PENDAHULUAN
1
2
hasil dari pembakaran bahan bakar dari motor bakar adalah gas buang yang
mengandung unsur Karbonmonoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Oksida Nitrogen
(NOx), Karbon (C), Karbondioksida (CO2), Air (H2O), dan Nitrogen (N2).
Dari laporan penelitian A. Tri Tugaswati, bahwa karbon monoksida dapat
terikat dengan haemoglobin darah lebih kuat dibandingkan dari oksigen
membentuk karboksihaemoglobin (COHb), sehingga menyebabkan terhambatnya
pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Pajanan CO diketahui dapat mempengaruhi
kerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, juga janin, dan semua
organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen. Pengaruh CO terhadap
sistem kardiovaskuler cukup nyata teramati walaupun dalam kadar rendah.
Penderita penyakit jantung dan penyakit paru merupakan kelompok yang paling
peka terhadap pajanan CO. Studi eksperimen terhadap pasien jantung dan
penyakit pasien paru, menemukan adanya hambatan pasokan oksigen ke jantung
selama melakukan latihan gerak badan pada kadar COHb yang cukup rendah 2,7
%. Pengaruh pajanan CO kadar rendah pada sistem syaraf dipelajari dengan suatu
uji psikologi. Walaupun diakui interpretasi dari hasil uji seperti ini sulit ditemukan
bahwa kadar COHb 16 % dianggap membahayakan kesehatan. Pengaruh bahaya
ini tidak ditemukan pada kadar COHb sebesar 5%. Pengaruh terhadap janin pada
prinsipnya adalah karena pajanan CO pada kadar tinggi dapat menyebabkan
kurangnya pasokan oksigen pada ibu hamil yang konsekuennya akan menurunkan
tekanan oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin dan darah. Hal ini dapat
menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah
dibandingkan normal.
Menurut penelitian dari World Health Organization (WHO), kelompok
penduduk yang peka (penderita penyakit jantung atau paru-paru) tidak boleh
terpajan oleh CO dengan ka dar yang dapat membentuk COHb di atas 2,5%.
Kondisi ini ekivalen dengan pajanan oleh CO dengan kadar sebesar 35 mg/m3
selama 1 jam, dan 20 mg/mg selama 8 jam. Oleh karena itu, untuk menghindari
tercapainya kadar COHb 2,5-3,0 % WHO menyarankan pajanan CO tidak boleh
melampaui 25 ppm (29 mg/m3) untuk waktu 1 jam dan 10 ppm (11,5 mg/mg3)
untuk waktu 8 jam.
3
konsumen membuat bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Kualitas bahan
bakar dapat ditentukan dari nilai oktannya, semakin tinggi nilai oktannya maka
bahan bakar akan lebih tahan terhadap detonasi dan apabila terjadi pembakaran
maka akan sedikit menghasilkan gas CO. Bahan bakar bensin yang beredar di
Indonesia benilai oktan 88 untuk Premium, 92 untuk Pertamax dan 95 untuk
Pertamax plus. Akan tetapi Pertamax dan Pertamax plus harganya lebih mahal
dari bensin premium, maka timbul inisiatif untuk meningkatkan nilai oktan dari
bensin premium. Munculah produk zat aditif (octane booster) yang berfungsi
untuk meningkatkan nilai oktan dari bensin premium. Salah satu zat aditif yang
akhir-akhir ini sedang tren yaitu dengan penambahan kapur barus (Camphor).
Dengan berkembangnya teknologi sepeda motor di Indonesia yang
beralih dari era karburator ke era injeksi, seperti yang terjadi pada pabrikan Honda
dengan mengeluarkan sepeda motor Supra X 125 PGM-FI pada tahun 2006,
semakin berkembangnya jenis busi di pasaran, dan menjamurnya tren penggunaan
kapur barus, penulis ingin menyelidiki apakah penggunaan jenis busi dan kapur
barus tersebut benar-benar berpengaruh terhadap emisi gas buang terutama gas
karbon monoksida (CO) dan hidro karbon (HC). Penulis memilih karbon
monoksida dan hidro karbon karena kedua gas tersebut merupakan zat
membahayakan kesehatan dan merupakan penyebab pencemaran yang paling
utama apabila dibandingkan dengan pencemaran yang lain.
Dari permasalahan di atas maka peneliti ingin melakukan pemelitian
dengan judul PENGARUH PENGGUNAAN JENIS BUSI DAN VARIASI
PENAMBAHAN CAMPHOR PADA PREMIUM TERHADAP EMISI GAS
CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 PGM-FI
TAHUN 2006.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
muncullah beberapa masalah yaitu:
1. Lingkungan hidup
2. Pencemaran udara di Indonesia
5
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka timbul
beberapa pertanyaan:
1. Adakah pengaruh jenis busi terhadap emisi gas buang CO dan HC pada
sepeda motor Supra X 125 PGM-FI tahun 2006.
2. Adakah pengaruh penambahan kapur barus dalam premium terhadap emisi
gas buang CO dan HC pada sepeda motor Supra X 125 PGM-FI tahun 2006.
3. Adakah pengaruh interaksi penggunaan jenis busi dan penambahan kapur
barus dalam premium terhadap emisi gas buang CO dan HC pada sepeda
motor Supra X 125 PGM-FI tahun 2006.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menyelidiki pengaruh jenis busi terhadap emisi gas buang CO dan HC pada
sepeda motor Supra X 125 PGM-FI tahun 2006.
6