Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI

KOTA SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR


Laporan
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
dari mata kuliah Geologi Teknik yang diampu oleh

Herwan Dermawan, S.T., M.T.

Disusun oleh :
Reza Muhammad Fadhli
NIM 1904714

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
1. Pendahuluan
Kota Samarinda adalah salah satu kota yang berada di dalam cekungan kutai. Cekungan
Kutai merupakan salah satu cekungan berumur Tersier yang paling ekonomis di Indonesia.
memiliki luas kurang lebih 60.000 km2 yang terisi oleh batuan sedimen tersier dengan
ketebalan hingga 14 km pada bagian yang paling tebal. Cekungan ini merupakan cekungan
yang paling luas dan paling dalam di Indonesia bagian Barat yang memiliki cadangan minyak,
batubara, dan gas yang besar (Allen dan chambers, 1998 dalam Rienno Ismail, 2008). Menurut
Allen dan Chambers (1998), Cekungan Kutai tersusun atas endapan-endapan sedimen berumur
Tersier yang memperlihatkan endapan fase transgresi dan regresi laut.
Di Cekungan Kutai, hampir semua jalur antiklin di Jalur Antiklinorium Samarinda dari
daratan ke lepas pantai, baik yang tersesarkan maupun yang tidak, menjadi lapangan-lapangan
minyak dan gas. Lapangan-lapangan minyak dan gas masih ditemukan sampai ke laut dalam
yang sudah masuk ke Cekungan Selat Makassar Utara dengan perangkap berupa toe-thrust di
lereng paparan dan kipas laut dalam di dasar cekungan (Satyana, 2006).
2. Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang pada Cekungan Kutai yaitu struktur perlipatan dan
sesar. Struktur perlipatan yang terbentuk yaitu antiklinorium, yang merupakan gabungan dari
antiklin dan siklin yang membentuk cekungan ke atas dengan skala yang besar, dengan arah
sumbu timur laut-barat daya. Struktur sesar yang berkembang adalah sesar naik dengan arah
timur laut-barat daya dan sesar mendatar dengan arah barat laut-tenggara seperti terdapat pada
gambar berikut.

Gambar 1. Peta Digitasi Geologi Samarinda dan sekitarnya.


Pada umumnya, sesar-sesar naik ini di beberapa titik terpotong oleh sesar geser atau
mendatar yang berpola barat laut-tenggara. Sesar turun di daerah ini tidak begitu berkembang
dan hanya terdapat di beberapa tempat saja dengan pola barat laut-tenggara, berbarengan
dengan sesar mendatar atau sesar geser.
Khusus struktur geologi yang terdapat dalam areal ini berupa lapisan sayap dari sinklin
berarah timur laut-barat daya. Sisi barat dari Formasi Pulau Balang dan Formasi Balikpapan
berkemiringan landai yang membentuk pegunungan perbukitan yang memanjang hampir utara-
selatan. Akibat lapisan simetris dan struktur sinklin berarah barat daya-timur laut, di beberapa
tempat pada sisi lipatan tenggara yang curam muncul singkapan batubara yang memanjang di
sepanjang jurus lapisan yang berkemiringan curam.

Gambar 2. Singkapan batubara yang terdapat di daerah Mamahak, Kalimantan Timur

3. Tinjauan Erosi
Stadia erosi pada daerah penyelidikan termasuk stadia dewasa yang dicirikan oleh
bentuk sungainya yang bermeander dan berkelok- kelok.Apabila ditinjau dari batuan induk
yang tersusun oleh litologi batu lempung, serpih, batu pasir halus, napal dan batu gamping pada
beberapa formasi yang ada menunjukkan bahwa intensitas erosi pada daerah penyelidikan
cukup kuat, terutama pada daerah yang tidak ada vegetasinya akibat penebangan hutan secara
liar dan tidak terkendali. Erosi yang dominan terjadi pada daerah penyelidikan adalah erosi
horisontal, hal ini dapat dilihat dari kondisi sungainya yang lebar yang menunjukkan bahwa
erosi horisontal lebih dominan dari erosi vertikal. Dengan melihat kondisi fisik aliran air yang
ada di Sungai Karangmumus menunjukkan bahwa kandungan sedimen air sungai cukup tinggi,
dengan parameter fisik yang mudah dilihat dari keruhnya air sungai yang menandakan bahwa
sungai tersebut mengandung konsentrasi material sedimen yang besar. Sedangkan pada Sungai
Karangasam Besar hasil erosi dapat dilihat dari tumpukan material sedimen atau pengendapan
sedimen yang berada di muara sungai tepatnya pada pertemuan antara Sungai Karangasam
besar dengan Sungai Mahakam yang mengakibatkan tidak lancarnya aliran sungai akibat
terhalang oleh material sedimen.

Gambar 3. Aliran Sungai Karangasam Besar


Begitu pula dengan aliran air pada muara Sungai Karangasam kecil yang kondisinya
hampir sama dengan aliran air pada Sungai Karangasam besar. Dimana pengendapan sedimen
di muara sungai akan memperpanjang delta sungai dan mengurangi kapasitas angkut sungai
sehingga menyebabkan peninggian (agradasi) dasar sungai dan pada akhirnya akan
memperbesar resiko banjir. Pengurangan kapasitas aliran pada sungai ini disebabkan karena
erosi. Erosi yang berlebihan dapat terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup pada lapisan
tanah yang berada di hulu sungai maupun di tebing – tebing pada tepian aliran sungai sehingga
menyebabkan akumulasi sedimen pada hilir sungai atau muara sungai.
4. Stratigrafi
Stratigrafi regional Cekungan Kutai dari yang berumur tua ke yang berumur
muda adalah Formasi Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulau Balang, Formasi
Balikpapan, Formasi Kampung Baru dan Endapan Alluvial (Gambar 4).

Gambar 4. Stratigrafi Cekungan Kutai


Perincian masing-masing formasi dari tertua sampai ke formasi termuda adalah sebagai
berikut :
Formasi Pamaluan (Tomp)
Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih,
batugamping dan batulanau. Umur formasi Pamaluan adalah Oligosen Akhir – Miosen Awal
dengan lingkungan pengendapan Neritik.
Formasi Pulau Balang (Tmpb)
Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Bebuluh, sedangkan dibagian
atasnya berhubungan menjemari dengan Formasi Balikpapan. Litologi formasi ini terdiri dari
greywacke, batupasir kuarsa, batugamping, tufa pasir dan batubara. Formasi Pulau Balang
berumur Miosen Tengah.
Formasi Balikpapan (Tmbp)
Formasi ini berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir dengan litologi berupa batupasir
kuarsa dengan sisipan batulempung, batulanau, serpih, batugamping dan batubara. Formasi ini
diendapkan secara selaras diatas Formasi Pulau Balang.
Formasi Kampung Baru (Tpkb)
Litologi formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa lepas dengan sisipan batulempung,
batulanau, sepih, dan batubara muda (lignite). Umur formasi ini adalah Miosen Akhir – Pliosen
Akhir. Lingkungan pengendapan Delta.
DAFTAR PUSTAKA
Umar, Hamzah. 2017. Dinamika Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan
Litofasies Daerah Air Putih, Kecamatan Samarinda, Ulu, Kota Samarinda. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi IV.
Devy, D Shalaho. 2017. Hidrogeologi Wilayah Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
Seminar Nasional Teknik Sipil Universitas Mulawarman

Anda mungkin juga menyukai