PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari
bencana alam. Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan
panas, listrik)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) (Paula,K.,dkk,
2009). Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko
tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam
usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar dari pada yang
ini.
(Brunner&Suddarth, 2001).
pada luka bakar yang benar. Pertolongan pertama adalah penanganan yang
diberikan saat kejadian atau bencana terjadi di tempat kejadian, sedangkan
Indonesia kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar setiap
rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Bila ditinjau Rumah
Sakit Pertamina sebagai salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas
(Rivai T, 2010). Data Prevalensi kasus luka bakar di Jawa Timur sekitar
ada korban jiwa ataupun korban yang luka, penyebab kebakaran berasal
dari kebocoran gas LPG, konsleting listrik, dan minyak tanah yang tersulut
korban yang tidak tepat dan prinsip pertolongan awal yang tidak sesuai.
dengan luka bakar luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk
kegawatdaruratan pada (PPGD) pada luka bakar. Selain itu perlu merubah
keyakinan masyarakat yang masih menggunakan odol dalam penanganan
luka bakar dan mengajarkan cara penanganan luka bakar yang benar.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
2.3 Etiologi
Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar
adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian
dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem
sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah,
mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung
komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah
keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan
merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang
kering dan gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan
yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).
Metode Rule of Nines untuk menentukan daerah permukaan tubuh total
(Body surface Area : BSA) untuk orang dewasa adalah :
1. Kepala dan leher : 9%
2. Ekstremitas atas kanan : 9%
8. Genetalia : 1%
100%
Kartu Penilaian Luka Bakar menurut Nelson, 1992
Tubuh Bagian Usia (tahun)
Kepala 19 % 15 % 13% 10 %
Lengan Kanan 9 '/2 % 9'/2 % 9'/2 % 9%
Kaki Kanan 15 % 17 % 18 % 18 %
Kaki Kiri 15 % 17 % 18 % 18 %
5. D. PATOFISIOLOGI
6. E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. Penatalaksanaan
7. Non-operatif
Pada 6 jam pertama luka bakar merupakan fase kritis. Rujuk segera
pasien yang mengalami luka bakar parah ke rumah sakit. Berikut
langkah – langkah yang dilakukan untuk pertolongan pertama pada
luka bakar, antara lain (WHO, 2003) :
- Jika pasien belum mendapatkan pertolongan pertama, alirkan
air dingin pada luka bakar pasien untuk mencegah kerusakan
lebih jauh dan melepaskan pakaian yang terbakar.
- Jika luka bakar terbatas, kompres dengan air dingin selama
30 menit untuk mengurangi nyeri, edema dan
meminimalisasi kerusakan
jaringan.
8. Operatif
Luka bakar
Kerusakan jaringan
(epidermis,dermis)
Port
de entry
Gangguan Merangsang Kerusakan Kapiler Takut Bergerak Mikroorganisme
Integritas Kulit Gangguan Syaraf perifer Integritas kulit
Permeabilitas
Alarm Nyeri Meningkat Pergerakan Terbatas Resti Infeksi Resti
Infeksi
Aman Nyaman Nyen Gangguan rasa Gangguan Rasa Cairan merembes Cairan
merembes
Aman Nyaman : nyeri Ke Interstisial jaringan sub kutan Vesikulasi Mibilitas Fisik
Gangguan Fisik
Oedema
Penurunan Volume Vesikel pecah dalam
Darah yang Bersirkulasi keadaan luas
(Wong, 2003)
Tujuan : pasien menunjukkan penyembuhan luka.
Intervensi :
a. Cukur rambut 2 inchi dari daerah luka segera setelah terjadi luka bakar.
e. Sentuh daerah yang tidak terjadi luka bakar untuk memberikan kontak
fisik dan kenyamanan.
f. Berikan tehnik-tehnik pengurangan nyeri non pengobatan yang sesuai
Intervensi :
a. Laksanakan dan pertahankan kontrol infeksi sesuai kebijakan ruang
e. Cegah kontak pasien dengan orang yang mengalami ISPA / infeksi kulit
f. Berikan obat antimikrobial dan penggantian. balutan pada luka
b. Berikan tinggi kalori, tinggi protein dan makanan kecil untuk mencegah
kekurangan protein dan memenuhi kebutuhan kalori.
c. Timbang BB tiap minggu untuk melengkapi status nutrisi
c. Ajarkan latihan ROM aktif dan pasif setiap 4 jam, berikan pujian setiap
kali pasien melakukan latihan ROM
d. Ambulasi pasien secara dini jika memungkinkan.
(Carpenito, 2000)
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.
23
Intervensi :
a. Kaji warna, sensasi, gerakan.
c. Dorong latihan rentang gerak aktif pada bagian tubuh yang sakit