1
Peraturan dan Tata Tertib
2
Peraturan dan Tata Tertib
DAFTAR ISI
3
Peraturan dan Tata Tertib
KETERANGAN
4
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 1
DEFINISI
5
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 1 DEFINISI
100 DEFINISI
101 PENAFSIRAN
6
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini diawali dengan definisi atas istilah-istilah yang akan digunakan pada
seluruh peraturan dan tata tertib. Bab ini juga mengatur bahwa penafsiran final dan
mengikat atas isi ketentuan peraturan ini berada pada Lembaga kliring.
Bab ini telah mengalami perubahan yang cukup signifikan dikarenakan oleh
perubahan yang signifikan pula pada badan peraturan dan tata tertib secara
keseluruhan antara PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH setelah perubahan.
Ada beberapa definisi yang dikurangkan, ditambahkan dan diubah.
Pasal 102 sampai dengan 108 PTT ICH setelah perubahan telah dihapus.
Pasal 101 dalam bab I PTT ICH sebelum perubahan dirubah menjadi Penafsiran. Pasal
ini mengatur bahwa penafsiran final mengenai isi ketentuan peraturan ini berada
pada pihak Lembaga Kliring.
8
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 1
DEFINISI
100. DEFINISI
Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis
dengan huruf awal kapital dalam peraturan ini akan mengandung pengertian-
pengertian sebagai berikut:
American Style Tipe dari Kontrak Opsi, dimana Pembeli dari Kontrak Opsi
Option tersebut memiliki hak untuk menggunakan Kontrak Opsi
tersebut kapan pun atau sebeium Tanggal Kadaluarsa dari
Kontrak Opsi tersebut.
9
Peraturan dan Tata Tertib
Bank Bank Devisa Umum yang disetujui oleh Bappepti dan memiliki
Penyimpan Kerjasama dengan Lembaga Kliring untuk menyimpan dana
Nasabah, Margin, Dana Jaminan Kliring (Security Deposit), dan
Dana Kliring (Clearing Fund).
Batas Posisi Jumlah maksimum posisi jual atau beli terbuka bersih Kontrak
Berjangka yang diperkenankan untuk dikuasai oleh setiap
Pihak baik langsung atau tidak langsung untuk 1 (satu) Bulan
Kontrak atau untuk seluruh Bulan Kontrak.
10
Peraturan dan Tata Tertib
Dana Jaminan
Kliring Jaminan tambahan di luar Margin berupa uang tunai dan/
(Security atau surat berharga yang disetujui oleh dan diterima Lembaga
Deposit) Kliring guna menjamin transaksi Kontrak Berjangka, dan/atau
Kontrak Derivatif Iainnya.
European Style Suatu tipe dari Opsi Kontrak Berjangka, dimana pembeli
Option Opsi Kontrak Berjangka memilliki hak untuk menggunakan
Opsi Kontrak Berjangka pada Tanggal Kadaluarsa Kontrak
Berjangka tersebut.
Hari Hari yang ditentukan oleh Bursa Berjangka sebagai hari untuk
Perdagangan melaksanakan perdagangan Kontrak Berjangka, dan/atau
Kontrak Derivatif Iainnya.
Harga
Penyelesaian Harga Penyelesaian Harian pada Hari Perdagangan Terakhir.
Akhir
11
Peraturan dan Tata Tertib
Keadaan
Keadaan memaksa (kahar) sebagaimana dimaksud dalam Bab
Kahar (Force
2 Peraturan Lembaga Kliring ini.
Majeure)
Komoditi Semua barang, jasa, hak, dan kepentingan lainnya, dan setiap
derivatif dari Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan
menjadi subjek Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya.
Kontrak
Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang
Dengan
diselesaikan secara tunai sesuai dengan syarat dan kondisi
Penyelesaian
yang ditetapkan dalam Spesifikasi Kontrak Berjangka, dan/
Tunai (Cash
atau Kontrak Derivatif lainnya.
Settled
Contract)
Kontrak Opsi Suatu kontrak yang memberikan hak kepada Pembeli untuk
membeli atau menjual Kontrak Berjangka, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya atas Komoditi tertentu pada tingkat harga,
12
Peraturan dan Tata Tertib
Margin Khusus Margin yang ditetapkan oleh Bursa Berjangka dan Lembaga
(Special Margin) Kliring selain Margin Awal (Initial Margin), Margin Variasi, dan
Margin Penyerahan (Spot Margin) pada kondisi tertentu.
Margin Variasi Margin selisih hasil perhitungan antara harga posisi terbuka
Anggota Kliring baik jual atau beli dengan Harga Penyelesaian
Harlan, yang akan menjadi hak atau kewajiban Anggota
Kliring.
Peraturan
Perundang- Undang-undang Perdagangan Berjangka Komoditi beserta
undangan di perubahannya dan peraturan-peraturan pelaksanaannya.
bidang
Perdagangan
Berjangka
14
Peraturan dan Tata Tertib
Posisi Nasabah Posisi yang timbul dari rekening Nasabah dari setiap kontrak
balk posisi terbuka atau yang telah dilikuidasi.
Premi Atas yang selanjutnya disebut Premi adalah nilai yang dibayarkan
Kontrak Opsi untuk mendapatkan hak atas Kontrak Opsi.
15
Peraturan dan Tata Tertib
Rekening Rekening yang dicatat atas nama badan hukum yang dapat
Omnibus Rekening Omnibus digunakan dalam melakukan transaksi
(Omnibus di Bursa Berjangka dan (Omnibus Account) pelaksanaan
Account) kliring untuk kepentingan seorang Nasabah atau Iebih yang
identitasnya dirahasiakan.
Surat Keputusan Produk hokum yang diterbitkan oleh Lembaga Kliring sesuai
(SK) Surat Keputusan (SK) kewenangan yang dimilikinya dan
berisikan kebijakan yang mengikat secara hukum.
16
Peraturan dan Tata Tertib
101. PENAFSIRAN
1. Judul atau sub judul dari Peraturan Lembaga Kliring dibuat hanya untuk
tujuan memudahkan dalam penyajian, dan tidak akan mempengaruhi
penafsiran isi dan makna yang terkandung dalam Peraturan Lembaga
Kliring ini;
2. Dalam menafsirkan isi ketentuan Peraturan Lembaga Kliring ini, keputusan
yang dikeluarkan oleh Lembaga Kliring adalah bersifat final dan mengikat;
3. Dalam Peraturan Lembaga Kliring ini yang dimaksud Anggota Kliring
adalah termasuk seluruh pejabat, karyawan, perwakilan atau cabang dan
Anggota Kliring;
4. Dalam Peraturan Lembaga Kliring ini, jika ada 2 (dua) interpretasi yang
berbeda, maka interpretasi yang digunakan adalah interpretasi yang lebih
jelas.
17
Peraturan dan Tata Tertib
18
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 2
KETENTUAN UMUM
19
Peraturan dan Tata Tertib
206 BAHASA
209 IMUNITAS
210 PEMBEBASAN
211 KERAHASIAAN
20
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini berisi 15 pasal yaitu pemberlakuan peraturan lembaga kliring, kewenangan
tambahan dan kewenangan untuk mengubah dan mengesampingkan peraturan
lembaga kliring serta menerbitkan surat keputusan, surat pemberitahuan, surat
edaran, dan petunjuk pelaksanaan, yurisdiksi dan hukum yang berlaku, dokumen
sebagai alat bukti, bahasa, tugas dan tanggung jawab lembaga kliring serta batasan
tanggung jawab, imunitas dan pembebasan, kerahasiaan, keterpisahan (severability),
keadaan kahar (force majeure) dan esensi waktu.
Bahwasanya bab 2 pada PTT ICH setelah perubahan berisi mengenai Keanggotaan
Kliring dan Persyaratan Keuangan. Bab 2 PTT ICH setelah perubahan terdiri atas
10 pasal yaitu: Persyaratan Keanggotaan, Pengajuan Permohonan Keanggotaan,
Persetujuan/Penolakan, Kewajiban Pelaporan, Dana Jaminan Kliring (Security
Deposit), Persyaratan Keuangan Minimum, Modal Bersih Disesuaikan (MBD),
Pengalihan Keanggotaan Kliring, Pengunduran Diri Sebagai Anggota Kliring, dan
Pengembalian Dana Jaminan Kliring. Penjelasan lebih lanjut mengenai ketentuan-
ketentuan pada Bab 2 PTT ICH setelah perubahan akan dijelaskan pada Sinopsis Bab
4 mengenai Ketentuan Keanggotaan Lembaga Kliring.
21
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 2
KETENTUAN UMUM
1. Peraturan ini adalah Peraturan dan Tata Tertib yang dibuat dan diberlakukan
oleh Lembaga Kliring setelah mendapatkan persetujuan Bappebti.
2. Peraturan Lembaga Kliring berlaku untuk seluruh Anggota Kliring, dan
dilaksanakan sebagai ketentuan kontraktual yang mengikat antara:
a. Anggota Kliring dengan Lembaga Kliring; dan
b. Anggota Kliring dengan sesama Anggota Kliring.
3. Kecuali ditetapkan lain dalam Peraturan Lembaga Kliring, pihak ketiga tidak
memiliki hak maupun kewajiban berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan di bidang Perdagangan Berjangka atau peraturan lain manapun,
untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Lembaga Kliring ini.
Kewenangan Dewan Direksi dalam Peraturan Lembaga Kliring adalah tambahan dari
kewenangan Dewan Direksi yang tercantum dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar
Lembaga Kliring.
202.
KEWENANGAN UNTUK MENGUBAH DAN MENGESAMPINGKAN
PERATURAN LEMBAGA KLIRING
206. BAHASA
1. Semua Peraturan, Surat Keputusan, Surat Pemberitahuan/Surat Edaran,
Peraturan Pelaksanaan, laporan dan dokumen-dokumen lain yang
diterbitkan oleh Lembaga Kliring berkaitan dengan pengoperasian dan
penyelenggaran fungsi Lembaga Kliring, akan dibuat dalam Bahasa
Indonesia dan/atau Bahasa Inggris.
2. Apabila ada perselisihan yang terjadi karena adanya perbedaan pengertian
dan penafsiran antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, maka yang
diberlakukan adalah penafsiran dalam Bahasa Indonesia.
24
Peraturan dan Tata Tertib
209. IMUNITAS
Lembaga Kliring, dan seluruh pejabat, karyawan, dan anggota Komitenya yang
dibentuk Lembaga Kliring, berdasarkan Peraturan Lembaga Kliring ini, baik yang
masih ataupun sudah tidak menjabat, dibebaskan dari tanggung jawab terhadap
segala sesuatu yang sudah dilaksanakan maupun yang tidak dilaksanakan, yang
dilakukan dengan maksud itikad baik.
210. PEMBEBASAN
211. KERAHASIAAN
26
Peraturan dan Tata Tertib
Apabila terdapat ketentuan dalam Peraturan Lembaga Kliring ini yang tidak sesuai
atau tidak dapat diberlakukan dikarenakan perubahan peraturan perundang-
undangan, keputusan pengadilan, atau otoritas regulator, maka ketentuan tersebut
tidak berlaku lagi tanpa mempengaruhi keabsahan dari ketentuan lainnya di
Peraturan Lemoaga Kliring ini.
28
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 3
KEPENGURUSAN DAN
KOMITE LEMBAGA
KLIRING
29
Peraturan dan Tata Tertib
30
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini mengatur mengenai struktur organisasi, RUPS, dewan direksi dan komisaris,
wewenang dan tanggung jawab Komite Kliring, anggota Komite Kliring, larangan
penyelenggara kliring, penyalahgunaan dan pemberian informasi.
Bab ini terdiri atas 9 pasal yaitu: struktur organisasi, Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), pemilihan dan penunjukkan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris, susunan,
tugas dan wewenang Dewan Direksi serta Dewan Komisaris, satuan pemeriksa,
Komite Kliring, Anggota Komite Kliring, serta larangan bagi pegawai Lembaga
Kliring.
Bahwasanya ada beberapa perubahan antara PTT ICH sebelum perubahan, PTT ISI
Baru dan PTT ICH setelah perubahan, sebagai berikut:
1. Perubahan struktur organisasi yang menambahkan fungsi satuan
pemeriksa pada PTT ICH sebelum perubahan, di mana sebelumnya tidak
ada pada PTT ISI Bappebti. Sementara itu fungsi Corporate Secretary di PTT
ICH setelah perubahan dihilangkan.
2. Perubahan nomenklatur serta pengelompokkan fungsi-fungsi dalam
organisasi antara PTT ICH Baru dan PTT ISI Bapebti.
3. Pasal mengenai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) serta Pemilihan
dan Penunjukan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris telah ditambahkan
pada PTT ICH sebelum perubahan.
4. Pasal 303 pada PTT ICH sebelum perubahan memiliki esensi sama dengan
pasal 301 di PTT ICH setelah perubahan yaitu mengenai Dewan Direksi
Lembaga Kliring dengan beberapa perubahan yaitu:
a. Huruf g pada PTT ICH sebelum perubahan, mengenai pengambilan
langkah-langkah untuk menjamin terlaksananya mekanisme kliring
dan penjaminan penyelesaian transaksi kontrak berjangka, telah
ditambahkan.
b. Huruf (h) pada PTT ICH setelah perubahan, mengenai audit dan
investigasi, telah ditiadakan.
5. Pasal 306 pada PTT ICH sebelum perubahan mengenai Komite Kliring
yang memiliki esensi sama dengan pasal 303 di PTT ICH setelah perubahan
dengan beberapa perubahan prioritas ketentuan wewenang Komite
Kliring.
6. Pasal 307 pada PTT ICH sebelum perubahan mengenai Anggota Komite
Kliring yang memiliki esensi sama dengan pasal 304 pada PTT ICH setelah
perubahan mengalami beberapa perubahan signifikan yaitu:
a. Pada PTT ICH setelah perubahan, anggota Komite Kliring diangkat dan
diberhentikan oleh Lembaga Kliring. PTT ISI Baru memberikan
31
Peraturan dan Tata Tertib
32
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 3
KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING
Dewan Komisaris
Satuan Pemeriksa
Pemilihan dan penunjukan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris harus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.
34
Peraturan dan Tata Tertib
36
Peraturan dan Tata Tertib
37
Peraturan dan Tata Tertib
38
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 4
KETENTUAN
KEANGGOTAAN
LEMBAGA KLIRING
39
Peraturan dan Tata Tertib
40
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini mengatur mengenai persyaratan untuk menjadi anggota kliring dan
mempertahankan keanggotaannya, termasuk di dalamnya syarat dan pengajuan
permohonan keanggotaan, persetujuan dan penolakan, hak dan kewajiban
anggota, serta penghentian keanggotaan dan konsekuensinya.
Bab ini terdiri atas 24 pasal yaitu: ketentuan umum, kategori keanggotaan dan
persyaratannya, modal minimal dan persyaratan keuangan, Dana Jaminan Kliring,
proses penerimaan keanggotaan, kepatuhan, biaya dan setoran lain, hak dan
kewajiban anggota, persetujuan dan kewenangan Lembaga Kliring, laporan
keuangan, laporan tahunan dan audit, larangan Anggota Kliring, kliring dan
penyelesaian atas Anggota Kliring, dana nasabah, pengalihan dan pembekuan
keanggotaan, pencabutan keanggotaan, konsekuensi pengunduran diri, pem-
bekuan dan pencabutan keanggotaan.
41
Peraturan dan Tata Tertib
Persetujuan terakhir adalah atas Bab 4 PTT ICH setelah perubahan dengan surat
bernomor 63/Bappebti/SD/05/2012 tertanggal 11 Mei 2012 perihal Persetujuan PTT
Bab 4 PT. Identrust Security International (ISI). Surat ini dilampirkan dengan bab 4
peraturan dan tata tertib.
42
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 4
KETENTUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING
A. Persyaratan Umum
1. Calon anggota dapat menjadi Anggota Kliring, apabila yang bersangkutan:
a. Anggota Bursa Berjangka;
b. memiliki izin usaha, sertifikat pendaftaran, dan/atau persetujuan yang
dikeluarkan oleh Bappebti untuk menyelenggarakan kegiatan
usahanya di bidang Perdagangan Berjangka;
c. Memiliki reputasi bisnis yang balk, antara lain:
i. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana bidang
ekonomi dan keuangan;
ii. Tidak pernah masuk dalam daftar hitam perbankan; dan
iii. Tidak pernah dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima) tahun
terakhir.
d. Memiliki sistem manajemen risiko, kepatuhan, dan pengawasan
internal yang memadai untuk menyelenggarakan kegiatan
operasional;
e. Memiliki kebijakan tersendiri yang berkaitan dengan upaya
mengurangi pemusatan resiko dari fungsi usaha yang kritis, serta
pengawasan kepatuhan dalam rangka pemenuhan kewajibannya
selaku Anggota Kliring;
f. Persyaratan Modal Dasar yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring;
g. Memenuhi persyaratan Modal Disetor yang ditetapkan oleh Lembaga
Kliring dengan nilai minimum sesuai ketentuan Bappebti;
h. Memenuhi persyaratan keuangan lainnya yang ditetapkan oleh
Lembaga Kliring dari waktu ke waktu;
i. Pengurusnya tidak sedang dalam proses pengadilan berkaitan dengan
gugatan insolvency dan kepailitan, ataupun menjadi Pihak yang terkait
dengan masalah insolvency dan kepailitan;
j. Pengurusnya tidak sedang dalam proses pengadilan terkait dengan
kejahatan keuangan ataupun tindakan pidana umum;
k. Keanggotaannya tidak sedang dibekukan (suspended) atau dicabut
oleh Bursa Berjangka, Lembaga Kliring, Self-Regulatory Organization
(SRO) atau oleh asosiasi usaha atau organisasi profesi lainnya karena
telah melanggar peraturan dari lembaga-lembaga tersebut;
l. Menyetujui untuk mengikatkan diri terhadap Peraturan Lembaga
Kliring, dan memastikan bahwa seluruh pengurus, Wakil Pialang
Berjangka, karyawan, atau Nasabahnya telah dan akan mematuhi
Peraturan Lembaga Kliring;
m. Memastikan bahwa seluruh dokumen perusahaan telah sesuai dan
44
Peraturan dan Tata Tertib
46
Peraturan dan Tata Tertib
i. Biaya pendaftaran;
ii. Biaya keanggotaan;
iii. Iuran bulanan;
iv. Dana Jaminan Kliring (Security Deposit); dan
v. Kewajiban keuangan lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring.
c. Pedagang Berjangka Remote merupakan badan usaha, melengkapi
persyaratan administratif yang meliputi:
i. Anggaran dasar/akta pendirian Perseroan Terbatas yang telah disahkan
oleh instansi yang berwenang;
ii. Rencana kegiatan usaha (business plan) selama 3 (tiga) tahun;
iii. Laporan keuangan terakhir yang diaudit oleh akuntan publik;
iv. Fotokopi identitas pengurus;
v. Struktur organisasi;
vi. Riwayat hidup pengurus;
vii. Keterangan pemegang saham, dewan komisaris dan direksi;
viii. Fotokopi Surat Pengangkatan Keanggotaan Bursa; dan
ix. Surat keterangan dari Lembaga Kliring yang menyatakan bahwa
Lembaga Kliring akan memungut pajak yang timbul dari setiap
transaksi Kontrak Berjangka yang akan dilaksanakan oleh calon
Pedagang Berjangka yang bersangkutan.
d. Pedagang Berjangka Remote merupakan perseorangan, melengkapi
persyaratan administratif yang meliputi:
i. Daftar riwayat hidup;
ii. Fotokopi identitas diri;
iii. Fotokopi Surat Pengangkatan Keanggotaan Bursa; dan
iv. Surat keterangan dari Lembaga Kliring yang menyatakan bahwa
Lembaga Kliring akan memungut pajak yang timbul dari setiap
transaksi Kontrak Berjangka yang akan dilaksanakan oleh calon
Pedagang Berjangka yang bersangkutan.
4. Peserta Sistem Perdagangan Alternatif
Peraturan mengenai persyaratan keanggotaan Lembaga Kliring bagi
Peserta Sistem Perdagangan Alternatif akan diatur dalam Bab tentang
Sistem Perdagangan Alternatif.
5. Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif
Peraturan mengenai persyaratan keanggotaan Lembaga Kliring bagi
Peserta Sistem Perdagangan Alternatif akan diatur dalam Bab tentang
Sistem Perdagangan Alternatif.
406. KEPATUHAN
50
Peraturan dan Tata Tertib
52
Peraturan dan Tata Tertib
dan
xv. Menanggapi pemberitahuan dimaksud, Lembaga Kliring dapat,
berdasarkan kebijakannya sendiri, meminta Anggota Kliring
untuk menyampaikan dokumen-dokumen atau informasi-
informasi tambahan, serta melakukan tindakan-tindakan
tertentu yang dianggap perlu.
2. Semua Kontrak Berjangka dan prosedur kliring serta penyelesaian atas
Kontrak Berjangka dimaksud harus berdasarkan Peraturan Lembaga
Kliring, Surat Keputusan, Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka, dan peraturan hukum lain yang berlaku.
53
Peraturan dan Tata Tertib
54
Peraturan dan Tata Tertib
413. AUDIT
A. Laporan Audit
1. Dalam jangka waktu 5 (lima) bulan terhitung sejak berakhirnya tahun buku,
Anggota Kliring wajib menyerahkan kepada Lembaga Kliring laporan
keuangan yang di telah audit sampai dengan hari terakhir tahun buku
yang dimaksud, berikut laporan audit yang dibuat sesuai dengan Pasal 413
A angka 2 huruf b. Namun demikian Anggota Kliring dapat meminta
perpanjangan waktu penyerahan laporan, dan Lembaga Kliring dapat
(tanpa kewajiban) menyetujui perpanjangan waktu dimaksud dengan
memberikan persyaratan yang dianggap sesuai.
2. Laporan Auditor akan memuat pernyataan dan opini:
a. Anggota Kliring telah memenuhi kewajiban minimum modal dan
persyaratan keuangan yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Lembaga Kliring, dan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka;
b. Buku dan catatan mengenai rekening yang dibuat telah sesuai
dengan yang lazim dipraktekkan di industri (Perdagangan Berjangka)
dan dipelihara serta disimpan sesuai dengan tatacara yang diatur
dalam Peraturan Lembaga Kliring dan Peraturan Perundang-undangan
di bidang Perdagangan Berjangka;
c. Auditor telah memperoleh semua informasi yang diperlukan berikut
penjelasannya sehingga kegiatan auditing dapat dilakukan secara
layak, dan memungkinkan Auditor menerbitkan sertifikat; dan
d. Posisi keuangan dari Anggota Kliring sedemikian rupa se-
hingga memungkinkan Anggota Kliring menjalankan kegiatan
usahanya dengan basis keuangan yang kuat (stabil), dengan
mempertimbangkan jenis dan volume transaksi yang terjadi pada
tahun sebelumnya yang ditunjukkan di rekening dan laporan
keuangan.
55
Peraturan dan Tata Tertib
D. Biaya Audit
Lembaga Kliring berhak untuk meminta Anggota Kliring untuk membayar
atau mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh Lembaga Kliring atas semua
biaya inspeksi, investigasi atas hasil temuan audit.
56
Peraturan dan Tata Tertib
57
Peraturan dan Tata Tertib
58
Peraturan dan Tata Tertib
59
Peraturan dan Tata Tertib
60
Peraturan dan Tata Tertib
61
Peraturan dan Tata Tertib
64
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 5
KLIRING DAN
PENYELESAIAN
65
Peraturan dan Tata Tertib
500 UMUM
501 NOVASI
505 MARGIN
66
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini mengatur mengenai hal-hal yang menjadi tanggung jawab Lembaga Kliring
terkait dengan penyelesaian. Di dalam bab ini juga diatur ketentuan bahwa lembaga
kliring dari waktu ke waktu dapat menolak penjaminan dan penyelesaian transaksi
yang tidak memenuhi persyaratan tanpa kewajiban memberikan alasan apapun.
Bab ini terdiri atas 16 pasal yaitu: umum, Novasi, batasan tanggung jawab,
pengalihan kontrak berjangka, posisi terbuka, margin, batas transaksi, batas margin
variasi, harga penyelesaian harian, penyelesaian harian, harga penyelesaian akhir,
laporan miring dan penyelesaian, penutupan, bank penyimpan, rekening dan aturan
pemisahan, serta titip Kliring.
Bahwasanya isi dari bab 5 ini tidak ditemukan secara terpisah/unik pada PTT ICH
setelah perubahan, melainkan melebur atau tersirat pada ketentuan-ketentuan
lainnya. Bab 5 pada PTT ICH setelah perubahan mengatur mengenai Tanggung Jawab
Anggota Kliring yang terdiri atas 6 pasal yaitu: kewajiban persyaratan keuangan,
pemberitahuan atas kegagalan memenuhi persyaratan keuangan, kewajiban
anggota kliring atas kegagalan memenuhi persyaratan keuangan, pemberitahuan
lain, laporan keuangan serta audit dan pemeriksaan.
67
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 5
KLIRING DAN PENYELESAIAN
500. UMUM
501. NOVASI
5. Setiap Posisi Terbuka baik Posisi Atas Nama Anggota Kliring (Proprietary
Position) maupun Posisi Nasabah dari Anggota Kliring yang disetujui
oleh Lembaga Kliring untuk dilaksanakan proses kliring dan penyelesaian
pada prinsipnya harus antara Lembaga Kliring dan Anggota Kliring.
6. Tidak ada Pihak lain atau pihak ketiga yang memiliki hak atas Posisi Terbuka
antara Anggota Kliring dengan Lembaga Kliring.
7. Tidak ada ketentuan dalam Peraturan Lembaga Kliring ini yang akan
dianggap, diperlakukan atau ditafsirkan sebagai ketentuan yang dapat
menimbulkan multitafsir antara Lembaga Kliring dengan Anggota Kliring.
8. Segala ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Lembaga Kliring ini
hanya berlaku bagi Lembaga Kliring dengan Anggota Kliring.
Semua Kontrak Berjangka akan tetap terbuka dan akan terus berlaku dan
mengikat Anggota Kliring sampal dilikuidasi dengan cara meng-offset Kontrak
Berjangka sesuai dengan Peraturan Lembaga Kliring ini, atau melalui
penyerahan fisik, penyelesaian secara tunai atau mekanisme penyelesaian lain
yang telah ditentukan dalam Spesifikasi Kontrak Berjangka.
505. MARGIN
A. Umum
1. Berkaitan dengan Kontrak Berjangka yang akan dikliringkan dan
diselesaikan oleh Lembaga Kliring sesuai dengan Pasal 500, Anggota
Kliring wajib memenuhi persyaratan Margin seperti yang ditentukan oleh
Lembaga Kliring maupun Bursa Berjangka dari waktu ke waktu.
2. Margin yang ditempatkan di Lembaga Kliring berbentuk aset dan harus
bebas dari pembebanan jaminan dalam bentuk apapun. Aset-aset tersebut
adalah:
a. Uang tunai;
b. Deposito berjangka (time deposit);
c. Bank garansi; dan/atau
d. Aset-aset atau kekayaan lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring
dari waktu ke waktu.
3. Lembaga Kliring akan menerima setiap aset yang akan ditempatkan
sebagai Margin, dan Lembaga Kliring berhak, berdasarkan kebijakan
sendiri, untuk menilai aset yang dapat diterima sebagai Margin dan dapat
memutuskan dari waktu ke waktu untuk menghentikan berlakunya aset
yang telah diterima sebagai Margin dan penilaian tambahan terhadap aset
tersebut.
4. Jika setiap aset yang ditempatkan oleh Anggota Kliring dengan alasan
apapun tidak dapat diterima oleh Lembaga Kliring, maka aset tersebut
dianggap tidak memiliki nilai untuk ditempatkan sebagai Margin
berdasarkan Peraturan Lembaga Kliring, dengan demikian diperlukan aset
lain dari Anggota Kliring sebagai pengganti yang nilai asetnya dapat
diterima oleh Lembaga Kliring.
70
Peraturan dan Tata Tertib
72
Peraturan dan Tata Tertib
74
Peraturan dan Tata Tertib
75
Peraturan dan Tata Tertib
76
Peraturan dan Tata Tertib
77
Peraturan dan Tata Tertib
78
Peraturan dan Tata Tertib
1. Dalam situasi apapun setiap dana, atau surat berharga, atau jaminan,
atau aset yang berkaitan dengan setiap Nasabah, tidak boleh digunakan
untuk kepentingan yang berhubungan dengan Posisi Atas Nama Anggota
Kliring (Proprietary Position).
2. Lembaga Kliring hanya berhubungan dengan Anggota Kliring. Dengan
demikian, Lembaga Kliring tidak berhubungan langsung dengan Nasabah
dari Anggota Kliring dan tidak bertanggungjawab atas setiap kewajiban
keuangan Nasabah dari Anggota Kliring.
3. Anggota Kliring wajib menyampaikan segala informasi berikut
perubahannya kepada Lembaga Kliring berkaitan dengan Rekening
Terpisah (Segregated Account) Anggota Kliring dalam rangka Lembaga
Kliring melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam
Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka
sehingga memungkinkan Lembaga Kliring untuk melaporkannya kepada
Bappebti.
BAB 6
PENYELESAIAN
TRANSAKSI
81
Peraturan dan Tata Tertib
608
KEGAGALAN ANGGOTA KLIRING UNTUK MELAKUKAN ATAU MENERIMA
PENYERAHAN
609
KONFLIK ANTARA SPESIFIKASI KONTRAK DAN PERATURAN LEMBAGA
KLIRING
82
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini terdiri atas 10 pasal, yaitu penyelesaian transaksi, kontrak secara tunai, kontrak
dengan penyerahan fisik, pembayaran atas penyerahan fisik, proses penyerahan,
alternative delivery procedure, kewajiban lembaga kliring, kewajiban penyerahan
oleh anggota kliring, kegagalan anggota kliring untuk melakukan atau menerima
penyerahan, dan konflik antara spesifikasi kontrak dan peraturan lembaga kliring.
83
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 6
PENYELESAIAN TRANSAKSI
84
Peraturan dan Tata Tertib
86
Peraturan dan Tata Tertib
87
Peraturan dan Tata Tertib
88
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 7
SISTEM KLIRING
ELEKTRONIK
89
Peraturan dan Tata Tertib
700 UMUM
90
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini mengatur mengenai pelaksanaan Kliring yang hanya boleh dijalankan
atas transaksi perdagangan yang dilaksanakan melalui sistem Automated Clearing
Platform (ATP) yaitu fasilitas perdagangan yang dimiliki bursa.
Bab ini terdiri atas 7 pasal yaitu: umum, perdagangan hanya boleh dilakukan melalui
fasilitas bursa, pendaftaran transaksi ke Lembaga Kliring, Sistem Informasi Kliring,
pemberitahuan tentang adanya resiko dan batasan tanggung jawab, ketidak-
tersediaan sementara Sistem Kliring Elektronik (temporary unavailability) dan
kegagalan pelaksanaan transaksi, dan Sistem Pengawasan Penyelenggaraan Kliring.
Tidak ada perbedaan pada bab ini antara PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH
setelah perubahan.
91
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 7
SISTEM KLIRING ELEKTRONIK
700. UMUM
92
Peraturan dan Tata Tertib
(1) Semua transaksi yang telah terjadi (sepadan/matched) dan yang telah
mendapatkan konfirmasi dari Bursa Berjangka akan diteruskan secara
elektronis melalui jaringan interface ATP ke Sistem Kliring Elektronik yang
dikelola oleh Lembaga Kliring untuk dilakukan pendaftaran dan proses
kliring dan penyelesaian transaksi.
(2) Lembaga Kliring berhak menolak untuk mengkliringkan dan menjamin
penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka yang diterima dari Bursa
Berjangka melalui ATP, jika
(a) Pihak yang melakukan input data adalah pihak yang tidak berhak
ataupun tidak terdaftar sebagai Anggota Kliring yang berhak untuk
menggunakan sarana dan sistem yang disediakan oleh Lembaga
Kliring;
(b) Margin Anggota Kliring yang bersangkutan tidak mencukupi batas
minimum Margin yang ditetapkan;
(c) Adanya permintaan dari Pialang yang dikonfirmasikan oleh Nasabah
tentang adanya kesalahan input data transaksi yang akan dikliringkan;
(d) Adanya kegagalan sistem dan jaringan komunikasi milik Pialang
yang berakibat dibatalkannya transaksi jual/beli yang instruksinya
sudah terlanjur dimasukkan ke Lembaga Kliring.
(g) Dana tunai yang ditempatkan Anggota Kliring pada Lembaga Kliring;
(h) Surat Berharga yang ditempatkan oleh Anggota Kliring pada Lembaga
Kliring;
(i) Jumlah dana tunai yang dikredit dan didebet ke Rekening Terpisah dan
Rekening Bukan Terpisah Anggota Kliring;
(j) Laporan dan pemberitahuan lain yang dianggap perlu.
705.
KETIDAK-TERSEDIAAN SEMENTARA SISTEM KLIRING ELEKTRONIK
(TEMPORARY UNAVAILABITIY) DAN KEGAGALAN PELAKSANAAN
TRANSAKSI
94
Peraturan dan Tata Tertib
95
Peraturan dan Tata Tertib
96
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 8
PENYERAHAN
FISIK
97
Peraturan dan Tata Tertib
800 UMUM
803 PEMBAYARAN
98
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini mengatur mengenai prosedur penyerahan fisik serta pembayarannya, serta
apabila terjadi gagal serah maupun gagal bayar dari salah satu pihak.
Bab ini terdiri atas 8 pasal yaitu: Umum, Pemberitahuan Penyerahan, Pemberitahuan
Alokasi Penyerahan Kepada Pembeli, Pembayaran, Prosedur Penyerahan, Gagal
Serah Oleh Pihak Penjual, Gagal Bayar Oleh Pihak Pembeli, dan Pembebasan Dari
Tanggung Jawab (Disclaimer).
Tidak ada perbedaan pada bab ini antara PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH
setelah perubahan.
99
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 8
PENYERAHAN FISIK
800. UMUM
(a) Penyerahan dan penerimaan fisik dalam suatu Posisi Terbuka harus
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan dan prosedur yang ditetapkan oleh
Lembaga Kliring.
(b) Untuk setiap Anggota Kliring Penjual, yang akan melakukan penyerahan
atas Posisi Terbuka yang dimilikinya, Lembaga Kliring akan memilih secara
acak Anggota Kliring Pembelinya.
(c) Untuk setiap Posisi Terbuka yang telah masuk ke dalam proses penyerahan
dan telah dialokasikan Pemberitahuan Penyerahannya, tetap akan
dilakukan perhitungan Margin Variasi (Variation Margin) untuk Hari
Perdagangan berikutnya.
(d) Pembayaran perhitungan Margin Variasi (Variation Margin) yang timbul
pada hari berikutnya setelah hari penyampaian Pemberitahuan
Penyerahan akan dikembalikan oleh Lembaga Kliring kepada penjual dan
pembeli pada Hari Perdagangan berikutnya.
(e) Dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kalender sebelum Kontrak
Berjangka jatuh tempo, Lembaga Kliring akan:
(i) Memastikan kelengkapan dan keabsahan dokumen penyerahan yang
akan diserahkan oleh Anggota Kliring Penjual;
(ii) Memastikan kesiapan keuangan dari Anggota Kliring Pembeli; dan
(iii) Memastikan ketersediaan barang di gudang penyimpanan sesuai
dengan dokumen-dokumen yang akan diserahkan oleh Anggota
Kliring Penjual.
100
Peraturan dan Tata Tertib
803. PEMBAYARAN
(a) Anggota Kliring harus mematuhi semua ketentuan dari Peraturan Kliring
dan persyaratan dari suatu Kontrak Berjangka yang berkaitan dengan batas
waktu penyerahan dan penerimaan fisik dari Lembaga Kliring.
(b) Kewajiban Lembaga -Kliring dalam menjalankan fungsi Novasi atas suatu
Kontrak dianggap selesai apabila Lembaga Kliring telah melakukan
Pemberitahuan Alokasi Penyerahan fisik kepada Anggota Kliring yang
menguasai posisi bell.
(c) Kewajiban Anggota Kliring Penjual atas suatu kontrak dianggap selesai
apabila Anggota Kliring Penjual tersebut telah melakukan penyerahan
kepada Lembaga Kliring dan telah menerima pembayaran dari Lembaga
Kliring.
(d) Kewajiban Anggota Kliring Pembeli atas suatu kontrak dinyatakan selesai
apabila Anggota Kliring Pembeli tersebut telah melakukan pembayaran
kepada Lembaga Kliring dan telah menerima penyerahan dari Lembaga
Kliring.
(c) Anggota Kliring yang melakukan Cidera Janji wajib bertanggung jawab
kepada Lembaga Kliring atas setiap kerugian yang diderita oleh Anggota
Kliring lain atas setiap transaksi yang Cidera Janji. Direksi berdasarkan
rekomendasi Komite Kliring akan menentukan dan menilai kerugian yang
diderita Anggota Kliring tersebut.
(d) Untuk melindungi kepentingan Anggota Kliring pembeli, Lembaga Kliring
menetapkan penyelesaian keuangan dengan cara Cash Settlement yang
wajib diterima semua Pihak. Segala biaya dan kerugian yang timbul
sebagai akibat dari Cidera Janji ditetapkan oleh Lembaga Kliring dan
dibebankan kepada Anggota Kliring yang melakukan Cidera Janji.
102
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 9
KEJADIAN
KEGAGALAN
103
Peraturan dan Tata Tertib
901
PERMINTAAN PENAMBAHAN JUMLAH DANA JAMINAN KLIRING (SECURITY
DEPOSIT)
104
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini mengatur mengenai kejadian kegagalan dan prosedur yang harus
diperhatikan oleh Anggota Kliring dalam hal kejadian kegagalan.
Bab ini terdiri dari 6 pasal yaitu kejadian kegagalan, pernyataan kegagalan,
kewenangan lembaga kliring, penyelesaian kewajiban lembaga kliring terhadap
tindakan kejadian kegagalan, permintaan penambahan jumlah dana jaminan
kliring (security deposit), dan pemulihan kembali status dari anggota kliring yang
melakukan kejadian kegagalan.
105
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 9
KEJADIAN KEGAGALAN
106
Peraturan dan Tata Tertib
905.
PEMULIHAN KEMBALI STATUS DARI ANGGOTA KLIRING YANG
MELAKUKAN KEJADIAN KEGAGALAN
108
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 10
PROSEDUR PENYELESAIAN
CIDERA JANJI
109
Peraturan dan Tata Tertib
110
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini mengatur hal-hal yang dianggap cidera janji, serta tindakan terhadap cidera
janji tersebut, dan pemberitahuan kepada Bappebti dan Bursa atas tindakan-
tindakan tersebut.
Bab ini terdiri atas 4 pasal yaitu: kualifikasi cidera janji, tindakan terhadap
pelanggaran, tindakan likuidasi atas posisi terbuka, dan pemberitahuan kepada
Bappebti dan bursa.
Tidak ada perbedaan pada bab ini antara PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH
setelah perubahan.
111
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 10
PROSEDUR PENYELESAIAN CIDERA JANJI
(1) Sesuai dengan ketentuan 902 huruf (a) Lembaga Kliring dengan
kewenangannya dapat mengambil satu atau lebih tindakan berikut:
(a) Sehubungan dengan Kontrak Terbuka yang dicatat dalam
Rekening Terpisah Anggota Kliring yang melakukan Cidera Janji:
(i) Menunjuk satu atau lebih Anggota Kliring kepada siapa
Kontrak Terbuka tersebut dapat dialihkan (Substitusi) dengan
ketentuan bahwa semua uang yang dipegang sehubungan
dengan rekening Anggota Kliring tersebut harus dialihkan
kepada Anggota Kliring yang menerima dan/atau;
(ii) Menunjuk satu atau lebih Anggota Kliring untuk melikuidasi
Kontrak Terbuka tersebut;
(b) Mengambil posisi Off Set di bursa lain, yang berdasarkan
112
Peraturan dan Tata Tertib
113
Peraturan dan Tata Tertib
114
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 11
KETENTUAN KHUSUS
115
Peraturan dan Tata Tertib
116
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini mengatur mengenai pemberitahuan kepada Bappebti dan Bursa atas
tindakan khusus, penyelesaian darurat dan batas posisi transaksi baru.
Bab ini terdiri atas 4 pasal yaitu: tindakan khusus, penyelesaian darurat, batas posisi
transaksi baru, dan pemberitahuan kepada Bappebti dan bursa.
Tidak ada perbedaan pada bab ini antara PTT ICH sebelum perubahan dan PTT ICH
setelah perubahan.
117
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 11
KETENTUAN KHUSUS
119
Peraturan dan Tata Tertib
120
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 12
PENYALURAN AMANAT
LUAR NEGERI
121
Peraturan dan Tata Tertib
122
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini mengatur mengenai Penyaluran Amanat Luar Negeri serta peran Lembaga
Kliring di dalamnya.
Bab ini terdiri atas 9 pasal yaitu tugas lembaga kliring dalam PALN, tata cara
pelaksanaan PALN, margin PALN, biaya transaksi PALN, penggunaan sistem PALN,
nasabah dalam PALN, pelaporan transaksi PALN, penyerahan transaksi PALN, dan
batasan tanggung jawab lembaga kliring.
123
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 12
PENYALURAN AMANAT LUAR NEGERI
125
Peraturan dan Tata Tertib
a. Menolak setiap amanat baik posisi jual maupun posisi beli, kecuali
untuk menutup posisi;
b. Melikuidasi seluruh atau sebagian dari Posisi Terbuka Kontrak
Berjangka yang ada pada rekening Pialang Berjangka Anggota
Lembaga Kliring.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai Margin dalam pelaksanaan transaksi
PALN akan diatur lebih lanjut dalam peraturan tambahan tentang
pedoman pelaksanaan transaksi PALN yang ditetapkan bersama-sama
antara Bursa dan Lembaga Kliring.
126
Peraturan dan Tata Tertib
127
Peraturan dan Tata Tertib
128
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 14
SISTEM PERDAGANGAN
ALTERNATIF
129
Peraturan dan Tata Tertib
A. Penyelenggara SPA
B. Peserta SPA
1403 MARGIN
1409 PELAPORAN
130
Peraturan dan Tata Tertib
SINOPSIS
Bab ini mengatur mengenai Sistem Perdagangan Alternatif (SPA), yaitu sistem
perdagangan kontrak derivatif yang dilakukan di luar Bursa Berjangka, secara
bilateral dengan penarikan Margin. Pengaturan bab ini meliputi penyelenggara dan
peserta SPA, pendaftaran transaksi, penyelesaian transaksi serta pengawasannya.
Bab ini terdiri atas 10 pasal yaitu: ketentuan umum, persyaratan khusus keanggotaan,
pendaftaran transaksi SPA, margin, penyelesaian transaksi, penghentian ke-
giatan penyelenggara SPA dan peserta SPA, pengawasan dan audit, kewajiban
pemberitahuan perubahan penyelenggara SPA dan peserta SPA, kewajiban dan
larangan bagi penyelenggara SPA dan peserta SPA, serta pelaporan.
Bab ini maupun isi dari bab ini tidak ditemukan pada PTT ICH setelah perubahan.
131
Peraturan dan Tata Tertib
BAB 14
SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF
132
Peraturan dan Tata Tertib
A. Penyelenggara SPA
1. Pedagang Berjangka berbentuk Perseroan Terbatas yang telah
menjadi Anggota Bursa Berjangka dan Anggota Kliring serta telah
memperoleh persetujuan dari Bappebti sebagai Penyelenggara
SPA.
2. Persyaratan lain sebagai Penyelenggara SPA adalah sebagai berikut:
a. Memiliki modal disetor paling sedikit Rp. 50.000.000.000,-
(lima puluh miliar rupiah) yang dinyatakan dalam Akta Notaris
dan telah mendapat pengesahan oleh Kementerian yang
berwenang di bidang Hukum;
b. Mempertahankan saldo modal bersih paling sedikit sebesar
Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar rupiah) yang
dinyatakan dalam laporan keuangan terakhir; dan
c. Memiliki dan menyampaikan ke asama paling sedikit dengan
1 (satu) Peserta SPA.
B. Peserta SPA
1. Pialang Berjangka yang telah menjadi Anggota Bursa Berjangka dan
Anggota Kliring serta telah memperoleh persetujuan dari Bappebti
sebagai Peserta SPA.
2. Persyaratan lain sebagai Peserta SPA adalah sebagai berikut:
a. Memiliki modal disetor paling sedikit Rp. 25.000.000.000,- (dua
puluh lima miliar rupiah) yang dinyatakan dalam Akta Notaris
dan telah mendapat pengesahan oleh Kementerian yang
berwenang di bidang Hukum;
b. Mempertahankan Ekuitas paling sedikit sebesar Rp.
20.000.000.000,- (dua puluh miliar rupiah) yang dinyatakan
dalam laporan keuangan terakhir; dan
c. Memiliki dan menyampaikan kerjasama dengan Penye-
lenggara SPA.
laporan transaksi dalam bentuk berkas digital melalui surat elektronik atau
cara lain yang ditetapkan oleh Lembaga Kliring paling lambat 30 (tiga
puluh) menit setelah CSS berfungsi normal kembali atau setelah
penutupan Jam Perdagangan Bursa Berjangka pada hari yang
bersangkutan.
5. Setiap transaksi yang belum dilaporkan atau sudah ditolak pelaporannya
oleh Bursa Berjangka tidak dapat didaftarkan ke Lembaga Kliring.
1403. MARGIN
134
Peraturan dan Tata Tertib
Anggota Kliring yang menjadi Penyelenggara SPA dan Peserta SPA wajib
secara tertulis kepada Lembaga Kliring antara lain dalam hal terjadi:
1. Umum
a. Akan memulai, menghentikan sementara, membuka kembali atau
menghentikan secara tetap kegiatannya;
b. Perubahan struktur kepemilikan perseroan, baik karena penjualan
saham, penggabungan, peleburan, pengambil alihan, ataupun
pemisahan perusahaan;
c. Perubahan struktur modal dasar perseroan;
d. Perubahan struktur organisasi perseroan;
e. Penggantian dewan direksi, komisaris, dan/atau pengendali
perseroan;
f. Perubahan nama, alamat, dan/atau identitas/logo perusahaan; dan
g. Penjualan aset perusahaan dalam jumlah yang signifikan.
2. Khusus Peserta SPA
a. Pembukaan dan/atau penutupan Rekening Terpisah (Segregated
Account);
b. Usulan pejabat penandatangan spesimen Rekening Terpisah (Se-
gregated Account) dan perubahannya;
c. Perubahan alamat kantor pusat dan/atau kantor cabang; dan
d. Pembukaan dan/atau penutupan kantor pusat dan/atau kantor
cabang.
137
Peraturan dan Tata Tertib
1. Penyelenggara SPA:
a. Wajib mendaftarkan seluruh transaksi SPA;
b. Wajib melaporkan setiap perubahan atas Sistem Perdagangan SPA;
c. Wajib melaporkan setiap ada perubahan kerjasama dengan Peserta
SPA;
d. Wajib memenuhi kewajiban keuangan yang timbul sebagai akibat
kegiatan transaksi SPA yang dilaporkan ke Bursa Berjangka dan
didaftarkan ke Lembaga Kliring; dan
e. Dilarang memanipulasi atau merekayasa transaksi SPA termasuk
namun tidak terbatas pada Nasabah rekayasa (dummy).
2. Peserta SPA:
a. Wajib mendaftarkan seluruh transaksi SPA ke Lembaga Kliring;
b. Wajib melaporkan setiap ada perubahan isi perjanjian kerjasama
dengan Penyelenggara SPA;
c. Wajib melaporkan setiap ada perubahan kerjasama antara
Peserta SPA dengan Penyelenggara SPA;
d. Wajib menarik komisi minimal untuk setiap transaksi Nasabah yang
besarnya akan ditetapkan oleh Bursa Berjangka dan Lembaga
Kliring;
e. Wajib memenuhi kewajiban keuangan yang timbul sebagai akibat
kegiatan transaksi SPA; dan
f. Dilarang menjadi lawan transaksi dari Nasabahnya baik secara
langsung maupun tidak langsung.
1409. PELAPORAN
138
Peraturan dan Tata Tertib
139
Peraturan dan Tata Tertib
140
Peraturan dan Tata Tertib
141
Peraturan dan Tata Tertib
142