Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANNASTASYA MAHARANI

NPM : 2016150010

AKTIVA TETAP DAN DEPRESIASI

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 paragraf 5


menyebutkan bahwa:

“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun”. (Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan.
Salemba Empat, Jakarta, 2004, No 16 Paragraf 5)

Dari pengertian aktiva tetap di atas, yan g dimaksud dengan aktiva tetap adalah:
1. Merupakan aktiva berwujud
2. Memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun
3. Digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan
4. Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali

Menurut pendapat Sofyan Safri H menyatakan bahwa pengertian aktiva tetap adalah
sebagai berikut:

“Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan
secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa
perusahaan”. (Sofyan Safri H. Akuntansi Aktiva Tetap. PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002, Hal 20)

2. Pengakuan aktiva tetap

Perusahaan harus segera mengakui setiap aktiva yang dimiliki dan


mengelompokkannya sebagai aktiva tetap, apabila aktiva yang dimaksud memenuhi
pengertian dan memiliki sifat-sifat sebagai aktiva tetap. Mengenai pengakuan aktiva
tetap ini, Ikatan Akuntan Indonesia memberikan pernyataan dalam PSAK Nomor 16
paragraf 06, yaitu: (Ikatan Akuntan Indonesia, op.cit., No 16 paragraf 6)

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai
aktiva tetap apabila:
 Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomisan di masa yang akan datang
yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir dalam perusahaan; untuk dapat
menilai apakah manfaat keekonomisan di masa yang akan datang tersebut akan
mengalir ke dalam perusahaan maka harus di nilai tingkat kepastian terjadinya aliran
manfaat keekonomisan tersebut, yang juga memerlukan suatu kepastian bahwa
perusahaan akan menerima imbalan dan menerima resiko terkait.
 Biaya perolehan aktiva dapat di ukur secara handal; sedangkan kriteria
kedua mengarah kepada bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukungnya.

Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan ditekankan pula
masalah pengendalian manfaat yang diharapkan dari suatu aktiva. Agar aktiva yang
digunakan dapat memberikan manfaat yang optimal terhadap kegiatan operasi
perusahaan.

Dengan demikian satu hal yang penting yang berkaitan pula dengan pengakuan suatu
aktiva adalah perusahaan memiliki kendali atas manfaat yang diharapkan dari aktiva
tersebut.

3. Penggolongan aktiva tetap


Aktiva tetap dikelompokkan karena memiliki sifat yang berbeda dengan aktiva lainnya.
Kriteria aktiva tetap terdiri dari berbagai jenis barang maka dilakukan penggelompokkan
lebih lanjut atas aktiva-aktiva tersebut. Pengelompokkan itu tergantung pada
kebijaksanaan akuntansi perusahaan masing-masing karena umumnya semakin
banyak aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin banyak pula
kelompoknya.

Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, tergantung
pada sifat dan bidang usaha yang diterjuni perusahaan tersebut. Aktiva tetap sering
merupakan suatu bagian utama dari aktiva perusahaan, karenanya signifikan dalam
penyajian posisi keuangan. Nilai yang relatif besar serta jenis dan bentuk yang
beragam dari aktiva tetap menyebabkan peusahaan harus hati-hati dalam
menggolongkannya.

Dari macam-macam aktiva tetap, untuk tujuan akuntansi dilakukan penggolongan


sebagai berikut:
 Aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan,
pertanian dan peternakan.
 Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin,
alat-alat, mebel dan lain-lain.
 Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-
sumber alam seperti hasil tambang dan lain-lain.

Menurut Sofyan Safri H aktiva tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara
lain: (Sofyan safri H, op.cit., Hal 22)

a. Sudut substansi, aktiva tetap dapat dibagi


b. Sudut disusutkan atau tidak
c. Berdasarkan Jenis
Pengertian Depresiasi

Pengertian Depresiasi adalah alokasi yang dibuat secara sistematis untuk


menyusutkan atau mengurangi jumlah suatu aset selama umur manfaatnya.

Aktiva tetap tersebut adalah harta perusahaan guna menunjang aktivitas operasional.
Setiap tahun muncul biaya penyusutan terhadap aktiva tetap tersebut sebagai
penggunaanya dalam operasional perusahaan.

Secara umum penerapan depresiasi atau penyusutan aktiva tetap pada keuangan
perusahaan dapat mempengaruhi laporan keuangannya dan juga perubahan pajak
penghasilan perusahaan. Depresiasi seringkali dianggap sebagai kerugian dalam
perhitungan nilai, namun bagi seorang akuntan yang memahami laporan keuangan dapat
memandang depresiasi sebagai alat untuk alokasi biaya.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Menurut PSAK No. 17 pengertian depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang
dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode
akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Metode Depresiasi dalam Akuntansi Bisnis

Dalam perusahaan terdapat beberapa metode depresiasi yang umum digunakan. Sesuai
dengan pengertian depresiasi diatas, dimana mengharuskan seorang akuntan untuk
menggunakan metode depresiasi yang rasional dan sistematis.

Misalnya dalam sebuah contoh studi kasus, perusahaan Anda ingin membeli mesin
produksi baru untuk tujuan tertentu maka dapat digambarkan sebagai berikut:

 Biaya Mesin Produksi Baru = Rp500 juta


 Estimasi Waktu Manfaat = 5 tahun
 Estimasi Nilai Sisa = Rp50 juta
 Umur Produktif = 30 ribu jam
Dari gambaran tersebut, maka ada beberapa metode depresiasi yang bisa Anda
gunakan untuk menghitung beban penyusutan keuangan perusahaan Anda,
diantaranya:

1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)

Metode ini disebut juga Straight-Line Method dan merupakan metode yang paling sering
digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Metode ini fokus pada penyusutan
sebagai fungsi dari waktu dan bukan dari fungsi penggunaan.

Rumus perhitungannya sebagai berikut:

 Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) : (Masa Manfaat


Aset)
 Beban penyusutan = (Rp500 juta – Rp50 juta) : 5 = Rp 90 juta
Namun penggunaan metode ini dinilai kurang realistis karena kegunaan aktiva sama
setiap tahunnya.

2. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)

Metode ini merupakan metode penyusutan dipercepat dimana menyediakan biaya


penyusutan lebih tinggi pada tahun awal dan beban rendah pada periode selanjutnya.
Fokus utama pada metode ini adalah beban penyusutan lebih banyak pada tahun awal
karena aktiva mengalami penurunan pada tahun tersebut.

Metode ini dibagi menjadi dua bagian yaitu

A. Metode Jumlah Angka Tahun

Perhitungan penyusutannya menggunakan pecahan dengan pembilang angka tahun


(5+4+3+2+1=15) dan jumlah tahunnya menjadi penyebut. Pada metode ini, pembilang
menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15 dan 1/15).
Berikut ilustrasinya:

B. Metode Saldo Menurun


Metode saldo menurun menggunakan biaya penyusutan (dalam persentase) berupa
beberapa kelipatan dari metode garis lurus. Misalnya, tarif saldo menurun berganda
untuk aktiva 10 tahun akan menjadi 20% (dua kali biaya garis lurus, yaitu 1/10 atau 10%).
Berikut ilustrasinya:

3. Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi)

Pada metode ini mengansumsikan penyusutan sebagai fungsi dari produktivitas atau
penggunaan dan bukan dari segi berlalunya waktu. Dengan gambaran diatas, penentuan
umur penyusutan mesin produsi tidak memiliki masalah tertentu karena penggunaan
relatif mudah diukur.

Misalkan mesin produksi digunakan 4.000 jam di tahun pertama, maka beban
penyusutannya dapat dihitung sebagai berikut:

Beban penyusutan = [(Rp 500 juta – Rp 50 juta) x 4.000]: 30 ribu = Rp60 juta.

Namun metode ini memiliki keterbatasan karena tidak tepat digunakan pada situasi
penyusutan berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.

4. Metode Depresiasi Khusus

Dalam pengertian depresiasi sudah dijelaskan bahwa tujuannya adalah untuk


mengetahui penyusutan manfaat aset perusahaan. Namun pada beberapa khasus,
perusahaan tidak bisa memilih salah satu metode depresiasi diatas karena aktiva yang
terlibat memiliki karakteristik yang unik atau membutuhkan penerapa khusus.

Ada dua metode khusus yang bisa Anda terapkan pada kasus tersebut yaitu:

 Metode kelompok dan gabungan; sering digunakan pada aktiva yang cukup
homogen dan memiliki fungsi yang hampir sama.
 Metode campuran dan kombinasi; diterapkan sesuai dengan keinginan
akuntan.

Anda mungkin juga menyukai