Anda di halaman 1dari 5

REKAYASA PEMBUATAN KOMPOSTER DAN DIGESTER

A. Pengantar
Komposter merupakan perangkat untuk menghasilkan pupuk kompos, baik
padat maupun cair. Kompos merupakan hasil penguraian sampah organik dengan
bantuan jasad renik, seperti serangga, cacing, dan proses utama dilakukan oleh
makhluk bakteri mesofillia dan bakteri hermofilia. Untuk optimalisasi pertumbuhan
bakteri tersebut diperlukan kondisi seperti campuran yang seimbang, suhu dan
kelembaban yang tepat serta kandungan oksigen yang cukup (proses aerob).
Digester adalah alat untuk menghasilkan biogas, gas yang dihasilkan
melalui proses fermentasi bahan – bahan limbah organik, seperti kotoran ternak
dan sampah biodegradable atau setiap limbah organik oleh bakteri anaerob bakteri
yang dapat hidup tanpa oksigen (proses anaerob). Biogas secara karakteristik fisik
merupakan gas, pembentukannya membutuhkan ruangan yang kedap atau
tertutup.
Biogas yang dihasilkan dengan komposisi utama gas metan (CH4) dan gas
karbondioksida (CO2), dan sejumlah kecil gas hidrogen sulfida (H2S) dan gas
ammonia (NH3). Konsentrasi kecil juga terdapat dalam biogas berupa hidrogen
(H2), nitrogen (N2), karbon monoksida (CO), dan oksigen (O2).
Prinsipnya biogas terbentuk melalui proses yang berlangsung dalam ruang
yang anaerob atau tanpa oksigen. Proses yang berlangsung secara anaerob dalam
tempat tertutup ini juga memberikan keuntungan secara ekologi karena tidak
menimbulkan bau yang menyebar kemana–mana. Ada tiga proses utama dalam
pembentukan biogas, yaitu proses hidrolisis, pengasaman (asidifikasi), dan
metanogenesis, keseluruhan proses ini tidak terlepas dari bantuan kinerja
mikroorganisme anaerob.
Mekanisme proses aerob dan anaerob menjadi prinsip utama dalam
perancangan alat bio komposter digester, jika alat ini digunakan sebagai
komposter atau alat produksi pupuk, maka kondisi alat harus ada input oksigen
dari luar (aerob). Jika alat ini difungsikan sebagai digester maka kondisi alat dalam
keadaan tertutup rapat agar tidak ada kontak dengan oksigen (proses anaerob).

B. Desain Komposter
Sampah organik yang dapat dimanfaatkan dan dibuat menjadi pupuk
kompos diantaranya adalah limbah sisa sayuran dan buah-buahan. Pengolahan
kompos tersebut dapat dilakukan dengan menimbun sampah organik tersebut ke
dalam suatu penampungan lalu didiamkan hingga aroma sampah tidak tercium lagi
selama kurang lebih 1 - 2 bulan.
Proses pembuatan kompos dapat dipercepat dengan menggunakan mesin
komposter. Teknologi komposter adalah proses penguraian sampah organik
secara aerob dengan menggunakan mikroba pengurai dan organic agent (bahan
mineral organik). Teknologi ini dapat memproses pengomposan dalam waktu
sekitar 10 - 14 hari. Proses pengomposan tersebut dapat dipercepat karena mesin
komposter dilengkapi dengan pencacah sampah untuk mereduksi ukuran sampah
yang merupakan salah satu syarat untuk mempercepat proses pengomposan.
Keberadaan komposter di lingkungan permukiman menciptakan
keuntungan diantaranya :
1. Mengurangi timbunan sampah organik
2. Menghasilkan produk yang ekonomis dan bermanfaat (kompos)
3. Meningkatkan pemilahan sampah dan mendukung pengelolaan sampah
4. Membantu mengurangi dampak Global Warming
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah sampah
Berikut contoh desain komposter dengan menggunakan bahan yang
sederhana :
C. Desain Digester
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen
biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2
(karbondioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, serta H2S. Prinsip terjadinya biogas
adalah fermentasi anaerob bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme
sehingga menghasilkan gas yang mudah terbakar. Biogas memiliki berat 20% lebih
ringan dibandingkan dengan udara dan memiliki nilai panas pembakaran antara
4800-6200 kkal/m3. Nilai ini sedikit lebih rendah dari nilai pembakaran gas metana
murni yang mencapai 8900 kkal/m3 (Mara,2012).
Secara umum proses pembentukan biogas dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu :
1. Tahap Hidrolisis (Hydrolysis), bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat
kompleks, protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek, dimana
polisakarida diubah menjadi monosakarida, sedangkan protein diubah menjadi
peptide dan asamamino.
2. Tahap Asidifikasi (Acidogenesis dan Acetogenesis), bakteri (Acetobacter aceti)
menghasilkan asam untuk mengubah senyawa rantai pendek hasil proses
hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida. Bakteri tersebut
merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh dan berkembang dalam
keadaan asam. Bakteri memerlukan oksigen dan karbondioksida yang diperoleh
dari oksigen yang terlarut untuk menghasilkan asam asetat. Pembentukan
asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentukan gas metana
oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga
mengubah senyawa berantai pendek menjadi alkohol, asam organik, asam
amino, karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan sedikit gas metana. Adapun
reaksi eksotermis yang menghasilkan energi, sebagai berikut C6H12O6→
2C2H5OH + 2CO2+ 2 ATP (-118kJ per mol)
3. Tahap Pembentukan Gas Metana (Methanogenesis), bakteri Methanobacterium
omelianski mengubah senyawa hasil proses asidefikasi menjadi metana dan
CO2 dalam kondisi anaerob. Proses pembentukan gas metana ini termasuk
reaksi eksotermis. Proses pembuatan biogas dengan menggunakan biodigester
pada prinsipnya adalah menciptakan suatu sistem kedap udara dengan bagian–
bagian pokok yang terdiri dari tangki pencerna (digester tank), lubang input
bahan baku, lubang output lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) dan lubang
penyaluran biogas yang terbentuk. Dalam digester terkandung bakteri metana
(Methanobacterium omelianski) yang akan mengolah limbah organik menjadi
biogas. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob seperti
Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina.
Untuk mempercepat proses fermentase seringkali ditambahkan EM-4
(Effective Mikroorganisme - 4) yang merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan
dan beraroma manis asam (segar) yang di dalamnya berisi campuran beberapa
mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses penyerapan/persediaan
unsur hara dalam tanah, adapun mikroorganisme atau kuman terdiri dari bakteri.
Berikut contoh desain digister dengan menggunakan bahan yang sederhana
:
D. Sumber
1. RANCANG BANGUN ALAT BIO KOMPOSTER DIGESTER, I.G.N.N. Santhiarsa,
I.G.B. Suryada, I.K.Wijaya, BULETIN UDAYANA MENGABDI, VOLUME 16 NO. 2,
MEI 2017
2. DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL, Gatot Pramuhadi, Abdul
Wahhaab, Gina Rahmayanti, Nurwan Wahyudi, Syahidin Nurul Ikhwan, Seminar
Nasional PERTETA – Universitas Soedirman, Purwokerto, 09 – 11 Juli 2010
3. https://panduanbertanam.blogspot.com/2016/04/cara-membuat-komposter-
pupuk-organik.html
4. KOMPOSTER SAMPAH ORGANIK, M Riski Syahbani,
5. PEMBUATAN ALAT PENGHASIL BIOGAS SEDERHANA DIKAMPUNG HAWAI
KABUPATEN JAYAPURA, Ilham Salim dan FransKafiar, JURNAL PENGABDIAN
PAPUA, Volume 1, Nomor 2, September 2017

Anda mungkin juga menyukai