Anda di halaman 1dari 3

http://catatanharianspinoza.blogspot.co.id/2014/09/metabolisme-mineral.

html

Dean Imanuel Aditpratama Marandof


170406030029
Peternakan 2017A

METABOLISME MINERAL
Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh
secara keseluruhan. Selain itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme
terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di
dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan kegiatan enzim. Mineral terbagi dua,
yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro
adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kurang dari 100 mg sehari. Mineral
dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan.
a. Mineral Makro
1. Natrium (Na)
Natrium diabsorpsi di usus halus secara aktif (membutuhkan energi). Natrium
kemudian dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring. Setelahnya,
dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah cukup untuk mempertahankan taraf
natrium dalam darah. Kelebihan natrium akan dikeluarkan melalui urin yang diatur
oleh hormone aldosteron yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal jika kadar natrium
darah menurun.
2. Klor (Cl)
Klor merupakan anion utama cairan ekstraselular. Konsentrasi klor tertinggi
adalah dalam cairan serebrospinal (otak dan sumsum tulang belakang), lambung dan
pancreas. Klor terdapat bersamaan dengan natrium dalam garam dapur. Klor
diabsorpsi di usus halus dan dieksresi melalui urin dan keringat. Kehilangan klor
mengikuti kehilangan natrium.
3. Kalium (K)
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Kalium dieksresi melalui
urin, feses, keringat dan cairan lambung. Taraf kalium normal darah dipelihara oleh
ginjal melalui kemampuannya menyaring, mengarbsorpsi kembali dan mengeluarkan
kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan
menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam tubula ginjal.
4. Kalsium (Ca)
Sebanyak 30-50 % kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi tubuh yang terjadi di
bagian atas usus halus yaitu duodenum. Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat
berada dalam kondisi terlarut. Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara aktif
dengan menggunakan alat angkut protein-pengikat kalisum. Absorbsi pasif terjadi
pada permukaan saluran cerna. Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam
bentuk larut air dan tidak mengendap karena unsure makanan lain. Kalsium yang
tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Kehilangan kalsium dapat terjadi melalui
urin, sekresi cairan yang masuk saluran cerna serta keringat.
5. Fosfor (P)
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh, sekitar 1 % dari berat
badan. Fosfor terdapat pada tulang dan gigi serta dalam sel yaitu otot dan cairan
ekstraseluler. Fosfor merupakan bagian dari asam nukleat DNA dan RNA. Sebagai
fosfolipid, fosfor merupakan komponen structural dinding sel. Sebagai fosfat organic,
fosfor berperan dalam reaksi yang berkaitan dengan penyimpanan atau pelepasan
energi dalam bentuk Adenin Trifosfat (ATP).
Fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam usus setelah
dihidrolisis dan dilepas dari makanan oleh enzim alkalin fosfatase dalam mukosa usus
halus dan diabsorpsi secara aktif yang dibantu oleh bentuk aktif vitamin D dan difusi
pasif. Kadar fosfor dalam darah diatur oleh hormone paratiroid (PTH) yang
dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan hormone kalsitonin serta vitamin D, untuk
mengontrol jumlah fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan oleh ginjal, jumlah yang
dibebaskan dan disimpan dalam tulang. PTH menurunkan reabsorpsi fosfor oleh
ginjal. Kalsitonin meningkatkan eksresi fosfat oleh ginjal.
6. Magnesium (Mg)
Magnesium diabsorpsi di usus halus dengan bantuan alat angkut aktif dan secara
difusi pasif. Di dalam darah magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas.
Keseimbangan magnesium dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian eksresi
magnesium melalui urin. Eksresi magnesium meningkat oleh adanya hormone tiroid,
asidosis, aldosteron serta kekurangan fosfor dan kalium . eksresi magnesium menurun
karena pengaruh kalsitonin, glukagon dan PTH terhadap resorpsi tubula ginjal.
7. Sulfur (S)
Sulfur diabsorpsi sebagai bagian dari asam amino atau sebagai sulfat anorganik.
Sulfur juga merupakan bagian dari enzim glutation serta berbagai koenzim dan
vitamin, termasuk koenzim A. Sebagian besar sulfur dieksresi melalui urin sebagai
ion bebas. Sulfur juga merupakan salah satu elektrolit intraseluler yang terdapat
dalam plasma berkonsentrasi rendah.
b. Mineral Mikro
1. Besi (Fe)
Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, didalam
lambung besi dibebaskan dari ikatan organik, seperti protein. Sebagian besar besi
dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam
di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat di dalam
makanan.
Absorpsi terutama terjadi dibagian atas usus halus (duodenum) dengan bantuan
alat angkut protein khusus, yaitu transferin dan feritin. Taraf absorpsi besi diatur oleh
mukosa saluran cerna yang ditentukan oleh kebutuhan tubuh. Sebagian besar
transferin darah membawa besi ke sumsum tulang dan bagian tubuh lain. Di dalam
sumsum tulang, besi digunakan untuk membuat hemoglobin yang merupakan bagian
dari sel darah merah. Sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Kelebihan besi yang dapat mencapai 200 hingga 1500 mg disimpan sebagai protein
feritin dan hemosiderin di dalam hati, sumsum tulang belakang 30 % dan selebihnya
didalam limpa dan otot.
2. Seng (Zn)
Seng di absorpsi di bagian atas usus halus (duodenum). Seng diangkut oleh
albumin dan transferin masuk kedalam aliran darah dan di bawa ke hati. Kelebihan
seng di simpan di dalam hati dalam bentuk metalotionein. Lainnya dibawa ke
pankreas dan jaringan tubuh lain. Di dalam pankreas seng digunakan untuk membuat
enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran cerna.
Absorpsi seng diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam sel dinding saluran
cerna. Distribusi seng antara cairan ekstraseluler, jaringan dan organ dipengaruhi oleh
keseimbangan hormon dan situasi stres. Hati memegang peranan dalam redistribusi
sel ini. Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses. Di samping itu seng
dikeluarkan melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang seperti jaringan kulit, sel
dinding usus, cairan haid dan mani.
3. Mangan (Mn)
Mangan diangkut oleh protein transmanganin dalam plasma. Setelah
diabsorpsi, mangan dalam waktu singkat terlihat dalam empedu dan dikeluarkan
melalui feses. Taraf mangan dalam jaringan diatur oleh sekresi selektif melalui
empedu. Pada penyakit hati, mangan menumpuk dalam hati. Kelebihan mangan dapat
menyebabkan keracunan. Hal ini dapat terjadi bila lingkungan terkontaminasi
mangan. Dalam jangka waktu yang lama hal ini dapat menyebabkan gejala kelainan
otak disertai tingkah laku abnormal, yang menyerupai penyakit parkinson.
4. Tembaga (Cu)
Dalam saluran cerna, tembaga dapat diabsorpsi kembali dari tubuh bergantung
kebutuhan tubuh. Pengeluaran melalui empedu meningkat bila terdapat kelebihan
dalam tubuh. Sedikit tembaga dikeluarkan melalui urin, keringat, dan darah haid.
Tembaga yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Fungsi dari tembaga
berperan dalam kegiatan enzim pernafasan sebagai kofaktor bagi enzim, misalnya
sitokrom, oksidase. Kelebihan tembaga secara kronis menyebabkan penumpukan
tembaga dalam hati yang dapat menyebabkan nekrosis hati atau serosis hati.
Kelebihan ini dapat terjadi karena menggunakan alat masak dari bahan tembaga,
terutama apabila digunakan untuk memesak cairan yang bersifat asam. Konsumsi
dosis tinggi menyebabkan kematian.
5. Iodium (I)
Iodium dengan mudah di absorpsi dalam bentuk iodida. Ekskresi dikeluarkan
melalui ginjal, jumlahnya berkaitan dengan konsumsi. Fungsi yodium sebagai
komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid. Konsumsi yodium di atas 2000mg/hari
dianggap berlebihan. Hal ini dapat menghambat pelepasan yodium dan tiroid.
6. Selenium (Se)
Selenium berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin dan
selenosistein. Absorpsi selenium terjadi pada bagian atas usus halus secara aktif.
Selenium diangkut oleh albumin dan alfa-2 globulin. Absorpsi lebih efisien, bila
tubuh dalam keadaan kekurangan selenium. konsumsi tinggi menyebabkan
peningkatan ekskresi melalui urin.

Anda mungkin juga menyukai