Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AUDIT KEUANGAN, AUDIT KEPATUHAN, DAN AUDIT

OPERASIONAL
TUGAS ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Disusun oleh Kelompok 1 :

1. Devi Margaret 21216875


2. Muhamad Sulthon T A 22216627
3. Rizki Agung Indrawan 26216554
4. Zaki Ilham Muhammad 27216910

Kelas : 4EB04
Dosen : Misdiyono, SE., MM.

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2019
1. Audit Laporan Keuangan
2. Audit Operasional

Sejarah Singkat Bank Sahabat Sampoerna Cabang Kota Tengah


Bank Sahabat Sampoerna merupakan pembeli saham dari Bank DIPO Internasional
pada tanggal 5 Februari 2008.PT Pahala Mas Sejahtera yang merupakan pemegang saham dan
pengendali PT. Bank DIPO Internasional yang menandatanangani perjanjian dan pembelian
saham bersyarat dengan Group Sampoerna Strategic melalui Orient Distributions Network
Pte.Terkait pembelian saham PT. Bank DIPO Internasinal berkantor pusat di Jakarta dan telah
memiliki 120 cabang yang tersebar di Jawa, Kalimantan dan Sumatera, untuk Sumatera salah
satunya di Cabang Kota Tengah Kabupaten Rokan Hulu. Aktvitas Usaha Bank Secara umum
Bank Sahabat Sampoerna Cabang Kota Tengah didirikan dengan maksud untuk membantu dan
mendorong pertumbuhan perekonomian dan pemerataan pembangun daerah disegala bidang
dan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Bank Sahabat Sampoerna mempunyai
berbagai bidang usaha secara garis besar dapat di bagi menjadi dua, yaitu:Bidang simpan
pinjam dan tabungan. Penelitian dilakukan pada Bank Sahabat Sompoerna Cabang Kota
Tengah yang beralamat di Jalan lintas Duri - Kota Tengah Rokan Hulu, tepatnya depan Pasar
Minggu Kota Tengah.

Pembahasan
Tahap-Tahap Audit Operasional di Bidang Kas dan Dana pada Bank Sahabat
Sampoerna Cabang Kota Tengah
Auditoperasional pada Bank Sahabat Sampoerna Cabang Kota Tengah dilaksanakan
sepenuhnya oleh tim Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) yang status organisasinyaberada
dibawah pimpinan.Auditor internal mempunyai kedudukan khusus dalam bank, sebagai
pihakyang independen dan bertanggung jawab langsung kepada pimpinan dan mempunyai
hubungan fungsional dengan pimpinan cabang melalui komite audit. Dalam melaksanakan
aktivitasnya, SKAI tidak terlibat langsung dalam aktivitas perancangan,penerapan dan
pengoperasiannyasehingga penilaian terhadap pengendalian dilakukan secara objektif dan
independen.
Laporan audit mengungkapkan kelemahan yang terjadi bukan mencari kesalahan,
rekomendasi perbaikan, serta keberhasilanyang telah dicapai sehingga pengendalian yang
dijalankan Bank Sahabat Sampoerna akan semakin baik di masa yang akan datang. Auditor
internal Bank Sahabat Sampoerna khusus yang bertugas dibagian operasional memilki
kecakapan dan keahlian dalam bidang pemeriksaan atas bagian kas dan dana, dari berbagai
disiplin ilmu pengetahuan tentang auditing yang diperlukan untuk melaksanakan tangung
jawab atas kualitas hasil audit dan mengembangkan kompentensi sebagai seorang auditor
internal, ini tercermin dari kebijakan yang diambil oleh bank yang terus meningkatkan kualitas
auditor internal yang dimiliki dengan memberikan kesempatan untuk melanjutkan tahap
pendidikan atau mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai berbagai masalah yang biasanya
terjadi di dunia perbankan.
Persiapan audit yang dijalankana pada Bank Sahabat Sampoerna cabang Kota Tengah
telah memadai dimana sebelum melakukan pemeriksaan kas dan dana tim SKAI Bank Sahabat
Sampoerna terlebih dahulu menerima surat penugasan untuk melakukan pemeriksaan kegiatan
operasional, kemudian menyampaikan surat pemberitahuan tersebut kepada Bank
SahabatSampoerna Cabang Kota Tengah bahwa akan dilakukan pemeriksaan (audit) sehingga
segala sesuatu yang diperlukan untuk kepentingan audit telah dilaksanakan.
Pelaksanaan Audit
Di dalam pelaksanaan audit ini, Bank Sahabat Sampoerna terlebih dahalu melakukan
tahap audit pada bagian:
a. Bagian Kas
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun valasyang masih
berlakusebagai alat pembayaran yang sah termasuk uang yang ditarik dari
peredaran.Bagian kas sebagai pengelola alat liguid, secara fisik berupa uang
atau/dan surat berharga dalam transaksi sehari yang masuk dan keluar serta
disimpan dalam vault (tempat khusus). Dalam pengertian kas termasuk kas besar
atau kas di khasnah(brankas besar), kas teller, kas kecil maupun kas di ATM.
Kas juga merupakan harta yang paling lancar (aktiva yang paling liguid) bagi
Bank Sahabat Sampoerna. Disamping liquid, kas juga merupakan harta yang paling
rishkan sehingga pengamanan perlu dilakukan seketat mungkin, untuk menghindari
kebocoran yang akan berdampak pada kerugian Bank Sahabat Sampoerna Cabang
Kota Tengah Kabupaten Rokan Hulu.
b. Bagian Dana
Dana adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu bank dalam kegiatan
operasionalnya.
Adapun sumber-sumber dana tersebut adalah:
1. Dana dari modal itu sendiri atau dana pihak 1, yakni suatu dana dari modal bank
sendiri yang asal usulnya dari pemilik perusahaan.
2. Dana dari pihak luar atau dana dari pihak II, yakni suatu dana pinjaman dari
pemodal atau investor.
3. Dana dari masyarakat atau dana pihak dari III, yakni suatu dana yang dihimpun
dari masyarakat berupa tabunganyaitu :
a. Tabungan Berencana
b. Tabungan Haji
c. Bagian teller
Teller adalaah seorang petugas pada bank yang berfungsi untuk
melayanai nasabah dalam hal transaksi keuangan perbankan kapada semua
nasabah.Tugas secara umum yaitu menangani, membantu, dan memberikan
solusi bagi semua nasabah yang ingin melakukan transaksi perbankan
termasuk di dalamnya nanti memberikan jasa layanan uang tunai.

Pelaporan Audit
Pelaporan audit merupakan tahap akhir dalam kegitan audit, sebelum Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) dibuat, hasil temuan dalam pemeriksaan dibuat dalam bentuk ikhtisar hasil
audit yang didiskusikan terlebih dahulu dengan pimpinan cabang, kegiatan ini dinamakan exit
meeting dimana pada saat exit meeting auditor akan mengkonfirmasikan penugasan audit yang
telah diperoleh, mendengarkan tanggapan atau komentar dari auditee mengenai temuan audit
dan juga menerima komitmen dari pimpinan Bank Sahabat Sampoerna Cabang Kota Tengah
untuk menyelesaikan atau tindak lanjut dari temuan tersebut. Setelah exit meeting, salah
seorang auditor internal membuat konsep laporan yang kemudian direview oleh pimpinan
cabang, agar diperoleh keyakinan bahwa laporan tersebut telah lengkap dan benar, dimana
laporan tersebut telah dibuat sesuai dengan informasi mengenai temuan audit yang dilakukan
dan sesuai dengan fakta.
Setelah review atas konsep laporan, kemudian auditor internal membuat Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) yang mencakup seluruh pemeriksaan tidak hanya pemeriksaan Grup
Operasional melainkan semua pemeriksaan yang dilakukan baik oleh Grup Pengawasan
Pemasaran, Grup Kredit. LHP ditandatangani atau disetujui oleh pemutus grup kredit
kemudian dikirim ke unit kerja yang diperiksa yaitu Bank Sahabat Sampoerna Cabang Kota
Tengah untuk dapat diketahui dan ditindaklanjuti dan ditembuskan ke tim audit kantor pusat.
Pelaporan audit yang yang dijalankan Bank Sahabat Sampoerna telah memandai,
dimana pelaporan ini merupakan tahap akhir, hasil temuan audit diskusikan terlebih dahulu
dengan pimpinan cabang, agar diperoleh keyakinan telah lengkap dan benar sesuai dengan hasil
temuan dan fakta. Sebelum hasil temuan dibuat dalam bentuk ikhtisar (exit meeting) kemudian
direview oleh pimpinan atas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang mencakup seluruh
pemeriksaan tidak hanya pemeriksaan Grup Operasional melainkan semua pemeriksaan
yangdilakukan baik oleh Grup Pengawasan Pemasaran, Grup Kredit.

Tindak Lanjut Hasil Audit


Auditor internal operasional Bank Sahabat Sampoerna dalam melaksanakan audit
operasional terhadap kegiatan kas dan dana tidak hanya melakukanpemeriksaan dan
melaporkan temuan yang telah diperolehnya, melainkan juga melakukan pengawasan tindak
lanjut cabang atas rekomendasi yang telah diberikan, auditor internalmelakukan pengecekkan
terhadap tindak lanjut dari Bank Sahabat Sampoerna untuk melihat sejauh mana hasil audit
tersebut telah ditindaklanjuti, apakah perbaikan telah dilakukan dengan tuntas oleh auditee,
masih dalam prosesataukah belum diselesaikan sama sekali.
Auditor internal memantau dan menganalisis serta melaporkan perkembangan
pelaksanaan tindaklanjut perbaikan yang telah dilakukan auditee meliputi:
1. Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut
Pemantauan ini dilakukan Bank Sahabat Sampoerna Kantor Pusat untuk
mengetahui perkembangan dan mengigat Bank sahabat Sampoerna Cabang Kota
Tengah bila belum dapat menyelesaikan komitmen perbaikan menjelang atau sampai
batas waktu yang dijanjikan pada exit meeting yang telah diadakan sebelumnya.
2. Analisis kecukupan tindak lanjut
Dari hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut, dilakukan analisis kecukupan
atas realisasi janji perbaikan yang telahdilaksanakan Bank sahabat Sampoerna Cabang
kota tengah, apakah perbaikantelah dengan tuntas dilakukan oleh auditee, masih dalam
proses ataukah belum diselesaikan sama sekali. Selain itu, analisis ini juga digunakan
untuk mengetahui hambatan ynag menyebabkan tindak lanjut tersebut tidak dapat
dilakukan sebagaimana mestinya.
3. Pelaporan tindak lanjut
Perbaikan-perbaikan yang dilakukan Bank sahabat Sampoerna Cabang Kota
Tengah atas temuan yang diperoleh pada pemeriksaan dilaporkan dalam bentuk
Laporan Tindak Lanjut Hasil Audit dalam bentuk berita acara dan dikrimkan tim
temuan audit. Dalamhal ini Auditor Internal yang ditunjuk membuat LHP(Laporan
Hasil Pemeriksaan) merespon Laporan Tindak Lanjut Hasil Audit yang dikirimkan oleh
Bank Sahabat Sampoerna Cabang Kota Tengah tersebut dengan menganalisa
kecukupan perbaikan yang telah dilakukan.
Dalam hal ini Bank sahabat Sampoerna Cabang Kota Tengah melewati batas
kesepakatanwaktu perbaikan yang telah ditetapkan pada exit meeting, maka pihak audit
akan membuat laporan ke team audit kantor pusat, atas persetujuan audit kantor pusat
akan melakukan pembinaan terhadap cabang yang bersangkutan untuk dapat segera
melengkapi kekurangan yang telah menjadi temuan audit.
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang ditelti dari catatan, informasi, bukti dan
dokumen lainya termasuk surat menyurat dari mulai proses perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, pelaporan dan monitoring hasil audit yang diketahui oleh pimpinan Bank
Sahabat Sampoerna yang dokumentasinya dapat berupa hard copy, soft copy. Tindak
lanjut hasil audit yang dilaksanakan pada Bank Sahabat Sampoerna Cabang Kota
Tengah telah memandai dimana sebelumnya auditor internal memantau dan
menganalisis serta melaporkan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan
yang telah dilakukan auditee meliputi, pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut,
analisis kecukupan tindak lanjut, pelaporan tindak lanjut.
Dari hasil pembahasan, dapat diketahui bahwa pelaksanaan audit operasional
pada Bank Sahabat Sampoerna belum sepenuh dengan peraturan Bank Indonesia
Nomor 1/6PBI/1999 tanggal 20 Desember 1999 tentang penugasan direktur kepatuhan
dan penerapan pelaksanaan fungsi audit intern bank umum, dimana dapat dilhat dalam
pelaksanaan audit operasional hanya memiliki 4 tahap yaitu:
1. Persiapan audit
2. Pelaksanaan audit
3. Pelaporan audit
4. Tindak lanjut hasil audit
3. Audit Kepatuhan

LEMBAR FAKTA
HASIL AUDIT KEPATUHAN PERUSAHAAN DAN PEMERINTAH
DAERAH
TERHADAP PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
DI PROVINSI RIAU

I. Latar Belakang

 Terdapat 12.541 titik panas dalam periode 2 Januari – 13 Maret 2014 di lahan gambut, dimana
93,6% dari keseluruhan titik panas tersebut berada di Provinsi Riau.
 Kerugian ekonomi yang dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat
Riau juga sangat besar. Tercatat antara lain kerugian langsung akibat tidak beroperasinya
penerbangan komersial serta terganggunya jalur distribusi barang dan gagal panen.
 Terdapat lebih dari 30.000 warga Riau menderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), radang
paru-paru, iritasi mata dan kulit (sesuai data Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Riau 2014)

II. Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Kebakaran Hutan dan Lahan

Beberapa upaya yang telah dilakukan Pemerintah dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia:

 Presiden Republik Indonesia melakukan kunjungan pada 15-17 Maret 2014 ke Provinsi Riau
untuk memimpin upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
 Wakil Presiden Republik Indonesia telah menyepakati 13 Rencana Aksi pencegahan kebakaran
hutan dan lahan secara nasional.
 Salah satu Rencana Aksi tersebut adalah melakukan audit kepatuhan terhadap perusahaan-
perusahaan perkebunan dan kehutanan serta pemerintah kabupaten/kota.

Dibentuknya tim gabungan audit kepatuhan yang terdiri dari Kementerian Pertanian,
Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, BP REDD+, UKP4, para ahli, serta
asisten teknis. Khusus di Provinsi Riau, tim gabungan dipimpin oleh Prof. Bambang Hero
Saharjo yang merupakan ahli kebakaran hutan dan lahan dari Institut Pertanian Bogor.

Program audit kepatuhan di Provinsi Riau ditentukan berdasarkan kesepakatan rapat di Polda Riau
pada 26-28 Juli 2014:

 Gubernur, Kapolda Riau dan Kejati Riau akan menjadi bagian dari anggota pengarah bersama
Pejabat setingkat Eselon 1 (satu) dari Kementerian/Lembaga terkait.
 Provinsi Riau dipilih karena memiliki tingkat hotspot yang tertinggi pada periode 2 Januari - 13
Maret 2014.
 Audit tersebut dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap terhadap 17 (tujuh belas) perusahaan dan 6
(enam) kabupaten/kota di Provinsi Riau.

III. Tujuan Audit Kepatuhan

1. Mendapatkan informasi yang menyeluruh mengenai tingkat kepatuhan perusahaan dan


pemerintah daerah dalam rangka pencegahan kebakaran hutan dan lahan;
2. Menemukan akar persoalan dalam pemenuhan kewajiban dari perusahaan dan pemerintah
daerah dalam rangka pencegahan kebakaran hutan dan lahan; dan
3. Membuat rekomendasi dalam rangka pembinaan dan pengawasan untuk mendorong
kepatuhan perusahaan dan pemerintah daerah dalam rangka pencegahan kebakaran hutan dan
lahan.

IV. Metodologi Audit Kepatuhan

Langkah-langkah atau metodologi yang dilakukan dalam audit kepatuhan:


1. Menyusun kerangka audit berdasarkan seluruh peraturan perundang-undangan terkait
kewajiban pemerintah daerah dan perusahaan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan
lahan.
2. Pemeriksaan serta analisis dokumen terkait, wawancara, kunjungan langsung ke obyek audit,
pemeriksaan fisik dan simulai keadaan tertentu dari obyek audit.
3. Penilaian berdasarkan mekanisme penilaian tingkat kepatuhan dan dikalikan dengan tingkat
pentingnya suatu obyek dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

V. Lingkup dan Objek Audit

 Lingkup audit meliputi 3 (tiga) hal utama yang diturunkan dalam penjabaran teknis, yaitu:
1. Aspek sistem (memiliki prosedur tetap terkait kebakaran hutan dan lahan sesuai standar
prosedur operasi dan koordinasi antar Satuan Kerja Pemerintah Daerah) dan kelembagaan
(memiliki dokumen pendirian kelembagaan dan kelembagaan tersebut berjalan dengan
baik)
2. Aspek sarana prasarana (sesuai dengan persyaratan dan semua berjalan sesuai fungsinya)
dan sumber daya manusia (memiliki sertifikasi dan kesesuaian kompetensi serta jumlah
personil yang memadai)
3. Aspek biofisik dan sosial kemasyarakatan (terdapat kelembagaan yang melibatkan
masyarakat dalam kebakaran hutan dan lahan secara aktif dengan keterampilan dan
peralatan yang baik).
 Obyek audit meliputi 6 (enam) Kabupaten/Kota dan 17 (tujuh belas) perusahaan.

VI. Hasil Audit Kepatuhan

Berdasarkan penilaian kepatuhan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Perusahaan perkebunan: Dari 5 (lima) perusahaan perkebunan yang diaudit seluruh
perusahaan tergolong tidak patuh;
2. Perusahaan kehutanan : Dari 12 (dua) belas perusahaan yang diaudit 1 (satu) perusahaan
tergolong sangat tidak patuh, 10 (sepuluh) perusahaan tergolong tidak patuh dan 1 (satu)
perusahaan tergolong kurang patuh;

3. Pemerintah Kabupaten dan Kota: Dari 6 (enam) kabupaten dan kota, 1 (satu) kabupaten
patuh, 1 (satu) kabupaten cukup patuh, dan 4 (empat) kabupaten kurang patuh.

Penyebab ketidakpatuhan PERUSAHAAN:


1. Terdapat lahan gambut yang dalam di seluruh perusahaan yang dilakukan audit.
Gambut memiliki karakteristik mudah terbakar dan mampu menyimpan api, sehingga budidaya
di atas kawasan tersebut harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
2. Ketidakmampuan perusahaan dalam menjaga konsesinya, terkait erat dengan
kebakaran hutan dan lahan.
Hampir seluruh perusahaan yang diaudit di dalam wilayah konsesi, terdapat wilayah yang
secara de facto diduduki dan dikuasai oleh masyarakat – baik secara langsung karena upaya
masyarakat, maupun secara tidak langsung akibat penjagaan dan pengelolaan yang pasif oleh
perusahaan. Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis konflik yang memicu kebakaran hutan dan
lahan, yaitu : (1) konflik terjadi di kawasan lindung perusahaan, (2) penguasaan masyarakat di
kawasan konsesi, (3) konflik masyarakat yang berbatasan dengan areal konsesi.
3. Pelaporan secara swadaya oleh perusahaan tidak dilakukan secara komprehensif,
sehingga deteksi tidak dapat dilakukan secara optimal
Banyak ditemukan dokumen Laporan Pemantaun Pelaksanaan RKL-RPL atau UKL-UPL yang
belum membahas secara detil permasalahan kebakaran hutan dan lahan yang dihadapi,
dokumen yang sama sekali tidak diperbarui, bahkan dokumen tidak sesuai dengan kondisi dan
aktivitas dari perusahaan.
4. Sarana prasarana dan sumber daya manusia tidak memenuhi ketentuan untuk
pencegahan kebakaran hutan dan lahan
Perusahaan belum mematuhi kewajiban untuk menyediakan sarana prasarana seperti yang
diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan. Perusahaan yang sarana prasarananya
terletak di luar konsesi belum membangun camp di wilayah tersebut, sementara perusahaan
yang sudah memiliki sarana prasarana tidak membangunnya sesuai dengan kondisi konsesi.

Penyebab ketidakpatuhan PEMERINTAH DAERAH:


1. Pengawasan terhadap perusahaan tidak optimal
Selain belum optimal, terdapat perusahaan yang belum pernah didatangi oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) secara langsung. Faktor lain pengawasan yang minim
adalah karena tidak ditemukan bukti tertulis maupun tidak tertulis tentang sosialisasi kewajiban
dan pengawasan, serta minimnya dokumen terkait perusahaan di kantor pemerintah.
2. Perlindungan dalam tata ruang belum optimal
Berdasarkan pemeriksaan, belum seluruh kawasan gambut yang dalam dimasukkan ke dalam
kawasan lindung dalam peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Daerah. Selain itu, di
sejumlah konsesi dengan izin dalam kawasan gambut, tidak didukung pengawasan yang ketat
sehingga kebakaran kerap terjadi.
3. Pemerintah Daerah tidak menyediakan dukungan PLTB
Belum ada upaya secara khusus untuk menyediakan alat pembukaan lahan tanpa bakar oleh 6
(enam) Kabupaten/Kota yang diaudit. Padahal hal ini sangat penting untuk mencegah
kebakaran hutan dan lahan.
4. Dukungan pendanaan tidak optimal
Terdapat beberapa persoalan pendanaan yang menghambat proses pemadaman, antara lain
belum adanya anggaran khusus pencegahan kebakaran hutan dan lahan, serta alokasi dan
pencairan dana operasional penanggulangan kebakaran yang hanya dapat dikeluarkan dalam
kondisi bencana saja.
5. Kawasan yang dikelola Manggala Agni terlalu luas
Cakupan satu daerah operasi (DAOP) terlalu luas, sehingga Manggala Agni mengalami
hambatan dalam melakukan pemadaman kebakaran. Sebagai contoh, salah satu DAOP harus
meliputi 3 (tiga) kabupaten/kota. Selain itu, jabatan Kepala Manggala Agni dengan eselon yang
tidak sesuai menyulitkan koordinasi dengan kepala dinas di daerah.
6. Pemberdayaan masyarakat peduli api belum optimal
Hal tersebut disebabkan pemerintah daerah belum membentuk masyarakat peduli api di seluruh
kawasan rawan kebakaran. Selain itu, masyarakat peduli api belum dilengkapi perlengkapan
yang memadai.

VII. Rekomendasi Perbaikan di Masa Mendatang


1. Perbaikan kebijakan di kawasan rawan kebakaran
Perlunya pengetatan kebijakan perlindungan kawasan gambut pada:
a. Tingkat hulu: pada saat pemberian izin, dimana pemberi izin wajib mempertimbangkan
dengan kawasan gambut dalam. Dalam jangka panjang, Rencana Tata Ruang dan Wilayah
Provinsi (RTRWP) perlu memasukkan wilayah gambut dalam sebagai kawasan lindung;
b. Tingkat hilir: di wilayah yang izinnya sudah terlanjur diberikan, perlu adanya pengawasan
dan pembinaan yang intensif dan tegas, artinya bila tetap tidak tunduk pada aturan yang
ada maka pencabutan izin adalah solusinya.
2. Pelaksanaan evaluasi konsesi
Perlu dipertimbangkan untuk melakukan evaluasi luas konsesi dan kemampuan manajerial dari
perusahaan yang mengajukan izin. Perlu tindakan segera dan tegas untuk menghentikan
okupasi yang telah terjadi dan dapat dipertimbangkan untuk dialihkan kepada perusahaan lain
yang siap bertanggungjawab.
3. Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam resolusi konflik
Umumnya, kebakaran terjadi di wilayah konsesi yang sedang dalam kondisi konflik dengan
masyarakat. Kapasitas Pemerintah Daerah perlu didorong kepada proses resolusi konflik untuk
dapat membantu menyelesaikan persoalan.
4. Pembinaan dan pengawasan berjenjang
Penegakan hukum administrasi terhadap perusahaan memiliki peran penting karena tidak
melalui proses panjang sebagaimana pendekatan penegakan hukum pidana dan perdata. Selain
itu, penegakan hukum administrasi ini memiliki potensi untuk mencegah terjadinya
pelanggaran dan menimbulkan efek jera karena sanksi langsung diberikan kepada
korporasinya.
5. Pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan
Tidak sedikit perusahaan menganggap masyarakat adalah lawan dan bukan kawan, sehingga
untuk itu perlu dilakukan kegiatan yang bernuansa kemitraan dengan masyarakat sebagai suatu
kebutuhan dan bukan pelengkap. Pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA) di wilayah-
wilayah perbatasan yang rawan kebakaran dengan aktivitas yang saling menguntungkan
merupakan satu contoh bentuk hubungan saling menguntungkan. Perlu diatur legislasi terkait
dengan kewajiban perusahaan untuk ikut mendukung pendirian MPA khususnya peralatan dan
pelatihan sebagai bentuk CSR.
6. Dukungan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dan insentif
Masyarakat melakukan pembakaran karena tidak terdapat cara lain yang lebih ekonomis selain
membakar. Pemerintah daerah harus mencari cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
melalui penyediaan dukungan PLTB dengan menggunakan teknologi yang ekonomis.
Penerapan PLTB ini sebaiknya dilaksanakan selaras dengan proses penegakan hukum bagi
pelaku pembakaran dan insentif sehingga terdapat dukungan. Pemberian insentif tersebut dapat
berupa, antara lain :
a. Dukungan penyediaan pupuk dan kebutuhan perlandangan yang murah bagi petani yang
tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara bakar;
b. Insentif kepada desa yang berhasil menjaga lahan sehingga penjagaan lahan menjadi
kepentingan bersama;
c. Pemberian bahan kebutuhan pokok bagi petani yang tidak membakar; dan
d. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan operasional di perusahaan dalam arti yang
sesungguhnya merupakan bentuk solusi yang patut dipertimbangkan. Kegiatan operasional
yang dimaksud termasuk kegiatan di persemaian (penyiapan media tanam, memasukkan
tanah ke dalam polybag tanaman dan lain-lain), penyiapan lahan (pembuatan lubang tanam,
pembuatan ajir tanaman, penanaman secara manual), pemupukan, pemeliharaan
(penyemprotan herbisida, pruning dan lain-lain).

LAMPIRAN

Tabel 1: Hasil Penilaian Audit Kepatuhan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau

No. Pemerintah Kabupaten/Kota Nilai Kriteria Peringkat


1. Kabupaten Bengkalis 92.26 Patuh 1

2. Kabupaten Siak 81.26 Cukup Patuh 2


3. Kabupaten Indragiri Hilir 67.38 Kurang Patuh 3

4. Kota Dumai 61.54 Kurang Patuh 4

5. Kabupaten Rokan Hilir 60.66 Kurang Patuh 5


6. Kabupaten Kepulauan Meranti 56.54 Kurang Patuh 6

Tabel 2: Hasil Penilaian Audit Kepatuhan Perusahaan Bidang Kehutanan di Provinsi Riau

No. Nama Perusahaan Nilai Kriteria Peringkat


1. PT. SRL Blok V (IUPHHK- 52.38 Kurang Patuh 1
HT)

2. PT. AA (IUPHHK-HT) 47.54 Tidak Patuh 2

3. PT. DRT (IUPHHK-HA) 44.92 Tidak Patuh 3


4. PT. SPA (IUPHHK-HT) 44.85 Tidak Patuh 4
5. PT. RUJ (IUPHHK-HT) 44.05 Tidak Patuh 5

6. PT. SPM (IUPHHK-HT) 43.17 Tidak Patuh 6


7. PT. SRL Blok IV (IUPHHK- 42.94 Tidak Patuh 7
HT)

8. PT. RRL (IUPHHK-HT) 40.68 Tidak Patuh 8


9. PT. NSP (IUPHHBK-SAGO) 38.32 Tidak Patuh 9

10. PT. SG (IUPHHK-HT) 37.69 Tidak Patuh 10

11. PT. SSL (IUPHHK-HT) 26.19 Tidak Patuh 11

12. PT. SRL Blok III (IUPHHK- 7.22 Sangat Tidak 12


HT) Patuh

Tabel 3: Hasil Penilaian Audit Kepatuhan Perusahaan Bidang Perkebunan di Provinsi Riau

No. Nama Perusahaan Nilai Kriteria Peringkat


1. PT. BNS 48.30 Tidak Patuh 1

2. PT. JP 23.5 Tidak Patuh 2

3. PT. ME 23 Tidak Patuh 3

4. PT. TFDI 23 Tidak Patuh 3

5. PT. SAM 18.5 Sangat Tidak 4


Patuh
REFERENSI

https://www.academia.edu/9750019/LEMBAR_FAKTA_HASIL_AUDIT_KEPATUHAN_PERUSA
HAAN_DAN_PEMERINTAH_DAERAH_TERHADAP_PENCEGAHAN_KEBAKARAN_HUTA
N_DAN_LAHAN_DI_PROVINSI_RIAU, diakses 16 November 2019

Laporan Auditor Independen PT Zebra Nusantara, Tbk. 2017.

Khasbi. Analisis Pelaksanaan Audit Operasional di Bidang Kas dan Dana pada Bank Sampoerna
Cabang Kota Tengah. Fakultas Ekonomi Universitas Pasir Pengaraian.

Anda mungkin juga menyukai