliring dalam batas kewenangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan di bidang Perseroan
Terbatas, Anggaran Dasar dan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka, antara lain.
a. Mengelola dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
timbul di Lembaga Kliring, serta berhak untuk membuat dan
menerapkan kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam Peraturan
Lembaga Kliring, serta memastikan peraturan-peraturan tersebut
dapat ditegakkan dan dilaksanakan oleh setiap Anggota Kliring.
b. Memastikan bahwa kegiatan operasional Lembaga Kliring sehari-hari
dilaksanckan sesuai dengan Peraturan Lembaga Kliring.
c. Menetapkan besaran persyaratan keuangan minimum dan pelaporan
bagi Anggota Kliring.
d. Menetapkan besarnya Margin, membentuk dan mengelola Dana
Kliring (Clearing Fund) serta menetapkan Dana Jaminan Kliring
(Security Deposit), biaya keanggotaan dan biaya lainnya.
e. Menerima atau menolak calon Anggota Kliring, setelah mem-
perhatikan rekomendasi dari Komite Kliring.
f. Mengambil tindakan yang dianggap perlu sehubungan dengan
kegagalan Anggota Kliring dalam memelihara persyaratan keuangan
dan memenuhi kewajiban yang jatuh tempo sesuai dengan
rekomendasi Komite Kliring.
g. Mengambil langkah-langkah untuk menjamin terlaksananya me-

34
Peraturan dan Tata Tertib

kanisme kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Kontrak


Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
h. Menunjuk Komite Kliring, atau pejabat Lembaga Kliring guna
melaksanakan hak-hak, wewenang, tugas dan fungsi dan lain-lain,
sesuai dengan Peraturan Lembaga Kliring ini dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu yang diatur oleh Lembaga Kliring.
i. Dalam rangka melaksanakan fungsi dan tanggungjawabnya
untuk rnenyelesaikan transaksi Kontrak Berjangka, Dewan Direksi
berwenang untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan
kegiatan, kekayaan dan kewajiban Anggota Kliring kepada:
i. Bursa Berjangka atau Komitenya atas permintaan Bursa Berjangka
tersebut;
ii. Bappebti;
iii. Aparat Penegak Hukum untuk kepentingan pemeriksaan.

304. SUSUNAN, TUGAS DAN WEWENANG DEWAN KOMISARIS

1. Susunan, tugas dan wewenang Dewan Komisaris mengikuti ketentuan


peraturan perundang-undangan di bidang Perseroan Terbatas, Anggaran
Dasar dan Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan
Berjangka.
2. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan Dewan Direksi
dalam menjalankan kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian tran-
saksi Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
3. Dewan Komisaris berhak mengajukan usul untuk menghentikan sementara
seorang atau lebih anggota Dewan Direksi apabila anggota Dewan Direksi
tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Peraturan
Lembaga Kliring, dan peraturan lainnya.
4. Mengusulkan dilakukannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
sesuai dengan yang tercantum pada Anggaran Dasar.

305. SATUAN PEMERIKSA

1. Lembaga Kliring membentuk Satuan Pemeriksa yang terdiri dari minimal 3


(tiga) orang anggota, dimana 1 (satu) orang merangkap sebagai koor-
dinator.
2. Satuan Pemeriksa bertugas melakukan pengawasan kegiatan dan
pemeriksaan terhadap pembukuan dan catatan Anggota Kliring untuk
memastikan bahwa Anggota Kliring melakukan kegiatannya sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan
Berjangka dan Peraturan Lembaga Kliring.
3. Satuan Pemeriksa wajib melaporkan secara langsung kepada Dewan
Direksi, Dewan Komisaris Lembaga Kliring, dan Bappebti tentang masalah
yang ditemukan.
35
Peraturan dan Tata Tertib

306. KOMITE KLIRING

1. Komite Kliring dibentuk oleh Dewan Direksi.


2. Komite-Kliring bertugas membantu Dewan Direksi dalam me-
nyelenggarakan fungsi pengawasan dan advokasi terhadap kegiatan
usaha Lembaga Kliring dan seluruh Anggota Kliring yang melakukan
transaksi kliring dan penyelesaian di Lembaga Kliring.
3. Wewenang dan tanggung jawab Komite Kliring meliputi:
a. Komite Kliring dapat meminta kepada Lembaga Kliring dan/atau Bursa
Berjangka untuk memperoleh semua dokumen dan informasi yang
diperlukan, dalam rangka penyelesaian masalah kliring dan
penyelesaian serta penjaminan. Mengingat dokumen dan
informasi tersebut bersifat rahasia, setiap Anggota Komite Kliring
dilarang untuk mempergunakan dan/atau menyebarkan informasi
tersebut kepada perusahaannya maupun Pihak yang bukan Anggota
Komite Kliring;
b. Memberikan pertimbangan dan rekomendasi kepada Dewan Direksi
dalam memberikan keputusan menolak atau menerima permohonan
calon Anggota Kliring, menghentikan untuk sementara waktu, atau
mencabut keanggotaan Anggota Kliring, memulihkan hak-hak
keanggotaan, serta tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan
keanggotaan Lembaga Kliring;
c. Memberikan pertimbangan hukum dan rekomendasi kepada Dewan
Direksi tentang pengenaan sanksi terhadap Anggota Kliring yang
diatur dalam Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan
Berjangka dan Peraturan Lembaga Kliring;
d. Memberi saran dan rekomendasi kepada Dewan Direksi mengenai
besaran Margin Awal (Initial Margin), Dana Jaminan Kliring (Security
Deposit), Dana Kliring (Clearing Fund) dan perubahannya;
e. Merekomendasikan jumlah kerugian akibat Cidera Janji dan tindakan
yang harus dilakukan terhadap Anggota Kliring yang Cidera Janji;
f. Memberikan saran dan rekomendasi tentang berbagai langkah
yang akan diambil oleh Dewan Direksi dalam mengambil tindakan yang
dianggap perlu untuk menjamin penyelesaian transaksi Kontrak Ber-
jangka, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Lembaga Kliring.

307. ANGGOTA KOMITE KLIRING

1. Setiap Anggota Komite Kliring diangkat dan diberhentikan oleh Dewan


Direksi.
2. Anggota Komite Kliring paling sedikit berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri
dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota Komite Kliring yang
ditetapkan oleh Dewan Direksi.

36
Peraturan dan Tata Tertib

3. Keanggotaan Komite Kliring sebagaimana dimaksud dalam angka 2 terdiri


dari pejabat Lembaga Kliring, pejabat Bursa Berjangka dan Anggota
Kliring.

308. LARANGAN BAGI PEGAWAI LEMBAGA KLIRING

Setiap pegawai Lembaga Kliring dilarang untuk:


1. Melakukan transaksi Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya, balk secara Iangsung maupun tidak Iangsung;
2. Menerima gratifikasi atas pelayanan yang diberikan kepada Anggota
Kliring, orang perorangan atau perusahaan, balk secara Iangsung maupun
tidak Iangsung;
3. Menyebarkan dan menggunakan informasi yang sifatnya rahasia;
4. Merangkap sebagai pegawai atau konsultan pada perusahaan yang
bergerak di industri Perdagangan Berjangka Komoditi.

37
Peraturan dan Tata Tertib

38
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 4
KETENTUAN
KEANGGOTAAN
LEMBAGA KLIRING

39
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 4 KETENTUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING


400 KETENTUAN UMUM
401 KATEGORI KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING
402 PERSYARATAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING
A. Persyaratan Umum
B. Persyaratan Khusus berdasarkan Kategori Keanggotaan Lembaga Kliring
403 MODAL MINIMAL DAN PERSYARATAN KEUANGAN
404 DANA JAMINAN KLIRING (SECURITY DEPOSIT)
405 PROSES PENERIMAAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING
406 KEPATUHAN
407 BIAYA DAN SETORAN LAIN
408 HAK ANGGOTA KLIRING
409 KEWAJIBAN ANGGOTA KLIRING
410 PERSETUJUAN LEMBAGA KLIRING
411 KEWENANGAN LEMBAGA KLIRING
412 LAPORAN KEUANGAN, LAPORAN TAHUNAN DAN AUDIT
413 AUDIT
A. Laporan Audit
B. Hasil Temuan Laporan Audit
C. Inspeksi Dan Investigasi Atas Hasil Temuan Laporan Audit
D. Biaya Audit
414 LARANGAN ANGGOTA KLIRING
415 KLIRING DAN PENYELESAIAN ATAS ANGGOTA KLIRING
416 DANA NASABAH
417 PENGALIHAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING
419 PEMBEKUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING
420 PENCABUTAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING
421 KONSEKUENSI PENGUNDURAN DIRI, PEMBEKUAN, DAN PENCABUTAN
KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING
422 DAFTAR ANGGOTA KLIRING
423 PEMBERITAHUAN KE ANGGOTA KLIRING
424 SANKSI KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

40
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur mengenai persyaratan untuk menjadi anggota kliring dan
mempertahankan keanggotaannya, termasuk di dalamnya syarat dan pengajuan
permohonan keanggotaan, persetujuan dan penolakan, hak dan kewajiban
anggota, serta penghentian keanggotaan dan konsekuensinya.

Bab ini terdiri atas 24 pasal yaitu: ketentuan umum, kategori keanggotaan dan
persyaratannya, modal minimal dan persyaratan keuangan, Dana Jaminan Kliring,
proses penerimaan keanggotaan, kepatuhan, biaya dan setoran lain, hak dan
kewajiban anggota, persetujuan dan kewenangan Lembaga Kliring, laporan
keuangan, laporan tahunan dan audit, larangan Anggota Kliring, kliring dan
penyelesaian atas Anggota Kliring, dana nasabah, pengalihan dan pembekuan
keanggotaan, pencabutan keanggotaan, konsekuensi pengunduran diri, pem-
bekuan dan pencabutan keanggotaan.

Bahwasanya pada PTT ICH setelah perubahan, ketentuan mengenai keanggotaan


diatur di Bab 2 mengenai Keanggotaan Kliring dan Persyaratan Keuangan yang terdiri
atas 10 pasal. Kesepuluh pasal tersebut adalah Persyaratan Keanggotaan, Pengajuan
Permohonan Keanggotaan, Persetujuan/Penolakan, Kewajiban Pelaporan, Dana
Jaminan Kliring (Security Deposit), Persyaratan Keuangan Minimum, Modal Bersih
Disesuaikan (MBD), Pengalihan Keanggotaan Kliring, Pengunduran Diri Sebagai
Anggota Kliring, dan Pengembalian Dana Jaminan Kliring.

Perbedaan esensial antara ketentuan-ketentuan mengenai keanggotaan yang


diatur pada PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH setelah perubahan adalah
sebagai berikut:
1. PTT ICH setelah perubahan tidak memiliki jenis-jenis keanggotaan,
sementara PTT ICH Baru membagi keanggotaan menjadi Pialang
Berjangka, Pedagang Berjangka, dan Pedagang Berjangka Remote, masing-
masing dengan persyaratan keanggotaan berbeda.
2. Perubahan pada persyaratan untuk menjadi anggota kliring:
a. Persyaratan kelayakan manajemen dari calon anggota kliring di-
tiadakan pada PTT ISI Baru
b. Persyaratan kepemilikan sistem manajemen ditambahkan pada PTT
ICH Baru
c. Persyaratan modal disetor dari calon anggota kliring dinaikkan pada
PTT ICH sebelum perubahan menjadi Rp 2,5 miliar dari sebelumnya Rp
750 juta.

41
Peraturan dan Tata Tertib

3. Keanggotaan pada PTT ICH setelah perubahan tidak dapat dialihkan,


lihat pasal 207. Pengalihan keanggotaan dimungkinkan pada PTT ICH
sebelum perubahan dengan persyaratan, lihat pasal 417.
4. Perubahan pada Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) yang tercantum
pada pasal 204 dan 209 PTT ISI Baru dan 404 PTT ICH setelah perubahan
adalah sebagai berikut:
a. Huruf (c) pada PTT ICH setelah perubahan ditiadakan, yaitu mengenai
tambahan dana jaminan untuk komoditi dengan penyerahan fisik.
b. Huruf (f ) pada PTT ICH setelah perubahan ditiadakan, yaitu mengenai
pendapatan bunga deposito atas DJK akan dikembalikan kepada
Anggota Kliring.
c. Huruf (g) pada PTT ICH setelah perubahan ditiadakan, yaitu mengenai
kewajiban pemenuhan kekurangan DJK dalam jangka waktu 1 hari
kerja.
d. Angka 7 pada PTT ICH sebelum perubahan ditambahkan, yaitu
mengenai kelebihan DJK akan diperlakukan sebagai margin.

Persetujuan terakhir adalah atas Bab 4 PTT ICH setelah perubahan dengan surat
bernomor 63/Bappebti/SD/05/2012 tertanggal 11 Mei 2012 perihal Persetujuan PTT
Bab 4 PT. Identrust Security International (ISI). Surat ini dilampirkan dengan bab 4
peraturan dan tata tertib.

42
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 4
KETENTUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

400. KETENTUAN UMUM

1. Anggota Bursa Berjangka yang bermaksud menjadi Anggota Kliring dapat


mengajukan permohonan sesuai dengan kategori keanggotaan Lembaga
Kliring dan memenuhi semua kewajiban keuangan yang ditetapkan oleh
Lembaga Kliring.
2. Anggota Bursa Berjangka dapat menjadi Anggota Kliring jika memenuhi
persyaratan.
3. Keanggotaan Lembaga Kliring.
4. Berdasarkan Peraturan Lembaga Kliring, Anggota Kliring memiliki hak dan
kewenangan yang melekat sesuai dengan kategori keanggotaan Lembaga
Kliring yang diterimanya dari Lembaga Kliring.
5. Anggota Kliring mematuhi Peraturan Lembaga Kliring, Surat Keputusan,
Surat Pemberitahuan/Surat Edaran, Peraturan Perundang-undangan
di bidang Perdagangan Berjangka dan hukum yang berlaku, termasuk
namun tidak terbatas pada peraturan yang mengatur tentang anti-
pencucian uang, anti-terorisme, kegiatan perdagangan yang dilarang,
manipulasi pasar dan pelanggaran pasar.
6. Setiap Anggota Kliring dianggap telah menerima, membaca, memahami,
dan selanjutnya wajib mematuhi serta terikat dengan Peraturan Lembaga
Kliring. Anggota Kliring wajib menerima keputusan-keputusan yang
dibuat berdasarkan Peraturan Lembaga Kliring dan Peraturan Perundang-
undangan di bidang Perdagangan Berjangka yang berlaku sebagai
keputusan
7. Status dan hak-hak keanggotaan Lembaga Kliring dapat dipindah-
tangankan.
8. Anggota Kliring wajib bersikap kooperatif berkaitan dengan pelaksanaan
Peraturan Lembaga Kliring.

401. KATEGORI KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

1. Lembaga Kliring menetapkan kategori keanggotaan Lembaga Kliring


sebagai berikut:
a. Pedagang Berjangka;
b. Pedagang Berjangka;
c. Pedagang Berjangka Remote;
d. Pialang Berjangka yang memperoleh persetujuan Bappebti sebagai
Peserta Sistem Perdagangan Alternatif; dan
e. Pedagang Berjangka yang memperoleh persetujuan Bappebti sebagai
Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif.
43
Peraturan dan Tata Tertib

2. Khusus Pedagang Berjangka Remote, merupakan Anggota Bursa Berjangka


yang diwajibkan menjadi Anggota Kliring.

402. PERSYARATAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

A. Persyaratan Umum
1. Calon anggota dapat menjadi Anggota Kliring, apabila yang bersangkutan:
a. Anggota Bursa Berjangka;
b. memiliki izin usaha, sertifikat pendaftaran, dan/atau persetujuan yang
dikeluarkan oleh Bappebti untuk menyelenggarakan kegiatan
usahanya di bidang Perdagangan Berjangka;
c. Memiliki reputasi bisnis yang balk, antara lain:
i. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana bidang
ekonomi dan keuangan;
ii. Tidak pernah masuk dalam daftar hitam perbankan; dan
iii. Tidak pernah dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima) tahun
terakhir.
d. Memiliki sistem manajemen risiko, kepatuhan, dan pengawasan
internal yang memadai untuk menyelenggarakan kegiatan
operasional;
e. Memiliki kebijakan tersendiri yang berkaitan dengan upaya
mengurangi pemusatan resiko dari fungsi usaha yang kritis, serta
pengawasan kepatuhan dalam rangka pemenuhan kewajibannya
selaku Anggota Kliring;
f. Persyaratan Modal Dasar yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring;
g. Memenuhi persyaratan Modal Disetor yang ditetapkan oleh Lembaga
Kliring dengan nilai minimum sesuai ketentuan Bappebti;
h. Memenuhi persyaratan keuangan lainnya yang ditetapkan oleh
Lembaga Kliring dari waktu ke waktu;
i. Pengurusnya tidak sedang dalam proses pengadilan berkaitan dengan
gugatan insolvency dan kepailitan, ataupun menjadi Pihak yang terkait
dengan masalah insolvency dan kepailitan;
j. Pengurusnya tidak sedang dalam proses pengadilan terkait dengan
kejahatan keuangan ataupun tindakan pidana umum;
k. Keanggotaannya tidak sedang dibekukan (suspended) atau dicabut
oleh Bursa Berjangka, Lembaga Kliring, Self-Regulatory Organization
(SRO) atau oleh asosiasi usaha atau organisasi profesi lainnya karena
telah melanggar peraturan dari lembaga-lembaga tersebut;
l. Menyetujui untuk mengikatkan diri terhadap Peraturan Lembaga
Kliring, dan memastikan bahwa seluruh pengurus, Wakil Pialang
Berjangka, karyawan, atau Nasabahnya telah dan akan mematuhi
Peraturan Lembaga Kliring;
m. Memastikan bahwa seluruh dokumen perusahaan telah sesuai dan

44
Peraturan dan Tata Tertib

tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan di bidang


Perdagangan berjangka dan hukum yang berlaku, serta setuju
untuk melakukan perubahan-perubahan dan penyesuaian terhadap
dokumen-dokumen dimaksud agar menjadi sesuai dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka dan hukum yang berlaku; dan
n. Menyetujui untuk menandatangani dan mengikatkan diri dalam
perjanjian penerapatan Margin, Dana Jaminan Kliring (Security
Deposit), dan jaminan lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring.
2. Peraturan mengenai persyaratan keanggotaan Lembaga Kliring bagi
Peserta dan Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif akan diatur
dalam Bab tentang Sistem Perdagangan Alternatif.

B. Persyaratan Khusus berdasarkan Kategori Keanggotaan Lembaga


Kliring
1. Pialang Berjangka :
a. Berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas yang berdomisili di
Indonesia, sesuai dengan izin usaha yang dikeluarkan oleh Bappebti;
b. Memenuhi persyaratan Modal Dasar yang ditetapkan oleh Lembaga
Kliring;
c. Memenuhi persyaratan Modal Disetor yang ditetapkan oleh Lembaga
Kliring dengan nilai minimum sesuai ketentuan Bappebti;
d. Wajib memiliki sumber daya manusia dengan kemampuan operasional
dan pengalaman yang cukup berkaitan dengan Perdagangan
Berjangka;
e. Kegiatan usahanya tidak sedang dibekukan sementara atau izin
usahanya tidak dicabut oleh Bappebti;
f. Memiliki sistem perencanaan kesinambungan usaha atau Business
Continuity Plan (BCP) yang memadai dalam rangka memenuhi
kewajibannya sebagai Anggota Kliring;
g. Memiliki pengurus dengan karakter yang balk, integritas bisnis yang
tinggi, dan kemampuan mengelola keuangan yang memadai, serta
memenuhi kriteria kepatutan dan kelayakan sebagaimana yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka;
h. Melunasi kewajiban keuangan:
i. Biaya pendaftaran;
ii. Biaya keanggotaan;
iii. Iuran bulanan;
iv. Dana Jaminan Kliring (Security Deposit); dan
v. Kewajiban keuangan lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring.
i. Melengkapi persyaratan administrasi yang meliputi:
i. Akta pendirian Perseroan Terbatas yang telah disahkan oleh
45
Peraturan dan Tata Tertib

instansi yang berwenang;


ii. Daftar nama pemegang saham;
iii. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
iv. Rencana kegiatan usaha (business plan) selama 3 (tiga) tahun;
v. Laporan keuangan terakhir yang telah diaudit oleh akuntan
publik;
vi. Daftar pengurus perusahaan sesuai akta pendirian;
vii. Fotokopi identitas dewan komisaris dan direksi;
viii. Struktur organisasi dan nama karyawan yang membidanginya
setingkat di bawah direksi;
ix. Nama direksi yang telah memiliki izin Wakil Pialang Berjangka dari
Bappebti; dan
x. Memiliki SOP Pelayanan Nasabah.
2. Pedagang Berjangka:
a. Berbentuk badan usaha atau orang perseorangan Warga Negara
Indonesia, yang berdomisili di Indonesia dan memperoleh Sertifikat
Pendaftaran Pedagang Berjangka dari Bappebti;
b. Melunasi kewajiban keuangan:
i. Biaya pendaftaran;
ii. Biaya keanggotaan;
iii. Iuran bulanan;
iv. Dana Jaminan Kliring (Security Deposit); dan
v. Kewajiban keuangan lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring.
c. Pedagang Berjangka merupakan badan usaha, melengkapi
persyaratan administratif yang meliputi:
i. Anggaran dasar/akta pendirian Perseroan Terbatas yang telah
disahkan oleh instansi yang berwenang;
ii. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
iii. Rencana kegiatan usaha (business plan) selama 3 (tiga) tahun;
iv. Laporan keuangan terakhir yang diaudit oleh akuntan publik;
v. Fotokopi identitas pengurus;
vi. Struktur organisasi;
vii. Riwayat hidup pengurus; dan
viii. Daftar nama pemegang saham, dewan komisaris dan direksi.
d. Pedagang Berjangka merupakan perseorangan, melengkapi per-
syaratan administrative yang meliputi:
i. Daftar riwayat hidup;
ii. Fotokopi identitas diri; dan
iii. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
3. Pedagang Berjangka Remote
a. Badan hukum asing yang berkedudukan hukum di luar Indonesia atau
orang perseorangan Warga Negara Asing;
b. Melunasi kewajiban keuangan:

46
Peraturan dan Tata Tertib

i. Biaya pendaftaran;
ii. Biaya keanggotaan;
iii. Iuran bulanan;
iv. Dana Jaminan Kliring (Security Deposit); dan
v. Kewajiban keuangan lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring.
c. Pedagang Berjangka Remote merupakan badan usaha, melengkapi
persyaratan administratif yang meliputi:
i. Anggaran dasar/akta pendirian Perseroan Terbatas yang telah disahkan
oleh instansi yang berwenang;
ii. Rencana kegiatan usaha (business plan) selama 3 (tiga) tahun;
iii. Laporan keuangan terakhir yang diaudit oleh akuntan publik;
iv. Fotokopi identitas pengurus;
v. Struktur organisasi;
vi. Riwayat hidup pengurus;
vii. Keterangan pemegang saham, dewan komisaris dan direksi;
viii. Fotokopi Surat Pengangkatan Keanggotaan Bursa; dan
ix. Surat keterangan dari Lembaga Kliring yang menyatakan bahwa
Lembaga Kliring akan memungut pajak yang timbul dari setiap
transaksi Kontrak Berjangka yang akan dilaksanakan oleh calon
Pedagang Berjangka yang bersangkutan.
d. Pedagang Berjangka Remote merupakan perseorangan, melengkapi
persyaratan administratif yang meliputi:
i. Daftar riwayat hidup;
ii. Fotokopi identitas diri;
iii. Fotokopi Surat Pengangkatan Keanggotaan Bursa; dan
iv. Surat keterangan dari Lembaga Kliring yang menyatakan bahwa
Lembaga Kliring akan memungut pajak yang timbul dari setiap
transaksi Kontrak Berjangka yang akan dilaksanakan oleh calon
Pedagang Berjangka yang bersangkutan.
4. Peserta Sistem Perdagangan Alternatif
Peraturan mengenai persyaratan keanggotaan Lembaga Kliring bagi
Peserta Sistem Perdagangan Alternatif akan diatur dalam Bab tentang
Sistem Perdagangan Alternatif.
5. Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif
Peraturan mengenai persyaratan keanggotaan Lembaga Kliring bagi
Peserta Sistem Perdagangan Alternatif akan diatur dalam Bab tentang
Sistem Perdagangan Alternatif.

403. MODAL MINIMAL DAN PERSYARATAN KEUANGAN

Lembaga Kliring akan mempertimbangkan aspek keuangan dan kondisi usaha


dari pemohon dengan wajib memenuhi persyaratan:
1. Pialang Berjangka:
47
Peraturan dan Tata Tertib

a. Modal Disetor untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) paling


sedikit sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta Rupiah)
dan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) paling sedikit sebesar
Rp.5.000.000.000,- (lima miliar Rupiah);
b. Modal Bersih Disesuaikan (MBD) paling sedikit sebesar Rp.
750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta Rupiah) atau 10 (sepuluh)
persen dari jumlah dana Nasabah yang dikelolanya, yang mana yang
lebih besar; dan
c. Ketentuan persyaratan keuangan dapat berubah dari waktu ke waktu
sesuai dengan ketentuan Bappebti.
2. Pedagang Berjangka dan Pedagang Berjangka Remote wajib memenuhi
persyaratan keuangan yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu
ke waktu.
3. Lembaga Kliring berwenang, dari waktu ke waktu, menetapkan,
memperbaharui, atau mengubah setiap persyaratan keuangan terhadap
Anggota Kliring sesuai dengan kategori keanggotaan Lembaga Kliring,
dan dilaporkan ke Bappebti.

404. DANA JAMINAN KLIRING (SECURITY DEPOSIT)

1. Setiap Anggota Kliring wajib menempatkan Dana Jaminan Kliring


(Security Deposit) di Lembaga Kliring dalam bentuk dan nilai menurut tata
cara yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu.
2. Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) wajib ditempatkan di Lembaga
Kliring dalam bentuk tunai dan/atau non tunai (Collateral) yang jenis dan
komposisinya disetujui oleh Lembaga Kliring terlebih dahulu.
3. Lembaga Kliring dari waktu ke waktu akan menetapkan jumlah minimum
Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) dalam bentuk tunai yang harus
ditempatkan oleh Anggota Kliring.
4. Daftar surat berharga (securities) dan instrumen keuangan lain yang
disetujui untuk dijadikan non tunai (Collateral) akan ditetapkan oleh
Lembaga Kliring dari waktu ke waktu. Nilai dari masing-masing Collateral
akan ditentukan sesuai dengan jenis Collateral berdasarkan, skema
penilaian yang ditetapkan Lembaga Kliring.
5. Lembaga Kliring dapat menginstruksikan Anggota Kliring untuk
menambah nilai Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) dalam bentuk
tunai atau Collateral dari waktu ke waktu.
6. Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) dapat dicairkan atau dipergunakan
oleh Lembaga Kliring bilamana Anggota Kliring telah dinyatakan cidera
janji.
7. Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) dan jumlah dana lain (termasuk
nilai Collateral) yang ditempatkan di Lembaga Kliring yang nilainya
melebihi (in excess) dari nilai Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) akan
diperlakukan sebagal Margin.
48
Peraturan dan Tata Tertib

8. Dengan dicabutnya atau dihentikannya keanggotaan Anggota Kliring


berdasarkan Peraturan Lembaga Kliring, Dana Jaminan Kliring (Security
Deposit) dapat dikembalikan ke Anggota Kliring, setelah Lembaga Kliring
memastikan bahwa seluruh kewajiban keuangan Anggota Kliring telah
terpenuhi semuanya.

405. PROSES PENERIMAAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

1. Anggota Bursa Berjangka yang bermaksud untuk menjadi Anggota


Kliring wajib mengajukan permohonan dengan formulir permohonan
keanggotaan Lembaga Kliring dan menyertakan dokumen dan informasi
terkait yang dianggap penting.
2. Pengajuan permohonan keanggotaan Lembaga Kliring wajib disertai
pembayaran biaya pendaftaran yang jumlahnya ditetapkan oleh Lembaga
Kliring, dan biaya pendaftaran yang sudah dibayarkan tidak dapat
dikembalikan.
3. Menandatangani Commitment Letter yang berisikan kesanggupan
Anggota Kliring untuk mematuhi Peraturan Perundang-undangan di
bidang Perdagangan Berjangka, Peraturan Lembaga Kliring, dan Peraturan
Bursa Berjangka.
4. Keputusan untuk menerima atau menolak permohonan keanggotaan
Lembaga Kliring merupakan kewenangan penuh dari Lembaga Kliring
yang bersifat final.
5. Guna mendukung fakta yang diberikan pemohon, maka sebelum
diteripa sebagai Anggota Kliring, Komite Kliring dapat mewawancarai
pemohon, serta meminta dan lineriksa salinan dari pembukuan,
pencatatan, atau dokumen, kemudian Komite Kliring akart menyampaikan
rekomendasi kepada Dewan Direksi.
6. Lembaga Kliring akan mengirimkan pemberitahuan secara tertulis
mengenai keputusannya untuk menerima atau menolak permohonan
keanggotaan Lembaga Kliring.

406. KEPATUHAN

Anggota Kliring wajib, serta memastikan bahwa seluruh pengurus, Wakil


Pialang Berjangka, karyawan, dan para Nasabahnya mematuhi semua
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Lembaga Kliring, Surat Keputusan,
Surat Pemberitahuan/Surat Edaran, Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka, dan peraturan hukum lain yang berlaku.

407. BIAYA DAN SETORAN LAIN

1. Lembaga Kliring berwenang, membebankan kepada Anggota Kliring


untuk membayar:
49
Peraturan dan Tata Tertib

a. Biaya keanggotaan, iuran tahunan, biaya transaksi, biaya kliring dan


biaya terkait lainnya;
b. Setoran Margin, Dana Jaminan Kliring (Security Deposit), atau Dana
Kliring (Clearing Fund).
2. Lembaga Kliring dapat menerbitkan Surat Pemberitahuan/Surat Edaran
untuk menetapkan antara lain persyaratan, tata cara pembayaran, ataupun
prosedur yang harus dilaksanakan berkaitan dengan biaya, penempatan
Margin, Dana Jaminan Kliring (Security Deposit), atau kewajiban keuangan
lainnya.
3. Anggota Kliring wajib membayar semua kewajiban keuangan. Apabila
kewajiban keuangan belum dibayar setelah jatuh tempo akan dianggap
sebagai jumlah yang terhutang dan akan dikenakan bunga yang besarnya
ditetapkan berdasarkan kebijakan Lembaga Kliring.

408. HAK ANGGOTA KLIRING

1. Mendapatkan jasa pelayanan kliring dan penjaminan penyelesaian


transaksi.
2. Menggunakan nama Lembaga Kliring secara wajar dan benar dalam
rangka menjalankan usahanya di lingkungan Perdagangan Berjangka.
3. Memperoleh bantuan penyelesaian perselisihan yang timbul dengan
Nasabahnya atau dengan sesama Anggota Kliring melalui mekanisme
musyawarah serta proses moasi yang difasilitasi oleh Lembaga Kliring,
4. Mendapatkan informasi berkaitan dengan:
a. Perubahan Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring;
b. Spesifikasi Kontrak Berjangka dan setiap perubahannya; dan
c. Surat Edaran, Surat Edaran Bersama, dan Pengumuman yang berkaitan
dengan kegiatan Lembaga Kliring.

409. KEWAJIBAN ANGGOTA KLIRING

1. Anggota Kliring wajib:


a. Mematuhi seluruh prosedur-prosedur, sistem pengelolaan resiko,
serta persyaratan teknis dan operasional yang ditetapkan oleh
Lembaga Kliring;
b. Memenuhi dan memelihara persyaratan keuangan serta kewajiban
keuangan lainnya sebagaimana ditetapkan oleh Lembaga Kliring,
termasuk namun tidak terbatas pada pembayaran fee, Margin, Dana
Jaminan Kliring (Security Deposit), dan denda;
c. Menyediakan dan memelihara sistem untuk pencatatan dan
pelaporan atas transaksi kliring Kontrak Berjangka yang
diperdagangkan di Bursa Berjangka, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Lembaga Kliring;

50
Peraturan dan Tata Tertib

d. Memelihara dan menjaga semua sistem dan prosedur teknis,


operational, IT, sistem pengelolaan resiko atas keamanan data, dan
lain-lain yang ditetapkan Lembaga Kliring, termasuk tindakan-
tindakan yang diperlukan untuk mencegah intervensi terhadap data-
data yang dimiliki tersebut;
e. Memastikan bahwa seluruh pengurus, Wakil Pialang Berjangka,
karyawan, dan Nasabah dari Anggota Kliring mematuhi Peraturan
Lembaga Kliring;
f. Menyimpan laporan keuangan dan non-keuangan periodik, laporan
rekening tahunan serta dokumen-dokumen lain yang wajib disimpan
menurut ketentuan Lembaga Kliring;
g. Menjaga dan memelihara standar etika, integritas, keadilan/kewajaran,
dan kejujuran yang tinggi, berdasarkan itikad baik dan azas kehati-
hatian;
h. Mematuhi semua ketentuan tentang pembukaan Rekening Terpisah
(Segregated Account) terkait dengan dana dan aset Nasabah;
i. Menggunakan izin yang diberikan berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan di bidang Perdagangan Berjangka atau peraturan lainnya
sesuai dengan peruntukannya;
j. Bersikap kooperatif dengan Lembaga Kliring, antara lain dalam rangka
mempersiapkan dan menyediakan informasi-informasi yang
diperlukan;
k. Melakukan upgrade terhadap sistem software dan hardware se-
bagaimana yang diminta Lembaga Kliring dan/atau Bursa Berjangka
untuk dilakukan oleh Anggota Kliring dari waktu ke waktu;
l. Berpartisipasi dalam kegiatan simulasi perdagangan dan proses
kliring yang diselenggarakan oleh Lembaga Kliring dan/atau Bursa
Berjangka guna keperluan uji-coba terhadap sistem yang di upgrade,
atau uji-coba terhadap produk baru yang didaftarkan di Bursa Ber-
jangka dan/atau dikliringkan di Lembaga Kliring;
m. Membuka rekening pada Bank Penyimpan dengan jenis mata
uang yang diperkenankan sebagai alat pembayaran untuk
penyelesaian transaksi;
n. Mematuhi sepenuhnya setiap keputusan dari Lembaga Kliring, Bursa
Berjangka, dan/atau BAKTI; dan
o. Memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada Lembaga Kliring
dalam hal:
i. Setiap adanya perubahan kepemilikan dan/atau kendali atas
kepemilikan saham yang mencapai 5 (lima) persen/lebih;
ii. Setiap perubahan nama, alamat, atau perubahan lain sejenis;
iii. Adanya perubahan anggaran dasar/akta pendirian dari Anggota
Kliring;
iv. Terlibat dalam bidang usaha baru, atau adanya maksud untuk
51
Peraturan dan Tata Tertib

mengubah tujuan perseroan atau jenis kegiatan usahanya;


v. Adanya pelanggaran atau dugaan pelanggaran terhadap
Peraturan Lembaga Kliring dan Peraturan Perundang-undangan
di bidang Perdagangan Berjangka oleh pengurus, Wakil Pialang
Berjangka, karyawan, atau Nasabahnya;
vi. Adanya pelanggaran terhadap Peraturan Lembaga Kliring dan/
atau Peraturan Bursa Berjangka, Surat Keputusan, Surat
Pemberitahuan/Surat Edaran, yang dilakukan oleh pengurus,
Wakil Pialang Berjangka, karyawan, atau Nasabahnya;
vii. Adanya kejadian pelanggaran;
viii. Setiap perubahan informasi, dokumen, fakta, atau kejadian
yang sudah diajukan oleh Anggota Kliring kepada Lembaga
Kliring pada waktu proses pengajuan keanggotaan Lembaga
Kliring, yang diperkirakan memiliki dampak terhadap
pelaksanaan kewajiban Anggota Kliring dimaksud sesuai de-
ngan Peraturan Lembaga Kliring;
ix. Adanya penyidikan, tindakan paksa, sanksi yang dilakukan oleh
Bappebti atau pihak yang berwenang, atau adanya perintah
pengadilan, yang diajukan ke Anggota Kliring, pengurus, Wakil
Pialang Berjangka, karyawan, atau Nasabahnya;
x. Adanya kegagalan memenuhi persyaratan permodalan dan
keuangan minimal, atau ambang batas dari sumber keuangan
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan di
bidang Perdagangan Berjangka atau Peraturan Lembaga Kliring
telah terlampaui;
xi. Setiap kejadian yang dapat berdampak pada kegiatan usaha
atau, kondisi keuangan, termasuk kemampuan untuk membayar
hutang-hutang yang jatuh tempo, dari Anggota Kliring tersebut,
serta berdampak pada hubungannya dengan Lembaga Kliring;
xii. Anggota Kliring, atau pengurus, Wakil Pialang Berjangka,
karyawan, atau Nasabahnya dinyatakan dalam keadaan
insolvency, atau proses kepailitan atau upaya melikuidasi aset
perusahaan sedang dijalankan terhadapnya;
xiii. Anggota Kliring, pengurus, Wakil Pialang Berjangka, karyawan
tau Nasabahnya terlibat pada kegiatan-kegiatan yang mem-
bahayakan integritas keuangan atau kepentingan dari Lembaga
Kliring;
xiv. Setiap adanya perubahan manajemen senior atau pemegang
saham substansial (mengacu pada pihak yang menguasai 5
(lima) persen saham/lebih dari Modal Dasar), atau adanya
kematian, disolusi atau kepailitan dari pihak-pihak tersebut
diatas atau adanya perubahan komposisi pengurus perusahaan
sebagai akibat adanya pengunduran diri dari anggota direksinya;

52
Peraturan dan Tata Tertib

dan
xv. Menanggapi pemberitahuan dimaksud, Lembaga Kliring dapat,
berdasarkan kebijakannya sendiri, meminta Anggota Kliring
untuk menyampaikan dokumen-dokumen atau informasi-
informasi tambahan, serta melakukan tindakan-tindakan
tertentu yang dianggap perlu.
2. Semua Kontrak Berjangka dan prosedur kliring serta penyelesaian atas
Kontrak Berjangka dimaksud harus berdasarkan Peraturan Lembaga
Kliring, Surat Keputusan, Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka, dan peraturan hukum lain yang berlaku.

410. PERSETUJUAN LEMBAGA KLIRING

1. Anggota Kliring wajib melaporkan kepada Lembaga Kliring dalam hal:


a. Apabila Anggota Kliring kategori Pialang Berjangka, akan:
i. Mengalihkan 20 (dua puluh) persen/lebih saham yang diterbitkan
milik Anggota Kliring;
ii. Menerbitkan saham baru yang mengakibatkan salah satu/lebih
pemegang saham menguasai lebih dari 20 (dua puluh) persen/
lebih saham yang diterbitkan; dan
iii. Menunjuk pengurus dan pergantian Auditor.
b. Apabila terjadi perubahan struktur organisasi, termasuk namun tidak
terbatas, jika terjadi penggabungan (Merger) atau peleburan
(Amalgamation) badan usaha, serta perubahan perubahan lain yang
mengakibatkan adanya perubahan kendali; dan
c. Apabila terjadi perubahan kendali dalam semua aspek hukum dan
manfaat.
2. Persetujuan perubahan oleh Lembaga Kliring akan berlaku untuk jangka
waktu dua bulan terhitung sejak tanggal persetujuan perubahan tersebut
diberikan, kecuali Lembaga Kliring menyetujui perpanjangan waktu
pelaksanaan.
3. Apabila perubahan dimaksud dalam pasal ini dilaksanakan tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu oleh Lembaga Kliring, maka Lembaga
Kliring berwenang untuk melakukan tindakan pendisiplinan sesuai
dengan Peraturan Lembaga Kliring, yaitu antara lain berupa tindakan
pembekuan (suspension) atau pencabutan keanggotaan Lembaga Kliring.
4. Lembaga Kliring akan memberikan persetujuan tertulis setelah Bappebti
menyetujui adanya perubahan yang terjadi pada angka 1 huruf a poin iii,
dan angka 1 huruf b dan c.

53
Peraturan dan Tata Tertib

411. KEWENANGAN LEMBAGA KLIRING

1. Lembaga Kliring berwenang untuk setiap saat meminta Anggota Kliring


untuk menyerahkan laporan informasi detail yang berkaitan dengan
Kontrak Berjangka yang ditransaksikan oleh Anggota Kliring dimaksud,
dalam format laporan dan menurut tata cara yang ditetapkan oleh
Lembaga Kliring.
2. Tanpa mengesampingkan ketentuan umum tersebut di atas, informasi-
informasi yang harus disediakan oleh Anggota Kliring, mencakup antara
lain mengenai:
a. Kontrak Berjangka yang ditransaksikan oleh Anggota Kliring dengan
Anggota Kliring lainnya yang bertindak untuk Rekening Atas Nama
Sendiri (Proprietary Account);
b. Kontrak Berjangka yang dikliringkan oleh Anggota Kliring untuk
kepentingan Nasabahnya;
c. Posisi Terbuka dari Anggota Kliring dan Nasabahnya; dan
d. Komoditi yang dikuasai oleh Anggota Kliring pada Rekening Atas
Nama Sendiri (Proprietary Account) atau atas nama Nasabahnya.
3. Untuk tujuan verifikasi dan pengecekan kebenaran atas laporan yang
diserahkan oleh Anggota Kliring, Lembaga Kliring berwenang untuk
meminta Anggota Kliring membuat catatan pembukuan dan/atau
meminta Anggota Kliring melakukan penjelasan atau klarifikasi.
4. Kegagalan atau kelalaian Anggota Kliring untuk menyerahkan laporan
atau membuat buku catatan untuk kepentingan klarifikasi akan dikenakan
tindakan mendisiplinkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Lembaga
Kliring.

412. LAPORAN KEUANGAN, LAPORAN TAHUNAN DAN AUDIT

1. Anggota Kliring mencatat, memelihara dan menyimpan seluruh


dokumen laporan keuangan dan audit yang berkaitan dengan kegiatan
usaha yang diselenggarakan dengan Lembaga Kliring dalam jangka waktu
paling sedikit 5 (lima) tahun.
2. Anggota Kliring menyampaikan Laporan Tahunan kepada Lembaga
Kliring.
3. Anggota Kliring menyampaikan seluruh dokumen laporan keuangan
dan Audit yang berkaitan dengan kegiatan usaha yang diselenggarakan
dengan Lembaga Klirintj Ktuk kepentingan pemeriksaan.

54
Peraturan dan Tata Tertib

413. AUDIT

A. Laporan Audit
1. Dalam jangka waktu 5 (lima) bulan terhitung sejak berakhirnya tahun buku,
Anggota Kliring wajib menyerahkan kepada Lembaga Kliring laporan
keuangan yang di telah audit sampai dengan hari terakhir tahun buku
yang dimaksud, berikut laporan audit yang dibuat sesuai dengan Pasal 413
A angka 2 huruf b. Namun demikian Anggota Kliring dapat meminta
perpanjangan waktu penyerahan laporan, dan Lembaga Kliring dapat
(tanpa kewajiban) menyetujui perpanjangan waktu dimaksud dengan
memberikan persyaratan yang dianggap sesuai.
2. Laporan Auditor akan memuat pernyataan dan opini:
a. Anggota Kliring telah memenuhi kewajiban minimum modal dan
persyaratan keuangan yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Lembaga Kliring, dan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka;
b. Buku dan catatan mengenai rekening yang dibuat telah sesuai
dengan yang lazim dipraktekkan di industri (Perdagangan Berjangka)
dan dipelihara serta disimpan sesuai dengan tatacara yang diatur
dalam Peraturan Lembaga Kliring dan Peraturan Perundang-undangan
di bidang Perdagangan Berjangka;
c. Auditor telah memperoleh semua informasi yang diperlukan berikut
penjelasannya sehingga kegiatan auditing dapat dilakukan secara
layak, dan memungkinkan Auditor menerbitkan sertifikat; dan
d. Posisi keuangan dari Anggota Kliring sedemikian rupa se-
hingga memungkinkan Anggota Kliring menjalankan kegiatan
usahanya dengan basis keuangan yang kuat (stabil), dengan
mempertimbangkan jenis dan volume transaksi yang terjadi pada
tahun sebelumnya yang ditunjukkan di rekening dan laporan
keuangan.

B. Hasil Temuan Laporan Audit


Anggota Kliring harus memastikan bahwa Auditornya melaporkan kepada
Lembaga Kliring, mengenai:
a. Setiap adanya catatan atau laporan hasil audit atas setiap masalah yang
secara material akan berdampak merugikan atau membahayakan posisi
keuangan dari Anggota Kliring;
b. Adanya komentar dari Auditor, yang mana opini Auditor merupakan atau
akan menimbulkan pelanggaran terhadap Peraturan Lembaga Kliring dan
Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka yang
berlaku, atau merupakan penipuan atau tindakan tidak jujur; dan

55
Peraturan dan Tata Tertib

c. Adanya ketidak-laziman yang telah atau mungkin akan berdampak


secara nyata terhadap Rekening Nasabah, termasuk ketidak-laziman
yang akan menimbulkan dampak atau membahayakan keuangan dan
harta milik Nasabah dari Anggota Kliring.

C. Inspeksi Dan Investigasi Atas Hasil Temuan Laporan Audit


Lembaga Kliring atau Pihak yang ditunjuk oleh Lembaga Kliring berwenang
untuk melakukan inspeksi dan investigasi atas hasil temuan audit, dan berhak
untuk mengambil salinan rekening, pembukuan, kontrak-kontrak dan setiap
catatan dan dokumen milik Anggota Kliring dalam rangka memenuhi tugasnya
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan
Berjangka.

D. Biaya Audit
Lembaga Kliring berhak untuk meminta Anggota Kliring untuk membayar
atau mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh Lembaga Kliring atas semua
biaya inspeksi, investigasi atas hasil temuan audit.

414. LARANGAN ANGGOTA KLIRING

1. Terlibat pada kegiatan atau aktivitas yang mengakibatkan atau


menimbulkan:
a. Pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka, peraturan hukum yang berlaku atau
Peraturan Lembaga Kliring, Surat Keputusan atau Surat Pem-
beritahuan/Surat Edaran, yang dilakukan oleh Pihak manapun;
b. Kesalahan atau kegagalan dalam memenuhi kesepakatan yang dibuat
dengan Lembaga Kliring atau Anggota Kliring yang lain; dan
c. Terjadinya transaksi yang dilarang atau seolah-olah telah terjadi suatu
transaksi dengan Pihak lain (pre-arranged).
2. Melakukan transaksi (menutup kesepakatan) untuk dan atas nama
Nasabah selain daripada apa yang sudah diinstruksikan oleh Nasabah dan
diterima oleh Anggota Kliring.
3. Melakukan kecurangan, penipuan, atau tindakan yang mengelabui, atau
mencoba untuk berbuat curang, menipu atau mengelabui Pihak manapun
dalam bentuk dan cara apapun.
4. Terlibat dalam kegiatan yang diperkirakan akan mengurangl integritas dan
kepentingan dari Lembaga Kliring, Anggota Kliring atau Nasabahnya.
5. Terlibat dalam kegiatan ataupun perbuatan yang berakibat pada atau
menimbulkan manipulasi pasar, dan melakukan kegiatan perdagangan
yang dapat mengganggu kondisi pasar yang wajar, teratur dan tranSPAran.
6. Membuat dokumen atau informasi palsu, menyesatkan atau tidak akurat
untuk diserahkan kepada Lembaga Kliring.

56
Peraturan dan Tata Tertib

7. Menyebarkan keterangan palsu, tidak akurat ataupun menyesatkan


mengenai Lembaga Kliring, Bursa Berjangka, Kontrak Berjangka, atau
transaksi yang terjadi.
8. Melaksanakan transaksi, penyelesaian transaksi atau menerima dana
Nasabah, setelah Anggota Kliring yang bersangkutan telah dinyatakan
pailit atau tidak mampu untuk membayar kewajiban hutang.
9. Mengambil manfaat atas situasi yang timbul dan adanya kerusakan,
kegagalan atau kesalahan dari sistem yang dikelola/dioperasikan oleh
Lembaga Kliring.
10. Berniat atau secara sengaja melakukan wanprestasi atas setiap kewajiban
yang disepakati, atau tanpa alasan yang wajar menyangkal Kontrak
Berjangka yang telah dibuat sebagai kesepakatan dengan Lembaga
Kliring.
11. Mengungkapkan informasi mengenai Posisi Terbuka dari Nasabah,
transaksi yang terjadi atau instruksi-instruksi yang diterimanya, kepada
Nasabah yang lain atau Anggota Kliring Iainnya.
12. Menjalankan amanat Nasabah tanpa adanya perjanjian dengan Nasabah
yang bersangkutan sebelumnya.

415. KLIRING DAN PENYELESAIAN ATAS ANGGOTA KLIRING

1. Dalam rangka pelaksanaan kliring dan penyelesaian transaksi Kontrak


Berjangka bagi Anggota Kliring, sebelum dilaksanakannya kliring dan
penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka atas amanat Nasabah, Anggota
Kliring wajib:
a. Membuat dan menandatangani Perjanjian Nasabah, yang berisikan
kondisi-kondisi dan persyaratan minimum yang sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Lembaga Kliring;
b. Menyediakan untuk kepentingan Nasabah, Pemberitahuan Adanya
Resiko (Risk Disclosure Statement) dalam format yang memenuhi
persyaratan minimum 4-rig ditetapkan oleh Lembaga Kliring dan
Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka,
dan selanjutnya menerima pernyataan tertulis dari Nasabah bahwa
yang bersangkutan telah membaca dan memahami seluruh resiko
yang disebutkan dalam Pemberitahuan Adanya Resiko (Risk Disclosure
Statement) dimaksud;
c. Mematuhi semua prinsip-prinsip pengkajian dan penilaian Nasabah
(customer due diligence) yang ditetapkan oleh Peraturan Perundang-
undangan di bidang Perdagangan Berjangki atau Bappebti;
d. Memberitahukan ke Nasabah mengenai semua batasan tanggung
jawab dari Lembaga Kliring yang ditetapkan dalam Peraturan
Lembaga Kliring dan lain-lain;

57
Peraturan dan Tata Tertib

e. Menyediakan dokumen-dokumen dan keterangan-keterangan yang


lebih jauh, sebagaimana yang ditetapkan Lembaga Kliring dari
waktu ke waktu, untuk memastikan kepatuhan Anggota Kliring
terhadap Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan
Berjangka, Peraturan Lembaga Kliring, Surat Keputusan, Surat
Pemberitahuan/Surat Edaran, dan peraturan hukum lain yang berlaku;
f. Menyimpan seluruh rekaman catatan, informasi, dokumen yang
terkait dengan Peraturan Lembaga Kliring untuk jangka waktu tidak
kurang dari 5 (lima) tahun; dan
g. Menyediakan untuk Nasabahnya semua informasi, petunjuk dan
pelatihan menurut tata cara yang diatur oleh Lembaga Kliring dari
waktu ke waktu.
2. Anggota Kliring dilarang mengungkapkan order atau instruksi Pihak lain,
kecuali:
a. Pada saat memasukkan instruksi tersebut ke sistem dari Lembaga
Kliring;
b. Kepada karyawan Lembaga Kliring yang diberi kewenangan untuk
menerima informasi tersebut; atau
c. Kepada Bappebti atau badan berwenang yang mengawasi kegiatan
Anggota Kliring.

416. DANA NASABAH

1. Setiap Anggota Kliring wajib memisahkan dana dan/atau surat berharga


Nasabahnya dari dana dan kekayaan Anggota Kliring.
2. Setiap Anggota Kliring wajib menempatkan dana milik Nasabah di
Rekening Terpisah (Segregated Account) atas nama Anggota Kliring yang
khusus dibuka untuk kepentingan transaksi Perdagangan Berjangka.
3. Setiap Anggota Kliring wajib membukukan secara terpisah rekening yang
menampung dana dari setiap Nasabahnya.
4. Setiap Anggota Kliring wajib mematuhi ketentuan mengenai perhitungan
dan/atau penilaian atas dana dan/atau surat berharga yang ditempatkan
dalam Rekening Terpisah (Segregated Account) yang ditetapkan ber-
dasarkan Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan
Berjangka dan Peraturan Lembaga Kliring.
5. Anggota Kliring dilarang menggunakan dana atau kekayaan Nasabah
untuk membayar kewajiban-kewajiban Anggota Kliring dimaksud terkait
dengan transaksi yang dilakukan dengan menggunakan Rekening Atas
Nama Sendiri (Proprietary Account).
6. Dana Nasabah dari Pialang non Anggota Kliring harus disetor ke Rekening
Terpisah (Segregated Account) milik Pialang Berjangka Anggota Kliring.
Selanjutnya disetor ke Lembaga Kliring.

58
Peraturan dan Tata Tertib

7. Dana dan/atau surat berharga Nasabah dipergunakan oleh Anggota Kliring


hanya untuk hal-hal yang berkaitan dengan transaksi Nasabah di Bursa
Berjangka.

417. PENGALIHAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

1. Anggota Kliring berhak mengalihkan keanggotaaannya (“Transferor”)


kepada calon Anggota Kliring yang memenuhi persyaratan keanggotaan
Lembaga Kliring (“Transferee”).
2. Anggota Kliring wajib memberitahu Lembaga Kliring mengenai niat yang
bersangkutan untuk mengalihkan keanggotaannya.
3. Lembaga Kliring dapat menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi
dalam rangka pengalihan keanggotaan dimaksud.
4. Lembaga Kliring berwenang melarang Anggota Kliring untuk melakukan
pengalihan keanggotaan Lembaga Kliring selama periode waktu tertentu
sesuai yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring (“Non-Transfer Period”).
5. Masa Non-Transfer Period berlangsung selama 1 (satu) tahun atau selama
jangka waktu lain, tanggal mana yang paling akhir, yang ditetapkan oleh
Bursa Berjangka dan/atau Lembaga Kliring yang terhitung mulai:
a. Tanggal diperolehnya ijin usaha;
b. Tanggal persetujuan keanggotaan Bursa dan/atau Lembaga Kliring;
atau
c. Tanggal dimulainya proses Hiring untuk Anggota Kliring.
6. Pengalihan keanggotaan Lembaga Kliring hanya dapat dilaksanakan
apabila terpenuhi hal-hal berikut ini:
a. Non-Transfer Period telah kadaluarsa;
b. Transferor telah memenuhi seluruh kewajiban keuangannya kepada
Lembaga Kliring dan Bursa Berjangka;
c. Transferor wajib menutup semua Posisi Terbuka sesuai amanat
Nasabahnya atau mengalihkan semua Posisi Terbuka kepada Anggota
Kliring yang lain dengan persetujuan dari Nasabahnya;
d. Transferor wajib mengembalikan saldo Margin milik Nasabahnya;
e. Transferor wajib mematuhi semua persyaratan pengalihan yang
ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu;
f. Transferee wajib memenuhi segala biaya pengalihan dan biaya lainnya
yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu;
g. Transferee membuat surat pernyataan bahwa segala kewajiban yang
timbul setelah tanggal pengalihan akan menjadi tanggung jawab
Transferee; dan
h. Transferee telah memenuhi persyaratan uji kelayakan dan kepatutan
(fit and proper) dari Bappebti yang ditunjukan melalui Sertifikat Izin
Usaha Berjangka (SIUB).

59
Peraturan dan Tata Tertib

7. Lembaga Kliring berhak untuk menolak permohonan pengalihan


keanggotaan Lembaga Kliring dan tidak mempunyai kewajiban apapun
untuk mengungkapkan alasan penolakan atas permohonan pengalihan.
Keputusan Lembaga Kliring bersifat final dan mengikat.
8. Transferee, secara resmi diberikan hak keanggotaan Lembaga Kliring dan
diterima sebagai Anggota Kliring apabila telah terpenuhi hal-hal berikut
ini:
a. Lembaga Kliring telah menyelesaikan proses penerimaan anggota
dan memberikan pemberitahuan secara tertulis perihal persetujuan
dimaksud;
b. Lembaga Kliring menerima salinan perianjian pengalihan antara
kedua belah Pihak;
c. Transferor telah mematuhi ketentuan angka 1, 2, dan 3 di atas;
d. Transferee telah melunasi segala biaya-biaya yang ditetapkan oleh
Lembaga Kliring dari waktu ke waktu; dan
e. Transferee mematuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan oleh
Lembaga Kliring.

419. PEMBEKUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

1. Lembaga Kliring setelah mendapat rekomendasi dari Komite Kliring


berwenang untuk membekukan sebagian atau seluruh hak Anggota
Kliring jika terjadi keadaan-keadaan sebagai berikut:
a. Terjadi kejadian pelanggaran yang dinyatakan secara tegas oleh
Lembaga Kliring (Declared Default);
b. Adanya pelanggaran oleh Anggota Kliring atau setiap pengurus,
Wakil Pialang Berjangka, karyawan, atau Nasabahnya terhadap
Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka
dan Peraturan Lembaga Kliring;
c. Kegagalan untuk memenuhi persyaratan permodalan dan keuangan
minimum sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Perundang-
undangan di bidang Perdagangan Berjangka dan Peraturan Lembaga
Kliring;
d. Gagal memenuhi kewajiban keuangan lain yang sudah jatuh tempo
ke Lembaga Kliring;
e. Tidak mampu memberikan solusi penyelesaian berkaitan dengan
pengaduan Nasabahnya, dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh
Lembaga Kliring
f. Anggota Kliring, atau setiap pengurus, Wakil Pialang Berjangka,
karyawan, atau Nasabahnya diduga melakukan pelanggaran ter-
hadap Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan
Berjangka dan Peraturan Lembaga Kliring;

60
Peraturan dan Tata Tertib

g. Tidak memenuhi keputusan arbitrase yang ditetapkan oleh BAKTI,


putusan atau perintah pengadilan di Indonesia atau yurisdiksi Iainnya
yang relevan dan berwenang;
h. Anggota Kliring ditetapkan sebagai tersangka dalam tindakan
kejahatan di bidang ekonomi dan keuangan; atau
i. Anggota Kliring sedang dalam proses pendisiplinan yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Lembaga Kliring.
2. Pembekuan sebagaimana dijelaskan di atas dapat dikenakan oleh Dewan
Direksi berdasarkan rekomendasi dari Komite Kliring sesuai dengan
prosedur yang diatur dalam Bab 8 Peraturan Lembaga Kliring. Lembaga
Kliring juga memiliki hak untuk membekukan dengan atau tanpa
pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya hak keanggotaan Lembaga
Kliring sampai dengan periode 3 (tiga) bulan jika terjadi hal-hal se-
bagaimana diatur dalam huruf c dan f di atas.
3. Tunduk pada ketentuan angka 1 di atas pembekuan dapat dilakukan
secepatnya, atau pada tanggal dan dalam periode waktu yang ditetapkan
oleh Lembaga Kliring.
4. Pembekuan dapat dicabut pada akhir periode yang telah ditetapkan,
setelah mendapat rekomendasi dari Komite Kliring. Dewan Direksi menilai
bahwa pelanggaran telah diperbaiki oleh Anggota Kliring. Apabila
pelanggaran belum diperbaiki, pembekuan dapat, diperpanjang, atau
berdasarkan kewenangan penuh Lembaga Kliring, keanggotaan Lembaga
Kliring dapat dicabut.

420. PENCABUTAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

1. Lembaga Kliring setelah menerima rekomendasi dari Komite Kliring,


berwenang untuk mencabut keanggotaan Lembaga Kliring jika terjadi
keadaan-keadaan sebagai berikut;
a. Semua keadaan yang diatur dalam Ketentuan Pasal 420 angka 1 di
atas tidak terpenuhi;
b. Anggota Kliring telah dinyatakan pailit atau tidak mampu membayar
seluruh hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo, atau adanya
gugatan permohonan, atau perintah untuk dilakukan disolusi,
kepailitan, insolvency atau keadaan-keadaan lain sejenis, yang di-
ajukan di yurisdiksi pengadilan manapun;
c. Adanya pengalihan atau kompensasi hutang yang dibuat
oleh Anggota Kliring untuk kepentingan para kreditornya; dan
d. Adanya pembatalan atau pelepasan izin usaha di bidang
Perdagangan Berjangka yang dimiliki oleh Anggota Kliring.

61
Peraturan dan Tata Tertib

2. Pencabutan sebagaimana dijelaskan di atas dapat dikenakan oleh Dewan


Direksi berdasarkan rekomendasi dari Komite Kliring sesuai dengan
prosedur yang diatur dalam Bab 8 Peraturan Lembaga Kliring. Lembaga
Kliring juga memiliki hak untuk mencabut dengan atau tanpa
pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya hak keanggotaan Lembaga
Kliring sampai dengan periode 3 (tiga) bulan jika terjadi hal-hal
sebagaimana diatur dalam huruf b sampai d di atas.
3. Lembaga Kliring berwenang untuk menetapkan tindakan pencabutan
keanggotaan Lembaga Kliring untuk berlaku segera, atau berlaku efektif
pada tanggal yang ditetapkan kemudian dan melakukan tindakan-
tindakan berkaitan dengan pencabutan dimaksud.

421. KONSEKUENSI PENGUNDURAN DIRI, PEMBEKUAN, DAN PENCABUTAN


KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

1. Anggota Kliring yang telah mengundurkan diri, atau dibekukan, atau


dicabut keanggotaannya bertanggungjawab kepada Lembaga Kliring
atas semua kewajibannya yang masih tertunda dan yang timbul selama
masa efektif keanggotaannya sampai dengan berakhirnya keanggotaan
Lembaga Kliring karena alasan pengunduran diri, dibekukan, atau dicabut
keanggotaannya.
2. Anggota Kliring yang mengundurkan diri atau dicabut keanggotaannya
wajib bersikap kooperatif dan membantu Lembaga Kliring dalam
semua hal yang timbul akibat dad pengunduran pembekuan, atau
pencabutan keanggotaan Lembaga Kliring, termasuk tetapi tidak terbatas
pada mengalihkan Posisi Terbuka miliknya ke anggota lain atau melikuidasi
Posisi Terbukanya serta wajib menuntaskan semua Kontrak Berjangka
yang belum terselesaikan.
3. Anggota Kliring yang mengundurkan diri, dibekukan, atau dicabut
keanggotaannya wajib menyelesaikan semua Kontrak Berjangka.
4. Lembaga Kliring mengumumkan pengunduran diri, pembekuan, dan
pencabutan keanggotaan Lembaga Kliring dari Anggota Kliring dan
memberitahu Bappebti, anggota Iainnya dan masyarakat. Untuk
kepentingan ini, Lembaga Kliring tidak bertanggung jawab atas akibat
yang timbul dari pengumuman tersebut.
5. Lembaga Kliring wajib segera memberitahukan ke Bursa Berjangka
mengenai pengunduran diri, pembekuan dan pencabutan keanggotaan
Lembaga Kliring dari Anggota Kliring.
6. Anggota Kliring yang telah mengundurkan diri, dibekukan atau dicabut
keanggotaannya tidak berhak untuk menuntut pengembalian biaya
keanggotaan atau iuran tahunan yang telah dibayarkan ke Lembaga
Kliring kecuali Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) yang ditempatkan
di Lembaga Kliring setelah dipotong kewajiban keuangan yang masih
terhutang.
62
Peraturan dan Tata Tertib

422. DAFTAR ANGGOTA KLIRING

Lembaga Kliring wajib menyimpan dan memelihara daftar seluruh Anggota


Kliring yang setiap saat dapat diakses oleh umum, balk melalui website atau
media lainnya.

423. PEMBERITAHUAN KE ANGGOTA KLIRING

1. Kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Lembaga Kliring, setiap


pemberitahuan ke Anggota Kliring disampaikan melalui surat atau
faksimile atau perangkat elektronik lain (sebagaimana yang dianggap
layak oleh Lembaga Kliring) dan:
a. Apabila dikirim melalui surat pos tercatat atau secara langsung,
ditujukan ke alamat terakhir yang tercatat di Lembaga Kliring; atau
b. Apabila melalui faksimile, ditujukan ke nomor faksimile Anggota
Kliring yang tercatat di Lembaga.
2. Pemberitahuan kepada Anggota Kliring dianggap sudah dilaksanakan
secara penuh, jika dikirim secara:
a. Langsung adalah pada tanggal pengiriman diterima berdasarkan
tanda terima surat;
b. Faksimile adalah berdasarkan bukti pengiriman dari mesin faksimile;
atau
c. Pos tercatat adalah dua hari (untuk lokal) dan tujuh hari (untuk luar
negeri) setelah tanggal pengirriman.

424. SANKSI KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

1. Tanpa mengesampingkan semua ketentuan yang diatur dalam Peraturan


Lembaga Kliring, apabila Anggota Kliring gagal atau lalai untuk
membayar semua kewajiban keuangan dalam jangka waktu yang
ditetapkan oleh Lembaga Kliring, maka Lembaga Kliring dapat, selain
membebankan biaya bunga, menjatuhkan tindakan-tindakan tertentu,
antara lain namun tidak terbatas pada, pemberian tindakan pendisiplinan
kepada Anggota Kliring, membekukan (suspend) atau mencabut
keanggotaan Lembaga Kliring dan/atau mengumumkan Anggota Kliring
yang bersangkutan sebagai Pihak yang Wanprestasi.
2. Lembaga Kliring berwenang mengenakan sanksi administratif atas
pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka dan Peraturan Lembaga Kliring yang dilakukan
oleh Anggota Kliring, berupa peringatan tertulis yang berisikan teguran
dan disertai perintah untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang harus
dilakukan Anggota Kliring dimaksud dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari kalender.
63
Peraturan dan Tata Tertib

3. Lembaga Kliring dapat membekukan (suspend), mencabut keahggotaan


Lembaga Kliring, ataupun melakukan tindakan pendisiplinan terhadap
Anggota Kliring, yang terbukti membuat pernyataan yang tidak benar,
keterangan palsu, atau tidak menyampaikan fakta yang seharusnya
disampaikan pada saat pengajuan permohonan keanggotaan Lembaga
Kliring. Konsekuensi atas tindakan Lembaga Kliring dimaksud, maka
jumlah dana yang sudah dibayarkan kepada Lembaga Kliring tidak dapat
dikembalikan.

64
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 5
KLIRING DAN
PENYELESAIAN

65
Peraturan dan Tata Tertib

500 UMUM

501 NOVASI

502 BATASAN TANGGUNG JAWAB

503 PENGALIHAN KONTRAK BERJANGKA

504 POSISI TERBUKA

505 MARGIN

506 BATAS TRANSAKSI (EXPOSURE LIMIT)

507 BATAS MARGIN VARIASI (VARIATION MARGIN)

508 HARGA PENYELESAIAN HARIAN

509 PENYELESAIAN HARIAN

510 HARGA PENYELESAIAN AKHIR

511 LAPORAN KLIRING DAN PENYELESAIAN

512 PENUTUPAN (SET-OFF)

513 BANK PENYIMPAN

514 REKENING DAN ATURAN PEMISAHAN

515 TITIP KLIRING

66
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur mengenai hal-hal yang menjadi tanggung jawab Lembaga Kliring
terkait dengan penyelesaian. Di dalam bab ini juga diatur ketentuan bahwa lembaga
kliring dari waktu ke waktu dapat menolak penjaminan dan penyelesaian transaksi
yang tidak memenuhi persyaratan tanpa kewajiban memberikan alasan apapun.

Bab ini terdiri atas 16 pasal yaitu: umum, Novasi, batasan tanggung jawab,
pengalihan kontrak berjangka, posisi terbuka, margin, batas transaksi, batas margin
variasi, harga penyelesaian harian, penyelesaian harian, harga penyelesaian akhir,
laporan miring dan penyelesaian, penutupan, bank penyimpan, rekening dan aturan
pemisahan, serta titip Kliring.

Bahwasanya isi dari bab 5 ini tidak ditemukan secara terpisah/unik pada PTT ICH
setelah perubahan, melainkan melebur atau tersirat pada ketentuan-ketentuan
lainnya. Bab 5 pada PTT ICH setelah perubahan mengatur mengenai Tanggung Jawab
Anggota Kliring yang terdiri atas 6 pasal yaitu: kewajiban persyaratan keuangan,
pemberitahuan atas kegagalan memenuhi persyaratan keuangan, kewajiban
anggota kliring atas kegagalan memenuhi persyaratan keuangan, pemberitahuan
lain, laporan keuangan serta audit dan pemeriksaan.

67
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 5
KLIRING DAN PENYELESAIAN

500. UMUM

1. Kecuali dinyatakan berbeda dalam Peraturan Lembaga Kliring ini, Anggota


Kliring akan menerima dan mengkliringkan semua Kontrak Berjangka atas
namanya sendiri dan/atau milik Nasabahnya kepada Lembaga Kliring.
2. Lembaga Kliring hanya akan melaksanakan proses kliring dan penyelesaian
atas Kontrak Berjangka yang telah memenuhi syarat untuk dilaksanakan
proses kliring dan penyelesaian oleh Lembaga Kliring.
3. Lembaga Kliring dari waktu ke waktu dengan kebijakannya sendiri dapat
menolak penjaminan dan penyelesaian transaksi Tukar Fisik dengan
Berjangka (TFB)/Tukar Fisik dengan SWAP (TFS) atau transaksi Block Trade
(Bonafide) yang tidak memenuhi persyaratan tanpa berkewajiban
memberikan alasan apapun, dan Lembaga Kliring akan memberitahukan
keputusannya itu kepada Anggota Kliring.

501. NOVASI

1. Tunduk pada ketentuan Peraturan Lembaga Kliring Pasal 500 di atas,


Lembaga Kliring akan bertindak sebagai penjamin yang melaksanakan
Novasi atas Kontrak Berjangka yang diterimanya pada saat:
a. Amanat jual dan/atau belinya telah sepadan berdasarkan Automated
Trading System (ATS);
b. Apabila menyangkut transaksi Tukar Fisik dengan Berjangka (TFB)/
Tukar Fisik dengan SWAP (TFS) atau transaksi Block Trade (Bonafide),
maka akan dilaksanakan proses Novasi ketika transaksi tersebut
dilaporkan ke Bursa Berjangka dan diterima secara sah oleh Lembaga
Kliring.
2. Novasi akan menghasilkan dua Kontrak Berjangka baru, yang satu antara
Anggota Kliring Penjual dengan Lembaga Kliring yang berperan sebagai
Pembeli dan sebaliknya pada kontrak lawannya antara Anggota Kliring
Pembeli dengan Lembaga Kliring yang berperan sebagai Penjual. Setiap
Kontrak Berjangka yang dihasilkan dari Novasi harus identik sesuai dengan
kontrak asli kecuali dalam hal peran Lembaga Kliring sebagaimana
dimaksud di atas.
3. Semua informasi dan data transaksi Kontrak Berjangka yang disampaikan
oleh Bursa Berjangka atau Anggota Kliring kepada Lembaga Kliring
dianggap sebagai informasi dan data yang akurat serta asli.
4. Lembaga Kliring akan dibebaskan dari segala tanggung jawab atas setiap
gugatan atau klaim yang menyangkut ketidakbenaran informasi dan data
yang disampaikan oleh Anggota Kliring sesuai dengan angka 3 di atas.
68
Peraturan dan Tata Tertib

5. Setiap Posisi Terbuka baik Posisi Atas Nama Anggota Kliring (Proprietary
Position) maupun Posisi Nasabah dari Anggota Kliring yang disetujui
oleh Lembaga Kliring untuk dilaksanakan proses kliring dan penyelesaian
pada prinsipnya harus antara Lembaga Kliring dan Anggota Kliring.
6. Tidak ada Pihak lain atau pihak ketiga yang memiliki hak atas Posisi Terbuka
antara Anggota Kliring dengan Lembaga Kliring.
7. Tidak ada ketentuan dalam Peraturan Lembaga Kliring ini yang akan
dianggap, diperlakukan atau ditafsirkan sebagai ketentuan yang dapat
menimbulkan multitafsir antara Lembaga Kliring dengan Anggota Kliring.
8. Segala ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Lembaga Kliring ini
hanya berlaku bagi Lembaga Kliring dengan Anggota Kliring.

502. BATASAN TANGGUNG JAWAB

Tanpa mengesampingkan batasan-batasan atau pengecualian kewajiban dari


Lembaga Kliring:
a. Dalam hal terjadi cidera janji maka tanggung jawab Lembaga Kliring atas
pelaksanaan kliring, terbatas pada kerugian yang timbul dari
penyelenggaraan fungsi substitusi (Novasi) Lembaga. Kliring terhadap
Kontrak Berjangka yang diperdagangkan antar Anggota Kliring;
b. Kecuali yang telah ditetapkan dalam ketentuan Pasal 501, Lembaga Kliring
tidak bertanggungjawab terhadap Pihak manapun juga selain daripada
kewajiban Lembaga Kliring selaku penjamin dimaksud Pasal 501 di atas.

503. PENGALIHAN KONTRAK BERJANGKA

1. Lembaga Kliring dapat:


a. Atas permintaan dari Anggota Kliring;
b. Sesuai dalam Peraturan Bursa Berjangka; atau
c. Sesuai dengan ketentuan dalam Bab 9 Peraturan Lembaga Kliring;
d. Mengalihkan Posisi Terbuka yang dimiliki oleh salah satu Anggota
Kliring (Transferor Clearing Member) kepada Anggota Kliring yang
lain (Transferee Clearing Member).
2. Pengalihan kontrak terbuka dapat dilakukan oleh Transferor Clearing
Member dan Transferee Clearing Member sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh Lembaga Kliring, termasuk persyaratan penempatan
Margin dalam bentuk tunai, surat berharga atau jaminan lainnya oleh salah
satu Pihak maupun kedua belah Pihak, ataupun oleh Pihak lainnya.
3. Meskipun dinyatakan seperti dalam angka 1 di atas, Lembaga Kliring
mempunyai wewenang untuk menolak pengalihan Kontrak Berjangka
tanpa memberikan alasan apapun.
4. Pengalihan harus dilakukan menurut tata cara dan pada waktu yang
ditetapkan oleh Lembaga Kliring, berdasarkan persetujuan dari Transferee
Clearing Member.
69
Peraturan dan Tata Tertib

5. Setelah Transferee Clearing Member menyetujui pengalihan dengan cara


yang telah ditentukan oleh Lembaga Kliring, kontrak terbuka antara
Transferor Clearing Member dan Lembaga Kliring akan dibatalkan dan
kontrak terbuka baru akan timbul antara Lembaga Kliring dan Transferee
Clearing Member dengan kondisi dan persyaratan yang sama dengan
kontrak terbuka yang dibatalkan.

504. POSISI TERBUKA

Semua Kontrak Berjangka akan tetap terbuka dan akan terus berlaku dan
mengikat Anggota Kliring sampal dilikuidasi dengan cara meng-offset Kontrak
Berjangka sesuai dengan Peraturan Lembaga Kliring ini, atau melalui
penyerahan fisik, penyelesaian secara tunai atau mekanisme penyelesaian lain
yang telah ditentukan dalam Spesifikasi Kontrak Berjangka.

505. MARGIN

A. Umum
1. Berkaitan dengan Kontrak Berjangka yang akan dikliringkan dan
diselesaikan oleh Lembaga Kliring sesuai dengan Pasal 500, Anggota
Kliring wajib memenuhi persyaratan Margin seperti yang ditentukan oleh
Lembaga Kliring maupun Bursa Berjangka dari waktu ke waktu.
2. Margin yang ditempatkan di Lembaga Kliring berbentuk aset dan harus
bebas dari pembebanan jaminan dalam bentuk apapun. Aset-aset tersebut
adalah:
a. Uang tunai;
b. Deposito berjangka (time deposit);
c. Bank garansi; dan/atau
d. Aset-aset atau kekayaan lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring
dari waktu ke waktu.
3. Lembaga Kliring akan menerima setiap aset yang akan ditempatkan
sebagai Margin, dan Lembaga Kliring berhak, berdasarkan kebijakan
sendiri, untuk menilai aset yang dapat diterima sebagai Margin dan dapat
memutuskan dari waktu ke waktu untuk menghentikan berlakunya aset
yang telah diterima sebagai Margin dan penilaian tambahan terhadap aset
tersebut.
4. Jika setiap aset yang ditempatkan oleh Anggota Kliring dengan alasan
apapun tidak dapat diterima oleh Lembaga Kliring, maka aset tersebut
dianggap tidak memiliki nilai untuk ditempatkan sebagai Margin
berdasarkan Peraturan Lembaga Kliring, dengan demikian diperlukan aset
lain dari Anggota Kliring sebagai pengganti yang nilai asetnya dapat
diterima oleh Lembaga Kliring.

70
Peraturan dan Tata Tertib

5. Lembaga Kliring berhak untuk menetapkan persyaratan dan ketentuan


mengenai proporsi atau komposisi dari aset yang diterima sebagai Margin.
Persyaratan tersebut dapat diberlakukan pada setiap Anggota Kliring
menurut kategori keanggotaannya sesuai dengan Bab 4 Pasal 401.
6. Jenis Margin yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu,
adalah:
a. Margin Awal (Initial Margin);
b. Margin Variasi (Variation Margin);
c. Margin Penyerahan (Spot Margin); dan
d. Margin Khusus (Special Margin);
metode dan formula untuk menghitung Margin dan tata cara pembayaran
yang akan ditentukan kemudian oleh Lembaga Kliring dan/atau Bursa
Berjangka, akan diberitahukan kepada Anggota Kliring melalui Surat
Edaran Lembaga Kliring atau Surat Edaran Bersama antara Bursa Berjangka
dan Lembaga Kliring atau cara lain yang dianggap sesuai oleh Lembaga
Kliring. Margin yang belum dibayarkan harus dibayar oleh Anggota
Kliring dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dan/
atau Bursa Berjangka.
7. Sehubungan dengan Kontrak Berjangka yang dikliringkan dan diselesaikan
oleh Lembaga Kliring, maka setiap Anggota Kliring wajib membayar
Margin kepada Lembaga Kliring atas setiap Posisi Terbuka yang akan
dikliringkan oleh Lembaga Kliring:
a. Untuk dan atas nama rekening milik Anggota Kliring sendiri;
b. Untuk dan alas nama Anggota Bursa Berjangka yang memiliki
perjanjian kliring dengan Anggota Kliring.
8. Lembaga Kliring, berdasarkan kebijakan sendiri, dapat mengambil
tindakan seperti tindakan pendisiplinan, pembekuan atau pencabutan
keanggotaan terhadap Anggota Kliring yang gagal membayar Margin
termasuk Margin Variasi (Variation Margin), Margin Khusus (Special
Margin), atau kewajiban keuangan lainnya.
9. Anggota Kliring dilarang untuk melakukan segala tindakan yang bertujuan
menghindari kewajiban penyetoran Margin kepada Lembaga Kliring.
10. Setiap Anggota Kliring wajib membukukan dan memelihara secara
terpisah semua Margin, Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) dan
pembayaran lainnya untuk kegiatan transaksi yang diterima dari
Nasabahnya dalam Rekening Terpisah (Segregated Account). Margin, Dana
Jaminan Kliring (Security Deposit), dan pembayaran lainnya yang
dimaksud di atas wajib digunakan untuk memelihara kepentingan Posisi
Nasabah.
11. Setiap Anggota Kliring harus memastikan bahwa:
a. Margin, Nilai Penyelesaian Akhir, Nilai Penyelesaian Harian akan
dihitung secara terpisah antara Rekening Atas Nama Anggota Kliring
(Proprietary Account) dan Rekening Nasabahnya;
71
Peraturan dan Tata Tertib

b. Setiap Margin yang ditempatkan di Lembaga Kliring, serta Nilai


Penyelesaian Harian dan Nilai Penyelesaian Akhir yang ditempatkan
di Lembaga Kliring oleh Anggota Kliring dalam hubungannya dengan
suatu Posisi Terbuka yang dimilikinya, harus ditujukan kepada
rekening Anggota Kliring yang memiliki Posisi Terbuka dimaksud di
atas.
12. Anggota Kliring wajib bertanggung jawab atas ketersediaan Margin,
memelihara saldo kecukupan Margin dan semua kewajiban keuangan
lainnya kepada Lembaga Kliring.
13. Sehubungan dengan Posisi Terbuka yang sudah ada ataupun yang
akan dibuka dari setiap Anggota Kliring, Lembaga Kliring dapat
menetapkan dan menyesuaikan besaran Margin dari waktu ke waktu.
Besaran Margin dapat berbeda-beda dari satu Kontrak Berjangka ke
Kontrak Berjangka yang lain, ataupun untuk Bulan Kontrak yang berbeda.
14. Apabila dianggap perlu, Lembaga Kliring dapat menentukan Margin
Khusus (Special Margin) untuk waktu tertentu yang ditetapkan ber-
dasarkan kebijaksanaan Lembaga Kliring sepenuhnya.
15. Aset yang ditempatkan sebagai Margin oleh Anggota Kliring di Lembaga
Kliring dapat ditahan oleh Lembaga Kliring, baik secara keseluruhan
maupun sebagian, sepanjang sesuai dengan ketentuan Peraturan
Lembaga Kliring ini. Atas permintaan tertulis dari Anggota Kliring, Margin
yang telah disetorkan kepada Lembaga Kliring dapat dikembalikan kepada
Anggota Kliring ketika suatu posisi telah (a) diselesaikan, ditutup atau
diselesaikan dengan penyerahan, atau (b) dialihkan, sesuai dengan
Peraturan Lembaga Kliring ini.
16. Anggota Kliring tidak dapat mengajukan permintaan penarikan atau
pengembalian Margin yang sudah disetorkan kepada Lembaga Kliring,
kecuali sesuai dengan Peraturan Lembaga Kliring ini, dan setelah setiap
Posisi Terbuka ditutup atau diselesaikan dengan penyerahan, dan semua
kewajiban kepada Lembaga Kliring sudah diselesaikan secara penuh.
Keputusan atas pengembalian atau penarikan kembali jumlah Margin
yang sudah disetor adalah merupakan kewenangan Lembaga Kliring
sepenuhnya.
17. Lembaga Kliring berhak untuk menggunakan uang atau aset yang
disetorkan sehubungan dengan Kontrak Berjangka Nasabah dari Anggota
Kliring untuk memenuhi kewajiban yang timbul dari Kontrak Berjangka
dimaksud, apabila:
a. Lembaga Kliring berpendapat bahwa kegagalan Anggota Kliring
untuk memenuhi kewajiban secara langsung disebabkan oleh
kegagalan salah satu Nasabah Anggota Kliring dalam memenuhi
kewajiban yang telah ditetapkan Kontrak Berjangka;
b. Kedua hal berikut ini sepenuhnya digunakan untuk pemenuhan
kewajiban keuangan Nasabah:

72
Peraturan dan Tata Tertib

i. Setiap dana atau aset yang ditempatkan di Lembaga Kliring


sehubungan dengan Kontrak Berjangka dari Anggota Kliring itu
sendiri;
ii. Setiap dana atau aset yang disetorkan oleh Anggota Kliring
kepada Lembaga Kliring sebagai agunan atau jaminan untuk
tujuan pemenuhan semua kewajiban Anggota Kliring kepada
Lembaga Kliring (di luar dana atau aset Nasabah).
c. Lembaga Kliring memiliki dasar pertimbangan yang kuat bahwa
kegagalan dalam menggunakan dana atau aset Nasabah untuk
memenuhi kewajiban keuangan dapat membahayakan integritas
keuangan Lembaga Kliring.
18. Lembaga Kliring berhak meminta Anggota Kliring untuk mengganti setiap
aset yang telah dipergunakan untuk menutup kewajiban keuangan
lainnya dengan dana tunai yang ditempatkan di Lembaga Kliring.
B. Perbedaan Margin Antar Anggota Kliring
Lembaga Kliring dapat menetapkan Margin dengan nilai yang Iebih tinggi
kepada beberapa Anggota Kliring tertentu atau untuk Kontrak Berjangka
tertentu atau Bulan Kontrak tertentu atau situasi lainnya yang dianggap sesuai.
Setiap penyesuaian Margin yang ditetapkan tidak akan mengikat Lembaga
Kliring dan/atau Bursa Berjangka untuk menetapkan nilai Margin tersebut di
masa depan.
C. Margin Awal (Initial Margin)
Sebelum membuka setiap Posisi Terbuka, Anggota Kliring wajib menempatkan
Margin Awal (Initial Margin) yang jumiahnya ditentukan oleh Lembaga Kliring
dan/atau Bursa Berjangka, serta wajib melakukan penambahan Margin (top
up) dalam jumlah dan periode waktu yang telah ditentukan oleh Lembaga
Kliring.
D. Margin Variasi (Variation Margin)
Anggota Kliring wajib menempatkan Margin Variasi (Variation Margin) dalam
periode waktu yang ditentukan oleh Lembaga Kliring dan/atau Bursa
Berjangka. Perintah untuk penempatan Margin Variasi (Variation Margin)
wajib dipenuhi oleh Anggota Kliring dengan dana tunai pada Hari Kerja
berikutnya. Namun, Lembaga Kliring berhak untuk memberitahukan kepada
setiap Anggota Kliring untuk menempatkan Margin Variasi (Variation Margin)
pada waktu sebelum Hari Kerja berikutnya.
E. Margin Penyerahan (Spot Margin)
1. Margin Penyerahan (Spot Margin) adalah jumlah Margin yang ditetapkan
dalam Spesifikasi Kontrak Berjangka yang menjadi kewajiban sehubungan
dengan Kontrak Berjangka pada saat memasuki Periode Penyerahan.
2. Anggota Kliring harus membayar Margin Penyerahan (Spot Margin)
dengan cara dan waktu yang telah ditentukan dalam Spesifikasi Kontrak
Berjangka atau yang telah ditentukan oleh Lembaga Kliring dan/atau
Bursa Berjangka dari waktu ke waktu.
73
Peraturan dan Tata Tertib

3. Margin Penyerahan (Spot Margin) harus diperhitungkan oleh Lembaga


Kliring setelah penyelesaian semua kewajiban penyerahan oleh Pihak yang
bersangkutan, yang telah ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke
waktu.
F. Margin Khusus (Special Margin)
Ketika situasi pasar atau fluktuasi harga berdasarkan informasi dari Bursa
Berjangka dan track record transaksi Anggota Kliring beresiko, maka Lembaga
Kliring dapat menetapkan Margin Khusus (Special Margin) kepada Anggota
Kliring yang bersangkutan untuk ditempatkan di Lembaga Kliring pada waktu,
cara, clan jumlah yang telah ditetapkan oleh Lembaga Kliring.
G. Penetapan Batas Transaksi
1. Lembaga Kliring berwenang menetapkan setiap saat batas transaksi
Anggota Kliring berdasarkan Margin yang ditempatkan sebagai jaminan
transaksi di Lembaga Kliring.
2. Jika Anggota Kliring mempunyai posisi yang melebihi Batas Transaksi yang
ditetapkan, Lembaga Kliring berhak meminta Bursa Berjangka untuk
membatasi perdagangan Anggota Kliring di Bursa Berjangka, dan meminta
Anggota Kliring untuk menutup Posisi Terbuka.
3. Lembaga Kliring tidak bertanggungjawab atas kerugian atau kewajiban
yang berhubungan dengan atau di luar penutupan Posisi Terbuka, dan bila
terjadi kerugian Anggota Kliring harus bertanggung jawab atas
penyelesaian setiap kerugian atau kewajiban yang terjadi.

506. BATAS TRANSAKSI (EXPOSURE LIMIT)

1. Lembaga Kliring dapat membatasi Anggota Kliring untuk mengambil


batas transaksi di luar presentase, yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring
dari waktu ke waktu, dari jumlah dana yang ditempatkan di Lembaga
Kliring (termasuk namun tidak terbatas pada Dana Jaminan Kliring
(Security Deposit).
2. Lembaga Kliring dapat menetapkan batas transaksi Anggota Kliring
dengan mengacu pada jumlah dana yang ditempatkan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 di atas, sehubungan dengan Margin Awal (Initial
Margin) dan Margin Khusus (Special Margin) dan/atau Margin Penyerahan
(Spot Margin) yang dianggap sesuai.
3. Pada setiap saat, Lembaga Kliring dapat mengenakan, menambah,
atau mengurangi batas transaksi sesuai dengan peraturan di atas, dengan
memberitahukan terlebih dahulu pada Anggota Kliring.

74
Peraturan dan Tata Tertib

507. BATAS MARGIN VARIASI (VARIATION MARGIN)

1. Lembaga Kliring dapat membatasi Anggota Kliring untuk mengambil


posisi baru apabila kerugian Anggota Kliring melebihi batas Margin Variasi
(Variation Margin), yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke
waktu, dari jumlah dana simpanan yang ditempatkan di Lembaga Kliring
termasuk namun tidak terbatas pada Dana Jaminan Kliring (Security
Deposit). Persentase tersebut dinamakan “Batas Margin Variasi (Variation
Margin)”. Pada setiap saat Anggota Kliring wajib mematuhi Batas Margin
Variasi (Variation Margin).
2. Pada setiap saat, Lembaga Kliring dapat mengenakan, menambah atau
mengurangi batas Margin Variasi (Variation Margin) sesuai dengan
peraturan di atas, dengan memberitahu kepada Anggota Kliring. Setiap
pengenaan atau perubahan batas Margin Variasi (Variation Margin)
yang telah diberitahukan akan berlaku sebagaimana diatur dalam
pemberitahuan tersebut.
3. Bila Anggota Kliring melebihi batas Margin Variasi (Variation Margin),
Lembaga Kliring berhak meminta Bursa Berjangka untuk membatasi
transaksi Anggota Kliring di Bursa Berjangka, meminta Anggota Kli-
ring untuk menutup Posisi Terbuka atau Lembaga Kliring dapat menutup
Posisi Terbuka atas nama Anggota Kliring.
4. Lembaga Kliring tidak bertanggungjawab atas setiap kerugian atau
kewajiban yang berhubungan dengan atau di luar penutupan Kontrak
Berjangka dan bila terjadi kerugian, Anggota Kliring harus bertang-
gungjawab atas penyelesaian setiap kerugian atau kewajiban yang terjadi.

508. HARGA PENYELESAIAN HARIAN

1. Pada penutupan Jam Perdagangan, Lembaga Kliring wajib menghitung


Nilai Penyelesaian Harian untuk semua Posisi Terbuka masing-masing
Kontrak Berjangka.
2. Harga Penyelesaian Harian yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring berlaku
untuk semua Anggota Kliring.
3. Tanpa mengabaikan ketentuan dalam Peraturan Lembaga Kliring
ini, Lembaga Kliring berhak untuk mengubah formulasi perhitungan
Harga Penyelesaian Harian dari setiap Kontrak Berjangka apabila
diperlukan dan terlebih dahulu diberitahukan kepada Anggota Kliring
sebelum diberlakukan.

75
Peraturan dan Tata Tertib

509. PENYELESAIAN HARIAN

1. Pada setiap akhir Hari Perdagangan sesuai dengan Spesifikasi masing-


masing Kontrak Berjangka, Lembaga Kliring melakukan penghitungan
Nilai Penyelesaian Harlan untuk semua Posisi Terbuka Kontrak Berjangka
berdasarkan Harga Penyelesaian (Settlement Price) yang ditetapkan oleh
Bursa Berjangka.
2. Semua Posisi Terbuka baik posisi beli maupun posisi jual dari Anggota
Kliring telah diselesaikan pada Harga Penyelesaian Harian.
3. Harga Penyelesaian Harian pada Hari Perdagangan sebelumnya akan
menjadi harga pembukaan atas Posisi Terbuka pada Hari Perdagangan
berikutnya.
4. Setiap Anggota Kliring harus bertanggungjawab untuk membayar atau
berhak menarik dari Lembaga Kliring sejumlah uang yang disebut dengan
“Nilai Penyelesaian Harian” dalam bentuk tunai dan dalam mata uang
sesuai dengan spesifikasi dari masing-masing Kontrak Berjangka. Nilai
Penyelesaian Harian pada Hari Perdagangan terdiri dari beberapa
komponen di bawah ini:
a. Margin Variasi (Variation Margin) yang wajib dipenuhi oleh Anggota
Kliring untuk masing masing Kontrak Berjangka sesuai Pasal 506D
pada Hari Perdagangan tersebut; atau
b. Jumlah Margin Variasi (Variation Margin) pada setiap Hari Kerja yang
berkaitan dengan Kontrak Berjangka akan menjadi laba rugi
sementara (unrealized) yang dihitung dari selisih antara Harga
Penyelesaian Harian setiap Kontrak Berjangka yang dinyatakan pada
akhir Hari Kerja tersebut dengan:
i. Harga dimana Kontrak Berjangka tersebut dibeli atau dijual pada
Hari Kerja tersebut; atau
ii. Harga Penyelesaian Harlan untuk setiap Kontrak Berjangka pada
Hari Kerja sebelumnya.
c. Jumlah kewajiban keuangan oleh Anggota Kliring dari dan/atau
kepada Lembaga Kliring; dan
d. Jumlah kewajiban keuangan Margin oleh Anggota Kliring dari
dan/atau kepada Lembaga Kliring, terpisah untuk Rekening Atas
Nama Anggota Kliring (Proprietary Position).
5. Pada Hari Perdagangan berikutnya setelah penetapan Harga Penyelesaian
Harian yang berhubungan dengan suatu Posisi Terbuka:
a. Anggota Miring wajib membayar semua Hutang Nilai Penyelesaian
Harian kepada Lembaga Kliring sesuai dengan jumlah dan waktu yang
telah ditetapkan
b. Lembaga Kliring wajib membayar setiap Nilai Penyelesaian Harian
terhutang kepada Anggota Kliring.

76
Peraturan dan Tata Tertib

510. HARGA PENYELESAIAN AKHIR

1. Semua Posisi Terbuka Anggota Kliring pada penutupan Jam Perdagangan


di Hari Perdagangan Terakhir akan diselesaikan dengan penyelesaian
secara tunai (cash settlement), penyerahan fisik, atau sesuai kondisi yang
ditentukan dalam masing-masing Spesifikasi Kontrak Berjangka. Sebagai
akibat dilaksanakan penyelesaian akhir, maka dengan sendirinya setiap
Posisi Terbuka tersebut sudah tidak ada lagi.
2. Harga Penyelesaian Akhir merupakan rata-rata Harga Penyelesaian Harian
pada suatu periode tertentu menjelang Hari Perdagangan Terakhir sesuai
dengan masing-masing Spesifikasi Kontrak Berjangka.
3. Setiap Anggota Kliring wajib untuk membayar atau berhak untuk menarik
sejumlah uang dari Lembaga Kliring yang disebut dengan “Nilai
Penyelesaian Akhir” dalam bentuk tunai dan dalam mata uang sesuai
dengan spesifikasi masing-masing dari Kontrak Berjangka. Nilai
Penyelesaian Akhir pada Hari Perdagangan terdiri dari beberapa
komponen di bawah ini:
a. Margin Variasi (Variation Margin) pada setiap Hari Kerja yang berkaitan
dengan Kontrak Berjangka akan menjadi laba/rugi sementara
(unrealized) yang dihitung dari selisih antara Harga Penyelesaian
Harian setiap Kontrak Berjangka yang dinyatakan pada akhir Hari
Kerja tersebut dengan:
i. Harga dimana Kontrak Berjangka tersebut dibeli atau dijual pada
Hari Kerja tersebut; atau
ii. Harga Penyelesaian Harian untuk setiap Kontrak Berjangka pada
Hari Kerja sebelumnya.
b. Setiap keuntungan yang harus dibayarkan kepada Anggota Kliring
untuk masing-masing Kontrak Berjangka akan dihitung sebagai selisih
antara setiap Kontrak Berjangka yang dinyatakan pada akhir Had Kerja
tersebut dengan:
i. Harga beli atau harga jual dari masing-masing Kontrak Berjangka
tersebut pada Hari Perdagangan: atau
ii. Harga Penyelesaian Harian untuk masing-masing Kontrak
Berjangka pada Hari Perdagangan sebelumnya.
c. Jumlah kewajiban keuangan Anggota Kliring dari dan/atau kepada
Lembaga Kliring;
d. Jumlah kewajiban keuangan Margin oleh Anggota Kliring dari
dan/atau kepada Lembaga Kliring, terpisah untuk Rekening Atas
Nama Anggota Kliring (Proprietary Position).
4. Pada Hari Perdagangan berikutnya setelah penetapan Harga Penyelesaian
Harian:

77
Peraturan dan Tata Tertib

a. Anggota Kliring wajib membayar semua hutang Nilai Penyelesaian


Akhir kepada Lembaga Kliring sesuai dengan jumlah dan waktu yang
telah ditentukan;
b. Lembaga Kliring wajib membayar setiap Nilai Penyelesaian Akhir yang
terhutang kepada Anggota Kliring.

511. LAPORAN KLIRING DAN PENYELESAIAN

1. Lembaga Kliring menerbitkan dan memberikan laporan perdagangan


harian, laporan kliring dan penyelesaian yang berkaitan dengan transaksi
pada Kontrak Berjangka yang berbeda kepada setiap Anggota Kliring
dan harus mencakup informasi Iainnya dan informasi mengenai rekening
yang ditentukan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu.
2. Apabila Anggota Kliring menganggap bahwa ada kesalahan dalam setiap
laporan, Anggota Kliring wajib segera memberitahukan kepada Lem-
baga Kliring secara tertulis, selambat-Iambatnya sebelum Hari Perdagangan
berikutnya atau pada waktu yang telah ditentukan oleh Lembaga Kliring.

512. PENUTUPAN (SET-OFF)

1. Menurut Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka dan


ketentuan pada Peraturan Lembaga Kliring ini mengenai dana atas
nama Anggota Kliring, Lembaga Kliring mempunyai kuasa pencairan
pada semua uang dan aset yang disimpan pada atau yang tersedia
untuk Lembaga Kliring.
2. Menurut Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka dan
ketentuan pada Peraturan Lembaga Kliring ini mengenai dana atas nama
Anggota Kliring, Lembaga Kliring berhak untuk menggunakan dalam
memenuhi kewajiban keuangan Anggota Kliring.
3. Menurut Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka,
Lembaga Kliring dengan kewenangannya dapat:
a. Mengkonsolidasikan atau menggabungkan, baik yang timbul dari
penyelesaian, pembayaran Margin, atau dalam hal seluruh atau
sebagian Posisi Terbuka yang ditujukan kepada Rekening Atas Nama
Anggota Kliring ( Proprietary Account), dan/atau
b. Menutup setiap nilai terhutang yang dimiliki oleh Lembaga Kliring
kepada Anggota Kliring ataupun terhadap kewajiban keuangan yang
dimiliki oleh Anggota Kliring kepada Lembaga Kliring, terkait dengan:
i. Posisi Terbuka pada Rekening Atas Nama Anggota Kliring
(Proprietary Account); atau
ii. Semua kewajiban Anggota Kliring lainnya kepada Lembaga
Kliring.

78
Peraturan dan Tata Tertib

513. BANK PENYIMPAN

A. Penunjukan Bank Penyimpan


1. Lembaga Kliring harus menunjuk Bank Penyimpan yang telah
memperoleh persetujuan dari Bappebti, dengan tujuan penyelesaian
harian dan penyelesaian akhir, untuk menarik Dana Jaminan
Kliring (Security Deposit), Margin, dan kewajiban lainnya dalam
rangka kegiatan penjaminan dan penyelesaian transaksi Kontrak
Berjangka.
2. Lembaga Kliring menetapkan tata cara, jenis rekening, mata
uang, dan prosedur yang wajib ditaati oleh setiap Anggota Kliring
terkait rekening masing-masing yang dikelola oleh Lembaga Kliring
pada Bank Penyimpan.
B. Kewajiban Anggota Kliring untuk Mengelola Rekening di Bank
Penyimpan
Dalam rangka memfasilitasi kelancaran proses kliring dan penyelesaian,
Anggota Kliring wajib:
1. Membuka Rekening Terpisah Anggota Kliring pada Bank Penyimpan
sebagaimana diwajibkan oleh Lembaga Kliring.
2. Patuh mengikuti petunjuk Lembaga Kliring sehubungan dengan
pengoperasian rekening bank tersebut.
3. Menyerahkan surat kuasa pencairan kepada Lembaga Kliring untuk
melaksanakan penyelesaian kewajiban terkait dengan Dana Jaminan
Kliring (Security Deposit) atau dana jaminan lainnya yang ditempatkan
pada Lembaga Kliring.
4. Menyediakan dan mempertahankan jumlah tertentu dalam Rekening
Terpisah (Segregated Account) sehingga memungkinkan Lembaga
Kliring untuk melakukan pendebetan secara otomatis untuk melunasi
iuran atau pembayaran lain.
C. Rekening yang dikelola oleh Anggota Kliring
Anggota Kliring wajib membuka dan mengelola rekening pada salah satu
Bank Penyimpan yang ditunjuk untuk tujuan penyelesaian dan
pembayaran dana melalui Rekening Terpisah (Segregated Account)
Anggota Kliring untuk setiap mata uang.
D. Tujuan dan Operasi Pada Rekening yang Dikelola Pada Bank Penyimpan
Pernbayaran Margin atau pemenuhan kewajiban keuangan setiap
Anggota Kliring sehubungan dengan transaksi yang terjadi di Bursa
Berjangka.
E. Batasan Tanggung Jawab
Lembaga Kliring tidak akan bertanggungjawab dalam bentuk apapun
akibat terjadinya kegagalan, kelalaian, tindakan atau kehilangan dana
Anggota Kliring pada setiap Bank Penyimpan, termasuk namun tidak
terbatas pada setiap kerugian atau penurunan nilai atau depresiasi atau
sehubungan dengan Margin, aset atau uang dalam rekening yang dikelola
79
oleh Bank Penyimpan.
Peraturan dan Tata Tertib

F. Rekening Dalam Bank Penyimpan


Kecuali dinyatakan berbeda dalam Kontrak Berjangka, tanpa berten-
tangan dengan Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan
Berjangka, khususnya mengenai dana Anggota Kliring, tidak ada satu
Pihak pun yang dapat mengakui memiliki atau dianggap memiliki hak,
kuasa atau kepentingan atas setiap dana yang tersimpan pada Rekening
Terpisah (Segregated Account) Anggota Kliring atau terhadap dana lain
yang ditempatkan di Lembaga Killing.

514. REKENING DAN ATURAN PEMISAHAN

1. Dalam situasi apapun setiap dana, atau surat berharga, atau jaminan,
atau aset yang berkaitan dengan setiap Nasabah, tidak boleh digunakan
untuk kepentingan yang berhubungan dengan Posisi Atas Nama Anggota
Kliring (Proprietary Position).
2. Lembaga Kliring hanya berhubungan dengan Anggota Kliring. Dengan
demikian, Lembaga Kliring tidak berhubungan langsung dengan Nasabah
dari Anggota Kliring dan tidak bertanggungjawab atas setiap kewajiban
keuangan Nasabah dari Anggota Kliring.
3. Anggota Kliring wajib menyampaikan segala informasi berikut
perubahannya kepada Lembaga Kliring berkaitan dengan Rekening
Terpisah (Segregated Account) Anggota Kliring dalam rangka Lembaga
Kliring melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam
Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka
sehingga memungkinkan Lembaga Kliring untuk melaporkannya kepada
Bappebti.

515. TITIP KLIRING

1. Anggota Bursa Berjangka (kecuali Anggota Pedagang) dapat


mengkliringkan transaksi atas nama Nasabahnya dengan cara me-
nitipkan kliring ke Anggota Kliring lainnya.
2. Sebelum melakukan penitipan kliring, Anggota Bursa Berjangka non-
Anggota Kliring wajib mengadakan perjanjian kerjasama dengan Anggota
Kliring.
3. Anggota Kliring harus memastikan bahwa perjanjian dengan Anggota
Bursa Berjangka non-Anggota Kliring berisi ketentuan-ketentuan
yang berhubungan dengan penempatan/penerimaan/penolakan dari
penitipan transaksi kliring.
4. Anggota Kliring harus memastikan bahwa penitipan transaksi kliring yang
dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka non-Anggota Kliring akan
diselesaikan sesuai dengan ketentuan dari Lembaga Kliring.
5. Bila penitipan transaksi kliring gagal atau tidak diterima oleh Anggota
Kliring, maka transaksi tersebut tetap harus diselesaikan oleh Anggota
Kliring dengan Anggota Bursa Berjangka non-Anggota Kliring sesuai
dengan perjanjian kerjasama sebagaimana disebut pada Pasal 519 angka
2.
6. Setiap penitipan transaksi kliring akan tunduk pada persyaratan lain
80 seperti Lembaga Kliring dan/atau Bursa Berjangka yang dibutuhkan atau
ditetapkan dari waktu ke waktu.
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 6
PENYELESAIAN
TRANSAKSI

81
Peraturan dan Tata Tertib

600 PENYELESAIAN TRANSAKSI

601 KONTRAK SECARA TUNAI

602 KONTRAK DENGAN PENYERAHAN FISIK

603 PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN FISIK

604 PROSES PENYERAHAN

605 ALTERNATIVE DELIVERY PROCEDURE

606 KEWAJIBAN LEMBAGA KLIRING

607 KEWAJIBAN PENYERAHAN OLEH ANGGOTA KLIRING

608
KEGAGALAN ANGGOTA KLIRING UNTUK MELAKUKAN ATAU MENERIMA
PENYERAHAN

609
KONFLIK ANTARA SPESIFIKASI KONTRAK DAN PERATURAN LEMBAGA
KLIRING

82
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur mengenai prosedur penyelesaian transaksi, termasuk di dalamnya


kontrak secara tunai maupun dengan penyerahan fisik.

Bab ini terdiri atas 10 pasal, yaitu penyelesaian transaksi, kontrak secara tunai, kontrak
dengan penyerahan fisik, pembayaran atas penyerahan fisik, proses penyerahan,
alternative delivery procedure, kewajiban lembaga kliring, kewajiban penyerahan
oleh anggota kliring, kegagalan anggota kliring untuk melakukan atau menerima
penyerahan, dan konflik antara spesifikasi kontrak dan peraturan lembaga kliring.

Beberapa perubahan yang terjadi pada bab ini adalah:


1. PTT setelah perubahan tidak lagi mengatur tentang pendaftaran kontrak,
rekening terpisah, posisi terbuka, likuidasi dengan offset, penyelesaian
terhadap kontrak terbuka harian, pengalihan posisi, harga penyelesaian
harian, margin dan pembayaran margin, serta perubahan penetapan
besaran Initial Margin, maupun biaya kliring.

2. PTT setelah perubahan lebih banyak mengacu kepada Spesifikasi Kontrak,


sekaligus menetapkan prioritas Spesifikasi Kontrak ketika terjadi
perbedaan antara Peraturan dan Spesifikasi Kontrak.

3. PTT setelah perubahan memungkinkan terjadinya alternative delivery
procedure, dimana penjual dan pembeli, apabila sepakat, melaksanakan
pertukaran di luar Bursa dan Lembaga Kliring.

83
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 6
PENYELESAIAN TRANSAKSI

600. PENYELESAIAN TRANSAKSI


1. Penyelesaian transaksi atas pelaksanaan setiap Kontrak yang
diperdagangkan di Bursa Berjangka, kecuali Pasal 605 berlaku, wajib
dilaksanakan melalui Lembaga Kliring.
2. Setiap Komoditi yang dibeli atau dijual berdasarkan Kontrak Berjangka
yang diperdagangkan di Bursa Berjangka wajib diselesaikan atau
diserahkan berdasarkan Peraturan Bursa Berjangka, Spesifikasi Kontrak
Berjangka yang berlaku untuk Komoditi tersebut atau Kontrak Berjangka
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dan ketentuan-ketentuan dalam Bab
ini.

601. KONTRAK SECARA TUNAI


Penyelesaian Kontrak Berjangka dan/ atau Kontrak Derivatif lainnya secara
tunai wajib diselesaikan melalui pembayaran secara tunai kepada Rekening
Terpisah (Segregated Account) Lembaga Kliring.

602. KONTRAK DENGAN PENYERAHAN FISIK


1. Lembaga Kliring mengatur penyerahan komoditi dari Anggota Kliring
Penjual kepada Anggota Kliring Pembeli berdasarkan Peraturan Bursa
Berjangka, Spesifikasi Kontrak dan peraturan yang berlaku pada Bab ini.
2. Mengacu pada Spesifikasi Kontrak yang terkait, penyerahan dapat berupa
Komoditi, atau Resi Gudang atau dokumen yang menyatakan hak atas
Komoditi sebagaimana diatur dalam Bab ini.
3. Anggota Kliring Penjual berhak menerima pembayaran atas Komoditi
setelah memenuhi kewajibannya sebagaimana pada angka 1 di atas.
4. Tanpa mengesampingkan ketentuan dalam Peraturan Kliring ini,
kegagalan untuk melakukan penyerahan berdasarkan Kontrak Berjangka
adalah merupakan pelanggaran terhadap Peraturan dan dapat
menyebabkan Anggota Kliring dikenakan sanksi.

603. PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN FISIK


1. Lembaga Kliring mengatur pembayaran atas penyerahan komoditi dari
Anggota Kliring Pembeli kepada Anggota Kliring Penjual berdasarkan
Peraturan Bursa Berjangka, Spesifikasi Kontrak dan peraturan yang berlaku
dalam Bab ini.
2. Anggota Kliring Pembeli wajib melakukan pembayaran atas Komoditi
yang diperdagangkan sebagaimana yang tercantum pada Kontrak
Berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka.

84
Peraturan dan Tata Tertib

3. Anggota Kliring Pembeli berhak menerima secara fisik Komoditi setelah


memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud pada angka 2 di atas.

604. PROSES PENYERAHAN


Mengacu kepada Peraturan Bursa Berjangka dan Spesifikasi Kontrak, Kontrak
dengan Penyerahan Fisik wajib dilakukan dengan cara:
1. Lembaga Kliring memerintahkan Anggota Kliring Penjual yang mendapat
alokasi untuk menyerahkan fisik komoditi kepada pihak pembeli yang
mendapat alokasi dari Lembaga Kliring.
2. Lembaga Kliring memerintahkan Anggota Kliring Pembeli yang menerima
alokasi penyerahan untuk melakukan pembayaran dan menerima
penyerahan.
3. Anggota Kliring Pembeli berhak menerima fisik Komoditi, atau Resi
Gudang atau dokumen yang menyatakan hak atas Komoditi setelah
memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud pada angka 2 di atas.

605. ALTERNATIVE DELIVERY PROCEDURE


1. Mengacu pada Spesifikasi Kontrak Berjangka, anggota Kliring dapat
memilih cara penyerahan dengan menggunakan Alternate Delivery
Procedure (ADP) setelah memberitahukan dan mendapat persetujuan
Lembaga Kliring.
2. Setelah pemberitahuan tersebut diterima oleh Lembaga Kliring dan tidak
ada keberatan atas pemberitahuan tersebut oleh Lembaga Kliring dalam
jangka waktu 1 Hari Kerja dari diterimanya pemberitahuan tersebut,
Anggota Kliring yang ditunjuk untuk melakukan penyerahan sebagaimana
dapat dijelaskan dalam pemberitahuan wajib semata-mata
bertanggungjawab untuk menyelesaikan penyerahan.
3. Dengan diterimanya permohonan ADP dimaksud pada angka 1 dan
2 di atas, maka Lembaga Kliring menyerahkan kewajiban dan tanggung
jawab penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya kepada Anggota Kliring Penjual dan Pembeli.
4. Lembaga Kliring akan dibebaskan dari kewajibannya sebagai Pihak Novasi
dan dari setiap pertanggungjawaban yang terkait dengan hal tersebut,
setelah penentuan ADP dan Lembaga Kliring tidak mengeluarkan
keberatan atas hal tersebut pada Hari Kerja berikutnya setelah diterimanya
pemberitahuan tersebut oleh Lembaga Kliring.
5. Dalam melaksanakan ADP tersebut, Anggota Kliring yang bersangkutan
melakukan penyerahan sebagaimana dapat dijelaskan di dalam
pemberitahuan wajib secara bersama-sama dan secara
terpisah membebaskan Lembaga Kliring dan/atau Bursa terhadap setiap
pertanggungjawaban, biaya, pengeluaran yang mungkin timbul untuk
alasan apapun akibat eksekusi, penyerahan atau pelaksanaan dari
perjanjian antara Anggota Kliring, atau pelanggaran yang timbul akibatnya.
85
Peraturan dan Tata Tertib

606. KEWAJIBAN LEMBAGA KLIRING


Tanpa mengesampingkan hak dari Lembaga Kliring dalam Peraturan ini:
1. Lembaga Kliring sebagai Pihak yang melakukan Novasi (substitusi)
harus menjamin terlaksananya penyelesaian transaksi termasuk dari
sisi keuangan maupun penyelesaian dengan penyerahan fisik Komoditi,
atau Resi Gudang atau dokumen yang menyatakan hak atas Komoditi
sepanjang dokumen dimaksud dikeluarkan oleh lembaga yang
berwenang, kecuali Pasal 605 berlaku.
2. Lemabga Kliring tidak bertanggungjawab apabila terjadi kegagalan atas
bank, lembaga keunagan, tempat penyimpanan atau kustodian yang
mengalami kepailitan atau kebangkrutan.
3. Kecuali ditentukan lain dalam Peraturan ini, Lembaga Kliring tidak
bertanggungjawab untuk memberlakukan, menjamin, menggaransi
pelaksanaan atau pelaksanaan yang memuaskan dari suatu kewajiban
untuk menyerahkan atau menerima penyerahan berdasarkan Kontrak
dan harus memberlakukan penyelesaian secara tunai dalam menyelesaikan
tanggungjawabnya.
4. Atas setiap Komoditi, atau Resi Gudang atau dokumen yang menyatakan
hak atas Komoditi yang diterima oleh Lembaga Kliring dari Anggota
Kliring Penjual maupun Pembeli, Lembaga Kliring tidak memiliki kewajiban
untuk menjamin keaslian maupun kebenaran dari setiap Komoditi
atau dokumen kepemilikan atas Komoditi tersebut, akan tetapi
Lembaga Kliring tidak dibebaskan dari kewajiban untuk secara wajar
meneliti dan memverifikasi keabsahan, ketepatan atau kelengkapan setiap
dokumen maupun hal lain yang dipersyaratkan untuk alokasi Penjual dan
Pembeli.
5. Lembaga Kliring memiliki kewenangan untuk menetapkan dokumen
penyerahan baik secara fisik maupun secara elektronik.

607. KEWAJIBAN PENYERAHAN OLEH ANGGOTA KLIRING


1. Anggota Kliring harus tunduk pada Peraturan Lembaga Kliring, Peraturan
Bursa Berjangka dan Spesifikasi Kontrak Berjangka untuk setiap Komoditi
dalam kaitannya dengan informasi penyelesaian transaksi, Komoditi atau
dokumen kepemilikan atas Komoditi kepada Lembaga Kliring dan wajib
mematuhi semua batas waktu yang dikenakan di dalamnya.
2. Anggota Kliring diwajibkan untuk menerima dan mematuhi proses
penyelesaian transaksi dari setiap Komoditi yang dibuat berdasarkan
Peraturan Lembaga Kliring, Peraturan Bursa Berjangka dan Spesifikasi
Kontrak Berjangka untuk setiap Komoditi.

86
Peraturan dan Tata Tertib

608. KEGAGALAN ANGGOTA KLIRING UNTUK MELAKUKAN ATAU MENERIMA


PENYERAHAN
1. Dalam hal Anggota Kliring tidak melakukan penyerahan sesuai dengan
Kontrak berdasarkan Peraturan ini, Lembaga Kliring berkewajiban untuk
melakukan penyelesaian transaksi antara Penjual dan Pembeli
sebagaimana ditentukan dalam Spesifikasi Kontrak.
2. Dalam hal Anggota Kliring Pembeli tidak melakukan pembayaran sesuai
dengan Kontrak berdasarkan Peraturan ini, Lembaga Kliring berkewajiban
untuk melakukan penyelesaian transaksi antara Pembeli dan Penjual
sebagaimana ditentukan dalam Spesifikasi Kontrak.
3. Atas terjadinya Kejadian Kegagalan oleh Anggota Kliring, maka Lembaga
Kliring sebagai Pihak Novasi dapat melakukan langkah-langkah yang
diperlukan untuk menyelesaikan Kejadian Kegagalan sebagaimana diatur
dalam Bab 9 mengenai Kejadian Kegagalan di dalam Peraturan Lembaga
Kliring ini.
4. Kegagalan Anggota Kliring untuk melakukan penyerahan atau
pembayaran menurut keadaan sebagaimana diatur dalam Bab ini,
merupakan Kejadian Kegagalan.

609. KONFLIK ANTARA SPESIFIKASI KONTRAK DAN PERATURAN LEMBAGA


KLIRING
Dalam hal terdapat konflik antara Peraturan ini dan Spesifikasi Kontrak yang
terkait, maka yang berlaku adalah Spesifikasi Kontrak.

87
Peraturan dan Tata Tertib

88
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 7
SISTEM KLIRING
ELEKTRONIK

89
Peraturan dan Tata Tertib

700 UMUM

701 PERDAGANGAN HANYA BOLEH DILAKUKAN MELALUI FASILITAS


BURSA

702 PENDAFTARAN TRANSAKSI KE LEMBAGA KLIRING

703 SISTEM INFORMASI KLIRING

704 PEMBERITAHUAN TENTANG ADANYA RESIKO DAN BATASAN


TANGGUNG JAWAB

705 KETIDAK-TERSEDIAAN SEMENTARA SISTEM KLIRING ELEKTRONIK


(TEMPORARY UNAVAILABITIY) DAN KEGAGALAN PELAKSANAAN
TRANSAKSI

706 SISTEM PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KLIRING

90
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur mengenai pelaksanaan Kliring yang hanya boleh dijalankan
atas transaksi perdagangan yang dilaksanakan melalui sistem Automated Clearing
Platform (ATP) yaitu fasilitas perdagangan yang dimiliki bursa.

Bab ini terdiri atas 7 pasal yaitu: umum, perdagangan hanya boleh dilakukan melalui
fasilitas bursa, pendaftaran transaksi ke Lembaga Kliring, Sistem Informasi Kliring,
pemberitahuan tentang adanya resiko dan batasan tanggung jawab, ketidak-
tersediaan sementara Sistem Kliring Elektronik (temporary unavailability) dan
kegagalan pelaksanaan transaksi, dan Sistem Pengawasan Penyelenggaraan Kliring.

Tidak ada perbedaan pada bab ini antara PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH
setelah perubahan.

91
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 7
SISTEM KLIRING ELEKTRONIK

700. UMUM

(1) Dalam menyelenggarakan fungsi dan tugasnya selaku pelaksana


kliring dan penjamin penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Lembaga
Kliring menyediakan sistem dan sarana Automated Clearing Platform;
yaitu suatu sistem elektronis berbasis Internet yang akan menjamin
kesamaan akses informasi secara akurat, real time/tepat waktu mengenai
semua transaksi perdagangan dan kuotasi harga Kontrak Berjangka yang
dimasukkan ke Bursa Berjangka. Sistem ini juga akan menampilkan
gambaran pengolahan (processing), pengutamaan (prioritation) dan
kuotasi harga yang dapat dimonitor secara langsung oleh pihak-pihak
yang berkepentingan dengan penyelenggaraan transaksi kliring.
(2) Dalam rangka penyelenggaraan kliring dan penjaminan penyelesaian
transaksi Kontrak Berjangka, maka Lembaga Kliring akan bekerjasama
dengan satu/lebih Bursa Berjangka yang membutuhkan jasa pelayanan
kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka
dimaksud.
(3) Kerjasama dimaksud dalam Ayat (2) di atas akan dituangkan dalam
Perjanjian tersendiri yang akan mengatur tentang penunjukkan Lembaga
Kliring sebagai pelaksana kliring dan penjamin penyelesaian transaksi
Kontrak Berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka.

701. PERDAGANGAN HANYA BOLEH DILAKUKAN MELALUI FASILITAS BURSA

(1) Semua data transaksi perdagangan Kontrak Berjangka harus dimasukkan


secara benar melalui ATP (Automated Trading Platform) atau jenis sistem
perdagangan elektronik lain yang disediakan oleh Bursa Berjangka
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bursa.
(2) Lembaga Kliring hanya akan menyelenggarakan proses dan prosedur
kliring dan penyelesaian atas transaksi Kontrak Berjangka yang sudah
sepadan (matched) yang diterima dari Bursa Berjangka.
(3) Sebelum dilaksanakan proses penyepadanan oleh Bursa Berjangka,
seluruh transaksi Kontrak Berjangka baik jual maupun beli akan ditampung
dalam sistem ATP Bursa Berjangka yang secara otomatis akan mengirimkan
data-data transaksi dimaksud ke Sistem Kliring Elektronik guna
pengecekan awal (Pre-Checking) terhadap validasi data transaksi dan
kecukupan Margin.
(4) Jika Sistem Kliring telah melakukan pengecekan, maka data transaksi yang
sudah di validasi akan dikirim kembali secara otomatis ke sistem ATP Bursa

92
Peraturan dan Tata Tertib

untuk diproses penyepadanannya. Data Transaksi yang tidak di validasi


atau ditolak akan diinformasikan kembali ke sistem ATP dengan catatan
ditolak/tidak dapat diproses.
(5) Terhadap data transaksi yang sudah divalidasi oleh Sistem Kliring,
maka Bursa Berjangka akan mengirim kembali Transaksi yang sudah
sepadan ke Sistem Kliring untuk dilakukan proses Kliring dan
penyelesaian transaksinya.

702. PENDAFTARAN TRANSAKSI KE LEMBAGA KLIRING

(1) Semua transaksi yang telah terjadi (sepadan/matched) dan yang telah
mendapatkan konfirmasi dari Bursa Berjangka akan diteruskan secara
elektronis melalui jaringan interface ATP ke Sistem Kliring Elektronik yang
dikelola oleh Lembaga Kliring untuk dilakukan pendaftaran dan proses
kliring dan penyelesaian transaksi.
(2) Lembaga Kliring berhak menolak untuk mengkliringkan dan menjamin
penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka yang diterima dari Bursa
Berjangka melalui ATP, jika
(a) Pihak yang melakukan input data adalah pihak yang tidak berhak
ataupun tidak terdaftar sebagai Anggota Kliring yang berhak untuk
menggunakan sarana dan sistem yang disediakan oleh Lembaga
Kliring;
(b) Margin Anggota Kliring yang bersangkutan tidak mencukupi batas
minimum Margin yang ditetapkan;
(c) Adanya permintaan dari Pialang yang dikonfirmasikan oleh Nasabah
tentang adanya kesalahan input data transaksi yang akan dikliringkan;
(d) Adanya kegagalan sistem dan jaringan komunikasi milik Pialang
yang berakibat dibatalkannya transaksi jual/beli yang instruksinya
sudah terlanjur dimasukkan ke Lembaga Kliring.

703. SISTEM INFORMASI KLIRING

Melalui ATP Lembaga Kliring akan menyampaikan laporan kepada Anggota


Kliring dalam bentuk format tertentu yang memuat rincian yang berkaitan
dengan:
(a) Laporan Keuangan (financial stament) dan Kliring;
(b) Posisi Gross Clearing dan Net Clearing dari Anggota Kliring dan Anggota
Bursa;
(c) Kalkulasi Keuntungan dan Kerugian dari Posisi Terbuka dan Tertutup;
(d) Management Margin: Initial Margin, Variation Margin, Maintenance Margin
dan Call Margin, dari Anggota Kliring;
(e) Perhitungan Kontrak yang di offset;
(f ) Posisi Terbuka Anggota Kliring;
93
Peraturan dan Tata Tertib

(g) Dana tunai yang ditempatkan Anggota Kliring pada Lembaga Kliring;
(h) Surat Berharga yang ditempatkan oleh Anggota Kliring pada Lembaga
Kliring;
(i) Jumlah dana tunai yang dikredit dan didebet ke Rekening Terpisah dan
Rekening Bukan Terpisah Anggota Kliring;
(j) Laporan dan pemberitahuan lain yang dianggap perlu.

704. PEMBERITAHUAN TENTANG ADANYA RESIKO DAN BATASAN TANGGUNG


JAWAB

(1) Lembaga Kliring akan memberitahukan kepada Anggota Kliring tentang


kemungkinan adanya resiko tambahan yang dihadapi Anggota Kliring
pengguna sistem elektronik kliring, khususnya yang berkaitan dengan
resiko kerugian yang menjadi tanggung jawab Anggota Kliring yang tidak
teliti ataupun terlambat memasukkan data Nasabah dan amanah
keuangan ke dalam sistem yang disediakan Lembaga Kliring.
(2) Nasabah dan Pialang Anggota Kliring harus memahami bahwa Lembaga
Kliring tidak memberikan jaminan apapun baik secara eksplisit maupun
implisit mengenai kinerja Sistem Kliring Elektronik, ATP, pelayanan atau
fasilitas kliring yang digunakan untuk mendukung kegiatan kliring.
(3) Lembaga Kliring, Direksi dan Pejabat Lembaga Kliring, dan pihak yang
membuat Sistem Kliring Elektronik, akan dibebaskan dari dan dengan
demikian tidak bertanggungjawab terhadap klaim, gugatan hukum atau
tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh pihak manapun, termasuk Pialang
Anggota Kliring dan Nasabahnya, atas kerugian yang timbul (termasuk
tetapi tidak terbatas pada potensi kehilangan keuntungan dan manfaat)
sebagai akibat dari kegagalan pada Sistem Kliring Elektronik, ATP, atau
fasilitas pendukungnya yang dikarenakan oleh sebab apapun.
(4) Termasuk resiko yang akan diberitahukan Lembaga Kliring kepada
Anggota Kliring pengguna sistem elektronis kliring adalah resiko kerugian
sebagai akibat dari Keadaan Memaksa (Force Majeure), dimana tidak satu
pihakpun yang akan dibebani tanggung jawab atas kerugian yang terjadi.

705.
KETIDAK-TERSEDIAAN SEMENTARA SISTEM KLIRING ELEKTRONIK
(TEMPORARY UNAVAILABITIY) DAN KEGAGALAN PELAKSANAAN
TRANSAKSI

1. Sistem Kliring Elektronik dianggap tidak tersedia apabila:


(a) Unit prosesing sentral tidak berfungsi oleh karena kegagalan mesin
dan/atau piranti lunak;
(b) Tidak ada Anggota Kliring yang berhasil mengakses ke dalam jaringan
sistem; atau
(c) Sistem kliring diberhentikan sementara oleh pihak yang berwenang.

94
Peraturan dan Tata Tertib

(2) Sistem akan memberitahukan melalui layar monitor, apabila terdapat


kegagalan jaringan komunikasi.
(3) Apabila Sistem Kliring berhenti berfungsi seperti yang dimaksudkan pada
angka 1 dan 2, semua amanat yang masih berlaku akan terus dicantumkan
di dalam Daftar Elektronis untuk dilanjutkan pelaksanaannya segera
setelah sistem berfungsi normal.

706. SISTEM PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KLIRING

(1) Pada setiap saat dimulainya pembukaan hari perdagangan hingga


penutupan hari perdagangan, pegawai Lembaga Kliring akan melakukan
pengawasan dan pengecekan terhadap pengoperasian sistem otomatisasi
kliring elektronis yang disediakan oleh Lembaga Kliring. Lembaga Kliring
akan menyimpan dan memelihara setiap catatan mengenai hasil
pengecekan sistem kliring dimaksud yang akan tertuang dalam Berita
Acara Harlan Pengecekan Sistem Kliring.
(2) Apabila pada saat pemeriksaan ditemukan hal-hal yang sepatutnya
diketahui akan menimbulkan permasalahan, konflik, pertentangan, klaim
ataupun gugatan hukum terhadap pengoperasian sistem kliring
elektronik, maka Lembaga Kliring akan memerintahkan Komite Kliring
yang khusus dibentuk untuk memeriksa dan menyelidiki permasalahan
yang terjadi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Peraturan Kliring dan
peraturan perundangan yang berlaku.
(3) Direksi Lembaga Kliring, setelah mendengar pendapat dari Komite Kliring
dan Bursa Berjangka, berhak dan berwenang untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan, keputusan-keputusan, solusi, sanksi, mekanisme
penyelesaian pengaduan dan perselisihan, serta tindakan-tindakan
preventif dan korektif yang dapat menjamin kelangsungan pengoperasian
sistem kliring elektronis dan penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka.

95
Peraturan dan Tata Tertib

96
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 8
PENYERAHAN
FISIK

97
Peraturan dan Tata Tertib

800 UMUM

801 PEMBERITAHUAN PENYERAHAN

802 PEMBERITAHUAN ALOKASI PENYERAHAN KEPADA PEMBELI

803 PEMBAYARAN

804 PROSEDUR PENYERAHAN

805 GAGAL SERAH OLEH PIHAK PENJUAL

806 GAGAL BAYAR OLEH PIHAK PEMBELI

807 PEMBEBASAN DARI TANGGUNG JAWAB (DISCLAIMER)

98
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur mengenai prosedur penyerahan fisik serta pembayarannya, serta
apabila terjadi gagal serah maupun gagal bayar dari salah satu pihak.

Bab ini terdiri atas 8 pasal yaitu: Umum, Pemberitahuan Penyerahan, Pemberitahuan
Alokasi Penyerahan Kepada Pembeli, Pembayaran, Prosedur Penyerahan, Gagal
Serah Oleh Pihak Penjual, Gagal Bayar Oleh Pihak Pembeli, dan Pembebasan Dari
Tanggung Jawab (Disclaimer).

Tidak ada perbedaan pada bab ini antara PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH
setelah perubahan.

99
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 8
PENYERAHAN FISIK

800. UMUM

(a) Penyerahan dan penerimaan fisik dalam suatu Posisi Terbuka harus
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan dan prosedur yang ditetapkan oleh
Lembaga Kliring.
(b) Untuk setiap Anggota Kliring Penjual, yang akan melakukan penyerahan
atas Posisi Terbuka yang dimilikinya, Lembaga Kliring akan memilih secara
acak Anggota Kliring Pembelinya.
(c) Untuk setiap Posisi Terbuka yang telah masuk ke dalam proses penyerahan
dan telah dialokasikan Pemberitahuan Penyerahannya, tetap akan
dilakukan perhitungan Margin Variasi (Variation Margin) untuk Hari
Perdagangan berikutnya.
(d) Pembayaran perhitungan Margin Variasi (Variation Margin) yang timbul
pada hari berikutnya setelah hari penyampaian Pemberitahuan
Penyerahan akan dikembalikan oleh Lembaga Kliring kepada penjual dan
pembeli pada Hari Perdagangan berikutnya.
(e) Dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kalender sebelum Kontrak
Berjangka jatuh tempo, Lembaga Kliring akan:
(i) Memastikan kelengkapan dan keabsahan dokumen penyerahan yang
akan diserahkan oleh Anggota Kliring Penjual;
(ii) Memastikan kesiapan keuangan dari Anggota Kliring Pembeli; dan
(iii) Memastikan ketersediaan barang di gudang penyimpanan sesuai
dengan dokumen-dokumen yang akan diserahkan oleh Anggota
Kliring Penjual.

801. PEMBERITAHUAN PENYERAHAN

(a) Anggota Kliring yang menguasai posisi jual harus menyampaikan


kepada Lembaga Kliring Pemberitahuan Penyerahan yang telah
ditandatangani dalam formulir yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring;
(b) Setelah penutupan jam perdagangan, Lembaga Kliring akan melakukan
alokasi penyerahan secara acak; dan
(c) Hari Perdagangan tersebut dianggap sebagai Hari Pertama dalam proses
Penyerahan Fisik.

802. PEMBERITAHUAN ALOKASI PENYERAHAN KEPADA PEMBELI

(a) Hari Perdagangan setelah had pemberitahuan penyerahan fisik, disebut


sebagai Hari Kedua dalam proses penyerahan fisik;

100
Peraturan dan Tata Tertib

(b) Sebelum dimulainya jam perdagangan Hari Kedua dimaksud, Lembaga


Kliring akan memberitahukan alokasi Penyerahan fisik kepada pihak
penjual dan pembeli.

803. PEMBAYARAN

(a) Hari perdagangan setelah hari Pemberitahuan Alokasi, disebut sebagai


Had Ketiga dalam proses penyerahan fisik;
(b) Sebelum jam 12.00 WIB pada Hari Ketiga:
(i) Pihak pembeli yang menerima pemberitahuan dari Lembaga Kliring
wajib melakukan pembayaran kepada Lembaga Kliring; dan
(ii) pihak penjual wajib menyerahkan Surat Bukti Penyimpanan atau
Delivery Order kepada Lembaga Kliring;
(c) Sebelum jam 15.00 WIB Lembaga Kliring akan menyerahkan Surat
Bukti Penyimpanan atau Delivery Order kepada pihak pembeli, dan
melakukan pembayaran kepada pihak penjual.

804. PROSEDUR PENYERAHAN

(a) Anggota Kliring harus mematuhi semua ketentuan dari Peraturan Kliring
dan persyaratan dari suatu Kontrak Berjangka yang berkaitan dengan batas
waktu penyerahan dan penerimaan fisik dari Lembaga Kliring.
(b) Kewajiban Lembaga -Kliring dalam menjalankan fungsi Novasi atas suatu
Kontrak dianggap selesai apabila Lembaga Kliring telah melakukan
Pemberitahuan Alokasi Penyerahan fisik kepada Anggota Kliring yang
menguasai posisi bell.
(c) Kewajiban Anggota Kliring Penjual atas suatu kontrak dianggap selesai
apabila Anggota Kliring Penjual tersebut telah melakukan penyerahan
kepada Lembaga Kliring dan telah menerima pembayaran dari Lembaga
Kliring.
(d) Kewajiban Anggota Kliring Pembeli atas suatu kontrak dinyatakan selesai
apabila Anggota Kliring Pembeli tersebut telah melakukan pembayaran
kepada Lembaga Kliring dan telah menerima penyerahan dari Lembaga
Kliring.

805. GAGAL SERAH OLEH PIHAK PENJUAL

(a) Anggota Kliring yang tidak menyampaikan Pemberitahuan Penyerahan


fisik pada waktu yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring atau ketentuan
Kontrak, dianggap melakukan Cidera Janji.
(b) Cidera Janji yang dilakukan oleh Anggota Kliring pada waktu melakukan
penyerahan fisik dikategorikan sebagai pelanggaran berat terhadap
Peraturan Kliring, kecuali terbukti telah terjadi Keadaan Darurat (Force
Majeure);
101
Peraturan dan Tata Tertib

(c) Anggota Kliring yang melakukan Cidera Janji wajib bertanggung jawab
kepada Lembaga Kliring atas setiap kerugian yang diderita oleh Anggota
Kliring lain atas setiap transaksi yang Cidera Janji. Direksi berdasarkan
rekomendasi Komite Kliring akan menentukan dan menilai kerugian yang
diderita Anggota Kliring tersebut.
(d) Untuk melindungi kepentingan Anggota Kliring pembeli, Lembaga Kliring
menetapkan penyelesaian keuangan dengan cara Cash Settlement yang
wajib diterima semua Pihak. Segala biaya dan kerugian yang timbul
sebagai akibat dari Cidera Janji ditetapkan oleh Lembaga Kliring dan
dibebankan kepada Anggota Kliring yang melakukan Cidera Janji.

806. GAGAL BAYAR OLEH PIHAK PEMBELI

(a) Anggota Kliring yang tidak melakukan pembayaran untuk suatu


penyerahan fisik pada waktu yang ditetapkan Lembaga Kliring atau
ketentuan Kontrak, dianggap melakukan Cidera Janji.
(b) Cidera Janji yang dilakukan oleh Anggota Kliring dalam melakukan
pembayaran dikategorikan sebagai pelanggaran berat terhadap Peraturan
Kliring, kecuali terbukti telah terjadi Keadaan Darurat (Force Majeure);
(c) Atas Kegagalan Anggota Kliring dalam melakukan pembayaran, Lembaga
Kliring dapat menjual Komoditi yang bersangkutan dengan Harga
Penyelesaian yang berlaku saat itu. Dalam hal hasil penjualan tersebut tidak
mencukupi untuk membayar seluruh nilai komoditi kepada Penjual,
Anggota Kliring yang Cidera Janji wajib bertanggungjawab atas
kekurangan atau kerugian yang diderita oleh Anggota Kliring yang
menjadi lawan transaksinya, serta menanggung setiap kerugian atau
pengeluaran lain dari Lembaga Kliring sebagai akibat dari Cidera Janji
tersebut.

807. PEMBEBASAN DARI TANGGUNG JAWAB (DISCLAIMER)

(a) Lembaga Kliring akan menganggap bahwa seluruh dokumen yang


diterima dari dan/atau yang akan diserahkan kepada Anggota Kliring
berkaitan dengan transaksi Kontrak Berjangka adalah benar dan sah;
dengan demikian Lembaga Kliring akan dibebaskan dari tanggung jawab
untuk membuktikan keabsahan ataupun ketidakabsahan dari dokumen
yang diterima dari dan/atau yang diserahkan kepada Anggota Kliring
dimaksud.
(b) Lembaga Kliring dibebaskan dari tanggung jawab terhadap akibat-akibat
hukum yang timbul berkaitan dengan Terjadinya Penyerahan (Delivery)
maupun Tidak Terjadinya Penyerahan (Non-Delivery).

102
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 9
KEJADIAN
KEGAGALAN

103
Peraturan dan Tata Tertib

900 KEJADIAN KEGAGALAN

901 PERNYATAAN KEGAGALAN

902 KEWENANGAN LEMBAGA KLIRING

900 PENYELESAIAN KEWAJIBAN LEMBAGA KLIRING TERHADAP TINDAKAN


KEJADIAN KEGAGALAN

901
PERMINTAAN PENAMBAHAN JUMLAH DANA JAMINAN KLIRING (SECURITY
DEPOSIT)

902 PEMULIHAN KEMBALI STATUS DARI ANGGOTA KLIRING YANG MELAKUKAN


KEJADIAN KEGAGALAN

104
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur mengenai kejadian kegagalan dan prosedur yang harus
diperhatikan oleh Anggota Kliring dalam hal kejadian kegagalan.

Bab ini terdiri dari 6 pasal yaitu kejadian kegagalan, pernyataan kegagalan,
kewenangan lembaga kliring, penyelesaian kewajiban lembaga kliring terhadap
tindakan kejadian kegagalan, permintaan penambahan jumlah dana jaminan
kliring (security deposit), dan pemulihan kembali status dari anggota kliring yang
melakukan kejadian kegagalan.

Beberapa perubahan yang terjadi pada bab ini adalah:


1. Sebelum perubahan, kejadian kegagalan disebut pelanggaran, yang secara
implisit menyatakan kesengajaan dari Anggota Kliring. Sementara dalam
PTT setelah perubahan, unsur kelalaian dimasukkan sebagai pertimbangan
dalam menentukan konsekuensi kejadian kegagalan.
2. Definisi kejadian kegagalan setelah perubahan mencakup konteks yang
lebih luas di mana di dalamnya termasuk mencakup putusan pengadilan yang
menyatakan pailit.
3. PTT setelah perubahan tidak mengelompokkan pelanggaran berat maupun
ringan.
4. PTT setelah perubahan menetapkan agar Lembaga Kliring memberitahukan
secara tertulis Kejadian Kegagalan melalui Pernyataan Kegagalan.
Konsekuensinya, Lembaga Kliring akan memberitahukan secara tertulis juga
apabila Anggota Kliring telah dinyatakan bebas dari Kejadian Kegagalan
tersebut.
5. Pada PTT setelah perubahan, sanksi akibat Kejadian Kegagalan tidak lagi
didefinisikan di dalam PTT melainkan menjadi kewenangan Lembaga Kliring
dengan melihat kepada situasi yang melatarbelakangi kejadian kegagalan
tersebut.
6. PTT sebelum perubahan menetapkan adanya denda tertentu, sementara PTT
setelah perubahan tidak menetapkan denda, melainkan hanya upaya-upaya
untuk meminimalkan kerugian Lembaga Kliring.

105
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 9
KEJADIAN KEGAGALAN

900. KEJADIAN KEGAGALAN


Kejadian-kejadian yang menyangkut Anggota Kliring berikut ini akan dianggap
sebagai Kejadian Kegagalan, dan harus ditangani sesuai dengan ketentuan

Peraturan Lembaga Kliring:


1. Anggota Kliring melakukan pelanggaran atau dianggap melanggar
terhadap ketentuan dari Peraturan ini;
2. Anggota Kliring gagal untuk memenuhi kewajiban pembayaran sesuai
dan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Lembaga Kliring, Surat
Keputusan, Surat Pemberitahuan/ Surat Edaran. Kewajiban Pembayaran
dimaksud tidak terbatas pada Biaya Transaksi, Biaya Kliring dan
Penyelesaian, Dana Jaminan Kliring (Security Deposit), Dana Kliring,
Margin, kerugian sebagai akibat dari penetapan Harga Penyelesaian Harian
dan Harga Penyelesaian Akhir, atau kewajiban keuangan lainnya;
3. Anggota Kliring gagal untuk melakukan penyerahan atau menerima
penyerahan guna memenuhi ketentuan kontrak yang diserahkan;
4. Anggota Kliring melanggar perjanjian keanggotaan yang dibuat dengan
Lembaga Kliring;
5. Apabila ada salinan putusan pengadilan yang menyatakan pailit Anggota
Kliring;
6. Adanya surat pernyataan, jaminan atau dokumen yang dibuat atau
diserahkan oleh Anggota Kliring yang diketahui tidak benar;
7. Anggota Kliring yang telah dinyatakan melakukan kelalaian/ pelanggaran
menurut ketentuan Peraturan Bursa Berjangka;
8. Anggota Kliring dinyatakan bersalah oleh lembaga peradilan yang
berwenang terkait dengan tindak pidana penipuan yang dilakukannya;
9. Setiap keadaan sejenis lainnya yang berakibat terhadap kondisi usaha dan
keuangan dari Anggota Kliring (termasuk kemampuan untuk membayar
hutang yang jatuh tempo), serta berakibat pada hubungan hukumnya
dengan Lembaga Kliring;
10. Keadaan-keadaan lain yang menurut penilaian Lembaga Kliring
berdampak atau berpotensi terhadap kemampuan Anggota Kliring untuk
memenuhi kewajibannya berdasarkan Peraturan Lembaga Kliring ini.

901. PERNYATAAN KEGAGALAN

1. Lembaga Kliring berdasarkan kebijakannya akan menetapkan suatu


Kejadian Kegagalan yang terjadi sebagai kelalaian, dan akan menetapkan
tanggal dan waktu terjadinya kelalaian dimaksud;

106
Peraturan dan Tata Tertib

2. Lembaga Kliring akan memberitahukan secara tertulis kepada Anggota


Kliring yang lalai serta Anggota Kliring lainnya dan Bursa Berjangka yang
bersangkutan sebagaimana diatur pada angka 1 diatas mengenai telah
terjadinya tindakan kelalaian berikut waktu dan tanggal terjadinya
kelalaian.

902. KEWENANGAN LEMBAGA KLIRING

1. Terjadinya Kejadian Kegagalan tidak akan mengurangi kewenangan


Lembaga Kliring untuk menyelenggarakan kewenangannya terhadap
Anggota Kliring mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keadaan-
keadaan lain baik yang ditetapkan sebagai Kejadian Kegagalan ataupun
tidak (baik kejadian dimaksud terjadi secara bersamaan, sebagai akibat
ataupun sebelum Kejadian Kegagalan).
2. Atas terjadinya Kejadian Kegagalan, Lembaga Kliring berdasarkan
pertimbangannya dapat melakukan langkah-langkah, termasuk namun
tidak terbatas untuk membatalkan pelaksanaan amanat dari Anggota
Kliring yang melakukan Kejadian Kegagalan, membekukan rekeningnya,
menjual satu atau lebih jaminan atau collateral milik Anggota Kliring yang
melakukan Kejadian Kegagalan.
Namun, tanpa mengurangi sifat yang umum dari tindakan-tindakan yang
disebutkan di atas, Lembaga Kliring melakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut:
a. Memberi perintah kepada Anggota Kliring untuk menutup sebagian
atau seluruh Posisi Terbuka dari Anggota Kliring yang melakukan
Kejadian Kegagalan, termasuk Posisi Terbuka dari para Nasabahnya,
dan menggunakan sisa ekuitas untuk menutupi setiap kerugian
sebagai akibat dari Kejadian Kegagalan;
b. Lembaga Kliring dengan kewenangan penuh atau berdasarkan
kuasa dari Anggota Kliring yang melakukan Kejadian Kegagalan dapat
menjual, mencairkan dan mengeluarkan semua dana, jaminan
(collateral) atau kekayaan lainnya yang ditempatkan oleh Anggota
Kliring yang melakukan Kejadian Kegagalan di Lembaga Kliring, tanpa
kewajiban pemberitahuan atau mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Anggota Kliring,atau tanpa diperlukannya perintah
pengadilan;
c. Untuk memindahkan sisa ekuitas dari Rekening Terpisah (Segregated
Account) Anggota Kliring yang melakukan Kejadian Kegagalan ke
Rekening Terpisah (Segregated Account) milik Anggota Kliring
lawannya yang mengalami kekurangan (deficiency); dan
d. Untuk melakukan segala upaya dan tindakan yang menurut pendapat
Lembaga Kliring perlu untuk dilaksanakan, guna menetapkan
atau mengurangi potensi resiko dari Kontrak Terbuka dari Anggota
Kliring yang melakukan Kejadian Kegagalan yang timbul sebagai
107
akibat adanya Kejadian Kegagalan dimaksud.
Peraturan dan Tata Tertib

3. Terhadap Kejadian Kegagalan Anggota Kliring yang menyebabkan


dibekukan (suspend) keanggotaannya, Lembaga Kliring wajib
memberitahukan dan menyampaikan laporan tertulis kepada BAPPEBTI
dan jika diperlukan, Lembaga berwenang lainnya.

903. PENYELESAIAN KEWAJIBAN LEMBAGA KLIRING TERHADAP TINDAKAN


KEJADIAN KEGAGALAN

Tanpa mengurangi kewenangan dari Lembaga Kliring yang ditetapkan


lain di Peraturan Lembaga Kliring ini, maka terhadap penetapan Anggota
Kliring sebagai Pihak yang melakukan Kejadian Kegagalan dalam hal yang
terkait dengan pemenuhan kewajiban keuangan, Lembaga Kliring berhak,
untuk meminta dicairkannya aset-aset di bawah ini sesuai dengan urutannya,
sebagai berikut:
a. Uang tunai;
b. Deposit berjangka (time deposit);
c. Bank garansi; dan/atau
d. Aset-aset atau kekayaan lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari
waktu ke waktu.

904. PERMINTAAN PENAMBAHAN JUMLAH DANA JAMINAN KLIRING (SECURITY


DEPOSIT)

1. Lembaga Kliring mengenakan kewajiban untuk menambah Dana Jaminan


Kliring (Security Deposit) dalam bentuk uang tunai, jaminan atau Collateral
dengan nilai dan untuk jangka waktu tertentu yang dianggap perlu oleh
Lembaga Kliring untuk menjaga integritas keuangan Lembaga Kliring
2. Anggota Kliring yang tidak memenuhi tambahan Dana Jaminan Kliring
(Security Deposit) sesuai dengan ketentuan pada angka 1 diatas akan
dinyatakan gagal dan dibekukan (suspend). Selanjutnya Lembaga Kliring
dapat menjalankan kewenangannya sesuai Pasal 902 angka 2;

905.
PEMULIHAN KEMBALI STATUS DARI ANGGOTA KLIRING YANG
MELAKUKAN KEJADIAN KEGAGALAN

Jika Anggota Kliring telah memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan


Pasal 904, maka Lembaga Kliring akan memulihkan kembali status dari
Anggota Kliring yang dinyatakan gagal dan dibekukan keanggotaannya
tersebut.

108
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 10
PROSEDUR PENYELESAIAN
CIDERA JANJI

109
Peraturan dan Tata Tertib

1000 KUALIFIKASI CIDERA JANJI

1001 TINDAKAN TERHADAP PELANGGARAN

1002 TINDAKAN LIKUIDASI ATAS POSISI TERBUKA

1003 PEMBERITAHUAN KEPADA Bappebti DAN BURSA

110
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur hal-hal yang dianggap cidera janji, serta tindakan terhadap cidera
janji tersebut, dan pemberitahuan kepada Bappebti dan Bursa atas tindakan-
tindakan tersebut.

Bab ini terdiri atas 4 pasal yaitu: kualifikasi cidera janji, tindakan terhadap
pelanggaran, tindakan likuidasi atas posisi terbuka, dan pemberitahuan kepada
Bappebti dan bursa.

Tidak ada perbedaan pada bab ini antara PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH
setelah perubahan.

111
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 10
PROSEDUR PENYELESAIAN CIDERA JANJI

1000. KUALIFIKASI CIDERA JANJI

Anggota Kliring dianggap Cidera Janji dalam hal


(a) Gagal memenuhi kewajiban pembayaran dan/atau permintaan
tambahan Margin;
(b) Dibekukan, diberhentikan atau berhenti sebagai Anggota Bursa dari
Bursa yang bersangkutan;
(c) Tidak mampu membayar hutang pada saat jatuh tempo yang
disebabkan oleh kegiatan usahanya berdasarkan laporan pemeriksaan
yang dilakukan Lembaga Kliring;
(d) Gagal melakukan kewajiban untuk menyerahkan (Gagal Sarah) atau
melakukan pembayaran atas penyerahan barang (Gagal Bayar);
(e) Menyampaikan pernyataan untuk menghentikan kegiatannya, atau
telah diperintahkan untuk menghentikan kegiatannya (baik atas
permintaan sendiri atau karena dipaksa).

1001. TINDAKAN TERHADAP PELANGGARAN

Lembaga Kliring dapat:


(a) Melikuidasi dan/atau menggantikan hak dan kewajiban dari Kontrak
Terbuka Anggota Kliring dalam Cidera Janji;
(b) Menghitung jumlah aset Anggota Kliring yang cidera janji tersebut
termasuk Dana Jaminan, uang tunai atau kekayaan lain yang dipegang
Lembaga Kliring.

1002. TINDAKAN LIKUIDASI ATAS POSISI TERBUKA

(1) Sesuai dengan ketentuan 902 huruf (a) Lembaga Kliring dengan
kewenangannya dapat mengambil satu atau lebih tindakan berikut:
(a) Sehubungan dengan Kontrak Terbuka yang dicatat dalam
Rekening Terpisah Anggota Kliring yang melakukan Cidera Janji:
(i) Menunjuk satu atau lebih Anggota Kliring kepada siapa
Kontrak Terbuka tersebut dapat dialihkan (Substitusi) dengan
ketentuan bahwa semua uang yang dipegang sehubungan
dengan rekening Anggota Kliring tersebut harus dialihkan
kepada Anggota Kliring yang menerima dan/atau;
(ii) Menunjuk satu atau lebih Anggota Kliring untuk melikuidasi
Kontrak Terbuka tersebut;
(b) Mengambil posisi Off Set di bursa lain, yang berdasarkan

112
Peraturan dan Tata Tertib

pertimbangan Lembaga Kliring, apabila memungkinkan akan


dapat membantu menjaga integritas keuangan dari Lembaga
Kliring.
(c) Melakukan upaya-upaya dan tindakan lain yang dianggap perlu
untuk melindungi kepentingan umum.
(2) Dalam melaksanakan ketentuan 1002 huruf (a) (ii) diatas, Lembaga
Kliring dapat menggunakan setiap bentuk prosedur perdagangan
yang berlaku di Bursa.

1003. PEMBERITAHUAN KEPADA Bappebti DAN BURSA

Lembaga Kliring wajib melaporkan kepada Bappebti dan menginformasi-


kan kepada Bursa Berjangka mengenai setiap tindakan yang diambil
berdasarkan ketentuan Bab 10 ini.

113
Peraturan dan Tata Tertib

114
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 11
KETENTUAN KHUSUS

115
Peraturan dan Tata Tertib

1100 TINDAKAN KHUSUS

1101 PENYELESAIAN DARURAT

1102 BATAS POSISI TRANSAKSI BARU

1103 PEMBERITAHUAN KEPADA Bappebti DAN BURSA

116
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur mengenai pemberitahuan kepada Bappebti dan Bursa atas
tindakan khusus, penyelesaian darurat dan batas posisi transaksi baru.

Bab ini terdiri atas 4 pasal yaitu: tindakan khusus, penyelesaian darurat, batas posisi
transaksi baru, dan pemberitahuan kepada Bappebti dan bursa.

Tidak ada perbedaan pada bab ini antara PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH
setelah perubahan.

117
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 11
KETENTUAN KHUSUS

1100. TINDAKAN KHUSUS

Apabila terjadi situasi yang mengancam integritas keuangan Lembaga Kliring


dan/atau Anggota Kliring, Lembaga Kliring dapat mengambil tindakan
sebagai berikut :
(a) Memerintahkan Anggota Kliring tertentu atau semua Anggota Kliring
untuk menempatkan tambahan dana tunai dan/atau Surat berharga
pada Lembaga Kliring sehubungan dengan Kontrak Terbuka tertentu
atau semua Kontrak Terbuka;
(b) Mengusulkan kepada Bursa Berjangka untuk menghentikan
perdagangan;
(c) Membekukan atau menghentikan sementara keanggotaan Anggota
Kliring yang kondisi keuangannya atau kegiatan bisnisnya mem-
bahayakan atau dapat membahayakan integritas keuangan atau
reputasi Lembaga Kliring.

1101. PENYELESAIAN DARURAT

Dalam hal Lembaga Kliring mempertimbangkan bahwa pasar yang wajar


dan teratur tidak terselenggara atau tidak mungkin terselenggara dengan
baik dan sebagaimana mestinya, Lembaga Kliring dapat:
(1) Meminta Bursa Berjangka untuk menetapkan Harga Penyelesaian
Darurat, yang ditetapkan sebagai berikut:
(a) Jika jam perdagangan belum dimulai Harga Penyelesaian Darurat
akan ditetapkan berdasarkan harga penyelesaian hari perdagangan
sebelumnya;
(b) Jika perdagangan sedang berjalan, Harga Penyelesaian Darurat
akan ditetapkan berdasarkan harga yang terakhir terjadi (last
done).
(2) Melikuidasi melalui penyelesaian secara tunai semua Posisi Terbuka
yang ditetapkan Lembaga Kliring dengan mengacu pada Harga
Penyelesaian Darurat dimaksud dalam Angka (1).

1102. BATAS POSISI TRANSAKSI BARU

Lembaga Kliring dengan kewenangannya dapat membatasi transaksi baru


yang dibuat oleh setiap Anggota Kliring. Pembatasan dimaksud dapat
berupa pembatasan transaksi baru yang dimiliki ataupun penetapan batas
Margin. Setiap Anggota Kliring yang melampaui batas dimaksud akan
dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan.
118
Peraturan dan Tata Tertib

1103. PEMBERITAHUAN KEPADA Bappebti DAN BURSA

Lembaga Kliring wajib melaporkan kepada Bappebti dan menginformasikan


kepada Bursa Berjangka mengenai setiap tindakan yang diambil berdasarkan
ketentuan Bab 11 ini .

119
Peraturan dan Tata Tertib

120
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 12
PENYALURAN AMANAT
LUAR NEGERI

121
Peraturan dan Tata Tertib

1200 TUGAS LEMBAGA KLIRING DALAM PALN

1201 TATA CARA PELAKSANAAN PALN

1202 MARGIN PALN

1203 BIAYA TRANSAKSI PALN

1200 PENGGUNAAN SISTEM PALN

1201 TATA CARA PELAKSANAAN PALN

1202 MARGIN PALN

1203 BIAYA TRANSAKSI PALN

1204 PENGGUNAAN SISTEM PALN

1205 NASABAH DALAM PALN

1206 PELAPORAN TRANSAKSI PALN

122
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur mengenai Penyaluran Amanat Luar Negeri serta peran Lembaga
Kliring di dalamnya.

Bab ini terdiri atas 9 pasal yaitu tugas lembaga kliring dalam PALN, tata cara
pelaksanaan PALN, margin PALN, biaya transaksi PALN, penggunaan sistem PALN,
nasabah dalam PALN, pelaporan transaksi PALN, penyerahan transaksi PALN, dan
batasan tanggung jawab lembaga kliring.

Bab ini tidak ditemukan pada PTT sebelum perubahan.

123
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 12
PENYALURAN AMANAT LUAR NEGERI

1200. TUGAS LEMBAGA KLIRING DALAM PALN


1. Mengelola Dana Jaminan dan Margin Pialang Berjangka Anggota
Lembaga Kliring.
2. Mengadakan kerjasama dengan Pialang Berjangka Anggota Kliring luar
negeri untuk memastikan kecukupan Margin Anggota Lembaga Kliring
berdasarkan laporan Pialang Berjangka Anggota Kliring luar negeri.
3. Menyalurkan kewajiban Margin (netto) dari Pialang Anggota Lembaga
Kliring ke Pialang Berjangka Anggota Kliring luar negeri.
4. Menerima pengembalian Margin Pialang Berjangka Anggota Lembaga
Kliring dari Pialang Berjangka Anggota Kliring luar negeri.
5. Membayar kewajiban Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring
kepada Nasabah Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring yang tidak
bisa atau lalai diselesaikan oleh Pialang Berjangka Anggota Lembaga
Kliring, paling banyak sebesar Dana Jaminan yang disetorkan ke
Lembaga Kliring.

1201. TATA CARA PELAKSANAAN PALN


Pelaksanaan PALN dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring wajib mengajukan
permohonan persetujuan Bappebti untuk melakukan kegiatan PALN;
2. Sebelum melakukan transaksi PALN Pialang Berjangka Anggota Lembaga
Kliring wajib Menyetorkan Dana Jaminan PALN sebesar Rp. 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) ke Lembaga Kliring;
3. Lembaga Kliring menggunakan Bank Penyimpan Dana Margin yang
menyediakan fasilitas penyetoran dan penarikan Margin secara online
selama jam perdagangan dengan bank yang dipergunakan oleh Pialang
Berjangka Anggota Kliring luar negeri;
4. Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring yang melakukan PALN wajib
mengadakan kerjasama dengan Pialang Berjangka Anggota Kliring luar
negeri yang telah terdaftar di Bursa.
Kerjasama tersebut difasilitasi oleh Lembaga Kliring dan paling sedikit
memuat:
a. Hak dan kewajiban masing-masing pihak;
b. Mekanisme penyaluran dan pengelolaan amanat Nasabah;
c. Sistem informasi dan pelaporan;
d. Sistem pengawasan;
e. Skema perlindungan Nasabah;
f. Mekanisme penyelesaian perselisihan melalui sarana arbitrase;dan
g. Mekanisme pembayaran dan penarikan kembali Margin dilakukan
melalui Lembaga Kliring Berjangka dalam negeri.
124
Peraturan dan Tata Tertib

5. Kerjasama tersebut wajib dibuat paling sedikit dalam 2 (dua) bahasa,


yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dan dalam hal terjadi
sengketa yang dipergunakan adalah bahasa Inggris.
6. Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring melakukan transaksi PALN
melalui sistem yang telah disediakan oleh Bursa Berjangka yang
terhubung langsung (online) dengan Lembaga Kliring.
7. Semua transaksi yang telah terjadi di bursa luar negeri akan diteruskan
secara elektronis melalui jaringan interface ATP ke Sistem Kliring
Elektronik oleh Lembaga Kliring kemudian dilakukan pendaftaran dan
penyelesaian transaksi PALN.
8. Tata cara lebih lanjut mengenai pelaksanaan transaksi PALN akan diatur
dalam pedoman pelaksanaan yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring.

1202. MARGIN PALN

Pembayaran kewajiban Margin dalam transaksi PALN dilakukan dengan cara


sebagai berikut:
1. Setiap Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring wajib menempatkan
Margin Awal di Rekening Terpisah Lembaga Kliring yang terhubung
secara online dengan Bank Penyimpan yang ditunjuk Pialang Berjangka
Anggota Kliring luar negeri, untuk keperluan membuka posisi yang akan
digunakan untuk menjamin pelaksanaan transaksi PALN;
2. Lembaga Kliring akan memberitahukan setiap kelebihan atau
kekurangan Margin dari Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring
berdasarkan laporan dari Pialang Berjangka Anggota Kliring luar negeri;
3. Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring harus membayar setiap
kewajiban pembayaran kekurangan Margin kepada Pialang Berjangka
Anggota Kliring luar negeri paling lambat 1 (satu) jam, atau jangka waktu
lainnya yang telah ditentukan oleh Lembaga Kliring.
4. Pemberitahuan kewajiban dilakukan melalui surat elektronik, faksimili,
dan telepon. Apabila pemberitahuan tersebut tidak diterima oleh Pialang
Berjangka Anggota Lembaga Kliring dikarenakan kerusakan teknis alat
komunikasi, atau sebab-sebab lainnya, maka hal tersebut tidak dapat
dijadikan alasan oleh Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring untuk
tidak memenuhi kewajiban pembayaran Margin kepada Pialang
Berjangka Anggota Kliring luar negeri sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan dalam ayat (3).
5. Apabila Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring tidak dapat
memenuhi setiap kewajiban pembayaran kekurangan Margin kepada
Pialang Berjangka Anggota Kliring luar negeri sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan pada ayat (3) di atas, maka Lembaga Kliring dapat
melakukan tindakan-tindakan berupa, namun tidak terbatas pada:

125
Peraturan dan Tata Tertib

a. Menolak setiap amanat baik posisi jual maupun posisi beli, kecuali
untuk menutup posisi;
b. Melikuidasi seluruh atau sebagian dari Posisi Terbuka Kontrak
Berjangka yang ada pada rekening Pialang Berjangka Anggota
Lembaga Kliring.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai Margin dalam pelaksanaan transaksi
PALN akan diatur lebih lanjut dalam peraturan tambahan tentang
pedoman pelaksanaan transaksi PALN yang ditetapkan bersama-sama
antara Bursa dan Lembaga Kliring.

1203. BIAYA TRANSAKSI PALN

Setiap transaksi PALN yang dilakukan oleh Pialang Berjangka Anggota


Lembaga Kliring akan dikenakan biaya transaksi PALN dan biaya-biaya
lainnya sebagaimana ditetapkan oleh Lembaga Kliring dari waktu ke waktu,
yang akan disampaikan melalui surat edaran.

1204. PENGGUNAAN SISTEM PALN

1. Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring harus menyampaikan


konfirmasi secara tertulis kepada Bursa, paling lambat 2 (dua) hari
perdagangan, bahwa Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring telah
memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan fungsi, konektifitas,
operasi, dan persyaratan keamanan dalam penggunaan sistem PALN;
2. Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa Pialang Berjangka yang bersangkutan
memiliki kendali dan kemampuan untuk memenuhi setiap ketentuan
dalam Peraturan ini;

1205. NASABAH DALAM PALN

Pialang Berjangka Anggota Lembaga Kliring wajib memastikan bahwa


Nasabah yang melakukan transaksi PALN memiliki:
a. pengetahuan tentang proses memasukkan amanat Nasabah dalam
transaksi PALN melalui sistem PALN;
b. pengetahuan tentang persyaratan dalam Peraturan ini yang berkaitan
dengan perdagangan berjangka komoditi;
c. Pengetahuan tentang perundang-undangan di bidang perdagangan
berjangka komoditi;
d. Mengetahui tentang resiko dari perdagangan berjangka komoditi.

126
Peraturan dan Tata Tertib

1206. PELAPORAN TRANSAKSI PALN

1. Lembaga Kliring wajib membuat, memelihara dan menyimpan catatan


yang berkaitan dengan kegiatan PALN sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pialang Berjangka wajib memelihara dan menyimpan catatan yang
berkaitan dengan kegiatan PALN sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

127
Peraturan dan Tata Tertib

128
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 14
SISTEM PERDAGANGAN
ALTERNATIF

129
Peraturan dan Tata Tertib

1400 KETENTUAN UMUM

1401 PERSYARATAN KHUSUS KEANGGOTAAN

A. Penyelenggara SPA

B. Peserta SPA

1402 PENDAFTARAN TRANSAKSI SPA

1403 MARGIN

1404 PENYELESAIAN TRANSAKSI

1405 PENGHENTIAN KEGIATAN PENYELENGGARA SPA DAN PESERTA SPA

1406 PENGAWASAN DAN AUDIT

1407 KEWAJIBAN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN PENYELENGGARA SPA


DAN PESERTA SPA

1408 KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI PENYELENGGARA SPA DAN


PESERTA SPA

1409 PELAPORAN

130
Peraturan dan Tata Tertib

SINOPSIS

Bab ini mengatur mengenai Sistem Perdagangan Alternatif (SPA), yaitu sistem
perdagangan kontrak derivatif yang dilakukan di luar Bursa Berjangka, secara
bilateral dengan penarikan Margin. Pengaturan bab ini meliputi penyelenggara dan
peserta SPA, pendaftaran transaksi, penyelesaian transaksi serta pengawasannya.

Bab ini terdiri atas 10 pasal yaitu: ketentuan umum, persyaratan khusus keanggotaan,
pendaftaran transaksi SPA, margin, penyelesaian transaksi, penghentian ke-
giatan penyelenggara SPA dan peserta SPA, pengawasan dan audit, kewajiban
pemberitahuan perubahan penyelenggara SPA dan peserta SPA, kewajiban dan
larangan bagi penyelenggara SPA dan peserta SPA, serta pelaporan.

Bab ini maupun isi dari bab ini tidak ditemukan pada PTT ICH setelah perubahan.

131
Peraturan dan Tata Tertib

BAB 14
SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

1400. KETENTUAN UMUM

Tanpa mengesampingkan pengertian yang tercantum dalam Bab 1


Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring, maka setiap istilah yang
tercantum dalam Bab ini memiliki pengertian yang sama kecuali dinyatakan
secara khusus dalam Bab ini.
1. Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) adalah sistem perdagangan yang
berkaitan dengan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan
Kontrak Derivatif Syariah, yang dilakukan di luar Bursa Berjangka, secara
bilateral dengan penarikan Margin yang didaftarkan ke Lembaga Kliring
Berjangka.
2. Penyelenggara SPA adalah Anggota Bursa Berjangka Pedagang Ber-
jangka yang juga merupakan Anggota Kliring Berjangka yang
melakukan kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka
dan Kontrak Derivatif Syariah, untuk dan atas nama sendiri dalam
Sistem Perdagangan Alternatif.
3. Peserta SPA adalah Anggota Bursa Pialang Berjangka yang juga me-
rupakan Anggota Kliring Berangka yang melakukan kegiatan jual beli
Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif
Syariah, atas amanat Nasabah dalam Sistem Perdagangan Alternatif.
4. Nasabah Peserta SPA yang selanjutnya disebut Nasabah SPA adalah Pihak
yang secara langsung melakukan kegiatan transaksi jual beli Kontrak
Derivatif dalam Sistem Perdagangan SPA.
5. Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif
Syariah yang selanjutnya disebut dengan Kontrak SPA adalah kontrak
yang diperdagangkan di luar Bursa Berjangka.
6. Margin SPA adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus
ditempatkan oleh Nasabah SPA pada Peserta SPA, Peserta SPA pada
Lembaga Kliring, dan Penyelenggara SPA pada Lembaga Kliring.
7. Sistem Perdagangan dalam Transaksi SPA yang selanjutnya disebut
Sistem Perdagangan adalah sistem perdagangan elektronik yang
digunakan oleh Penyelenggara SPA dengan Nasabah SPA yang
diselenggarakan secara on-line dan real time, paling sedikit terdiri dari
sistem kuotasi, sistem transaksi, dan sistem pelaporan.
8. Central Surveillance System (CSS) adalah sistem pengawasan secara
elektronis yang disediakan oleh Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring
untuk menerima pelaporan dan pendaftaran transaksi SPA dari
Penyelenggara SPA dan Peserta SPA ditujukan untuk integritas pasar dan
keuangan dalam penyelenggaraan SPA.

132
Peraturan dan Tata Tertib

1401. PERSYARATAN KHUSUS KEANGGOTAAN

A. Penyelenggara SPA
1. Pedagang Berjangka berbentuk Perseroan Terbatas yang telah
menjadi Anggota Bursa Berjangka dan Anggota Kliring serta telah
memperoleh persetujuan dari Bappebti sebagai Penyelenggara
SPA.
2. Persyaratan lain sebagai Penyelenggara SPA adalah sebagai berikut:
a. Memiliki modal disetor paling sedikit Rp. 50.000.000.000,-
(lima puluh miliar rupiah) yang dinyatakan dalam Akta Notaris
dan telah mendapat pengesahan oleh Kementerian yang
berwenang di bidang Hukum;
b. Mempertahankan saldo modal bersih paling sedikit sebesar
Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar rupiah) yang
dinyatakan dalam laporan keuangan terakhir; dan
c. Memiliki dan menyampaikan ke asama paling sedikit dengan
1 (satu) Peserta SPA.

B. Peserta SPA
1. Pialang Berjangka yang telah menjadi Anggota Bursa Berjangka dan
Anggota Kliring serta telah memperoleh persetujuan dari Bappebti
sebagai Peserta SPA.
2. Persyaratan lain sebagai Peserta SPA adalah sebagai berikut:
a. Memiliki modal disetor paling sedikit Rp. 25.000.000.000,- (dua
puluh lima miliar rupiah) yang dinyatakan dalam Akta Notaris
dan telah mendapat pengesahan oleh Kementerian yang
berwenang di bidang Hukum;
b. Mempertahankan Ekuitas paling sedikit sebesar Rp.
20.000.000.000,- (dua puluh miliar rupiah) yang dinyatakan
dalam laporan keuangan terakhir; dan
c. Memiliki dan menyampaikan kerjasama dengan Penye-
lenggara SPA.

1402. PENDAFTARAN TRANSAKSI SPA

1. Penyelenggara SPA dan Peserta SPA wajib mendaftarkan seluruh transaksi


SPA ke Lembaga Kliring untuk dijamin penyelesaiannya.
2. Lembaga Kliring hanya menerima pendaftaran transaksi Kontrak SPA
yang berasal dari Penyelenggara SPA dan Peserta SPA yang sudah
mendapat persetujuan dari Bappebti.
3. Pendaftaran transaksi Kontrak SPA kepada Lembaga Kliring dilakukan
secara on-line dan real time.
4. Dalam hal terjadi gangguan sistem CSS, Penyelenggara SPA menyerahkan
133
Peraturan dan Tata Tertib

laporan transaksi dalam bentuk berkas digital melalui surat elektronik atau
cara lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring paling lambat 30 (tiga
puluh) menit setelah CSS berfungsi normal kembali atau setelah
penutupan Jam Perdagangan Bursa Berjangka pada hari yang
bersangkutan.
5. Setiap transaksi yang belum dilaporkan atau sudah ditolak pelaporannya
oleh Bursa Berjangka tidak dapat didaftarkan ke Lembaga Kliring.

1403. MARGIN

1. Margin minimum yang ditempatkan di Lembaga Kliring


a. Penyelenggara SPA wajib menempatkan Margin minimum di
Lembaga Kliring secara tunai sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar
rupiah) sebelum pendaftaran transaksi;
b. Apabila Margin minimum yang disetor di muka sebagaimana
dimaksud pada huruf a di atas berkurang sebagai akibat dari
pergerakan harga yang berlawanan dengan Posisi Terbuka dan/atau
dari penilaian Posisi Terbuka berdasarkan Harga Penyelesaian Harian
(marked­ to-market) pada akhir Hari Perdagangan, Penyelenggara
SPA wajib menyetor dana tambahan (top-up) sampai dengan pagu
minimum atau Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dan
kelipatannya, pada waktu yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring.
2. Margin Awal (Initial Margin)
a. Peserta SPA wajib menyetor Margin ke Lembaga Kliring sebesar
100% (seratus persen) dari nilai Margin Awal (Initial Margin) yang
ditetapkan oleh Lembaga Kliring untuk setiap Posisi Terbuka yang
dimilikinya, pada waktu yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring;
b. Batas maksimum Posisi Terbuka yang boleh dimiliki oleh
Penyelenggara SPA adalah 80% (delapan puluh persen) dari
dana Margin yang ditempatkan ke Lembaga Kliring. Apabila Posisi
Terbuka sudah melampaui 80% (delapan puluh persen)
maka Penyelenggara SPA harus menambah setoran dana Margin
minimum Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) atau kelipatannya.
3. Margin Call
a. Apabila Ekuitas Penyelenggara. SPA berkurang hingga tersisa
70% (tujuh puluh persen) dari kewajiban Margin Awal (Initial
Margin), maka Lembaga Kliring tidak dapat menerima pendaftaran
transaksi kecuali menutup posisi terhadap transaksi Penyelenggara
SPA dan melakukan Margin Call;
b. Dalam hal terjadi Margin Call sebagaimana dimaksud pada huruf a di
atas, Penyelenggara SPA wajib segera memenuhi setelah diterimanya
pemberitahuan dari Lembaga Kliring;

134
Peraturan dan Tata Tertib

c. Apabila Ekuitas Penyelenggara SPA berkurang hingga tersisa 30% (tiga


puluh persen) atau di bawahnya dari kewajiban Margin Awal (Initial
Margin), maka Lembaga Kliring berhak menutup semua Posisi Terbuka
yang sudah terdaftar di Lembaga Kliring baik Posisi Terbuka milik
Penyelenggara SPA maupun seluruh Posisi Terbuka Nasabah dari Peserta
SPA yang bekerjasama dengan Penyelenggara SPA yang bersangkutan;
dan
d. Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak dipenuhi,
maka Lembaga Kliring berhak meminta Peserta SPA agar Nasabah SPA
melakukan likuidasi semua transaksi Kontrak SPA yang masih terbuka.
4. Peserta SPA
a. Apabila Ekuitas Peserta SPA berkurang hingga tersisa 70% (tujuh
puluh persen) dari kewajiban Margin Awal (Initial Margin), maka
Lembaga Kliring tidak dapat menerima pendaftaran transaksi
kecuali menutup posisi terhadap transaksi Nasabah SPA dan
melakukan Margin Call;
b. Dalam hal terjadi Margin Call sebagaimana dimaksud pada huruf a
di alas, Peserta SPA wajib segera memenuhi setelah diterimanya
pemberitahuan dari Lembaga Kliring;
c. Dalam hal Margin Call sebagaimana dimaksud pada huruf b
tidak dipenuhi, maka Lembaga Kliring berhak meminta
Penyelenggara SPA untuk melakukan suspensi transaksi Peserta
SPA yang bersangkutan;
d. Apabila Ekuitas Peserta SPA berkurang hingga tersisa 30% (tiga
puluh persen) atau di bawahnya dari kewajiban Margin Awal
(Initial Margin), maka Lembaga Kliring berhak menutup semua
Posisi Terbuka yang sudah terdaftar di Lembaga Kliring milik
Nasabah dari Peserta SPA yang bersangkutan untuk ditransaksikan
dengan Penyelenggara SPA yang bekerjasama dengan Peserta SPA
yang bersangkutan; dan
e. Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada huruf d
tidak dipenuhi, maka Lembaga Kliring berhak meminta
Penyelenggara SPA untuk melakukan likuidasi semua transaksi
Kontrak SPA yang masih terbuka dari Nasabah SPA yang
bersangkutan.

1404. PENYELESAIAN TRANSAKSI

1. Lembaga Kliring menggunakan Harga Penyelesaian Harian sebagaimana


yang ditetapkan dalam masing-masing spesifikasi Kontrak SPA untuk
melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan harian untuk setiap
kontrak terbuka SPA.
2. Seluruh transaksi SPA diselesaikan secara tunai.
135
Peraturan dan Tata Tertib

1405. PENGHENTIAN KEGIATAN PENYELENGGARA SPA DAN PESERTA SPA

1. Dalam hal Penyelenggara SPA dan/atau Peserta SPA tidak dapat


melakukan kegiatan operasionalnya karena pembekuan dan pencabutan
kecuali Keadaan Kahar (Force Majeure):
a. Penyelenggara SPA
i. Sejak hari diterbitkannya surat keputusan pembekuan,
Penyelenggara SPA wajib menerima penutupan Posisi Terbuka
Kontrak SPA dari Nasabah SPA;
ii. Sampai dengan batas waktu berakhirnya masa pembekuan
Penyelenggara SPA tidak dapat menyelesaikan kewajibannya,
maka seluruh Posisi Terbuka Kontrak SPA milik Penyelenggara
SPA dan Nasabah SPA akan dilikuidasi dengan menggunakan
Harga Penyelesaian Akhir yang ditetapkan oleh Bursa Berjangka
dan Lembaga Kliring; dan
iii. Pada hari diterbitkannya surat keputusan pencabutan,
Penyelenggara SPA tidak dapat melakukan transaksi Kontrak
SPA.
b. Peserta SPA
i. Sejak hari diterbitkannya surat keputusan pembekuan,
Peserta SPA hanya dapat melakukan penutupan Posisi
Terbuka Kontrak SPA dari Nasabah SPA;
ii. Sampai dengan batas waktu berakhirnya masa pembekuan
Peserta SPA tidak dapat menyelesaikan kewajibannya, maka
seluruh Posisi Terbuka Kontrak SPA milik Nasabah SPA akan
dilikuidasi dengan menggunakan Harga Penyelesaian Akhir
yang ditetapkan oleh Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring;
dan
iii. Pada hari diterbitkannya surat keputusan pencabutan, Pe-
serta SPA tidak dapat melakukan transaksi Kontrak SPA.
2. Dalam hal Penyelenggara SPA dan/atau Peserta SPA tidak dapat
melakukan kegiatan operasionalnya karena penghentian sementara dan
pengunduran diri atas permintaan sendiri, wajib:
a. Memberitahukan kepada para Pihak dalam jangka waktu paling
singkat 60 (enam puluh) Hari Kerja sebelum penghentian
sementara dan pengunduran diri;
b. Menyelesaikan Kontrak SPA dalam jangka waktu paling lama 45
(empat puluh lima) Hari Kerja sejak tanggal pemberitahuan
penghentian sementara dan pengunduran diri; dan
c. Dalam hal setelah 45 (empat puluh lima) Hari Kerja sejak tanggal
pemberitahuan penghentian sementara dan pengunduran diri
Penyelenggara SPA tidak dapat diselesaikan, maka Lembaga Kliring
memerintahkan Penyelenggara SPA untuk melikuidasi seluruh
Kontrak SPA yang masih dalam Posisi Terbuka.
136
Peraturan dan Tata Tertib

1406. PENGAWASAN DAN AUDIT

1. Lembaga Kliring berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap


Penyelenggara SPA dan Peserta SPA.

2. Lembaga Kliring berwenang secara periodik dan sewaktu-waktu untuk
melakukan audit terhadap Penyelenggara SPA dan Peserta SPA.
3. Lembaga Kliring berwenang melakukan pengawasan langsung pada
Sistem Perdagangan yang dimiliki oleh Penyelenggara SPA.
4. Lembaga Kliring berwenang melakukan pemanggilan terhadap
Penyelenggara SPA dan Peserta SPA terkait dengan pengawasan dan
audit.
5. Penyelenggara SPA dan Peserta SPA harus menyerahkan setiap dokumen
yang diperlukan setiap saat diminta oleh auditor.
6. Untuk memeriksa kasus-kasus tertentu, Lembaga Kliring dapat menunjuk
auditor independen untuk melakukan audit terhadap Penyelenggara SPA
dan Peserta SPA dan biaya yang ditimbuikan dari kegiatan audit tersebut
menjadi beban Penyelenggara SPA dan Peserta SPA.

1407. KEWAJIBAN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN PENYELENGGARA SPA


DAN PESERTA SPA

Anggota Kliring yang menjadi Penyelenggara SPA dan Peserta SPA wajib
secara tertulis kepada Lembaga Kliring antara lain dalam hal terjadi:
1. Umum
a. Akan memulai, menghentikan sementara, membuka kembali atau
menghentikan secara tetap kegiatannya;
b. Perubahan struktur kepemilikan perseroan, baik karena penjualan
saham, penggabungan, peleburan, pengambil alihan, ataupun
pemisahan perusahaan;
c. Perubahan struktur modal dasar perseroan;
d. Perubahan struktur organisasi perseroan;
e. Penggantian dewan direksi, komisaris, dan/atau pengendali
perseroan;
f. Perubahan nama, alamat, dan/atau identitas/logo perusahaan; dan
g. Penjualan aset perusahaan dalam jumlah yang signifikan.
2. Khusus Peserta SPA
a. Pembukaan dan/atau penutupan Rekening Terpisah (Segregated
Account);
b. Usulan pejabat penandatangan spesimen Rekening Terpisah (Se-
gregated Account) dan perubahannya;
c. Perubahan alamat kantor pusat dan/atau kantor cabang; dan
d. Pembukaan dan/atau penutupan kantor pusat dan/atau kantor
cabang.
137
Peraturan dan Tata Tertib

1408. KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI PENYELENGGARA SPA DAN


PESERTA SPA

1. Penyelenggara SPA:
a. Wajib mendaftarkan seluruh transaksi SPA;
b. Wajib melaporkan setiap perubahan atas Sistem Perdagangan SPA;
c. Wajib melaporkan setiap ada perubahan kerjasama dengan Peserta
SPA;
d. Wajib memenuhi kewajiban keuangan yang timbul sebagai akibat
kegiatan transaksi SPA yang dilaporkan ke Bursa Berjangka dan
didaftarkan ke Lembaga Kliring; dan
e. Dilarang memanipulasi atau merekayasa transaksi SPA termasuk
namun tidak terbatas pada Nasabah rekayasa (dummy).
2. Peserta SPA:
a. Wajib mendaftarkan seluruh transaksi SPA ke Lembaga Kliring;
b. Wajib melaporkan setiap ada perubahan isi perjanjian kerjasama
dengan Penyelenggara SPA;
c. Wajib melaporkan setiap ada perubahan kerjasama antara
Peserta SPA dengan Penyelenggara SPA;
d. Wajib menarik komisi minimal untuk setiap transaksi Nasabah yang
besarnya akan ditetapkan oleh Bursa Berjangka dan Lembaga
Kliring;
e. Wajib memenuhi kewajiban keuangan yang timbul sebagai akibat
kegiatan transaksi SPA; dan
f. Dilarang menjadi lawan transaksi dari Nasabahnya baik secara
langsung maupun tidak langsung.

1409. PELAPORAN

1. Lembaga Kliring menyampaikan laporan harian kepada Penyelenggara


SPA dan Peserta SPA yang memuat antara lain:
a. Laporan tentang rincian perdagangan yang didaftarkan;
b. Posisi Terbuka; dan
c. Kewajiban keuangan.
2. Lembaga Kliring wajib melaporkan kepada Bappebti dan memberi-
tahukan kepada Bursa Berjangka setiap tindakan yang diambil ber-
dasarkan ketentuan Peraturan Lembaga Kliring ini.

138
Peraturan dan Tata Tertib

139
Peraturan dan Tata Tertib

140
Peraturan dan Tata Tertib

141
Peraturan dan Tata Tertib

142

Anda mungkin juga menyukai