Anda di halaman 1dari 6

Dosis Faktor

Resep Lain

Therapeutic
R drug monitoring
R (TDM)  Mengapa mengukur kadar obat dalam
plasma diperlukan??
resep resep
Dosis Faktor 1. Untuk memastikan obat mencapai
Resep Lain
reseptor dan memberikan efek yang
R R diinginkan.
Kepatuhan Distribusi 2. Untuk memastikan kadar obat bebas dan
resep resep
metabolit tidak berlebihan sehingga
R R
mencegah toksisitas.
resep Dosis Obat Resept
resep Efek 3. Sebagai parameter penyesuaian dosis
Digunakan dlm or
R obat pada kasus klinik khusus dimana
plasma
darah R farmakokinetika obat dapat sering
resep berubah, contohnya pada pasien
R resep
neonatus, pediatrik, geriatrik, dan pasien
resep dengan kelainan hati atau ginjal.
4. Sebagai gambaran parameter
Eksresi dan
farmakokinetika serta gambaran
obat tidak
aktif hubungan efek-konsentrasi suatu obat
baru.
R  Berikut contoh data distribusi dari
 Indeks terapi
resep konsentrasi phenytoin dalam plasma
- indeks terapi atau jendela terapi berada pada 200 pasien yang diberikan dosis
diantara batas minimal konsentrasi obat 300mg/hari :
berefek terapi dan batas maksimal konsentrasi
obat sebelum dinyatakan berefek toksik.
Efek
Efek
terapi
toksik
resep Indeks resep
terapi

resep

(distribusi konsentrasi phenitoin dalam


plasma pada setiap pasien bervariasi).
 Apakah semua obat memerlukan
TDM???
Berikut beberapa keadaan dimana obat
tidak memerlukan TDM:
1. Obat2 yang digunakan untuk penyakit
Indeks terapi yang output terapinya mudah
resep dimonitoring seperti TD, Detak Jantung,
ritme jantung, gula darah, kolesterol, TGL,
 Prinsip dasar TDM pada dasarnya adalah
volume urin, suhu tubuh, pradangan, atau
melihat hubungan efek farmakologi
nyeri.
dengan konsentrasi obat dalam plasma
2. Obat2 yang efek terapinya tidak
darah atau material biologi lain.
berkorelasi dengan konsentrasi
 Definisi TDM adlah proses monitoring
serumnya.
dosis obat dalam plasma darah dengan
3. Obat2 yang tidak memiliki profil
tujuan agar dosis obat dalam plasma
farmakokinetika yang kompleks.
darah tetap berada dalam rentang indeks
4. Obat2 untuk terapi penyakit yang tidak
terapi selama pasien menjalani
kompleks atau tidak membahayakan jiwa.
pengobatan.
 Kriteria obat2 yang memerlukan TDM.  Faktor2 yang mempengaruhi SDC (serum
1. Obat dengan indeks terapi sempit. drug consentration) dan interpretasinya.
2. Obat memiliki efek toksik yang berbahaya 1. Penyakit : ginjal, hati, jantung, tiroid.
dan gejala klinisnya sulit dikenali. 2. Kebiasaan: diet, merokok, minum.
3. Obat2 dengan hubungan konsentrasi 3. Kehamilan, usia, berat badan.
dengan efek yang diberikan sangat 4. Ketidakpatuhan.
simultan. 5. Keseimbangan elektrolit: Digoxin vs K + &
4. Obat2 yang digunakan dalam jangka lama. Ca ++.
 Obat2 yang biasanya memerlukan TDM. 6. Interaksi obat.
1. Bronkodilator: Theophylline. 7. Protein plasma mengikat.
2. Antibiotik. 8. Bioavailabilitas.
-Aminoglycosides - Gentamicin, Amikacin. 9. Waktu sampling.
-Others – Vancomycin.  Guideline waktu sampling TDM
3. Immunosuppressant: Cyclosporine 1. Tetapkan bahwa SDC dalam keadaan
4. Anti kanker: Methotrexate. stabil
5. Anti epilepsi: Phenobarbital, Phenytoin, 2. Pastikan penyerapan dan distribusi
Carbamazepine, Valproate. lengkap
6. Obat Jantung : Digoxin*, Procainamide, 3. Alasan TDM
Lidocaine. Semua kecuali aminoglikosida
7. Psychoactive : Lithium, TCA. : dicurigai toksisitas > monitoring puncak SDC
8. Analgesik : Aspirin, Paracetamol. : dicurigai ada kegagalan atau ketidakpatuhan
 Metode yang digunakan untuk analisis – monitoring melalui SDC
TDM Aminoglikosida
1. EMIT (Enzyme multiplied immunoassay : dicurigai toksisitas - monitoring puncak &
technique) palung SDC
2. ELISA : dicurigai ada kegagalan atau ketidakpatuhan:
3. RIA (Radioimmunoassay) monitoring puncak SDC
4. Fluorescence Polarization Immunoassay  Kegunaan Klinis TDM
(FPIA) 1. Meningkatkan Efikasi
5. HPLC (High pressure liquid - Epileptic pt. vs Phenytoin
chromatography) - Burn pt. vs Gentamicin
 Penggunaan TDM yang tepat dilakukan - Asthmatic pt. vs Theophylline
untuk/saat : - Situasi darurat medis (penentuan terapi).
1. Memaksimalkan & mempercepat 2. Mencegah toksisitas
keberhasilan. - Overdose
2. Meminimalkan toksisitas. - Perbedaan tingkat efek samping obat yang
3. Riwayat obat pasien tidak pasti. bergantung pada tingkat keparahan penyakit.
4. Respons yang buruk terhadap terapi awal : Toksisitas Digoxin vs ventricular arrhythmias
atau penurunan efektifitas setelah respons : Toksisitas Digoxin vs hipoKalemia atau hyper-
yang baik. Ca
5. Ketika fungsi hati atau ginjal berubah. - Obat dengan Farmakokinetika non-linier
6. Interaksi obat 3. Mendeteksi kegagalan terapi
7. Terapi individual dan rejimen pengaturan - Ketidakpatuhan
dosis. - Dosis subterapi
8. Membuat keputusan tentang terapi ke - Masalah bioavaibilitas
depan. - Malabsorbsi
9. Pembuatan profil farmakokinetik. - Interaksi Obat
4. Memfasilitasi adjusment dosis.  Faktor2 yang dapat merubah
New dose (dosis disesuaikan) = Old dose farmakokinetika obat
(dosis sebelumnya) X Desired Css (kadar obat -penyakit penyerta pada pasien, khususnya
dlm darah yg diinginkan)/Old Css (kadar obat gangguan hati dan ginjal, kelainan tiroid, dan
dalam darah sebelumnya). kelainan pada protein pengikat.
MD = Css X Cl - reaktifitas reseptor
T1/2 atau Interval Dosis : Monitoring puncak - rute pemberian dan interaksi obat.
dan palung profil kinetika obat. - genetic – genotype, sex dan umur
5. Mempermudah dalam monitoring efek - Dosis yang tidak tepat
terapi. - bioavaibilitas
- Konsentrasi obat di Target : efek - kebiasaan, khususnya merokok
Antiepileptics - riwayat pemakaian obat pasien tidak
- Dosis adjustment kompatibel dengan resep dokter.
 Manfaat TDM pada Aspek Pembiayaan - Faktor penghalang pada analisis sampel,
1. Rumah sakit contohnya adalah DLIS pada analisis digoxin.
- Mengurangi kemacetan dana rumah sakit  TDM berdasarkan genetika pasien
- Meningkatkan kualitas pelayanan -Mengkombinasikan farmakogenetik dan
- Pertimbangan ekonomi tradisional TDM untuk meningkatkan efikasi
- Personil: penelitian, promosi & kredibilitas terapi.
- Aspek Medico-legal -Mengestimasi genotif dan fenotif pasien
2. Pasien sebelum melakukan modifikasi dosis pada
- Mengurangi waktu inap terapi dengan obat seperti : mercaptopurine,
- Resep yang lebih aman dan efektif tioguanine, fluorouracil, azathioprine,
- Ekonomis trastusumab, irinotecan, tricyclic
- Meningkatkan Produktifitas antidepressants, antiarrhythmic.
- Meningkatkan Kualitas hidup.  Pengukuran yang diperlukan dalam TDM
3. Konsiderasi Ekonomi - Total konsentrasi obat
: Biaya bangunan - Total obat bebas
: Biaya maintenance alat - Metabolit
: Suply Medis  Waktu pengambilan sampel darah untuk
: Gajih pegawai estimasi konsentrasi obat
 Memperkuat peran farmasi dalam -Setelah mencapai steady state
pelayanan kesehatan yang berkembang. -Sebelum pemberian dosis selanjutnya,
: Clinical pharmacy khususny pada pagi hari (konsentrasi obat
: Farmasis memiliki role aktif dalam terapi minimal)
pasien  Kapan direkomendasikan monitoring
: Research & Development (R&D) kadar obat bebas?
 Hal yang perlu diperhatikan sebelum -Kelainan hati dan ginjal yang menyebabkan
melakuakn TDM hipoalbumin
-Berapa banyak obat yang harus -concomitant use of therapeutic substances
dimonitoring? with concurrent displacement of the other
-Berapa banyak sampel yang dapat diukur drugs from serum protein bindings ( kada
dapat diukur dalam sehari? ngerti maksudnya apaa..—“, translatenya >
-Personil? penggunaan bersamaan dari zat terapeutik
-Peralatan? dengan perpindahan bersamaan dari obat lain
-Sistem pembayaran? dari ikatan protein serum )
-Sistem pengantaran reagen? -profil kinetika serum ikatan protein dengan
obat tidak linier (salicylates, prednisolon,
phenylobutazone, theophylline,
disopyrimide)
-peningkatan acid – α–1–glycoprotein level
yang dipengaruhi kondisi penyakit tertentu  Range terapi antiaritnia-quinidin
seperti infark miokard. - quinidine 2 – 5 mg/l
 Perhitungan penggantian dosis obat atau  Hal2 yang perlu diperhatikan saat
interval penggantian obat dengan profil indikasi TDM antiaritmia-quinidin ???
farmakokinetika linier. - cirrhosis, hypoproteinemia, kelainan
-Dosis (yg diinginkan) = Dosis awal X indikasi sirkulasi, kelainan renal.
kadar obat / estimasi kadar obat -Umur (infants)
-interval dosis (yg diinginkan) = interval dosis -Pemberian obat lain yang dapat
awal X estimasi interval dosis /indikasi interval meningkatkan konsentrasi quinidine
dosis. (cimetidine, itraconazole, katoconazole,
 Obat2 yang diberikan berdasarkan TDM ciprofloxacin, metronidazole, erythromycin,
-glikosida jantung (digoxin, digitoxin) clarythromycin, fluvoxamine)
-antiaritmia (amiodarone, disopyramide,  Range terapi procainamide
flecainide, lidocaine, procainamide, -procainamide 4 – 10 mg/l
propafenone, propranolol)  Hal2 yang perlu diperhatikan saat
-antiepilepsi (phenytoine, phenobarbital, indikasi TDM antiaritmia-procainamide
carbamazepine, primidone, ethosuximide, ???
valproic acid) -pasien yang secara genetik memiliki kelainan
- antidepressan (amitriptyline, desipramine, polimorfisme acetylation metabolit
imipramine, norptriptyline) farmakologi yang aktif.
-lithium -N – acetylo – procainamide
-aminoglykosida antibiotik (gentamycin, - Kelainan ginjal
tobramycin, netilmycin, amikacin, dibecacin, -Individu yang memiliki kelaianan pada proses
streptomycin, kanamycin) : adsobrsi, distribusi, metabolisme
-theophylline  Range terapi lidocaine
-methotrexate - lidocaine 1,5 – 5 mg/l
-cyclosporine  Hal2 yang perlu diperhatikan saat
-tacrolimus indikasi TDM antiaritmia-lidocaine ???
 Range dosis glikosida jantung -Kondisi patologi yang mempengaruhi supply
-digoxin 0,8 – 2,0 μg/l darah ke hati seperti (gagal jantung dan
-digitoxin 10 – 25 μg/l cardiac shock)
 Hal2 yang perlu diperhatikan saat -pemberian oat lain yang meningkatkan
dilakukan indikasi TDM glikosid jantung- lidocaine concentration (propanolol,
digoxin? mexiletine, cimetidine)
-terjadi perbedaan antara kondisi pasien -infusi obat selama lebih dari 24 jam
dengan acuan pengobatan stelah dilakukan  Range terapi propafenone
terapi. - propafenone 42 – 1679 μg/l
-pasien memerlukan TDM yg ketat karena  Hal2 yang perlu diperhatikan saat
suatu kondisi klinis yang yang sangat indikasi TDM antiaritmia-propafenone
dipengaruhi glikosida jantung. ???
-Kehamilan -kelainan genitika polimorfisme oksidasi
-Menyusui  Range terapi obat anti epilepsi
-Pasien dengan riwayat penyakit liver, ginjal, - phenytoin 10 – 20 mg/l
hipotiroid, hipolalbumin -phenobarbital 10 – 40 mg/l
-pemberian obat lain yang dapat -carbamazepine 4 – 11 mg/l
meningkatkan konsentrasi digoxine dalam -primidone 5 – 15 mg/l
plasma sampai 60 – 300% (amiodarone, -ethosuximide 40 – 100 mg/l
diltiazem, quinidine, verapamil, nifedipine, -valproic acid 50 – 100 mg/l
indomethacin, spironolactone, gentamycin,
tetracyclines, cefradine, erythromycin)
 Hal2 yang perlu diperhatikan saat  Range terapi antibiotik aminoglikosida
indikasi TDM antiepilepsi??? - amikacin 20 – 30 mg/l
-Indeks terapi sempit -gentamycin 5 – 12 mg/l
-Kegagalan monoterapi -dibekacin 5 – 12 mg/l
-Efek samping terapi antiepilepsi seperti -netylmycin 5 – 12 mg/l
gangguan hati, renal, dll -tobramycine 5 – 12 mg/l
-Penurunan kosnsentrasi obat anti epilepsi -streptomycin 15 – 40 mg/l
dengan obat seperti (erythromycin, -vankomycin 20 – 40 mg/l
klarythromycin + carbamazepine) dan  Hal2 yang perlu diperhatikan saat
peningkatan dengan (valproic acid + indikasi TDM antibiotik
phenytoine). aminoglikosida???
-Umur (infant) -Resiko nephro toksik
-Kehamilan -Terapi indeks sempit
-kinetika non linear (phenytoin) -Umur
 Range terapi obat anti depresan -Pemberian obat lain yang memiliki efek
- amitriptyline 120 – 250 μg/l nephrotoksik
-desipramine 125 – 300 μg/l -Kelainan Ginjal
-imipramine 150 – 250 μg/l -Terapi dengan dosis tinggi
-nortriptyline 50 – 150 μg/l -hipovolemia
-fluoxetine 100 – 800 μg/ll -Riwayat kelainan pendengaran
 Hal2 yang perlu diperhatikan saat -Pasien yang melakukan transplasi ginjal,
indikasi TDM anti depresan??? hemodialisis, peritonial dialisis.
-Indeks terapi sempit -terapi aminoglikosid jangka lama.
-Polimorfisme oksidasi genetik  Range terapi antibiotik theophylin
-Efek samping terapi - theophylline 8 – 20 mg/l
-Dosis tinggi  Hal2 yang perlu diperhatikan saat
-Kerjasama pasien dan dokter dalam terapi indikasi TDM theophylline???
- gangguan hati, renal, dan jantung -Kesulitan melihat standart dosis harian
-Umur (infant) dengan dengan serum pada beberapa pasien.
-Peningkatan konsentrasi akibat interaksi -kelainan pada proses eliminasi yang
dengan (cimetidine, haloperidol, disibabkan gangguan fungsi hati.
phenothiazines – cosegregates, -indeks terapi sempit
chloramphenicol, fluconazole, verapamil, -Kelainan hati dan renal
diltiazem, propafenone, quinidine, ritonavir, -Umur (infant/geriatrik)
kontrasepsi oral). -kebiasaan merokok
 Range terapi Lithium -diet pasien
- Lithium 0,3 – 1,3 mmol/l -Pemberian obat lain yang dapat
 Hal2 yang perlu diperhatikan saat meningkatkan konsentrasi (macrolides
indikasi TDM Lithium??? antibiotics, fluoroquinolones, cimetidine,
-Resiko nephro dan neuro toksik zileuton, oral contraceptives)
-Penyakit comorbid -Pemberian obat lain yang dapat menurunkan
-Peningkatan konsentrasi akibat interaksi konsentrasi (barbiturates, rifampicin,
dengan (thiazide diuretics, monosteroidal anti- phenytoin, preparations of Hypericum
inflammatory drugs, general anaesthetics). perforatum)
-Kehamilan
 Hal2 yang perlu diperhatikan saat
indikasi TDM Methotrexate???
-Pemberian methotrexate dosis tinggi dengan
calcium folinate
-Penyakit comorbid
-Peningkatan toksisitas jika diberikan
bersamaan dengan (salicylates,
sulphonamides, probenecid, non – steroidal
anti – inflammatory drugs, cefalothin,
penicillin, aminoglycosides antibiotics,
cisplatin, cyclosporine).
 Range terapi antibiotik cylosporine dan
tacrolimus
- cyclosporine
inductive therapy: 150 – 350 ng/l
sustaining therapy: 100 – 250 ng/l
- tacrolimus
0,2 – 2,0 μg/l (serum)
4 – 40 μg/l (whole blood)
 Hal2 yang perlu diperhatikan saat
indikasi TDM cylosporine dan
tacrolimus???
-indeks terapi sempit
-individu dengan variasi farmakokinetika tinggi
-Frekuensi pemberian
-Resiko nephrotoksik
-Interaksi obat
-Kerjasama dokter dan pasien
 Keuntungan TDM
-Meningktakan efeikasi dan keamanan
-Memudahkan pengaturan dosis individu
pasien
-Memudahkan dokter dalam segera
melakukan intervensi medis pada pasien
-Mengurangi medication error
-Meningkkan keamanan pemberian obat
dalam dosis teinggi
-Memudahkan monitoring efek samping yang
tidak diinginkan sebelum gejala klinisnya
benar2 muncul
-Dapat dijadikan untuk mengukur media
kepatuhan pasien / dan kesesuaian caa
pemberian oleh tenaga medis lain.
-Mempersingkat waktu terapi
-Mengurangi biaya.

Anda mungkin juga menyukai