Buku 4
PRAKATA
Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan ini disusun oleh
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah melalui Proyek Pembinaan Manajemen
Lingkungan Prasarana Wilayah, yang dilaksanakan dengan bantuan konsultan.
a) Sistem Manajemen Lingkungan Proyek Jalan, produk Ditjen Bina Marga melalui
Proyek ISEM (Institutional Strengthening of Environmental Management);
b) Manual Manajemen Lingkungan Jalan Perkotaan, produk Ditjen Tata Perkotaan dan
Tata Perdesaan melalui Proyek SESIM (Strengthening of Environmental and Sosial
Impact Management).
c) Pedoman Pemantauan Lingkungan Bagi Tim Supervisi yang disusun oleh Subdit Bina
Lingkungan Prasarana, Ditjen Prasarana Wilayah, Departemen Kimpraswil.
Buku pedoman ini merupakan salah satu bagian dari kumpulan pedoman pengelolaan
lingkungan Hidup Bidang Jalan yang sedang disusun, yang terdiri dari empat buku, yaitu:
i
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
PENDAHULUAN
Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan ini adalah hasil
pemutakhiran dan pemantapan pedoman-pedoman yang telah ada sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan bidang lingkungan hidup serta peraturan-peraturan
lain terkait yang berlaku.
Pedoman ini disusun dengan maksud agar semua pihak yang bertanggungjawab atau
terkait dalam pembangunan jalan dan jembatan semakin mudah melaksanakan
penanganan dampak lingkungan yang mungkn terjadi akibat kegiatan pembangunan
tersebut, sehingga terwujud proses pembangunan jalan dan jembatan yang berwawasan
lingkungan.
Pedoman ini dijabarkan dari peraturan perundangan yang bersifat nasional, namun dapat
dijumpai di beberapa daerah (baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota)
ketentuan-ketentuan yang lebih ketat, khususnya bila sudah diperdakan.
Secara garis besar, isi pedoman ini memberikan petunjuk tentang cara pelaksanaan:
a) pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap perencanaan;
b) pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pra-konstruksi;
c) pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi;
d) pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pasca konstruksi; dan
e) evaluasi kualitas lingkungan pada tahap evaluasi pasca proyek.
ii
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
DAFTAR ISI
P rakata … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . i
P en d ah u lu an … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . ii
D aftar Isi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . iii
D aftar Lam p iran … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. v
1 R u an g lin g ku p … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 1
2 A cu an N orm atif … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 1
3 Istilah d an d efin isi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 2
4 Aspek-asp ek p em an tau an p en g elolaan lin g ku n g an h id u p … … … … … 5
4.1 Dampak lingkungan hidup akibat kegiatan proyek jalan dan alternatip
p en an g an an n ya … … … … … … … … … … … … … … … … .… … … … … … … … … … 5
4.2 P rosed u r p elaksan aan p em an tau an p en g elolaan lin g ku n g an … … . 12
4.3 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap perencanaan . 12
4.4 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap
pra-kon stru ksi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 15
4.5 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi 16
4.6 Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pasca
kon stru ksi … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 18
4.7 Evaluasi kualitas lingkungan hidup pada tahap evaluasi pasca
p royek ..… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. 19
4.8 M etod e p em an tau an ku alitas ling ku n g an … … … … … … … … … … … . 21
4.9 B aku m utu lin g ku n gan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 22
7 P em b iayaan … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 25
iii
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
8 P en u tu p … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .… … … .. 26
iv
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
DAFTAR LAMPIRAN
v
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
PEDOMAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN LIDUP BIDANG JALAN
1 Ruang lingkup
Petunjuk dan ketentuan-ketentuan dalam pedoman ini secara garis besar meliputi:
Pedoman pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini tidak mencakup
kegiatan pemantauan dan evaluasi manfaat (tujuan) proyek jalan bagi masyarakat di
sekitarnya, baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
2 Acuan normatif
1
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Dalam pedoman ini, digunakan definisi istilah-istilah yang telah baku digunakan dalam
peraturan dan perundang-undangan bidang jalan dan lingkungan hidup, antara lain:
2
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
3.1 jalan
suatu prasarana transportasi jalan dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas;
3.2 jembatan
prasarana transportasi darat yang menghubungkan antar badan jalan karena terbelah
oleh sungai atau lalu lintas lainnya;
3
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
3.14 pemrakarsa
orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan / atau
kegiatan yang akan dilaksanakan;
3.17 LARAP
Land acquisition and resetlement action plan (rencana pelaksanaan pengadaan tanah
dan pemukiman kembali).
4
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
4.1 Dampak lingkungan hidup akibat kegiatan proyek jalan dan alternatif
penanganannya
Bagi proyek-proyek jalan yang termasuk kategori wajib dilenglapi ANDAL atau UKL dan
UPL, dampak kegiatan proyek tersebut seharusnya telah teridentifikasi pada tahap
perencanaan, melalui proses studi AMDAL atau UKL dan UPL. Dan bagaimana cara
penanganan dampak tersebut seharusnya telah ditetapkan dalam dokumen RKL dan RPL
atau UKL dan UPL proyek jalan yang bersangkutan.
Dokumen RKL dan RPL masing-masing berisi arahan tentang lingkup pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup seperti tercantum pada Kotak 4.1 dan Kotak 4.2.
Demikian juga dokumen UKL dan UPL pada dasarnya sama dengan dokumen RKL dan
RPL, walaupun dampak-dampak yang perlu ditangani tidak termasuk kategori besar dan
penting.
Pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup suatu proyek jalan yang wajib
dilengkapi AMDAL atau UKL dan UPL, harus mengacu pada dokumen-dokumen RKL dan
RPL atau UKL dan UPL proyek yang bersangkutan.
Lingkup pemantauan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih terinci dan / atau spesifik
pada tahap pra-konstruksi tercantum dalam dokumen LARAP (bila ada).
Lingkup pemantauan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih terinci dan / atau spesifik
pada tahap konstruksi seharusnya tercantum dalam dokumen kontrak pekerjaan
konstruksi, yang berupa gambar-gambar desain dan spesifikasi teknis serta persyaratan
5
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Meskipun pada tahap ini belum ada kegiatan fisik yang mengakibatkan perubahan
kondisi lapangan, namun kegiatan survey / pengukuran untuk penentuan koridor / rute
jalan mungkin menimbulkan dampak sosial berupa keresahan masyarakat, bila mereka
tidak mendapat informasi yang jelas tentang rencana proyek jalan yang bersangkutan.
Kotak 4.1
Ketentuan-ketentuan pokok tercantum dalam dokumen RKL:
6
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Kotak 4.2
Ketentuan-ketentuan pokok tercantum dalam dokumen RPL:
Sumber dampak pada tahap pra-konstruksi adalah pengadaan tanah, khususnya untuk
pembangunan jalan baru atau pelebaran jalan yang ada di luar DAMIJA. Kegiatan ini
dapat menimbulkan dampak sosial yang sangat sensitif, terutama kalau tanah yang
terkena proyek berupa pemukiman padat atau lahan usaha produktif.
Sumber dampak lingkungan pada tahap konstruksi terutama adalah pengoperasian alat-
alat berat seperti buldozer, excavator, truk, stone crusher, AMP, road roller, dsb., dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan dan bangunan pelengkapnya. Pengoperasian
alat-alat berat menimbulkan dampak kebisingan dan polusi udara akibat sebaran debu
dan gas buang sisa pembakaran bahan bakar.
Dampak negatif terhadap aspek sosial juga dapat terjadi sehubungan dengan mobilisasi
tenaga kerja dari luar lokasi proyek.
7
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Sumber dampak pada tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian dan pemeliharaan
jalan. Dampak kegiatan pengoperasian jalan antara lain berupa kecelakaan lalu lintas
yang mungkin terjadi akibat kegiatan masyarakat pengguna jalan khususnya pengguna
kendaraan bermotor. Keberadaan jalan juga dapat merangsang kegiatan sektor lain
berupa penggunaan lahan sepanjang koridor jalan yang tidak terkendali, yang pada
akhirnya menimbulkan dampak terhadap kinerja jalan seperti kemacetan lalu lintas.
Di samping itu, mungkin juga terjadi dampak lingkungan terhadap jalan seperti longsor
dan banjir yang mengakibatkan kerusakan jalan sehingga lalu lintas kendaraan
terganggu.
Kegiatan pemeliharaan jalan dapat menimbulkan dampak berupa gangguan lalu lintas,
namun dampak tersebut hanya bersifat sementara.
Tabel 4.1
Matrik Arahan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan
Komponen
Kegiatan yang Prakiraan dampak Alternatif pengelolaan (parameter/indikator)
menimbulkan dampak yang timbul lingkungan lingkungan yang
perlu dipantau
A. Tahap Perencanaan
1. Survey / pengukuran 1. Keresahan 1. Konsultasi 1. Persepsi
masyarakat masyarakat masyarakat
2. Penetapan rute jalan
2. Potensi dampak 2. Penerapan 2. Kelayakan
pada aspek-aspek pertimbangan lingkungan
biogeofisik dan lingkungan dalam rencana kegiatan
sosial proses perencanaan proyek
B. Tahap Pra-konstruksi
1. Pengadaan Tanah a. Keresahan a. Sosialisasi a. Persepsi
masyarakat masyarakat
b. Ketidakpuasan atas b. Penetapan harga b. Keluhan
nilai kompensasi berdasarkan hasil masyarakat
c. Gangguan terhadap musyawarah
pendapatan c. Pembinaan sosial- c. Kondisi sosial-
ekonomi penduduk ekonomi penduduk
yang terkena proyek terkena proyek
8
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
C. Tahap Konstruksi
Persiapan Pekerjaan
Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga a. Kecemburuan sosial a.1 Tenaga kerja lokal a. Tenaga kerja lokal
kerja diprioritaskan terserap
a.2 Sosialisasi pada
penduduk lokal
Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi
a. Di lokasi proyek
1. Pembersihan dan a. Gangguan pd flora a. Penghijauan a. Liputan vegetasi
penyiapan lahan dan fauna;
b. Pencemaran udara b. Penyiraman secara b. Kualitas udara
berkala (kandungan debu)
c. Pencemaran air c. Pembuatan tanggul c. Kualitas air
permukaan. atau saluran
drainase sementara
utk pengendalian air
larian
d. Gangguan pada d. Pemindahan atau d. Kondisi utilitas
utilitas umum perbaikan utilitas
9
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
b. Gangguan lalu lintas b.1 Pengaturan lalu lintas b. Kondisi lalu lintas
b.2 Pemasangan rambu
lalu lintas
4. Pembuatan sistem a. Gangguan lalu lintas a.1 Pengaturan lalu lintas a. Kondisi lalu lintas
drainase a.2 Pemasangan rambu
lalu lintas
6. Pekerjaan bangunan a. Gangguan lalu lintas a.1 Pengaturan lalu lintas a. Kondisi lalu lintas
bawah dan atas a.2 Pemasangan rambu
jembatan atau jalan lalu lintas
layang
7. Pembangunan a. Gangguan lalu lintas a.1 Pengaturan lalu lintas a. Kondisi lalu lintas
bangunan pelengkap a.2 Pemasangan rambu
jalan lalu lintas
10
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
D. Tahap Pasca
Konstruksi
1. Pengoperasian jalan a. Pencemaran udara a. Penghijauan di a. Kualitas udara
(debu, gas polutan) median dan pinggir
b. jalan
c. Kebisingan b. Sda; pembuatan b. Tingkat kebisingan
noise barrier c. Kondisi lalu lintas
d. Kemacetan dan c.1 Pengaturan lalu dan kecelakaan
kecelakaan lalu lintas; lalu lintas
lintas c.2 pemasangan rambu
lalu lintas
11
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
2. Pemeliharaan jalan a. Gangguan lalu lintas a.1 Pengaturan lalu lintas a. Kondisi lalu lintas
a.2 Pemasangan rambu
lalu lintas sementara
Pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tiap tahap kegiatan proyek
secara umum dilakukan melalui urutan kegiatan seperti tercantum pada Tabel 4.2.
Tujuan pemantauan pada tahap ini adalah untuk mengetahui apakah proses
perencanaan telah menerapkan pertimbangnan lingkungan hidup atau belum.
Karena pada tahap ini belum ada kegiatan fisik yang menimbulkan dampak (perubahan
kualitas) lingkungan, kegiatan pemantauan tidak dilakukan terhadap komponen-
komponen lingkungan di lapangan, melainkan terhadap proses penerapan pertimbangan
lingkungan dalam palaksanaan perencanaan mulai dari tahap perencanaan umum
sampai ke tahap perencanaan teknis. Beberapa hal yang perlu dipantau antara lain:
Apakah rencana rute jalan sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan ?
Apakah rencana umum pembangunan jalan yang bersangkutan telah dikonsultasikan
dengan masyarakat ?
12
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Apakah rute jalan melalui atau berbatasan dengan areal sensitif ? (lihat Kotak 4.3
dan 4.4)
Apakah telah dilakukan Kajian Lingkungan Strategis ?
Apakah rencana kegiatan proyek termasuk kategori wajib dilengkapi AMDAL atau
UKL dan UPL ?
Apakah telah dilakukan konsultasai masyarakat untuk penyusunan KA - ANDAL ?
Apakah studi kelayakan dilengkapi dokumen AMDAL atau UKL dan UPL ?
Apakah ketentuan-ketentuan dalam RKL atau UKL telah dijabarkan dalam desain dan
spesifikasi / persyaratan teknis pekerjaan konstruksi ?
Apakah rencana pengadaan tanah dilengkapi dengan dokumen LARAP ?
Apakah persyaratan pengelolaan dan pemantaun lingkungan telah dicantumkan
dalam dokumen tender dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi ?
13
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
9. Penyusunan dan Keputusan Kepala Bapedal No: Khusus untuk proyek yang
pengiriman laporan KEP-105 tahun 1997 tentang wajib dilengkapi AMDAL.
pemantauan pelaksanaan Panduan Pemantauan
RKL dan RPL Pelaksanaan RKL dan RPL
Kotak 4.3
Areal Sensitif
14
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Kotak 4.4
Daftar Kawasan Lindung
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini terutama untuk
mencek kinerja penanganan dampak sosial akibat kegiatan pengadaan tanah dan
pemindahan penduduk.
15
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Dampak sosial yang perlu dipantau khususnya kondisi sosial-ekonomi penduduk pemilik /
pengguna tanah yang terkena pembebasan tanah dan terutama penduduk yang
terpindahkan. Hal ini meliputi:
a) keresahan masyarakat yang mungkin terjadi karena informasi tentang kegiatan
proyek yang kurang jelas;
b) munculnya provokator dan / atau spekulan tanah;
c) ketidakpuasan masyarakat atas besarnya nilai ganti rugi (kompensasi);
d) kehilangan / gangguan terhadap mata pencaharian masyarakat;
e) kondisi sosial-ekonomi masyarakat setelah terkena pembebasan tanah /
dipindahkan.
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini adalah untuk
mengetahui kinerja penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang mungkin
terjadi akibat kegiatan konstruksi.
16
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi pada dasarnya adalah
berupa pengaturan pengoperasian alat-alat berat di lokasi pekerjaan, yang meliputi:
Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di lokasi base camp meliputi antara lain:
Perawatan alat-alat berat seperti stone crusher, AMP, loader, dan sebagainya;
Pengelolaan sampah padat dan limbah cair;
Pencegahan tumpahan bahan bakar dan pelumas.
b) Di lokasi quarry
Lokasi quarry mungkin berada di daratan atau di perairan sungai (untuk pengambilan
pasir atau sirtu). Quarry daratan juga mungkin di areal dataran atau areal berbukit.
Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di lokasi quarry pada umumnya mencakup
antara lain:
Pencegahan erosi dan longsor;
Pencegahan pencemaran air;
Reklamasi (penghijauan).
17
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Komponen lingkungan hidup yang perlu dipantau sebagian besar berupa komponen fisik-
kimia seperti kualitas udara, tingkat kebisingan, kualitas air, bentang alam / lansekap,
stabilitas tanah (erosi / longsor) serta kerusakan jalan, dan gangguan terhadap
kenyamanan / kesehatan masyarakat setempat.
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini adalah untuk
mengetahui kinerja penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang terjadi akibat
kegiatan pengoperasian atau pemanfaatan dan pemeliharaan jalan yang telah selesai
dibangun / ditingkatkan, baik berupa penggunaan jalan oleh para pemakai kendaraan
maupun pejalan kaki. Di samping itu, perlu diperhatikan juga penanganan dampak
lingkungan terhadap kondisi jalan seperti banjir, longsor dan sebagainya.
18
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
4.7 Evaluasi kualitas lingkungan hidup pada tahap evaluasi pasca proyek.
Pada tahap ini diperlukan evaluasi kualitas lingkungan sehubungan dengan kinerja jalan
yang bersangkutan setelah umur desainnya terlampaui.
19
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
polusi udara;
kebisingan;
kemacetan lalu lintas;
kecelakaan lalu lintas.
c) Penilaian kualitas lingkungan dengan mengacu pada baku mutu lingkungan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah;
20
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
c) peningkatan akses para pedagang kecil produk pertanian ke pasar di desa-desa yang
lebih besar atau kota;
d) peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan, pendidikan dan penyuluhan pertanian
yang ada di kota bagi penduduk pedesaan;
e) peningkatan pendapatan uang tunai dalam jangka panjang, terutama karena
perbaikan akses ke pasar dan para pemasok (supplier);
f) peningkatan pendapatan uang dalam jangka pendek (sementara) sehubungan
dengan kesempatan kerja dalam pelaksanaan proyek jalan yang bersangkutan;
g) pengaspalan jalan agregat / tanah dapat meningkatkan kesehatan dan pola hidup
masyarakat sebagai akibat penurunan sebaran debu dari jalan.
Pada saat ini kegiatan monitoring dan evaluasi sosial-ekonomi proyek-proyek jalan pada
umumnya belum dilaksanakan, kecuali untuk beberapa proyek yang dibiayai dengan
dana bantuan luar negeri, seperti program Road Rehabilitation (Sector) Project (RR(S)P)
bantuan ADB, yang mensyaratkan implementasi program monitoring dan evaluasi sosial-
ekonomi (SEMEP = Socio-economic Monitoring and Evaluation Program).
Program tersebut harus dilaksanakan di beberapa sampel desa yang berdekatan dengan
jalan yang dibangun, sebelum kegiatan konstruksi dilaksanakan, kemudian pada tahun
pertama dan tahun keempat setelah konstruksi selesai. Idealnya, monitoring dan
evaluasi sosial-ekonomi ini dilaksanakan untuk semua proyek jalan, untuk menguji
(mengevaluasi) sejauh mana rencana manfaat proyek dapat tercapai.
Pedoman pemantauan pengelolaan lingkungan bidang jalan ini tidak mencakup petunjuk
untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi sosial-ekonomi. Untuk keperluan tersebut
seyogianya diperlukan pedoman lain yang lebih spesifik.
21
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
pemantauan tingkat kebisingan yang terjadi akibat pengoperasian alat-alat berat, tingkat
kebisingan diukur langsung di lapangan dengan menggunakan sound level meter.
Metode pemantauan lingkungan hidup yang harus digunakan untuk tiap komponen
(parameter atau indikator) lingkungan yang mungkin terkena dampak semestinya
tercantum dalam dokumen RPL atau UPL, yang telah ditetapkan berdasarkan hasil studi
pada tahap perencanaan. Ketentuan tentang metode pemantauan tersebut mencakup:
Untuk mengevaluasi atau menilai kualitas lingkungan di lokasi proyek dan sekitarnya,
hasil pemantauan komponen / parameter lingkungan tertentu dibandingkan dengan baku
mutu lingkungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan cara membandingkan
nilai hasil pemantauan terhadap baku mutu lingkungan tersebut dapat disimpulkan
apakah kualitas lingkungan memenuhi baku mutu atau tidak.
Beberapa contoh ketentuan baku mutu lingkungan disajikan dalam lampiran, yaitu:
Lampiran 6 : Baku Mutu Udara Ambien Nasional;
Lampiran 7 : Baku Tingkat Kebisingan;
Lampiran 8 : Baku Tingkat Getaran;
22
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
5.1 Dokumentasi
Hasil pemantauan pengelolaan lingkungan hidup untuk tiap tahap kegiatan proyek
didokumentasikan dengan menggunakan format laporan seperti tercantum pada
Lampiran 1 s/d 4. Sedangkan hasil evaluasi kualitas lingkungan pada tahap pasca proyek
didokumentasikan dengan menggunakan format seperti tercantum pada Lampiran 5.
5.2 Pelaporan
Laporan eksternal dibuat khusus untuk proyek-proyek jalan yang termasuk kategori
wajib dilengkapi dokumen AMDAL. Penyusunan laporan ini agar mengacu pada
23
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-105 Tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan
Pelaksanaan RKL dan RPL . Format laporan tercantum pada Lampiran 12, 13 dan 14.
Materi laporan disusun berdasarkan data tercantum dalam laporan internal tersebut pada
Butir 5.2.1.
6. Pelaksanaan Pemantauan
Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tiap tahap kegiatan / siklus proyek jalan
dilaksanakan oleh pemrakarsa atau pengelola kegiatan. Dalam hal ini penanggungjawab
pelaksanaan pemantauan tersebut adalah Pemimpin Proyek / Bagian Proyek atau unit
kerja / pengelola kegiatan yang bersangkutan.
Khusus untuk proyek jalan yang wajib dilengkapi AMDAL, laporan pemantauan
pelaksanaan RKL dan RPL tahap-tahap pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi
disampaikan oleh pemrakarsa / pengelola kegiatan kepada instansi pengawas
24
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
pelaksanaan pemantauan dan instansi pembina teknis bidang jalan serta instansi lain
yang terkait, yaitu:
7. Pembiayaan
Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pasca konstruksi
seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pemeliharaan dan rehabilitasi jalan, atau
dialokasikan secara khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana pemeliharaan dan
rehabilitasi jalan.
25
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Anggaran biaya evaluasi kualitas lingkungan pada tahap evaluasi pasca proyek perlu
dialokasikan secara khusus oleh instansi atau unit kerja yang membidangi kegiatan
perencanaan teknis atau pembinaan lingkungan.
Biaya pelaksanaan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup secara garis besar terdiri
dari komponen-komponen biaya:
transportasi;
personel (lumpsum);
peralatan dan material;
analisis laboratorium (bila perlu);
penyusunan laporan.
8. Penutup
Yang dimaksud dengan pemimpin proyek di sini adalah semua pemimpin proyek, selaku
pemrakarsa kegiatan, yang masing-masing secara berkesinambungan bertanggung
jawab dalam tiap tahap siklus proyek pembangunan jalan, meliputi:
26
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
27
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Gambar 8.1
Bagan Pengelolaan Lingkungan Proyek Jalan yang Berkesinambungan
Penyusunan
dokumen
AMDAL, UKL
dan UPL,
Desain,
Spesifikasi
Teknis, Pengadaan
LARAP Tanah
termasuk
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Laporan Pelaksanaan
Pelaksanaan Pekerjaan
Pengadaan Konstruksi
Tanah, termasuk
termasuk Pengelolaan
Laporan Lingkungan
Pemantauan Hidup
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Pemanfaatan,
Laporan
Pemeliharaan,
Pelaksanaan
Rehabilitasi
Pekerjaan
termasuk
Konstruksi
Pengelolaan
termasuk
Lingkungan
Laporan
Hidup
Pemantauan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Laporan
Pelaksanaan
Pemeliharaan
Evaluasi dan
Kualitas Rehabilitasi
Lingkungan termasuk
Hidup Laporan
Pasca Proyek Pemantauan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
28
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Tabel 4.3
Baku Mutu Emisi Untuk Jenis Kegiatan Lain
(Berlaku Efektif Tahun 2000)
A. Bukan Logam
1. Ammonia (NH3) 0,5
2. Gas Klorin (Cl2) 10
3. Hidrogen Klorida (HCl) 5
4. Hidrogen Flourida (HF) 10
5. Nitrogen Oksida (NO2) 1000
6. Opasitas 35 %
7. Ppartikel 350
8. Sulfur Dioksida (SO2) 800
9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 35
(Total Reduced Sulphur)
B. Logam
10. Air Raksa (Hg) 5
11. Arsen (As) 8
12. Antimon (Sb) 8
13. Kadmium (Cd) 8
14. Seng (Zn) 50
15. Timah Hitam (Pb) 12
Pemantauan besarnya dampak terhadap lingkungan hidup juga dapat dilakukan dengan
cara pengukuran sumber dampak. Sebagai contoh, Tabel 4.2 menunjukkan tingkat
kebisingan alat-alat berat yang biasa dioperasikan pada tahap konstruksi. Tabel tersebut
menunjukkan tingkat kebisingan pada sumbernya. Tingkat kebisingan pada jarak
tertentu dari lokasi alat berat tersebut dapat dihitung dengan menggunakan formula
(rumus matematik) yang sudah baku.
29
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Tabel 4.4
Tingkat Kebisingan Peralatan Konstruksi
Tingkat Kebisingan
Pada Pada jarak 15 m Pada jaral 30 m
No. Jenis Peralatan
Sumbernya dari sumbernya dari sumbernya
(dBA)
1. Buldozer 101 82,6 67,5
2. Backoe 98 82,6 60,5
3. Truk 64,6
4. Vibration roller 98 82,5 60,5
5. Vibration compactor 101 82,6 63,5
6. Road roller 101 82,6 63,5
7. Asphalt finisher 101 82,6 63,5
a) Pemeriksaan / pemahaman dokumen RKL dan RPL atau UKL dan UPL dan/atau
LARAP (bila ada) proyek jalan yang akan dipantau, untuk mengetahui jenis-jenis
kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan pada
tahap pra-konstruksi;
b) Pengecekan apakah pengadaan tanah telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku atau tidak;
c) Pengecekan lapangan untuk mengetahui dampak sosial yang telah terjadi dengan
menggunakan metode seperti tercantum dalam dokumen RPL atau UPL;
d) Pengecekan lapangan untuk mengetahui apakah pengelolaan lingkungan hidup telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tercantum dalam dokumen RKL / UKL atau
LARAP, bagaimana efektivitas (kinerjanya), dan apa kendalanya (bila ada);
e) Perumusan saran untuk perbaikan / penyempurnaan pelaksanaan pengelolaan
lingkungan selanjutnya (bila perlu);
a) Pemeriksaan / pemahaman dokumen RKL dan RPL atau UKL dan UPL proyek jalan
yang dipantau, untuk mengetahui jenis-jenis kegiatan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang harus dilaksanakan pada tahap konstruksi;
30
PEDOMAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
a) Pemeriksaan / pemahaman dokumen RKL dan RPL atau UKL dan UPL proyek jalan
yang dipantau, untuk mengetahui jenis-jenis kegiatan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang harus dilaksanakan pada tahap pasca konstruksi;
b) Pengecekan lapangan untuk mengetahui dampak lingkungan yang telah terjadi
akibat:
pengoperasian / pemanfaatan jalan oleh para pengguna jalan;
pemeliharaan / rehabilitasi jalan;
kegiatan-kegiatan sektor lain.
c) Pengecekan lapangan untuk mengetahui apakah pengelolaan lingkungan hidup telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tercantum dalam dokumen RKL / UKL atau
persyaratan pengelolaan lingkungan tercantum dalam kontrak pekerjaan
pemeliharaan atau rehabilitasi jalan, bagaimana efektivitas (kinerjanya), dan apa
kendalanya (bila ada);
d) Perumusan saran untuk perbaikan/penyempurnaan pelaksanaan pengelolaan
lingkungan selanjutnya (bila perlu);
31
Lampiran 1
1. Nama Proyek
8. Progres pekerjaan
B. Hasil Pemantauan
6. Konsultasi masyarakat untuk penyusunan Telah / sedang / belum/ tidak perlu / tidak
KA - ANDAL dilaksanakan *)
Halaman 1 - 1
Lampiran 1
10. Penyusunan dokumen UKL dan UPL Telah / sedang / belum / tidak perlu / tidak
dilaksanakan *)
13. Penjabaran RKL / UKL dalam desain dan Telah / sedang / belum / tidak dilaksanakan
spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi *)
Pelaksana Pemantauan
( … … … … … … … … … … .)
Halaman 1 - 2
Lampiran 2
1. Nama Proyek
4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi
B. Hasil Pemantauan
10. Jenis kompensasi yang telah disepakati Uang / tanah / kapling siap bangun / lain-lain
(… … … … … … … … … … ..)*)
Halaman 2 - 1
Lampiran 2
12. Kesepakatan jenis dan besarnya Semua sepakat / sebagian sepakat / belum
kompensasi ada kesepakatan *)
19. Kelancaran proses pembebasan tanah Lancar / kurang lancar / tidak lancar *)
Pelaksana Pemantauan
( … … … … … … … … … … .)
Halaman 2 - 2
Lampiran 3
1. Nama Proyek
4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi
7. Kontraktor
a. Nama Perusahaan
b. Alamat
8. Nomor Kontrak
Halaman 3 - 1
Lampiran 3
Halaman 3 - 1
Lampiran 3
Halaman 3 - 2
Lampiran 3
Halaman 3 - 3
Lampiran 3
Halaman 3 - 4
Lampiran 3
Pelaksana Pemantauan
( … … … … … … … … … … ..)
Halaman 3 - 5
Lampiran 4
4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi
7. Lebar DAMIJA … … … … .m
8. Lebar perkerasan … … … … .m
B. Hasil Pemantauan
1. Dampak Pengoperasian Jalan
Halaman 4 - 1
Lampiran 4
Pelaksana Pemantauan
( … … … … … … … … … … .)
Halaman 4 - 2
Lampiran 5
4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi
7. Lebar DAMIJA … … … … .m
8. Lebar perkerasan … … … … .m
B. Hasil Evaluasi
1. Volume lalu lintas harian … … … … … .. sm p
3. Jam sibuk P u ku l … … … .
Halaman 5 - 1
Lampiran 5
Pelaksana Pemantauan
( … … … … … … … … … … .)
Halaman 5 - 2
Lampiran 5
4. Lokasi:
a. Kabupaten / Kota *)
b. Propinsi
7. Lebar DAMIJA … … … … .m
8. Lebar perkerasan … … … … .m
B. Hasil Evaluasi
1. Volume lalu lintas harian … … … … … .. sm p
3. Jam sibuk P u ku l … … … .
Halaman 5 - 1
Lampiran 5
Pelaksana Pemantauan
( … … … … … … … … … … .)
Halaman 5 - 2
Lampiran 6
A. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
- Bandar Udara -
- Stasiun Kereta Api -
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya 60
B. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
A. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
- Bandar Udara -
- Stasiun Kereta Api -
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya 60
B. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
Tabel 8.1
Baku Tingkat Getaran Untuk Kenyamanan dan Kesehatan
Konversi :
2
percepatan = (2 f) x simpangan
kecepatan = 2 f x simpangan
= 3,14
Tabel 8.2
Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan
- Kecepatan mm/detik 4 < 2,0 2,27 > 2,27 – 140 > 140
Getaran 5 < 7,5 < 7,5 – 25 > 25 – 130 > 130
6,3 < 7,0 < 7 – 21 > 21 – 110 > 110
- Frekuensi Hz 8 < 6,0 < 6 – 19 > 19 – 100 > 100
10 < 5,2 < 5,2 – 16 > 16 – 90 > 90
12,5 < 4.8 < 4,8 – 15 > 15 – 80 > 80
16 < 4,0 < 4 – 14 > 14 – 70 > 70
20 < 3,8 < 3,8 – 12 > 12 – 67 > 67
25 < 3,2 < 3,2 – 10 > 10 – 60 > 60
31,5 < 3,0 < 3,0 – 9 > 9 – 53 > 53
40 < 2,0 <2– 8 > 8 – 50 > 50
50 < 1,0 <1– 7 > 7 - 42 > 42
Halaman 8 - 1
Lampiran 8
Tabel 8.3
Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Jenis Bangunan
Tabel 8.4
Baku Tingkat Getaran Kejut
4. B a n g u n a n “ku a t” (m isa ln ya b a n g u n a n 10 – 40
industri terbuat dari beton atau baja).
Halaman 8 - 2
Lampiran 9
Kelas
Parameter Satuan I II III IV Keterangan
Fisika
o
Temperatur C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya
Residu Terlarut mg/l 1000 1000 1000 2000
Residu Tersuspensi mg/l 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu
tersuspensi < 5000 mg/l
Kimia Anorganik
pH 6– 9 6– 9 6– 9 5– 9 Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan
berdasarkan kondisi alamiah
BOD mg/l 2 3 6 12
COD mg/l 10 25 50 100
DO mg/l 6 4 3 0 Angka batas minimum
NH3 - N mg/l 0,5 *) *) *) Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka
< 0,02 mg/l sebagai NH3
Kimia Organik
Minyak dan Lemak mg/l 1000 1000 1000 *)
Detergen mg/l 200 200 200 *)
Mikrobiologi
Fecal Coliform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform
Total Coliform Jml/100 ml 1000 5000 10.000 10.000 < 2000 jml/100 ml dan Total coliform < 10.000/100 ml
Sumber : Cuplikan dari Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Keterangan : *) Untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan.
Kelas I : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut
Kelas II : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana / sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas III : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ukan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
Kelas IV : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Lampiran 10
Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran
1. Topografi
1.1 Lubang galian
a. Kedalaman > 1 m di atas muka air tanah Melebihi muka air tanah > 10 cm di bawah muka air Melebihi muka air tanah
pada musim hujan pada musim hujan tanah pada musim hujan pada musim hujan
2. Tanah
Tanah yang dikembalikan < 25 cm < 50 cm < 25 cm < 25 cm
sebagai tanah penutup
3. Vegetasi
3.1 Tutupan tanaman < 20 % tanaman tumbuh di
budidaya seluruh lahan penambangan
3.2 Tutupan tanaman < 50 % tanaman tumbuh di
tahunan seluruh lahan penambangan
3.3 Tutupan tanaman lahan < 50 % tanaman tumbuh di
basah seluruh lahan penambangan
3.4 Tutupan tanaman lahan < 50 % tanaman tumbuh di
kering / rumput seluruh lahan penambangan
Sumber : Lampiran I Kepmen LH No: KEP-43/MENLH/10/1996 Tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan
Galian Golongan C Jenis Lepas di Dataran
Lampiran 11
RKL PELAKSANAAN
Halaman 12 - 1
Lampiran 13
LAPORAN HASIL
PEMANTAUAN PELAKSANAAN RKL DAN RPL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. T U J U A N
BAB II
RINGKASAN RKL DAN RPL
A. RINGKASAN RKL
B. RINGKASAN RPL
Halaman 13 - 1
Lampiran 13
BAB III
HASIL PELAKSANAAN
A. RKL
B. RPL
- Uraikan secara singkat pelaksanaan pemantauan lingkungan dan hasil yang dicapai.
- Lampirkan berbagai hasil pengukuran (hasil pelaksanaan fisik dan hasil analisis
laboratorium).
BAB IV
EVALUASI
Halaman 13 - 2
Lampiran 12
RPL PELAKSANAAN
1 2 3 4 6 6 7 8 9 10 11 12
Halaman 12 - 2