Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulaidari yang ada dari diri
kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat,energi yang kita pergunakan setiap hari
sampai pada sesuatu yang berada diluar diri kita,seperti yang ada dilingkungan kita.
Dalam jenjang perguruan tinggi, seorang mahasiswa diharapkan tidak hanya mengikuti
perkuliahan dengan baik, namun lebih dari itu juga dituntut untuk mendalami dan menguasai
disiplin ilmu yang dipelajarinya sehingga nantinya akan menghasilkan sarjana-sarjana yang
berkualitas dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata dan bermanfaat bagi
masyarakat.

Disiplin ilmu teknik merupakan disiplin ilmu yang eksak dan banyak menerapkan ilmu-ilmu
murni yang diterapkan kepada masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bidang-bidang keteknikan mutlak untuk dikuasai
mahasiswa teknik, tidak hanya dari segi teori juga dari segi prakteknya. Apalagi dalam
menghadapi era globalisasi saat ini, serta pasar bebas yang akan segera kita masuki, lebih
menuntut penguasaan dan penerapannya dalam menghadapi masalah-masalah yang kompleks.
Ternyata dalam aplikasi ilmu tersebut, tgas yang diberikan kepada mahasiswa tidak akan
dikuasai sempurna tanpa adanya praktek-praktek yang merupakan salah satu sarana yang baik
untuk menguasai ilmu sekaligus mempraktekannya. Demikian juga dengan praktikum Fisika
Dasar I ini.
Fisika dalam bidang teknik khususnya Teknik Sipil merupakan hal yang sangat penting dan
benar-benar harus dikuasai secara teori dan praktek. Dengan latar belakang itulah, maka kami
mahasiswa teknik sipil semester I diberi tugas praktikum mata kuliah Fisika Dasar yang
dilaksanakan di Laboratorium Pusat dibawah bimbingan dosen dan team asisten pembantu
dosen.

1.2 Tujuan Penulisan


1.
Memperdalam wawasan pengetahuan tentang mata kuliah Fisika Dasar I.
2.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh praktikum fisika dasar I dalam kehidupan sehari-
hari.
3.
Dapat menggunakan alat-alat ukur dengan baik dan benar.
4.
Mengembangkan daya nalar mahasiswa untuk menganalisa data dan membuktikan kebenaran
ilmiah.

5.
Menunjang pemahaman materi kuliah yang disampaikan dosen.
1. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam
menggunakan alat ukur jangka sorong, micrometer
sekrup,spherometer,kesetimbangan,bandul sederhana,dan gesekan.

1.3 Landasan Teori


Terdapat berbagai macam alat ukur untuk menentukan ukuran panjang antara lain mistar, jangka
sorong, micro meter sekrup, dll. Alat-alat tersebut disebut alat ukur langsung karena obyek yang
diukur akan dibandingkan dengan skala pada alat ukurnya secara langsung.
Perlu diingat definisi konsep yang berkaitan dengan pengukuran antara lain :
Sistem satuan : ………?
Batas ukur : ………?
Ketelitian : ………?
Alat ukur massa yang umum adalah neraca, sedangkan alat ukur waktu adalah arloji atau
stopwatch.
Besaran ukuran dapat ditentukan dengan mengukur besaran dasar tersebut, misalnya ukuran luas
kertas ditentukan oleh panjang dan lebar kertas. Ukuran volume balok dinyatakan dengan
panjang, lebar dan tebalnya. Di sini perlu diingat konsep yang berkaitan dengan menyatakan
hasil pengukurannya, misal : Angka penting, ketidakpastian hasil/ralat, dll.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh praktikum fisika dasar I dalam kehidupan sehari-hari?


2. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dengan baik dan benar?
3. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam menggunakan alat ukur
jangka sorong,micrometer sekrup,spherometer,kesetimbangan,bandul
sederhana,dan gesekan?

BAB II

PEMBAHASAN

Mengukur ialah membandingkan suatu yang diukur dengan sesuatu lain yang sejenis yang
ditetepkan sebagai satuan.Dalam pengukuran anda mungkin menggunakan satu instrument (alat
ukur)/lebih untuk menentukan nilai dari suatu besaran fisis.Hal yang harus diperhatikan ketika
melakukan pengukuran adalah memilih dan merangkaikan instrument secara benar.Selanjutnya
menentukan langkah-langkah pengukuran dengan benar dan membaca nilai yang ditunjukkan
instrument secara tepat. Ketika anda menghitung suatu besaran fisis dengan menggunakan
instrument,tidaklah mungkin anda akan mendapatkan nilai besaran X0,melainkan selalu terdapat
nilai ketidakpastian.
Ketidakpastian pengukuran yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran,ketidakpastian juga
disebut kesalahan,sebab menunjukkan perbedaan antara nilai yang diukur dengan nilai yang
sebenarnya.Hal ini bisa di sebabkan beberapa factor,factor itu dalam 2 garis besar,ketidakpastian
bersistem dan ketidak pastiaan acak.

1. Ketidakpastian bersistem

Kesalahan kalibrasi,kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang
dibuat,sehingga tiap kali alat itu digunakan ketidakpastian selalu muncul dalam tiap
pengukuran.Kesalahan titik nol,titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum
penunjuk alat ukur.

1. Ketidakpastian acak

Gerak Brown Molekul Udara,jarum penunjuk skala alat ukur terpengaruhi.Frekuensi tegangan
listrik,perubahan pada PLN,dan lain-lain.
Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu secara langsung dan secara tidak
langsung.Pengukuran secara langsung adalah ketika hasil pembacaan skala pada alat ukur secara
langsung menyatakan nilai besaran yang diukur,tanpa perlu dilakukan penambahan,mengambil
rata-ratanya ataupun menggunakan rumus untuk menghitungnilai yang di inginkan.Pengukuran
secara tidak langsung adalah memerlukan perhitungan-perhitungan tambahan.
Contoh pengukuran langsung adalah menimbang massa sebuah benda dengan neraca,sedangkan
pengukuran tidak langsung contohnya mengukur luas persegi panjang,ketika menimbang kita
langsung membaca berapa massa yang ditimbang dalam skala timbangan,ketika mengukur luas
sebuah persegi panjang,kita mengukur panjang dua buah sisi persegi panjang tersebut untuk
selanjutnya menghitung luas persegi panjang dengan rumus sisi x sisi.
Setiap pengukuran yang dilakukan oleh siapapun dan memakai alat apapun selalu disertai dengan
kesalahan (ragu-ragu) nilainya.Besar kevil kesalahan ini bergantung pada:

1. Banyak sedikitnya sumber-sember kesalahan yang menyertai pada saat pengukuran


berlangsung
2. Keadaan daripada alat ukur
3. Kondisi indra pengamat

Pada percobaan dan pengukuran terdapat dua macam kesalahan,yaitu :

1. Kesalahan sistematis

Kesalahan yang menyebabkan kesalahan sistematis di antaranya karena :

1. Kesalahan kalibrasi alat


Kesalan hasil pengukuran akibat dari ketidakpastian harga skala pada saat alat ukur
dibuat.

2. Kesalahan nol

Titik nol skala tidak berimpit dengan petunjuknya

3. Kesalahan eksperimen

Misalnya terjadi jika satu alat ukur sudah di kalbrasi pada keadaan tertentu,kenudian
digunakan untuk keadaan lain,atau juga bisa terjadi akibat salah cara menggunakan alat.

4. Kesalahan pengamat

Kesalahan membaca skala,ini disebabkan karena salah cara memandang skala atau juga
karena kerusakan mata pengamat.

5. Kesalahan random

Penyebabkan terjadinya kesalahan random adalah:

1. Gerak Brown molekul udara yang mempengaruhi petunjukan alat-alat halus.


1. Kesalahan yang berfluktuasiyang menyebabkan adanya perubahan-perubahan
sedikit yang terjadi secara tidak teratur.
2. Gangguan-gangguan kecil yang terjadi di dekat laboratorium.
3. Ketidakteraturan ukuran benda,mempengaruhi hasil pengukuran sehingga hasil
pertama tidak sama dengan ukuran selanjutnya.

Alat ukur yang sering digunakan di laboratorium adalah jangka sorong, dan mikrometer sekrup,
serta spherometer. Semua jenis alat ukur tersebut akan dibahas di dalam makalah ini.
Selain itu, di dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai Kesetimbangan, Bandul Sederhana,
dan Gesekan.

Untuk pembahasan masing-masing judul, penulis mempostingnya terpisah. Silahkan


klik link di bawah ini untuk membacanya.

 JANGKA SORONG
 MIKROMETER SEKRUP
 SPHEROMETER
 KESETIMBANGAN
 BANDUL SEDERHANA
 GESEKAN

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

 Jangka Sorong

Jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, tinggi benda, dan
kedalaman benda dapat dipakai bagian pisau ukur luar untuk mengukur diameter luar dan tinggi
benda, pisau ukuran salam untuk mengukur diameter dalam, dan pisau ukuran kedalam untuk
mengukur kedalaman benda.
Ketelitian jangka sorong dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu:
Dapat sari selisih nilai terkecil dari skala utama, dan nilai terkecil dari skala nonius.
Nilai skala terkecil nonius = 1/n (nst tanpa nonius)
= 1/n (1 mm)
= 1:20 (1 mm)
= 0,05 mm
Hasil pengukuran tidak secara langsung memperlihatkan nilai ketidakpastiannya, ketika
didefinisikan dengan benar, kesalahan/ketidakpastian hanya berkenaan dengan pengukuran yaitu
untuk memperkirakan suatu nilai eksak dalam pengukuran, tidak mungkin pasti karena adanya
penyimpangan, akan tetapi pengukuran dapat mendekati nilai tersebut, dapat diperoleh dari
tingkat ketepatan suatu alat, seperti jangka sorong yang digunakan adalah 0,05 mm.

 Mikrometer Sekrup

Mikrometer Sekrup merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur maksimal 25 mm,
dengan ketelitian 0,01 mm. Dapat digunakan untuk mengukur benda yang berukuran mikro
(kecil) seperti untuk mengukur tebal kertas, tebal pisau silet dan diameter kawat.

Adapun bagian bagian dari mikrometer sekrup adalah sebagai berikut :

1. Landasan penjempit.
2. Lengan sekrup.
3. Skala utama.
4. Skala nonius.
5. Pemutar, dan
6. Sekrup penggeser.
Mikrometer sekrup memiliki nonius skala putar 50 skala, untuk mendapatkan ketelitian
pengukuran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor alat
2. Faktor pelaku pengukuran

 Spherometer

Spherometer merupakan alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian 0,01 mm. Setelah mendapat
hasil percobaan kita dapat mengetahui jari-jari kelengkungan lensa cembung dan lensa cekung,
dengan rumus:
R=(1:2) h + S²(6H)
Dimana :
R = jari-jari
H = hasil dari skala utama + skala nonius
S = jarak kaki tetap pada spherometer, dimana nilainya = 5 cm
Untuk mengukur tebal kaca, jari-jari kelengkungan lensa cembung dan lensa cekung dengan cara
cara menyeimbangkan posisi tiga kaki tetap, memutar kaki yang bisa naik dan turun untuk
mengukur skala nonius dan skala utamanya.
Setiap pengukuran selalu disertai dengan kesalahan (kekurangan nilai hasilnya) baik karenan
kondisi alat ukur maupun kesalahan posisi mata pengamat.

 Kesetimbangan

Gaya-gaya yang berkerja pada kesetimbangan dapat ditentukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Berdasarkan resultan gaya yang berkerja pada titik kesetimbangan sama


dengan nol.
2. Besarnya gaya-gaya yang berkerja dapat dibandingkan dengan sinus. Atau
dapat diartikan bahwa setiap besarnya gaya dan sinus seberangnya selalu
bernilai sama.

 Bandul Sederhana

Pendulum adalah beban yang diikat dengan tali dan digantungkan pada suatu tempat dimana tali
yang digunakan tidak dapat mulur.
Jika beban m ditarik dari posisi seimbang dengan sudut simpangan tidak lebih dari 100,
kemudian dilepaskan, maka beban akan berayun pada beban vertical. Gerak bolak balik pada
bandul disebut bandul sederhana.
Untuk menetukan waktu --- ayunan dapat menggunakan stopwatch.
Hitung panjang tali dengan periode getar yang dinyatakan dalam persamaan
T=2

 Gesekan

Gaya gesekan adalah suatu gaya yang memnyumbang pada kodisi keseimbagan benda.
Koefesien gesekan timbul karena adanya perpaduan antara dua permukaan.
Koefesien gesekan statis adalah koefesien gesekan antara dus permukaan yang diam, sedangkan
koefesien gesekan kinetis adalah koefesien yang terjadi pada benda-benda yang beradu dimana
benda yang satu bergerak relatif terhadap yang lainnya.
Tiga hukum tentang gesekan yang mengatakan bahwa gaya antara dua benda yang bergesekan
adalah:
*. Sebanding dengan gaya normal
*. Tidak tergantung pada luas persinggungan
*. Tidak bergantung pada kecepatan relatif.

1. KRITIK DAN SARAN

Pendidikan fisika merupakan satu mata kuliah yang tergolong rumit, yang pada dasarnya teori-
teori yang di pelajari tidak akan berkembang tanpa adanya praktikum. Dalam ilmu pendidikan
teori atau studi dengan praktek adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dengan praktek teori-
teori yang dipelajari akan terasa lebih terealisasikan.
Namun yang lebih menunjang untuk melakukan praktek adalah sarana dan psarana, alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum, semua hal itu merupakan infrastruktur untuk menuju
kesuksesan dalam studi maupun praktikum mata kuliah fisika.
Untuk itu, dimohon untuk perbaikan dalam sarana dan psarana dalam penyediaan alat
praktikum, dan segala hal yang berhubungan dengan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

 Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA 2A. Jakarta : Erlangga


 Kanginan. Marthen., 2004. Fisika 1A. Jakarta:Erlangga.
 Resstnick. Halliday., 1999. Fisika Dasar I. Jakarta:Erlangga.
 Rochim, Taufik dan Soetarto. 1980. Teknik Pengukuran (Metrologi

Industri ). Semarang: PT. Cipta Sari


 Ruwanto, Bambang. 2007. Fisika 2 SMA/MA kelas XI. Jakarta : Yudhistira
 Sumardi. Gar, dkk., 1994. Materi Pokok Mekanika. Jambi:

Universitas Jambi.

 Sutrisno. 1986. Fisika Dasar Mekanika I.Bandung:ITB.


 Tim Fisika Dasar 1. 2006. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Jambi :

Universitas Jambi

 Umar, Efrizon. 2007. Fisika Dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca exact.
 Zemansky. Sear., 1994. Fisika untuk Universitas 1. Jakarta:Erlangga .

Anda mungkin juga menyukai