PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari
pengukuran hingga gaya-gaya yang kita lakukan. Untuk lebih memahami ilmu-ilmu
fisika,sehingga dilakukanlah praktikum. Dengan acuan kepada materi-materi yang telah
dipelajari.
Pratikum merupakan suatu praktek secara langsung berhubungan dengan sesuatu atau
objek yang sedang dibahas .Pratikum adalah suatu pratek pengembangan dari teori yang
dipelajari,sehingga mahasiswa /itidak hanya mengetahui teori tetapi mengetahui wujud yang
dipelajari. Contoh saja pengukuran ,jika hanya teori maka akan sulit dipahami serta diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.Dalam pratikum Fisika Dasar 1 menyajikan pengukuran yang
berkomposisi jangka sorong ,sperometer.Dan juga ditambah percobaan-percobaan lain meliputi
kesetimbangan ,bandul sederhana dan gesekan .Kemudian dalam pratikum membutuhkan teori
penunjang yang cukup untuk mendukung pelaksanaan pratikum.
Dalam kesempatan ini ,penulis menyajikan kumpulan teori penunjang dalam sebua
makalah yang tersusun secara sistematis dan terperinci serta hadir dengan bahasa umum yang
mudah dipahami.Makalah ini bersumber dari buku –buku yang berhuungan dengan teori
pratikumserta bersumber dari internet yang telah disaring. Segenap mahasiswa/I khususnya
jurusan pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam. Agar dapat memanfaatkn makalah
inisebagai tambahan teori penunjang dalam pratikum.sehingga dapat melakukan pratikum
dengan hasil yang memuaskan.
1.4 Manfaat
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, diharapkan hasilnya akan dapat menjadi ilmu
tentang :
1. Cara menggunakan alat-alat ukur.
2. Mengetahui tingkat ketelitian suatu alat ukur
3. Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada titik kesetimbangan
4. Menentukan nilai gravitasi bumi
5. Menentukan koefisien gesekan statis dan kinetis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 JANGKA SORONG
2.1.1 Deskripsi
Mistar ingsut yang merupakan nama lain dari jangka sorong, mistar geser jangka geser atau
schuifmoat. Prinsipnya sama seperti mistar ukur yaitu adanya skala linear pada batangnya,
sedangkan perbedaanya terletak pada cara pengukuran objek ukur. Pada jangka sorong dibuat
rahang ukur gerak yang berfungsi sebagai sensorik untuk untuk menjepit benda ukur sewaktu
melakukan pengukuran. Permukaan kedua rahang ini dibuat sejajar dan relatif kuat untuk
menghindari kesalahan ukur. Batang ukurnya dibuat kaku dengan permukaan rahang keras
sehingga tidak mudah lentur dan tahan aus, sebab rahang ukur gerak harus menggeser batang ini.
Ada beberapa bagian dari jangka sorong yang digunakan untuk mengukur atau menentukan
dimensi dalam, luar, kedalaman dan ketinggian dari benda uji. Yaitu pisau ukuran luar. Bagian
yang digunakan untuk mengukur diameter dalam dan bagian yang digunakan untuk mengukur
kedalaman benda yaitu pisau ukuran kedalam
Jangka sorong mempunyai 2 bagian utama yang disebut rahang tetap dan rahang sorong
(rahang geser). Skala panjang yang tertera pada rahang tetap disebut skala utama, satu bagian
utama panjangnya 1 mm. Adapun rahang sorong dilengkapi 10 bagian skala yang disebut skala
nonius/vernier. Panjang skala nonius adalah 0,9 mm. Ini berarti antara 2 garis yang terdekat sama
dengan 0,9 mm. Dengan demikian selisih skala utama dengan skala nonius adalah 9 mm. Ini
berarti 1 skala nonius (jarak antar 2 garis yang berdekatan ) sama dengan 0,9 mm. Dengan
demikian ketidakpastian jangka sorong bisa didapat dengan menggunakan rumus:
∆X = ½ x nst (nilai skala terkecil)
∆X = ½ x 0,1 mm = 0,05 mm
2.1.4 Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan Jangka Sorong
· ahang ukur gerak harus dapat meluncur pada batang ukur dengan baik
· Periksa kedudukan nol serta kesejajaran dari permkaan ke 2 rahang
· Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan ujung dari rahang
ukur (harus agak kedalam)
· Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat, sehingga memungkinkan pembengkokan rahang
ukur ataupun lidah ukur kedalaman
· Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah mistar ingsut/jangka sorong diangkat dari
objek ukur dengan hati – hati
3.1 Kesimpulan