Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,
fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan
kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat
memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau
merekayasa gen pada organisme tersebut. Selain itu bioteknologi juga memanfaatkan sel
tumbuhan atau sel hewan yang dibiakkan sebagai bahan dasar sebagai proses industri.

Prinsip-prisip bioteknologi telah digunakan untuk membuat dan memodifikasi tanaman,


hewan, dan produk makanan. Bioteknologi yang menggunakan teknologi yang masih sederhana
ini disebut bioteknologi konvensional atau tradisional. Penerapan bioteknologi konvensional ini
sering diterapkan dalam pembuatan produk-produk makanan. Seiring dengan perkembangan dan
penemuan dibidang molekuler maka teknologi yang digunakan dalam bioteknologi pada saat ini
semakin canggih.bioteknologi yang menggunakan teknologi canggih ini disebut bioteknologi
modern. Dari perkembangan tersebut menjadi latar belakang untuk membahas lebih jauh tentang
bioteknologi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah,

1. Apa yang dimaksud dengan Bioteknologi ?

2. Bagaimana pemanfaatan bioteknologi dlm kehidupan manusia ?

3. Apa saja dampak yang di alami manusia dengan adanya bioteknologi ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari makalah ini adalah,

1. Mengetahui pengertian Bioteknologi;

2. Mengetahui pemanfaatan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari;

3. Mnegetahui dampak positif dan negative bioteknologi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim,
alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini,
perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga
pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekuler,
mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam
proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun
yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk
menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan
reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu
dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun
masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna.
Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan
alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara-negara
maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi
semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel
induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh
penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat
disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel
induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang
mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti
sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur
jaringan dan DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk
unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan.
Penerapan bioteknologi pada masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian
lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang
tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di
sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru. Kemajuan di bidang
bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi perkembangan
teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap
tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme
melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi
biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau
merekayasa gen pada organisme tersebut. Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa
genetika tersebut menyebabkan “lahirnya organisme baru” produk bioteknologi
dengan sifat-sifat yang menguntungkan bagi manusia. Produk bioteknologi, antara
lain:
1. Jagung resistan hama serangga.
2. Kapas resistan hama serangga.
3. Pepaya resistan virus.
4. Enzim pemacu produksi susu pada sapi.
5. Padi mengandung vitamin A.
6. Pisang mengandung vaksin hepatitis.

C. Pemanfaatan Bioteknologi dalam Bidang Pangan


1. Teknologi sel mikroba, untuk produksi pangan terfermentasi dan aditif pangan
Teknologi sel mikroba sudah diaplikasikan dibidang pangan beberapa abad yang
lalu. Tujuan dari teknologi sel mikroba ini adalah untuk pengawetan pangan yang
menghasilkan berbagi jenis pangan terfermentasi seperti dadih (yoghurt dan keju),
tauco, tape dan sebagainya. Sedangkan teknologi mikrobial yang bertujuan untuk
menghasilkan bahan kimia (sekaligus bahan pangan) adalah produksi etanol oleh
khamir dan proses lanjutannya untuk menghasilkan cuka (asam asetat) oleh bakteri.
Pada awal abad ke II ditemukan teknologi produksi gliserol oleh khamir yang
dirangsang oleh kebutuhan untuk memproduksi dinamit. Berbagai macam asam dan
enzim sudah dapat dihasilkan dengan bantuan mikroba ini.
Bahkan sederetan bahan kimia lain yang telah dapat diproduksi secara mikrobial.
Mikroba sudah terbukti merupakan agen biologis yang sangat potensial untuk
menghasilkan berbagai jenis zat kimia. Banyak di antaranya merupakan bahan aditif
pangan. Teknologi produksi aditif pangan secara mikrobial dilandasi oleh teknik
manipulasi metabolisme agar zat yang dikehendaki terakumulasi dan dikeluarkan dari
dalam sel. Teknik manipulasi metabolisme ini diperoleh dari mutasi konvensional
seperti radiasi dengan sinar X, UV, Gamma dan penggunaan mutagen kimia, maupun
mutasi modern melalui rekayasa genetik.
2. Aplikasi enzim baik untuk persiapan bahan maupun pengolahan pangan
Teknologi aplikasi enzim untuk persiapan maupun pengolahan pangan sangat
luas. Aplikasi yang tergolong kelompok pertama, misalnya pembuatan sirup glukosa
dari pati-patian yang melibatkan enzim-enzim α dan β amylase, amiloglukosidase dan
pullulanase, konversi glukosa ke fruktosa oleh glukosaisomerase, penggunaan
pektinase untuk membantu ekstraksi pati dari bahan asalnya, modifikasi pati untuk
mengubah sifat fungsionalnya dan sebagainya. Kelompok kedua, misalnya
penggunaan lipase untuk menghasilkan emulsifier, surfaktant, mentega, coklat tiruan,
protease untuk membantu pengempukan daging, mencegah kekeruhan bir,
naringinase untuk menghilangkan rasa pahit pada jus jeruk, glukosa oksidase untuk
mencegah reaksi pencoklatan pada produk tepung telur dan lain-lain.
3. Kultur sel atau jaringan tanaman dan tanaman transgenik
Sel tanaman mempunyai kemampuan yang disebut “totipotency”, yaitu
kemampuan tumbuh dan berkembang biak untuk menjadi tanaman lengkap pada
medium yang memenuhi syarat. Sel tersebut dapat tumbuh tanpa mengalami
deferensiasi. Hal ini tergantung pada kadar hormon pertumbuhan yang diberikan.
Pemberdayaan sel atau jaringan tanaman bertujuan untuk:
7. Produksi zat kimia atau aditif pangan.
8. Menumbuhkan tanaman (dengan produk bahan pangan) bersifat tinggi.
9. Menumbuhkan tanaman dengan produktivitas bahan pangan tinggi.
Sifat variasi somaklonal dari sejumlah populasi sel tanaman yang tumbuh dapat
digunakan untuk menyeleksi sel tanaman yang unggul untuk memproduksi metabolit
tertentu. Produk-produk aditif dari sel tanaman tersebut berguna untuk:
1. Zat warna pangan (antosianin, betasinin, saffron).
2. Flavor (strawberry, anggur, vanilla, asparagus).
3. Minyak atsiri (mint, ros, lemon bawang).
4. Pemanis (steviosida, monelin).
Tanaman transgenik adalah khususnya tanaman yang mempunyai gen hasil alihan
dari mikroorganisme lain. Contoh tanaman transgenik adalah tanaman yang
mengandung gen racun serangga dari Bacillus thuringiensis (gen Bt). Tanaman kentang
tahan terhadap herbisisda biolaphos, tanaman kapas tahan terhadap herbisisda
glyphosate.
4. Kultur sel hewan dan hewan transgenik
Kultur sel hewan adalah sistem menumbuhkan sel manusia maupun hewan untuk
tujuan memproduksi metabolit tertentu. Aplikasi dari sistem ini banyak digunakan
untuk menghasilkan produk-produk farmasi dan kit diagnostik dengan jenis produk
berupa molekul protein kompleks. Aplikasi yang berhubungan tidak langsung dengan
masalah pangan, misalnya: penetapan jenis kelamin dari embrio yang akan ditanam,
penentuan masa ovulasi dari sapid an fertilisasi in vitro untuk hewan. Adapun contoh-
contoh produk yang biasa dihasilkan oleh sel hewan misalnya: interferon, tissue
plasminogen activator, erythroprotein, hepatitis B surface antigen. Hewan
transgenik adalah hewan yang menerima gen pindahan dari organisme lain (atau
hewan yang sama) untuk tujuan-tujuan yang tentunya dianggap menguntungkan bagi
manusia.
5. Rekayasa protein
Aplikasi rekayasa protein dalam bidang pangan melibatkan dua hal yaitu:
1. Enzim melalui modifikasi molekul protein, untuk stabilitas enzim pada kondisi-
kondisi khusus.
2. Misalnya perbaikan kestabilan termal dari enzim glukosa isomerase.
3. Modifikasi protein pangan untuk mengubah sifat fungsionalnya, untuk memperbaiki
sifatelastisitas, kemampuan membentuk emulsi atau kemampuan menstabilkan
tekstur.

D. Manfaat Bioteknologi dalam Bidang Pangan


Peran bioteknologi, khususnya pemanfaatan mikroba dalam bidang pangan, telah
cukup luas dikenal masyarakat. Dengan mudah, kita dapat menemukan makanan dan
minuman hasil fermentasi mikroba. Adapun manfaat bioteknologi dalam bidang
pangan adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan produk makanan yang bergizi tinggi. Contohnya: tempe, roti dan nata
de coco.
2. Menghasilkan produk makanan dan minuman hasil fermentasi alkohol. Contohnya:
tapai, bir dan wine.
3. Menghasilkan produk makanan dan minuman hasil fermentasi Asam. Contohnya:
yoghurt, keju, sauerkraut dan pikel (acar).
4. Menghasilkan produk bahan penyedap. Contohnya: tauco, kecap, terasi, dan cuka.
E. Produk Bioteknologi dalam Bidang Pangan
Secara garis besar, produk bioteknologi dalam bidang pangan dapat
dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut:
1. Produk makanan bergizi tinggi
a. Tempe
Salah satu contoh makanan bergizi tinggi hasil bioteknologi adalah tempe. Tempe
merupakan makanan tradisional masyarakat Indonesia yang sudah dikenal sejak dulu.
Tempe dibuat dengan memanfaatkan jamur genus Rhizopus, seperti R. stoloniferus, R.
oligosporus, dan R. oryzae. Tempe memiliki beberapa keunggulan, yaitu bergizi tinggi
dan mudah dicerna. Hal itu disebabkan selama proses fermentasi, jamur Rhizopus
menghasilkan enzim protease yang mampu mendegradasi protein menjadi asam
amino dan juga menghasilkan enzim lipase yang menguraikan lemak menjadi asam
lemak. Baik asam amino maupun asam lemak merupakan senyawa sederhana yang
langsung dapat diserap oleh tubuh.
b. Oncom
Oncom terbuat dari ampas tahu, yaitu ampas kedelai dengan bantuan jamur
Neurospora sitophila. Jamur ini dapat menghasilkan zat warna merah atau oranye
yang merupakan pewarna alami. Neurospora dapat mengeluarkan enzim amilase,
lipase protease yang aktif selama proses fermentasi. Selain itu, juga dapat
menguraikan bahan-bahan dinding sel ampas kacang kedelai, singkong, atau kelapa.
Fermentasi ini juga menyebabkan terbentuknya sedikit alkohol dan berbagai ester
yang beraroma sedap.
c. Roti
Roti juga termasuk makanan produk bioteknologi yang bergizi tinggi. Roti dibuat
dengan cara fermentasi oleh ragi atau yeast. Dalam pembuatan roti, produk
fermentasi yang diperlukan hanyalah karbon dioksida. Karbon dioksida membentuk
gelembung-gelembung udara dalam adonan roti. Gelembung-gelembung udara
tersebut menjadi roti bertekstur ringan atau berongga-rongga. Adonan roti terdiri atas
campuran tepung terigu, garam, lemak, air dan yeast. Yeast tidak memiliki enzim untuk
memecah amilum yang terdapat di dalam tepung, tetapi penambahan air
mengaktifkan enzim amilase yang ada di dalam tepung terigu. Selanjutnya, enzim
amylase memecah amilum menjadi gula dan gula difermentasi menjadi alcohol serta
karbon dioksida oleh yeast.
d. Nata de coco
Nata de coco merupakan produk fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter
xylinum. Nata sebenarnya adalah polisakarida (selulosa) yang disintesis bakteri
tersebut selama proses fermentasi berlangsung. Biosintesis selulosa ini menggunakan
sumber gula yang berasal dari medium air kelapa, yaitu glukosa dan fruktosa.
2. Produk makanan dan minuman hasil fermentasi alkohol
a. Tapai
Tapai merupakan makanan beralkohol yang memiliki rasa khas dengan
kandungan alkohol 3-5 %. Untuk membuat tapai digunakan ragi tapai. Pada ragi tapai
terdapat berbagai mikroorganisme, umumnya dari kelompok jamur dan khamir
(yeast). Pada saat fermentasi tapai terjadi proses sakarifikasi pati (amilum) oleh enzim
amilase yang dihasilkan oleh jamur, kemudian dilanjutkan dengan fermentasi alkohol
oleh khamir.
b. Bir
Bir dibuat dari tumbuhan barley (sejenis gandum). Pada umumnya yeast yang
digunakan dalam pembuatan bir adalah Saccharomyces cerevisiae dan S.
carlsbergensis. Enzim-enzim yang terdapat di dalam yeast mengubah maltosa dalam
biji barley menjadi glukosa. Fermentasi bir umumnya memakan waktu 5-14 hari,
bergantung pada jenis bir dan hasil pengubahan gula menjadi alcohol, yaitu 3-5 %
larutan.
c. Minuman anggur atau wine
Minuman anggur atau wine terbuat dari sari buah anggur yang juga
difermentasikan oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Jenis minuman anggur yang
dihasilkan bergantung pada jenis buah anggur yang digunakan, proses fermentasi, dan
cara penyimpanannya. Rasa dan aroma anggur bergantung pada asam-asam organik
dan senyawa-senyawa aromatik organik yang terdapat di dalam sari buah anggur dan
proses fermentasi. Minuman anggur umumnya mengandung alkohol dengan kadar 10-
15 %.
3. Produk makanan dan minuman hasil fermentasi asam
a. Yoghurt
Bakteri asam laktat yang digunakan untuk pembuatan yogurt adalah Lactobacillus
bulgaris, Streptococcus lactis, dan Streptococcus thermophilus. Bakteri-bakteri
tersebut mengubah gula susu (laktosa) menjadi asam laktat. Kondisi asam
menyebabkan susu mengalami penggumpalan menjadi dadih susu. Dadih susu
terbentuk selama fermentasi oleh bakteri asam laktat. Pembuatan yoghurt dan keju
bergantung pada proses penggumpalan susu tersebut.
b. Keju
Keju dibuat dari air susu yang diasamkan dengan memasukkan bakteri, yaitu
Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus thermophillus. Untuk mengubah gula susu
(laktosa) menjadi asam susu (asam laktat) susu dipanaskan terlebih dahulu pada suhu
tertentu dengan maksud untuk membunuh bakteri yang berbahaya agar berhasil
dalam proses pembuatannya. Selanjutnya, ditambahkan campuran enzim yang
mengandung renin untuk menggumpalkan susu sehingga terbentuk lapisan, yaitu
berupa cairan susu yang harus dibuang, sedangkan bagian yang padat diperas dan
dipadatkan. Enzim tersebut akan menambah aroma dan rasa, juga akan mencerna
protein dan lemak menjadi asam amino. Keju menjadi keras apabila kelembabannya
kecil dan pemampatannya besar. Jika masa inkubasinya semakin lama, maka
keasamannya makin tinggi sehingga cita rasanya makin tajam.
c. Sauerkraut dan pikel (acar)
Bakteri asam laktat yang digunakan untuk fermentasi sayur-sayuran dan biji-bijian
dalam pembuatan sauerkraut dan pikel (acar) adalah Lactobacillus casei, Lactobacillus
brevis, Lactobacillus cremoris. Makanan yang difermentasikan oleh bakteri asam
laktat, selain menjadi awet juga memiliki cita rasa yang khas dan mutu gizinya lebih
baik.
4. Produk bahan penyedap
a. Tauco
Tauco merupakan produk fermentasi biji kedelai oleh kapang, khamir, ataupun
bakteri. Pada pembuatan tauco terdapat dua tahap proses fermentasi yaitu fermentasi
tahap pertama dilakukan oleh kapang, seperti pada pembuatan tempe. Dan
fermentasi tahap kedua dilakukan oleh bakteri atau khamir yang halotoleran dalam
larutan garam. Mikroorganisme yang terlibat dalam pembuatan tauco, antara lain
Aspergillus oryzae, Rhizopus oligosporus, Laktobacillus delbruckii, Hansenulla sp.,
Zygosaccharomyces soyae.
b. Kecap
Kecap merupakan bahan penyedap hasil fermentasi biji kedelai. Mikroorganisme
yang terlibat dalam fermentasi kecap, antara lain Aspergillus oryzae, Aspergillus soyae,
bakteri asam laktat homofermentatif (Laktobacillus), dan khamir halotoleran. Peran
bakteri asam laktat adalah membentuk rasa dan aroma kecap yang khas. Enzim
terpenting yang dihasilkan selama pembuatan kecap adalah enzim protease.
c. Terasi
Terasi merupakan produk fermentasi dari udang atau ikan menjadi bentuk pasta
berwarna merah kecokelatan dan beraroma khas. Mikroorganisme yang terlibat
dalam fermentasi terasi, antara lain bacillus, pediococcus, lactobacillus,
brevibacterium, dan corynebacterium.
d. Cuka
Cuka merupakan bahan penyedap hasil oksidasi etanol oleh bakteri Acetobacter.
Etanol itu sendiri dapat berasal dari bir, anggur, atau sari buah apel. Cuka bersifat
sangat asam sehingga sebelum digunakan harus diencerkan dulu dengan air.
F. Dampak Penggunaan Bioteknologi
1. Dampak positif
1. Bioteknologi dapat mengatasi kekurangan bahan makanan (protein dan vitamin).
Dengan bioteknologi, bahan makanan dapat diproduksi secara lebih cepat tanpa
memerlukan ruangan yang luas (misal PST).
2. Membantu mengatasi masalah kesehatan dengan menyediakan obat-obatan untuk
memberantas penyakit secara lebih murah.
3. Menyediakan berbagai senyawa organik seperti alkohol, asam asetat, gula, bahan
makanan, protein, vitamin.
4. Menyediakan energi, misalnya biogas.
5. Memperbaiki lingkungan (misal bakteri pencerna limbah)
6. Mengatasi kesulitan memperoleh keturunan (bayi tabung)
2. Dampak negatif
a. Dampak terhadap lingkungan
Dampak bioteknologi terhadap lingkungan adalah timbulnya dampak yang
merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh potensi terjadinya
aliran gen ke tanaman sekerabat atau kerabat dekat. Pelepasan organisme transgenik
(berubah secara genetik) ke alam bebas dapat menimbulkan dampak berupa
pencemaran biologi yang dapat lebih berbahaya daripada pencemaran kimia dan
nuklir. Dengan keberadaan rekayasa genetika, perubahan genotipe tidak terjadi secara
alami sesuai dengan dinamika populasi, melainkan menurut kebutuhan pelaku
bioteknologi itu. Perubahan drastis ini akan menimbulkan bahaya, bahkan
kehancuran. “menciptakan” makhluk hidup yang seragam bertentangan dengan
prinsip di dalam biologi sendiri, yaitu keanekaragaman.
Contoh lainnya adalah pembuatan tempe atau kecap dalam skala besar dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Air limbah dan kulit kedelai dari proses
pembuatan tempe, apabila dibiarkan tergenang dalam waktu cukup lama, limbah
tersebut mengubah lingkungan menjadi tidak sehat. Jika air limbah itu dibiarkan
mengalir ke dalam kolam-kolam ikan atau ke lahan-lahan persawahan, kehidupan ikan
atau tanaman akan terganggu, bahkan bisa mati. Selain meracuni organisme yang
hidup di dalam air, limbah ini juga menimbulkan bau yang tidak enak. Untuk itu maka
perlu ditangani secara baik agar tidak mencemari lingkungan.
b. Dampak terhadap kesehatan
Produk rekayasa di bidang kesehatan dapat juga menimbulkan masalah serius.
Contohnya adalah penggunaan insulin hasil rekayasa telah menyebabkan 31 orang
meninggal di Inggris. Tomat Flavr Savrt diketahui mengandung gen resistan terhadap
antibiotik.Susu sapi yang disuntik dengan hormon BGH disinyalir mengandung bahan
kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan manusia.
Selain itu, di bidang kesehatan manusia terdapat kemungkinan produk gen asing,
seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis maupun bacillus sphaeericus, dapat
menimbulkan reaksi alergi pada tubuh manusia, perlu di cermati pula bahwa insersi
(penyisipan) gen asing ke genom inang dapat menimbulkan interaksi antara gen asing
dan inang produk bahan pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi.
Tidak semua masyarakat menerima bioteknologi, karena menganggap melawan
kodrat alam. Padahal sebenarnya para ahli hanya mencontoh peristiwa yang terjadi di
alam. Bioteknologi yang menimbulkan kontroversi misalnya bayi tabung, pengklonaan
manusia dan transplantasi organ. Belum ada hukum yang mengikuti perkembangan
bioteknologi, misalnya hukum tentang nenek yang mengandung cucunya. Ada
kekhawatiran keterampilan merekayasa gen dimanfaatkan untuk kejahatan, misalnya
mengubah gen bakteri untuk menjadi ganas dan digunakan untuk senjata biologi.
Munculnya organisme transgenik yang belum diketahui dampaknya. Organisme
transgenik dikhawatirkan justru akan mempengaruhi keseimbangan alam, sulit
dikendalikan atau dapat membahayakan keselamatan manusia.
c. Dampak di bidang sosial ekonomi
Beragam aplikasi rekayasa menunjukkan bahwa bioteknologi mengandung
dampak ekonomi yang membawa pengaruh kepada kehidupan masyarakat. Produk
bioteknologi dapat merugikan petani kecil. Penggunaan hormon pertumbuhan sapi
(bovinegrowthhormone: BGH) dapat meningkatkan produksi susu sapi sampai 20%
niscaya akan menggusur peternak kecil. Dengan demikian, bioteknologi dapat
menimbulkan kesenjangan ekonomi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi,
tembakau, cokelat, kopi, gula, kelapa, vanili, ginseng, dan opium akan dapat dihasilkan
melalui modifikasi genetika tanaman lain, sehingga akan menyingkirkan tanaman
aslinya. Dunia ketiga sebagai penghasil tanaman-tanaman tadi akan menderita
kerugian besar.
Dampak bioteknologi di bidang sosial ekonomi yang lain adalah persaingan
internasional dalam perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan
tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum
memiliki teknologi yang maju. Kesenjangan teknologi yang sangat jauh tersebut
disebabkan karena bioteknologi modern sangat mahal sehingga sulit dikembangkan
oleh negara berkembang. Ketidakadilan, misalnya sangat terasa dalam produk
pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten yang
dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara
maju.
d. Dampak terhadap etika
Menyisipkan gen makhluk hidup lain memiliki dampak etika yang serius.
Menyisipkan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap melanggar
hukum alam dan sulit diterima masyarakat. Mayoritas orang Amerika berpendapat
bahwa pemindahan gen itu tidak etis, 90% menentang pemindahan gen manusia ke
hewan, 75% menentang pemindahan gen hewan ke hewan lain.

Anda mungkin juga menyukai