Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.S


DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN :
DIABETES MELITUS TIPE II
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Keperawatan Gerontik”
Dosen Pengampu : Yani , S.Kep., Ners.

Disusun oleh Kelompok 1 :


Rizki Maulana
Roni Firmansyah
Santi Siti Rosyidah
Sarah Siti Fatimah N
Silva Heryanti N
Siti Rahmalia N
Sri Rahayu
Susi Susanti
Suhaeni
Suni Sundari Satori
Susan Pernanda
S1 Keperawatan Tk. 4B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) KARSA HUSADA
GARUT

T.A 2019 – 2020


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Kami menyadari dan merasa
yakin bahwa dalam isi makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, namun itulah batas kemampuan yang kami berikan. Judul yang
ditulis Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. S dengan Gangguan Sistem
Endokrin : Diabetes Melitus Tipe II.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami tidak lepas dari berbagai
kesulitan dan hambatan baik dari segi penulisan maupun isi materinya. Namun
karena berbagai usaha yang kami tempuh akhirnya terwujud jugalah makalah ini
sesuai waktu yang telah ditentukan, sekalipun dalam penyajian banyak terdapat
kekurangan dan kekhilafan.
Akhir kata kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidak
sempurnaan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu ide, gagasan, kritik
serta saran yang dapat menambah kelengkapan makalah ini sangat kami harapkan.
Atas segala kekurangan, kesalahan, dan kekeliruan yang terkandung dalam isi
makalah ini sebelumnya kami mohon dimaafkan.

Garut, November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-


tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul
pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin khususnya penyakit diabetes
mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi
dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily
living (Fatmah, 2010).
Tingkat prevalensi dari diabetes mellitus sangat tinggi, diduga terdapat
sekitar 10 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagosis
600.000 kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika
Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan akibat retinopati diabetik (Price,
1995).
Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena
penyakit vaskuler. Komplikasi yang paling utama adalah serangan jantung, payah
jantung, stroke dan ganggren. Selain itu, kematian neonatal intrauterine pada ibu-
ibu yang menderita diabetes meningkat (Price, 1995).
Prevalensi DM di Indonesia tahun 2013 adalah 2,1% angka tersebut lebih
tinggi di banding dengan tahun 2007 yang hanya 1,1% (Kemenkes 2013).
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jabar (2012) di Jawa Barat pada tahun 2007
jumlah penderita DM sebanyak 1,3% meningkat menjadi 2% tahun 2013 dan
menjadi penyakit tertinggi ke 9 tahun 2012 (Dinkes Jabar, 2012). Menurut Dinas
kesehatan Kabupaten Garut penyakit DM merupakan kasus terbanyak dibanding
penyakit metabolik lainya yaitu sebanyak 5.522 kasus atau sebesar 62.04% terjadi
pada perempuan sebanyak 3.426 kasus (Dinkes Kab. Garut. 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit diabetes mellitus?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan diabetes mellitus?
3. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien diabetes
mellitus?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui konsep penyakit diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan diabetes mellitus.
3. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada pasien diabetes
mellitus.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai


oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan
Suddarth, 2002).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada


seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai


berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
(Mansjoer dkk,1999).

2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus


2.2.1 Klasifikasi Klinis
1. Diabetes Mellitus
a. Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
b. Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
2. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
3. Diabetes Kehamilan (GDM)
2.2.2 Klasifikasi risiko statistik
1. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal
menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai
akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa
darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya
terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah
produksi insulin. (Nurarif, 2015)

2.3 Etiologi

DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon
insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali
sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya
kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas.

Keadaan yang menyebabkan hiperglikemia, yaitu :

1. Kerusakan genetik dari sel beta


2. Kerusakan genetik dari aksi insulin
3. Penyakit dari pankreas endokrin : pankreasitis, trauma, neoplasma.
4. Mengkonsumsi obat – obatan ilmiah
5. Infeksi
6. Faktor keturunan

2.3.1 Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)


a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2.3.2 Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.

Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin


dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup
lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).

Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung


insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,


diantaranya adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnis

2.3.3 Patofisiologi
Menurunnya jumlah hormon insulin menyebabkan menurunnya penggunaan
glukosa oleh sel sehingga konsentrasi glukosa dalam darah meningkat,
meningkatnya mobilisasi lemak dalam tubuh dari tempat penyimpanannya, dan
mening katnya katabolisme protein dalam jaringan tubuh. Manifestasi klinis yang
dapat dijumpai adalah:

a. Meningkatnya kadar glukosa darah menyebabkan osmolalitas cairan ekstra


sel meningkat sehingga cairan berpindah dari intrasel ke ekstrasel. Hal ini
menyebabkan:

1) Volume cairan intrasel menurun, sel menjadi dehidrasi dan hipertonis


dimana keadaan ini menimbulkan rangsangan ke pusat rasa haus di
hypothalamus yang menyebabkan individu mempunyai keinginan
untuk minum secara terus-menerus (polidipsia).

2) Volume cairan ekstrasel meningkat sehingga GFR meningkat yang


menyebabkan filtrate glomerolus juga bertambah. Konsentrasi glukosa
dalam filtrate melewati ambang ginjal terhadap glukosa (180 mg/%)
sehingga tidak semua glukosa pada filtrate di absorpsi di tubulus
proksimal dan filtrate tetap mengandung glukosa saat ia sudah
melewati tubulus proksimal, dan keadaan inilah yang menyebabkan
urine yang terbentuk mengandung glukosa (glikosuria). Osmolalitas
filtrate menjadi tinggi yang akan menghalangi absorpsi air pada
tubulus sehingga jumlah urine yang terbentuk menjadi banyak
(poliuria). Hal ini menyebabkan tubuh mengalami kekurangan cairan
yang menambah perasan haus. Dengan demikian, pada penderita
diabetes kehilangan cairan yang terjadi adalah kehilangan cairan
intrasel dan ekstrasel yang dapat menyebabkan keadaan syok
hipovolemik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan perfusi
jaringan yang akan meningkatkan glikolisis anaerob dengan hasil
selain jumlah energi vang terbentuk hanya sedikit juga terjadi
akumulasi asam laktat. Keadaan ini menyebabkan terjadinya asidosis
metabolic.

b. Menurunnya pengambilan glukosa oleh sel menyebabkan:

1) Sel mengalami kelaparan (starvation) yang akan merangsang pusat


lapar di hypothalamus dan individu akan merasa lapar dan ingin
makan yang terus-menerus (polifagia).

2) Menurunnya pembentukan energi dan individu akan merasa lemas


sepanjang hari.

3) Ada upaya untuk merubah glukosa menjadi fruktosa dengan melalui


zat antara sorbitol dan hal ini menyebabkan penimbunan sorbitol
dalam lensa mata yang mengakibatkan terjadinya katarak,
penimbunan pada saraf menimbulkan neuropati akibat perubahan
biokimiawi dalam jaringan saraf yang mengganggu aktivitas
metabolic sel Schwann dan menyebabkan kerusakan akson. Neuropati
ini dapat menyerang sistem saraf otonom dan saraf perifer.

c. Bergesernya metabolisme karbohidrat ke metabolisme lemak sebagai


sumber energi utama menyebabkan:

1) Kadar asetoasetat, asam beta-hidroksibutirat, dan aseton dalam darah


meningkat dan dapat menimbulkan asidosis.

2) Selain itu dan yang lebih penting adalah asam ini diekskresikan oleh
ginjal karena merupakan asam kuat, dan agar dapat diekskresikan
harus berikatan dengan natrium. Keadaan ini akan menyebabkan
hydrogen ditahan dalam tubuh yang akan memperberat keadaan
asidosis.
3) Sebagai respons kompensasi terhadap peningkatan asam dalam cairan
ekstrasel digunakan HCO3 sebagai buffer dan ikatan asam dengan
HCO3 akan membentuk H2CO3 yang akan berdisosiasi menjadi H20
dan CO2 Bertambahnya CO2 dalam darah akan merangsang pusat
pernapasan di medulla oblongata untuk meningkatkan kecepatn dan
kedalaman per- napasan dan menghasilkan pernapasan yang cepat dan
dalam (kusmaul) dengan napas berbau aseton.

d. Meningkatnya mobilisasi lemak dari penyimpanannya menyebabkan FFA


(Fatty Free Acid) dalam darah menigkat, metabolisme lemak yang
abnormal disertai deposisi lemak pada dinding pembuluh darah yang
menimbulkan gejala atherosclerosis.

e. Berkurangnya lemak tubuh disertai dengan meningkatnya pelepasan asam


amino dari sel otot, menurunnya translasi mRNA, dan menurunnya trans
kripsi DNA menyebabkan penurunan berat badan. (Farhan, 2017)
2.4 Pathway

Gula dalam darah


Faktor Genetik
Ketidakseimbangan tidak dapat dibawa
Infeksi Virus Kerusakan Sel Beta Produksi Insulin masuk ke dalam sel
Kerusakan Imunologik

Glukosuria Batas melebihi Hiperglikemia Anabolisme protein ↓


ambang ginjal
Kerusakan antibodi
Diuresis osmotik
Viskositas darah ↑ Syok Hipovolemik
Kekebalan tubuh ↓
Poliuri→Retensi Urin Aliran darah lambat Koma Diabetik

Kehilangan elektrolit
dalam sel Iskemik Jaringan Resiko Infeksi Neuropati sens. perifer

Dehidrasi Ketidakefektifan Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit


perfusi jar.perifer
Resiko Syok Gangrene Kerusakan Integritas
Kehilangan kalori Jaringan

Merangsang hipotalamus Sel kekurangan bahan


utk metabolisme Protein&lemak dibakar BB menurun

Pusat lapar dan haus


Keletihan
Katabolisme lemak Pemecahan protein
Polidipsia, Polipagia

Asam lemak
Keton Ureum
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

2.5 Gejala Klinis

Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes


Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu :

a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat


badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan
menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
2.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999), yaitu:

a. Hipoglikemia dan hiperglikemia


b. Penyakit makrovaskuler, mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and
Brunner, 1990).
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu :

a. Kardiopati diabetik,
b. Gangren dan impotensi,
c. Nefropati diabetik,
d. Retinopati diabetik

2.7 Penegakkan Diagnostik


Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa diabetes adalah kadar glukosa
darah yang meningkat secara abnormal, yaitu pemeriksaan :

a. Glukosa darah sewaktu.


b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Bukan DM Puasa Vena < 100 2 jam PP
Kapiler < 80

Gangguan Puasa Vena 100 - 140 2 jam PP Vena 100 - 140


Toleransi Glukosa Kapiler 80 - 120 Kapiler 80 – 120

DM Puasa Vena > 140 2 jam PP Vena > 200


Kapiler > 120 Kapiler > 200
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl)

2.8 Pencegahan
a. Pencegahan primer

Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan


makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat
kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak
dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan
aktivitas reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2006).

Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau


berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga
baik untuk para pemula.

b. Pencegahan sekunder
1) Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat
dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada umumnya
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat diandalkan daripada
kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan diagnosis dan
perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
2) Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat
mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien tentang
prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang
membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber
makanan rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat dalam diet
mereka (Stanley, Mickey, 2006).
3) Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi.
Walaupun berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang
sangat baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama
bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak.
Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3
hari (Stanley, Mickey, 2006).
4) Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk
menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
2.9 Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas


insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai
kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan
series pada pola aktivitas pasien.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.S DENGAN


GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS TIPE II

3.1 Pengkajian
a. Identitas Umum
1) Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Peremuan
Status : Single Parent
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Tidak Sekolah
Alamat : Tanjungsati, Karangpawitan
Pekerjaan/Riwayat pekerjaan : Berdagang
Diagnosa Medis : Diabetes Militus
2) Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. K
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Laki-ki
Alamat : Tanjungsati, Karangpawitan
Hub dengan klien : Anak
b. Keluhan Utama
Ny. S mengeluh sering buang air kecil
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny S mengatakan sering haus, banyak minum, sering kencing serta banyak
makan tapi merasa lemas. Ny. S juga sering mengeluh kesemutan di bagian kaki,
setelah dilakukan pengecekan gula darah didapatkan hasil 240 mg/dl.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny.S mengatakan sekitar 1 tahun yang lalu, Ny.S dibawa periksa ke
Puskesmas karena Ny S sering mengeluh haus, banyak minum, sering kencing
serta banyak makan tapi merasa lemas. Ny. S juga sering mengeluh kesemutan
di bagian kaki, setelah dilakukan pengecekan gula darah didapatkan hasil 234
mg/dl dan didiagnosa DM. Ny. S tidak bisa kontrol teratur ke puskesmas karena
yang mengantarkan tidak ada dan keterbatasan biaya. Tn K bekerja sebagai guru
honorer sedangkan isterinya bekerja sebagai buruh sawah.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. S mengatakan ibunya menderita penyakit diabetes dan pernah memiliki
luka yang lama sembuh pada punggung telapak kaki bagian kanan.
f. Pola Fungsional Gordon
1) Persepsi Kesehatan Dan Pola Manajemen Kesehatan
Keluarga mengatakan selalu makan teratur dan senang makan makanan
yang manis. Klien tidak ada riwayat merokok maupun minum-minuman
keras. Jika anggota keluarga sakit, keluarga meminum obat yang ada
diwarungnya maupun obat yang telah diresepkan oleh dokter.
2) Nutrisi Metabolik
Nys.S mempunyai kebiasaan makan tidak tentu kadang 2x atau bisa
lebih, suka makan-makanan yang manis dan kadang tidak tentu berapa
kali dalam sehari namun untuk minum klien lebih senang minum teh
yang kental dan manis. Klien mengatakan setelah mengetahui
menderita diabetes, klien mengurangi makan-makanan yang manis.
Klien mengatakan setiap makan hanya menghabiskan ½ porsi karena
takut gula darah semakin naik.
3) Eliminasi
Ny. S biasa BAB 1x/hari, BAK tergantung banyaknya air yang
diminum kalau minumnya banyak BAK juga sering. Ny.S banyak
minum sehingga sering kali kencing terkadang sampai 10 kali dengan
warna kuning khas, sedangkan untuk BAB biasanya 1 kali sehari,
dengan konsistensi lembek, berwarna kuning kecoklatan dan berbau
khas.
4) Aktivitas Pola Latihan Rutinitas
Ny.S mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas sekali
2 hari, dan ganti pakaian tiap kali selesai mandi.
Kegiatan yang biasa dilakukan Ny.S adalah jalan-jalan disekitar rumah
sambil berbincang-bincang dengan tetangga dekat rumah mereka.
5) Pola istirahat dan tidur
Ny. S mengatakan jarang tidur siang atau hampir tidak pernah tidur
siang, untuk malam biasanya tidur diatas pukul 21.00 WIB sampai
dengan pukul 03.00 WIB dan setelah itu tidak tidur lagi. Ny. S
mengakatan akhir-akhir ini hanya tidur 5 jam dimalam hari dan sering
terbangun karena ingin pipis.
6) Pola kognitif-persepsi
Ny.S mengatakan mata sebelah kiri tidak bisa melihat dengan jelas,
pangangan kabur terutama menjelang malam hari. Klien mengatakan
apabila keluar ruangan atau jalan-jalan di sekitar rumah harus
memegang dinding terlebih dahulu sebagai sokongan. Klien tampak
berjalan sambil memegang dinding atau pakai tongkat. Klien tampak
tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas pada saat seseorang datang
kerumah dan menanyakan kepada perawat siapa yang datang.
7) Persepsi diri-pola konsepsi diri
Ny. S beranggapan bahwa ia mampu membantu membiayai kebutuhan
hidup dengan menjaga warung. Ny. S masih tetap semangat meskipun
sudah tua . Ny.S mengatakan tetangga-tetangganya sangat baik kepada
mereka dan mau saling membantu dengan sesama.
8) Pola peran-hubungan
Ny. S berperan sebagai istri untuk suaminya, dan ibu untuk anaknya.
Ny. S hanya bisa membantu untuk menjaga warung dirumah dan
mendapat penghasilan secukupnya.
9) Sexualitas
Ny.S mempunyai 1 orang anak yang sudah dewasa dan belum menikah.
Ny.S sudah tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi karena
merasa sudah tua dan sudah menopouse.
10) Koping-pola toleransi stress
Ny. S mengatakan jika ada kesulitan dalam keluarga, masih mampu
untuk mengatasinya dengan cara bermusyawarah dengan anggota
keluarga dirumah.
11) Nilai keyakinan
Ny.S menganut agama Islam dan percaya terhadap agama yang
dianutnya. Ny.S mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan jika keluarga
ada masalah.
g. Pemeriksaan fisik head to toe
Keadaan : Baik
Kesadaraan : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital :
a. TD : 110/80 mmHg
b. Nadi : 87x/menit
c. RR : 24x menit
d. Suhu : 36,8˚C
Pemeriksaan Antropometri :
a. BB : 45 kg
b. TB : 150 kg
1) Kepala
Inspeksi
a. Bentuk kepala : simetris
b. Kebersihan : bersih
c. Warna rambut : hitam beruban
d. Kulit kepala : sedikit kotor
e. Benjolan dikepala : tidak ada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada saat dipalpasi
2) Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sklera
putih, kornea jernih, pupil isokor, ketajaman
penglihatan kabur, gerakan bola mata normal.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada saat dipalpasi.
3) Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, telinga luar tampak bersih,
telinga bagian dalam sedikit kotor, fungsi
pendengaran menurun ketika klien mendengar
suara yang pelan dan jaraknya yang jauh.
Palpasi : daun telinga tidak terdapat benjolan dan tidak ada
nyeri tekan pada daun telinga.
4) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak terdapat peradangan
pada hidung, fungsi penciuman baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada saat dipalpasi, tidak
terdapat fraktur dihidung.
5) Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, bibir pecah pecah, kebersihan
gigi sedikit kotor, jumlah gigi berkurang, terdapat
gigi berlubang, tidak terdapat pendarahan di gusi,
lidah tampak sedikit kotor. Tidak terdapat
pembesaran tonsil, tidak ada kesulitan menelan
makanan, tetapi mempunyai kesulitan dalam
mengunyah makanan karena gigi sudah
tanggal,terdapat palatum.
6) Leher
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, kaku
kuduk (-).
7) Paru paru
Inspeksi : bentuk paru simetris, tidak terdapat pegembangan
dada simetris,RR 24x/menit, tidak ada retraksi
dada, tidak ada nafas cuping hidung.
Palpasi : taktil fremitus sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
8) Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis terlihat didada kiri ics 5 lateral
mediastinum.
Palpasi : Iktus kordis teraba, nadi teraba 87 x/menit`
Perkusi Batas jantung : Terdengar Redup pada dada kiri
Auskultasi : Normal, suara Lup – Dup terdengar jelas dan
teratur
9) Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat luka
Auskultasi : bising usus 15x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
10) Genetalia Dan Anal
Kebersihan : bersih
Haemoroid : tidak ada
Hernia : tidak ada
11) Ektermitas
Inspeksi : ektermitas lengkap, tidak ada edema.
Palpasi
Kekuatan ekstremitas atas :4
Kekuatan ekstremitas bawah : 4
Edema kaki : Tidak ada
Nyeri ekstremitas : Tidak ada.
h. Identifikasi Masalah Emosional
Pertanyaan tahap 1 :
1) Apakah anda sering mengalami kesulitan tidur? (Ya)
2) Apakah anda merasa gelisah? (Tidak)
3) Apakah anda sering murung dan menangis sendiri? (Tidak)
4) Apakah anda sering merasa khawatir? (Ya)
Pertanyaan tahap 2 :
1) Adakah keluhan > 3 bulan atau >1 kali dalam 1 bulan? (Tidak)
2) Adakah keluhan >1 kali dalam 1 bulan terakhir? (Tidak)
3) Adakah masalah atau banyak pikiran? (Ada)
4) Adakah gangguan atau masalah dengan keluarga lain? (Tidak)
5) Apakah anda menggunakan obat tidur atas anjuran dokter? (Tidak)
6) Apakah anda cenderung mengurung diri? (Tidak)
i. Pengkajian Fungsional Klien
1) Indeks KATZ
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), Menggunakan
pakaian, pergi ketoilet, berpindah mandi
B Mandiri semuanya, kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C Mandiri kecuali mandi dan salah satu lagi fungsi yang lain
D Mandiri Kecuali mandi, berpakaian dan salah satu lagi fungsi yang
lain
E Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet dan salah satu lagi fungsi
yang lain
F Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet, berpindah dan salah satu
lagi fungsi yang lain
G Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
H Lain – lain

Keterangan : klien termasuk dalam kategori A, “Mandiri dalam makan,


kontinensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian, pergi ketoilet, berpindah
dan mandi”.
2) Barthel Indeks
No Kriteria Dengan Mandiri Keterangan
Bantuan
1. Makan 5 10 Frekuensi : ±4x
Jumlah : 1 porsi
Jenis : nasi, sayur,
lauk
2. Minum 5 10 Frekuensi : ±10x
Jumlah : ±250cc
Jenis : air teh, air
putih
3. Berpindah dari kursi 5-10 15
roda ke tempat tidur,
sebaliknya
4. Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi : ±2x
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet 5 10
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi : 1x
7. Jalan di permukaan 0 5
datar
8. Naik turun tangga 5 10
9. Mengenakan pakaian 5 10
10. Kontrol bowl (BAB) 5 10 Frekuensi : 1x
Konsistensi : Padat
Warna : kuning khas
No Kriteria Dengan Mandiri Keterangan
Bantuan
11. Kontrol bladder 5 10 Frekuensi : ±11x
(BAK) Warna : kuning khas
12. Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi :-
Jenis :-
13. Rekreasi/pemanfaatan 5 10 Frekuensi : ±2x
waktu luang Jenis : Menonton TV
Keterangan :
130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
60 : Ketergantungan total
Interprestasi hasil : skor kumulatif klien adalah 120, yang berarti klien
mengalami ketergantungan sebagian.
j. Pengkajian Status Mental
1) Identifikasi tingkat intelektual dengan SPMSQ (Short Portable
Mental Status Quesioner)
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Tanggal berapa hari ini? √
2. Hari apa sekarang? √
3. Apa nama tempat ini? √
4. Dimana alamat anda? √
5. Berapa umur anda? √
6. Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)? √
7. Siapa presiden Indonesia sekarang? √
8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya? √
9. Siapa nama ibu anda? √
10. Berapa 20-3? tetap pengurangan 3 dari setiap √
angka baru, semua secara berurutan.
Jumlah 7 3
Interpretasi Hasil :
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Interpretasi / kesimpulan : Dari hasil pengkajian didapatkan score
salah 3, termasuk dalam kategori gangguan ringan.
2) Identifikasi Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental Dengan Mengguna
kan MMSE ( Mini Mental Status Exam )
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
1. Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
√ Tahun
□ √Musim
□ Tanggal
√ Hari
√ Bulan
Orientasi 5 3 Dimana kita sekarang
√ Negara Indonesia
√ Provinsi Jawa Barat
√ KabGarut
□ Panti Wredha….
Alamat….
2. Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi
(untuk disebutkan)
√ Obyek 1: Jam
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
√ Obyek 2 : Kalender
√ Obyek 3 : Lampu
3. Perhatian dan 5 2 Minta klien untuk memulai
kalkulasi dari angka 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5 kali
√ 93
√ 86
□ 79
□ 72
□ 65
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada no 2 tadi,
bila benar 1 point untuk
masing-masing obyek
√ Obyek 1: Jam
√ Obyek 2 : Kalender
√ Obyek 3 : Lampu
5. Bahasa 9 6 Tunjukkan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien (misal jam tangan
atau pensil).
Bila benar, nilai 2 poin.
√ Mengetahui nama benda
(Jam tangan dan pensil)

Minta pada klien untuk


mengulang kata berikut
“Namun, tanpa, bila”.
Bila benar, nilai 1 poin.
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
□ Namun, tanpa, bila

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah : “Ambil kertas
di tangan anda. Lipat dua dan
taruh di lantai”.
Bila benar, nilai 1 poin setiap
perintah.
√ Ambil kertas
√ Lipat dua
√ Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk


hal berikut “ Tutup mata
anda”.
Bila benar dan mengikuti
perintah, nilai 1 poin.
□ Tutup mata anda

Berikan selembar keretas


kosong dan minta lansia
menulis sebuah kalimat.
Jangan mendikte kaimat tapi
harus ditulis secara langsung.
Bila benar dan mengikuti
perintah, nilai 1 poin.
√ Nenek sudah masak
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
Berikan selembar kertas
kosong , minta lansia untuk
menyalin gambar seperti
dibawah ini :
Bila benar dan sesuai contoh
gambar, nilai 1 poin.

□ Sesuai contoh gambar


Total nilai : 21

Keterangan :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek kognitif dari fungsi mental ringan
≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek kognitif fungsi mental berat
Interpretasi hasil : Didapatkan skor 21, artinya ada kerusakan aspek
kognitif dari fungsi mental ringan.
k. Skala depresi
1) Geriatric Depression Scale (GDS)
Sesuaikan jawaban klien dengan jawaban yang sesuai pada instrument.
No Pertanyaan Jawaban yang
sesuai
Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan
1. - YA
anda
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan
2. TIDAK -
dan minat/kesenangan anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? TIDAK -
No Pertanyaan Jawaban yang
sesuai
4. Apakah anda merasa sering bosan? - YA
5. Apakah anda penuh pengharapan akan masa depan? TIDAK -
Apakah anda diganggu oleh pikiran-pikiran yang
6. TIDAK -
tidak dapat anda keluarkan/ungkapkan?
Apakah anda mempunyai semangat baik sepanjang
7. - YA
waktu?
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi
8. - YA
pada anda?
Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar
9. - YA
waktu anda?
10. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? - YA
11. Apakah anda sering merasa gelisah dan resah/gugup? TIDAK -
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada
12. - YA
pergi keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
13. Apakah anda seringkali kuatir akan masa depan? TIDAK -
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dg
14. TIDAK -
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini
15. - YA
menyenangkan?
16. Apakah anda merasa murung dan sedih? TIDAK -
Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan
17. TIDAK -
anda saat kini?
18. Apakah anda sangat kuatir ttg kejadian masa lalu? TIDAK -
Apakah anda merasakan bahwa kehidupan ini sangat
19. TIDAK -
menyenangkan/menarik?
Apakah anda merasa berat untuk memulai
20. - YA
proyek/pekerjaan baru?
21. Apakah anda merasa penuh semangat? - YA
No Pertanyaan Jawaban yang
sesuai
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
22. harapan? TIDAK -

Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik


23. - YA
keadaaannya daripada anda?
24. Apakah anda seringkali kesal terhadaphal-hal sepele? - YA
25. Apakah anda seringkali merasa ingin menangis? TIDAK -
Apakah anda mempunyai kesulitan dalam
26. - YA
berkonsentrasi?
27. Apakah anda senang bangun di pagi hari? - YA
Apakah anda lebih senang menghindari kegiatan
28. sosial? TIDAK -

Apakah mudah bagi anda untuk mengambil


29. keputusan? - YA

30. Apakah pikiran anda jernih seperti biasanya? - YA

Keterangan:
0-9 : Normal
10- 19 : Mild Depressives
21-30 : Severe Depressives
Interpretasi hasil pengkajian depresi dengan menggunakan GDS:
sebesar 10 artinya Ny.S termasuk Mild Depressive.
l. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS : Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
- Ny. S mengatakan produksi insulin nutrisi kurang dari
banyak minum, makan kebutuhan
dan kencing Hiperglikemia
- Ny S mengatakan
lemas padahal banyak Batas melebihi
makan ambang ginjal
DO :
- Kelemahan otot Glukosuria
mengunyah dan
menelan Kehilangan kalori
- Membran mukosa
pucat Sel kekurangan
- Terjadi penurunan BB bahan untuk
dengan asupan makan metabolism
adekuat
- BB : 45 kg Merangsnag
- TB : 150 cm hipotalamus
- TD : 110/80 mmHg
- N : 87 x/menit Pusat lapar dan haus
- Minum ±8 gelas/hari.
- GDS : 240 mg/dl. Polidipsi dan
Polipagia

Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
No Data Fokus Etiologi Masalah
2 DS : Faktor genetic Kekurangan volume
cairan
- Ny.S mengatakan
Kerusakan sel beta
sering haus dan sering
kencing
Ketidakseimbangan
DO : produks insulin

- Klien tampak lemah


Gula dalam darah
- Membran mukosa
tidak dapat dibawa
kering
masuk ke dalam sel
- Kulit kering
- BB : 45 kg
Hiperglikemia
- TB : 150 cm
- TD : 110/80 mmHg
Batas melebihi
ambang ginjal

Glukosuria

Dieresis osmotic

Poliuri

Kehilangan elektrolit
dalam sel

Dehidrasi

Kekurangan volume
cairan
No Data Fokus Etiologi Masalah
3. DS : Resistensi Insulin Gangguan pola tidur
- Ny. S mengatakan sulit
tidur. Penurunan reaksi
- Ny. S mengatakan insulin
lemas
Pengambilan insulin
di jaringan menurun
DO :
- Klien tampak kantung Proes sel beta
mata hitam menigkat
- Klien tampak lemah
- TD : 110/80 mmHg Kadar Glukosa
- Pada pengkajian meningkat
emosional didapatkan :
Sulit tidur dan cemas. Hipergikemia
- Tidur ±4 jam dimalam
hari dan sering Diuresis Osmotik
terbangun, tidur siang
jarang. Poliuria

Dehidrasi

Cemas

Gangguan pola
Tidur
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan
keseimbangan insulin yang ditandai dengan :
DS :
- Ny. S mengatakan banyak minum, makan dan kencing
- Ny S mengatakan lemas padahal banyak makan

DO :
- Kelemahan otot mengunyah dan menelan
- Membran mukosa pucat
- Terjadi penurunan BB dengan asupan makan adekuat
- BB : 45 kg
- TB : 150 cm
- TD : 110/80 mmHg
- N : 87 x/menit
- Minum ±8 gelas/hari.
- GDS : 240 mg/dl.
2. Kekurangan volume cairan b.d poliuri, kehilangan elektrolit dalam sel yang
ditandai dengan:
DS
- Ny.S mengatakan sering haus dan sering kencing

DO:

- Klien tampak lemah


- Membran mukosa kering
- Kulit kering
- BB : 45 kg
- TB : 150 cm
- TD : 110/80 mmHg
3. Gangguan pola tidur b.d inkontinensia urin yang ditandai dengan :
DS :
- Ny. S mengatakan sulit tidur.
- Ny. S mengatakan lemas

DO :
- Klien tampak kantung mata hitam
- Klien tampak lemah
- TD : 110/80 mmHg
- Pada pengkajian emosional didapatkan : Sulit tidur dan cemas.
- Tidur ±4 jam dimalam hari dan sering terbangun, tidur siang jarang.

3.3 Perencanaan

No Diagnosa Kep. NOC NIC


1 Ketidak Setelah dilakukan 1. Lakukan pengukuran
seimbangan nutrisi perawatan 2x24 jam antropometrik (IMT)/
kurang dari diharapkan kekuranan 2. Monitor diet dan
kebutuhan b.d nutrisi dapat diatasi asupan kalori.
gangguan dengan kriteria hasil : 3. Tentukan faktor-
keseimbangan 1. Rasio BB dan faktor yang
insulin yang tinggi badan mempengaruhi
ditandai dengan : sesuai. asupan nutrisi.
DS : 2. Asupan kalori 4. Evaluasi kemampuan
- Ny. S
berkurang. menelan.
mengatakan
3. Mencapai berat 5. Memonitor TTV.
banyak minum,
badan yang 6. Memberikan terapi
makan dan
optimal. menelan.
kencing
4. Jumlah menelan 7. Kaji asupan makan
- Ny S
sesuai dengan dankebiasaan makan
mengatakan
ukuran atau pasien.
lemas padahal
tekstur bulus. 8. Gunakan standar gizi
No Diagnosa Kep. NOC NIC
banyak makan yang dapat diterima
DO : untuk membantu
- Kelemahan otot
pasienmengevaluasi
mengunyah dan
intake diet yang
menelan
adekuat.
- Membran
9. Berikan informasi
mukosa pucat
mengenai perlunya
- Terjadi
modifikasi diet bagi
penurunan BB
kesehatan(penurunan
dengan asupan
BB).
makan adekuat
10. Bantu pasien untuk
- BB : 45 kg
mencatatmakanan
- TB : 150 cm
yang biasanya di
- TD : 110/80
makan dalam waktu
mmHg
24 jam.
- N : 87 x/menit
- Minum ±8
gelas/hari.
- GDS : 240
mg/dl.
2 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Pantau adanya
volume cairan b.d perawatan 2x24 jam tanda dan gejala
poliuri, kehilangan diharapkan kekurangan overhidrasi yang
elektrolit dalam sel cairan dapat diatasi memburuk atau
yang ditandai dengan kriteria hasil : dehidrasi (poli
dengan: 1. Turgor kulit uria,mata cekung
DS meningkat. atau edema)
- Ny.S 2. Membrane 2. Minimal;kan
mengatakan mukosa lembab. makanan atau
sering haus dan 3. Output urin minuman dengan
No Diagnosa Kep. NOC NIC
sering kencing menurun. diuretik (the,
DO: 4. Frekuensi haus kopi)
- Klien tampak berkurang. 3. Tentukan jumlah
lemah 5. Warna urin jernih dan jenis intake
- Membran 6. Keseimbangan cairan serta
mukosa kering antara intake dan kebiasaan
- Kulit kering output cairan eliminasi.
- BB : 45 kg dalam 24 jam 4. Monitor
- TB : 150 cm membrane
- TD : 110/80 mukosa, turgor
mmHg kulit dan haus.
5. Monitor terhadap
adanya
responkmpensasi
awal syok
(tekanan nadi
melemah,perlamb
atan pengisian
kapiler,akral
dingin dll).
3 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Hindari paparan udara
tidur b.d perawatan 2x24 jam yang tidak perlu
inkontinensia urin diharapkan gangguan (terlalu dingin).
yang ditandai pola tidur dapat diatasi 2. Dapatkan intruksi
dengan: dengan kriteria hasil : dokter mengenai
DS : 1. Jam tidur fototerapi (
- Ny. S
bertambah. frekuensi,jarak,intensi
mengatakan
2. Pola tidur teratur. tas dan lamanya
sulit tidur.
3. Kualitas tidur fototerapi).
- Ny. S
No Diagnosa Kep. NOC NIC
mengatakan membaik. 3. Buat jadwal terkait
lemas 4. Frekuensi buang eliminasi dengan
DO : air kecil pada tepat.
- Klien tampak malam hari 4. Monitor pola tidur
kantung mata menurun. pasien dan catat
hitam 5. Kelelahan kondisi fisik
- Klien tampak menurun. (frekuensi buang air
lemah kecil).
- TD : 110/80 5. Anjurkan pasien
mmHg untuk menghindari
- Pada pengkajian makanan dan
emosional minuman yang da[pat
didapatkan : menggau tidur.
Sulit tidur dan
cemas.
- Tidur ±4 jam
dimalam hari
dan sering
terbangun, tidur
siang jarang.
BAB IV

ANALISA JURNAL DAN LEGAL ETIK KEPERAWATAN

4.1 Identitas Jurnal

Judul Jurnal : Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah


Melaksanakan Senam Diabetes pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II.

Peneliti : Andri Nugraha, Engkus Kusnadi, Sigit Subagja.

Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No.2.

Tahun Terbit : September 2016.

Desain Penelitian : Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian


yang digunakan adalah One Group Pretest
Posttest.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar gula


darah sebelum senam diabetes 164,50mg/dl dan
sesudah senam diabetes 145,13 mg/dl. Hasil uji
statistik memperlihatkan bahwa nillai P-value
sebesar 0,0005 yang lebih kecil dari nilai α (0,05).
Hal ini memberi informasi untuk menolak H0,
sehingga disimpulkan terdapat perbedaan kadar
gula darah sebelum dan sesudah senam diabetes.

4.2 Analisa Jurnal

P : Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe II yang terdaftar


di PERSADIA Kabupaten Garut dan mengikuti senam diabetes.

I : Melakukan senam diabetes pasien DM tipe II.

C : Tanpa melakukan senam diabetes pasien DM tipe II.


O : Terjadi penurunan rata-rata kadar gula darah pasien DM tipe II,
sehingga pasien akan memperoleh perbaikan kadar gula darah.

T : 2 bulan.

4.3 Legal Etik Keperawatan

Beneficience : Senam Diabetes dapat menurunkan kadar gula


darah dibuktikan dengan kadar gula darah setelah
senam (145,13g/dl) dibandingkan dengan kadar
gula darah sebelum senam (164,5 g/dl) dengan
nilai alpha 5%
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo,T. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta :


Balai Penerbit FKUI.
Butcher, H.K, Bulechek, G.M, et.al. 2018. Nursing Interventions Classification
(NIC). Edisi ke-7 Bahasa Indonesia.Yogyakarta: Mocomedia.
Dinkes Garut. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2016. Garut.
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.
Dinkes Jabar. (2012) Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012.
Bandung. Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Farhan, Z, Ratnasari, D.2017. Patofisiologi Keperawatan. Bandung: Manggu.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.
Herdman, H.T, Kamitsuru, S. 2015. Nanda International Inc. Nursing Diagnosis:
Definition & Classifications 2015-2017. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
Moorhead, S, Swanson, E, Johnson, M, et.al. 2018. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi ke-6 Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Mocomedia.
Nugraha, A, Kusnadi, E, Subagja, S. Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah
Melaksanakan Senam Diabetes pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II.
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK). Vol IX, No.2, September 2016.
Price, Sylvia A dan Larraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Edisi 4. Jakarta : EGC.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.
Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3.
Jakarta : EGC.
Windani Citra.MS, Abdul Mohammad.Z.S, Rosidin Udin. Gambaran Self-
Manajemen Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Tarogong
Kabupaten Garut. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. 15(1), Maret
2019.

Anda mungkin juga menyukai