Oleh :
Fauzyiah Adilhah
173110164
III A
Dosen Pembimbing :
TA 2019/2020
PRINSIP KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULER
4. Minta Bantuan
Langkah selanjutnya ketika pasien sudah tidak ada respon setelah
diperiksa respon adalah dengan meminta bantuan (berteriak minta bantuan ke
orang lain ketika anda sendiri) atau menelpon RS terdekat atau bisa menelpon ke
Ambulance Gawat Darurat ,. Saat menelpon yang pertama kali disebutkan adalah
no.tlp/ no hp anda, hal ini dimaksudkn untuk mengantisipasi ketika pulsa anda
habis, selanjutnya adalah sebutkan nama Anda, lokasi, keadaan korban/pasien,
jumlah korban serta alat-alat yang dibutuhkan. Ketika panik, hal yang paling
penting diucapkan saat menelpon adalah sebutkan no tlp dan nama.
5. Survey Primer
Langkah-langkahnya sebagai ABCDE (airway and C-spine control,
breathing, circulation and hemorrhage control, disability, exposure/environment).
A (Airway) atau Jalan nafas merupakan prioritas pertama. Pastikan udara
menuju paru-paru tidak terhambat. Temuan kritis seperti obstruksi karena cedera
langsung, edema, benda asing dan akibat penurunan kesadaran. Tindakan bisa
hanya membersihkan jalan nafas hingga intubasi atau krikotiroidotomi atau
trakheostomi.
B ( Breathing), nilai pernafasan atas kemampuan pasien akan ventilasi dan
oksigenasi. Temuan kritis bisa tiadanya ventilasi spontan, tiadanya atau
asimetriknya bunyi nafas, dispnea, perkusi dada yang hipperresonans atau pekak,
dan tampaknya instabilitas dinding dada atau adanya defek yang mengganggu
pernafasan. Tindakan bisa mulai pemberian oksigen hingga pemasangan
torakostomi pipa dan ventilasi mekanik.
C (Circulation), nilai sirkulasi dengan mencari hipovolemia, tamponade
kardiak, sumber perdarahan eksternal. Lihat vena leher apakah terbendung atau
kolaps, apakah bunyi jantung terdengar, pastikan sumber perdarahan eksternal
sudah diatasi. Tindakan pertama atas hipovolemia adalah memberikan RL secara
cepat melalui 2 kateter IV besar secara perifer di ekstremitas atas. Kontrol
perdarahan eksternal dengan penekanan langsung atau pembedahan, dan tindakan
bedah lain sesuai indikasi.
D (Disability), tetapkan status mental pasien dengan GCS dan lakukan
pemeriksaan motorik. Tentukan adakah cedera kepala atau kord spinal serius.
Periksa ukuran pupil, reaksi terhadap cahaya, kesimetrisannya. Cedera spinal bisa
diperiksa dengan mengamati gerak ekstremitas spontan dan usaha bernafas
spontan. Pupil yang tidak simetris dengan refleks cahaya terganggu atau hilang
serta adanya hemiparesis memerlukan tindakan atas herniasi otak dan hipertensi
intrakranial yang memerlukan konsultasi bedah saraf segera.Tidak adanya
gangguan kesadaran, adanya paraplegia atau kuadriplegia menunjukkan cedera
kord spinal hingga memerlukan kewaspadaan spinal dan pemberian
metilprednisolon bila masih 8 jam sejak cedera (kontroversial). Bila usaha
inspirasi terganggu atau diduga lesi tinggi kord leher, lakukan intubasi
endotrakheal.
E (Eksposur) mengontrol lingkungan segera. Buka seluruh pakaian untuk
pemeriksaan lengkap. Pada saat yang sama mulai tindakan pencegahan
hipotermia yang iatrogenik biasa terjadi diruang ber AC, dengan memberikan
infus hangat, selimut, lampu pemanas, bila perlu selimut dengan pemanas.
Prosedur lain adalah tindakan monitoring dan diagnostik yang dilakukan bersama
survei primer. Pasang lead ECG dan monitor ventilator, segera pasang oksimeter
denyut. Monitor memberi data penuntun resusitasi. Setelah jalan nafas aman,
pasang pipa nasogastrik untuk dekompresi lambung serta mengurangi
kemungkinan aspirasi cairan lambung. Katater Foley kontraindikasi bila urethra
cedera (darah pada meatus, ekimosis skrotum / labia major, prostat terdorong
keatas). Lakukan urethrogram untuk menyingkirkan cedera urethral sebelum
kateterisasi.
6. Stabilkan Kondisi Pasien
Pada tahap rumah sakit, triage dapat juga dilakukan walaupun agak
berbeda dengan triage lapangan. Dengan tenaga dan peralatan yang lebih
memadai, tenaga medis dapat melakukan tindakan sesuai dengan kedaruratan
penderita dan berdasarkan etika profesi. Saat menilai pasien, secara bersamaan
juga dilakukan tindakan diagnostik, hingga waktu yang diperlukan untuk menilai
dan menstabilkan pasien berkurang.