Pak Marza Aca
Pak Marza Aca
NPM : 2016150010
“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun”. (Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan.
Salemba Empat, Jakarta, 2004, No 16 Paragraf 5)
Dari pengertian aktiva tetap di atas, yan g dimaksud dengan aktiva tetap adalah:
1. Merupakan aktiva berwujud
2. Memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun
3. Digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan
4. Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali
Menurut pendapat Sofyan Safri H menyatakan bahwa pengertian aktiva tetap adalah
sebagai berikut:
“Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan
secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa
perusahaan”. (Sofyan Safri H. Akuntansi Aktiva Tetap. PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002, Hal 20)
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai
aktiva tetap apabila:
Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomisan di masa yang akan datang
yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir dalam perusahaan; untuk dapat
menilai apakah manfaat keekonomisan di masa yang akan datang tersebut akan
mengalir ke dalam perusahaan maka harus di nilai tingkat kepastian terjadinya aliran
manfaat keekonomisan tersebut, yang juga memerlukan suatu kepastian bahwa
perusahaan akan menerima imbalan dan menerima resiko terkait.
Biaya perolehan aktiva dapat di ukur secara handal; sedangkan kriteria
kedua mengarah kepada bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukungnya.
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan ditekankan pula
masalah pengendalian manfaat yang diharapkan dari suatu aktiva. Agar aktiva yang
digunakan dapat memberikan manfaat yang optimal terhadap kegiatan operasi
perusahaan.
Dengan demikian satu hal yang penting yang berkaitan pula dengan pengakuan suatu
aktiva adalah perusahaan memiliki kendali atas manfaat yang diharapkan dari aktiva
tersebut.
Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, tergantung
pada sifat dan bidang usaha yang diterjuni perusahaan tersebut. Aktiva tetap sering
merupakan suatu bagian utama dari aktiva perusahaan, karenanya signifikan dalam
penyajian posisi keuangan. Nilai yang relatif besar serta jenis dan bentuk yang
beragam dari aktiva tetap menyebabkan peusahaan harus hati-hati dalam
menggolongkannya.
Menurut Sofyan Safri H aktiva tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara
lain: (Sofyan safri H, op.cit., Hal 22)
Aktiva tetap tersebut adalah harta perusahaan guna menunjang aktivitas operasional.
Setiap tahun muncul biaya penyusutan terhadap aktiva tetap tersebut sebagai
penggunaanya dalam operasional perusahaan.
Secara umum penerapan depresiasi atau penyusutan aktiva tetap pada keuangan
perusahaan dapat mempengaruhi laporan keuangannya dan juga perubahan pajak
penghasilan perusahaan. Depresiasi seringkali dianggap sebagai kerugian dalam
perhitungan nilai, namun bagi seorang akuntan yang memahami laporan keuangan dapat
memandang depresiasi sebagai alat untuk alokasi biaya.
Menurut PSAK No. 17 pengertian depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang
dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode
akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam perusahaan terdapat beberapa metode depresiasi yang umum digunakan. Sesuai
dengan pengertian depresiasi diatas, dimana mengharuskan seorang akuntan untuk
menggunakan metode depresiasi yang rasional dan sistematis.
Misalnya dalam sebuah contoh studi kasus, perusahaan Anda ingin membeli mesin
produksi baru untuk tujuan tertentu maka dapat digambarkan sebagai berikut:
Metode ini disebut juga Straight-Line Method dan merupakan metode yang paling sering
digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Metode ini fokus pada penyusutan
sebagai fungsi dari waktu dan bukan dari fungsi penggunaan.
Pada metode ini mengansumsikan penyusutan sebagai fungsi dari produktivitas atau
penggunaan dan bukan dari segi berlalunya waktu. Dengan gambaran diatas, penentuan
umur penyusutan mesin produsi tidak memiliki masalah tertentu karena penggunaan
relatif mudah diukur.
Misalkan mesin produksi digunakan 4.000 jam di tahun pertama, maka beban
penyusutannya dapat dihitung sebagai berikut:
Beban penyusutan = [(Rp 500 juta – Rp 50 juta) x 4.000]: 30 ribu = Rp60 juta.
Namun metode ini memiliki keterbatasan karena tidak tepat digunakan pada situasi
penyusutan berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.
Ada dua metode khusus yang bisa Anda terapkan pada kasus tersebut yaitu:
Metode kelompok dan gabungan; sering digunakan pada aktiva yang cukup
homogen dan memiliki fungsi yang hampir sama.
Metode campuran dan kombinasi; diterapkan sesuai dengan keinginan
akuntan.