Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI DI RUANG SRIKANDI


RST WIJAYA KUSUMA PURWOKERTO

Disusun Oleh :
Andrian Rahmawati
190104008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

2019
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI

A. DEFINISI

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling

mendasar. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan

unsur vital dalam proses metabolism dan untuk memepertahankan

kalangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Andarmoyo, 2012).

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam

mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ ataupun sel. (Smeltzer

& Bare. 2008). Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang

bermakna bagi tubuh, salah satu dampaknya adalah kematian. Berbagai

upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini

terpenuhi dengan baik. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak

yang bermakna bagi tubuh, salah satu dampaknya adalah kematian

(Smeltzer & Bare. 2008).

B. ANATOMI PERNAFASAN

Sistem pernapasan merupakan saluran penghantar udara yang

terdiri dari beberapa organ dasar seperti hidung, faring, laring, trakea,

bronkus, dan paru-paru. Sistem pernapasan dapat dibagi menjadi 2 bagian

tergantung fungsinya, yaitu konduksi, sebagai bagian yang berfungsi dalam

proses penghantaran dan bagian respiratorik yang terdiri atas alveoli dan
regio distal lainnya yang berfungsi dalam pertukaran gas. Organ-organ

respirasi dapat dibagi lagi menurut letaknya, yaitu upper respiratory tract

yang dimulai dari hidung hingga laring dan lower respiratory tract yang

dimulai dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru .

C. FISIOLOGI PERNAFASAN

Menurut Tarwoto & Wartonah (2006) ada 3 sistem tubuh


yang bekerja dalam penyampaian oksigen ke jaringan tubuh yaitu
sistem respirasi, sistem kardiovaskuler dan sistem hematologi.

a. Sistem Respirasi
Sistem respirasi terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-
paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-
otot pernafasan, diafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat
pernafasan di otak.
Pada sistem respirasi ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu
ventilasi, perfusi paru dan difusi.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-
paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana
pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) daripada
tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatenan ventilasi yaitu
kebersihan jalan nafas (adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru), adekuatnya
sistem saraf pusat dan pusat pernafasan, adekuatnya pengembangan dan
pengempisan paru, kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma eksternal
interkosta, internal interkosta, otot abdominal.
2. Perfusi
Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi paru untuk
dioksigenasi dimana pada sirkulasi paru darah yang dioksigenasi mengalir dalam
arteri pulmonalis dari ventrikel kanan jantung. Darah ini ikut serta dalam proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Fungsi utama
sirkulasi pulmonal adalah mengalirkan darah yang dioksigenasi dari dan ke paru-
paru agar dapat terjadi pertukaran gas.
Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Dengan demikian,
adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan
perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume
tidal = V) sekitar 4 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar
5 lt/menit.
3. Difusi
Dalam difusi pernafasan, komponen yang berperan penting adalah alveoli
dan darah. Untuk memenuhi kebutuhan O2 dari jaringan, proses difusi gas pada
sistem respirasi haruslah optimal. Difusi gas adalah bergeraknya O2 dan CO2
atau partikel lain dari area bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Di
dalam alveoli, O2 melintasi membran alveoli-kapiler dari alveoli berdifusi
kedalam darah karena adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi dialveolus
(100 mmHg) dan tekanan pada kapiler lebih rendah (PO2 40 mmHg), sedangkan
CO2 berdifusi keluar alveoli akibat adanya perbedaan tekanan PCO2 darah 45
mmHg dan di alveoli 40 mmHg. Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan
membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2
dan CO2, serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2 (Muttaqin, 2010).
Kebutuhan oksigen pada manusia :
 Volume pasang surut rata-rata adalah 500cc.
 Volume cadangan hisap adalah 300cc.
 Volume cadangan hembus adalah 1100cc.
 Volume sisa rata-rata adalah 1200cc
b. Sistem Kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi
jantung untuk memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke
atrium kiri dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju
aorta melalui katup aorta. Kemudian dari aorta darah disalurkan keseluruh
sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali
membentuk vena yang kemudian di alirkan ke jantung melalui atrium kanan.
Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup
trikuspidalis kemudian keluar ke arteri pulmonalis melalui katup pulmonalis
untuk kemudian di alirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi.

Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan


bersirkulasi secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik
berdampak pada kemampuan transpor gas oksigen dan karbon dioksida (Tarwoto
& Wartonah, 2006).
c. Sistem Hematologi
Oksigen membutuhkan transpor dari paru-paru ke jaringan dan karbon
dioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa
eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut
dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan
setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan
satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan
Hb dengan O2 adalah Hb + O2 ↔ HbO2. Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 di
pengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian, besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi
transport gas (Tarwoto & Wartonah, 2006).

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGENASI

Menurut Tarwoto & Wartonah (2006) ada beberapa faktor yang


mempengaruhi kebutuhan oksigenasi antara lain faktor fisiologi, perkembangan,
perilaku, dan lingkungan.
Tabel dibawah ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi yaitu :

N Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan


o oksigenasi
1. Faktor - Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
Fisiologi
- Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada
obstruksi saluran nafas bagian atas.

- Hipovolemia sehingga tekanan darah


menurun mengakibatkan transport O2 terganggu.

- Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,


demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.

- Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada


seperti pada kehamilan, obesitas, penyakit kronik TB
paru.

2. Faktor - Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya


Perkembangan
pembentukan surfaktan.

- Bayi dan toddler : adanya risiko saluran pernafasan akut

- Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran


pernafasan dan merokok.

- Dewasa muda dan pertengahan :


Diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.

- Dewasa tua :
Adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
3. Faktor - Nutrisi:
Perilaku Misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arteriosklerosis.
- Exercise:
exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.

- Merokok:
Nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.

- Alkohol dan obat-obatan :


Menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi
pusat pernafasan.

- - Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat


3. Faktor - Tempat kerja (polusi)
Lingkungan
- Suhu lingkungan
- Ketinggian tempat dari permukaan laut

E. MASALAH YANG TERKAIT PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Masalah atau gangguan yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu perubahan fungsi
jantung dan perubahan fungsi pernafasan.

No Perubahan fungsi pernafasan Definisi Tanda dan gejala

1. Hiperventilasi Upaya tubuh dalam Takikardia, nafas


meningkatkan jumlah O2 dalam pendek, nyeri dada
paru-paru agar pernafasan lebih (chest pain),
cepat dan dalam. menurunnya
konsentrasi,
disorientasi.

2. Hipoventilasi Terjadi ketika ventilasi Nyeri kepala, penurunan


alveolar tidak adekuat untuk kesadaran,
memenuhi penggunaan O2 disorientasi, kardiak
tubuh atau mengeluarkan disritmia,
CO2 dengan cukup.Biasanya ketidakseimbangan
terjadi pada atelectasis elektrolit, kejang dan
(kolaps paru) kardiak arrest
3. Hipoksia Kondisi tidak tercukupinya Kelelahan, kecemasan,
pemenuhan O2 dalam tubuh akibat menurunnya kemampuan
dari defisiensi O2 konsentrasi, nadi
yang diinspirasi atau meningkatnya meningkat, pernafasan
penggunaan CO2 di sel cepat dan dalam, sianosis,
sesak nafas dan clubbing
finger
F. PATHWAY

Obstruksi dispnea yang disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi pernafasan terganggu

Ventilasi pernafasan
obstruksi jalan nafas perubahan volume
sekuncup

Hipoventilasi/hiperventilasi

Takipneu/bradipne
Bersihan jalan nafas tidak efektif Gangguan pertukaran gas

Pola nafas tidak


efektif
G. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan
No Riwayat Kesehatan Hal yang perlu di kaji

1. Keluhan Utama Keluhan yang biasa muncul pada klien dengan


gangguan pernafasan yaitu batuk, peningkatan
produksi sputum, dispneu, hemoptisis, nyeri
dada.

2. Riwayat kesehatan masa lalu Penyakit yang pernah di alami, riwayat


merokok, pengobatan saat ini dan masa lalu,
riwayat alergi, kondisi tempat tinggal

3. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit keturunan seperti riwayat


adanya keluarga yang sesak nafas, batuk lama,
batuk darah dari generasi sebelumnya
4. Riwayat pekerjaan Situasi tempat bekerja dan lingkungannya

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : Melihat keadaan umum klien dan nilai tanda-tanda abnormal seperti adanya
tanda sianosis, pucat, kelelahan, sesak nafas, batuk, penilaian produksi sputum, dan
bentuk dada.
b. Palpasi : Mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengetahui abnormalitas pada
dinding thoraks seperti adanya nyeri tekan, massa, bengkak, mengidentifikasi keadaan
kulit, dan mengetahui vocal/ tactil premitus (vibrasi) pada dinding dada.

c. Perkusi : Menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi oleh udara, cairan, bahan padat
atau tidak. Juga untuk memperkirakan ukuran dan letak struktur tertentu di dalam
thoraks (contoh diafragma, jantung, hepar dan lain-lain).
d. Auskultasi : Mendengarkan suara nafas normal dan suara tambahan (abnormal)
Tabel pemeriksaan fisik

No Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan yang ditemukan


1. Mata - Konjunctiva pucat (anemia)
- Kojunctiva sianosis (hipoksemia)
2. Kulit - Sianosis perifer
- Sianosis secara umum
- Edema
- Edema periorbital
3. Jari dan Kuku - Sianosis
- Clubbing finger
4. Mulut dan bibir - Membran mukosa sianosis
- Bernafas dengan mengerutkan bibir
5. Hidung - Pernafasan dengan cuping hidung

6. Vena Leher - Adanya distensi/bendungan

7. Dada - Retraksi otot bantu pernafasan


- Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan
dada kanan
- Suara nafas normal (vesikuler,
bronkovesikuler, bronchial)
- Suara nafas tidak normal (crakles, ronchi,
wheezing)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan,
dullness)
8. Pola pernafasan - Pernafasan normal (eupnea)
- Pernafasan cepat (takipneu)
- Pernafasan lambat (bradipneu)
3. Pemeriksaan penunjang

Tabel pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gangguan kebutuhan


oksigenasi:
No Pemeriksaan penunjang
1. Tes untuk menentukan keadekuatan sistem - EKG
konduksi jantung - Exercise stress test

2. Tes untuk menentukan kontraksi - Echocardiolography


miokardium aliran darah - Kateterisasi jantung
- Angiografi

3. Tes untuk mengukur ventilasi dan - Tes fungsi paru-paru


oksigenasi dengan spirometri
- Tes astrup
- Oksimetri
- Pemeriksaan darah
lengkap

4. Melihat struktur sistem pernafasan - Foto thoraks


- Bronkoskopi
- CT Scan paru

5. Menentukan sel abnormal/ infeksi sistem - Kultur apus tenggorokan


pernafasan - Sitologi
- Specimen sputum
(BTA)
4. Analisa Data

Tabel berikut menjelaskan data-data yang biasa ditemukan untuk menentukan


masalah keperawatan yang muncul pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi :
Data Faktor yang Masalah
No Data objektif
subjektif berhubungan Keperawatan
1. Dispneu Bunyi - Merokok, Ketidakefektifan
nafas
menghirup asap bersihan jalan
tambah
an rokok, perokok nafas
(misal,
pasif
ronki
basah
halus, - Spasme jalan
ronki
nafas,
basah
kasar, pengumpulan
dan
secret, mucus
ronki
kering) berlebih, terdapat
- P
benda asing pada
e
jalan nafas, sekresi
r
pada bronchi, dan
u
eksudat pada
b
alveoli.
a
h - PPOK, infeksi,
a asma, alergi jalan
n nafas dan trauma.

p
a
d
a

i
r
a
m
a
d
a
n

f
r
e
k
u
e
n
s
i

p
e
r
n
a
f
a
s
a
n
- Bat
uk
tida
k
efek
tif
- Perubahan pada
irama dan
frekuensi
pernafasan
- Batuk tidak efektif
- Sianosis
- Kesulitan bersuara
- Penurunan bunyi
nafas
- Ortopneu
- Kegelisahan
- Sputum

2. Dispneu, - Perubahan - Ansietas Ketidakefektifan


nafas pendek gerakan dada - Posisi tubuh pola nafas
- Penurunan - Kelelahan
tekanan - Hiperventilasi

- Sindrom
inspirasi/ekspirasi hipoventilasi

- Nafas cuping - Obesitas


hidung - Nyeri
- Ortopneu - Kelelahan otot-otot
- Fase ekspirasi respirasi
lama
- Pernafasan
pursed-lip
- Penggunaan otot-
otot bantu nafas
3. Sakit kepala, - AGDA tidak - Penumpukan cairan Gangguan
gangguan normal dalam paru pertukaran gas
penglihatan - pH arteri tidak - Gangguan pasokan
normal oksigen
- Ketidaknormalan - Bronkhospasme
- Ketidakseimbanga
frekuensi, irama,
n perfusi-ventilasi
dan kedalaman
- Edema paru
pernafasan
- Warna kulit
tidak normal
(misal pucat dan
kehitaman)
- Sianosis
- Hipoksia
- Cuping hidung
mengembang
- Gelisah
- Takikardia
5. Rumusan Masalah

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas

6. Perencanaan

Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Status Respirasi : jalan Manajemen jalan nafas
Ketidakefektifan nafas paten/lancar 
bersihan jalan nafas  Jaga kepatenan jalan nafas :
Data Status Respirasi buka jalan
Subyektif :Ventilasi nafas, suction, fisioterapi
efektif dada sesuai
Klien
 indikasi
mengatakan : Status Respirasi : 
Pertukaran gas Efektif Identifikasi kebutuhan insersi
Sesak nafas  jalan
Tidak terjadi aspirasi nafas buatan
Sputum tak Setelah dilakukan asuhan 
keperawatan selama ...... x Monitor pemberian oksigen,
bisa keluar 24 vital sign
Data jam : tiap ....... jam
Obyektif Klien mampu 
mengidentifikasi dan Monitor status respirasi :
mencegah adanya suara
Batuk tidak faktor yang dapat nafas tambahan.
efektif menghambat
jalan nafas

Identifikasi sumber alergi :
Dispnea  obat,makan
/Orthopnea/ Menunjukkan jalan nafas an, dll, dan reaksi yang
yang paten : klien tidak biasa terjadi
merasa
Sianosis tercekik, tidak terjadi
aspirasi, 
frekuensi pernafasan dalam Monitor respon alergi selama
Perubahan 24 jam
rentang normal :
ritme & Respirasi: 
frekuensi Dewasa:16- Ajarkan/ diskusikan dgn
pernafasan 20/mnt klien/keluraga
 untuk menghindari alergen
Gelisah Tidak ada suara nafas 
abnormal Ajarkan tehnik nafas dalam
 dan batuk
Suara nafas Mampu mengeluarkan efektif
tambahan : sputum dari jalan nafas 
rales  Pertahankan status hidrasi
,crakles,ronk Menunjukkan pertukaran untuk
gas efektif menurunkan viskositas
hi, - pH : 7.35 – 7.45 sekresi
wheezing - PaCO2 : 35 – 45 % 
- PaO2 : 85 – 100 % Kolaborasi dgn Tim medis :
Sputum - BE : + 2 s/d – 2 meq/L pemberian
- SaO2 : 96-97 % ( O2, obat bronkhodilator, obat
produktif perifer anti allergi,
) terapi nebulizer, insersi jalan
Karakteristik  nafas, dan
sputum: Tidak ada dyspnea dan pemeriksaan laboratorium:
sianosis, mampu bernafas AGD
...... dengan mudah Penghisapan jalan nafas
 
TD... mmHg Menunjukkan ventilasi Tentukan kebutuhan
adekuat penghisapan sekret melalui
N :....
 oral maupun tracheal
x/mnt Ekspansi dinding dada 
RR....... x simetris, tidak ada : Monitor saturasi oksigen
mnt S..... penggunaan klien dan status
° otot-otot nafas tambahan, hemodinamik selama dan
retraksi dinding dada, nafas setelah penghisapan
C cuping hidung, dyspnea, 
taktil Catat tipe dan jumlah sekresi
fremitus Pencegahan Aspirasi

Monitor tingkat kesadaran,
reflek
batuk, muntah dan
kemampuan menelan.

Tinggikan posisi kepala
tempat tidur
30-45 derajad setelah
makan, untuk
mencegah aspirasi dan
mengurangi dispnea.

Gangguan pertukaran Status respirasi : Manajemen jalan nafas


gas Pertukaran gas adekuat 
berhubungan dengan  Kaji bunyi paru,
: Status respirasi : Ventilasi frekuensi, kedalaman,
Data Subyektif efektif usaha nafas, dan produksi
Klien mengatakan :
 sputum.
Keseimbangan elektrolit 
Sakit kepala dan asam basa Identifikasi kebutuhan
 Setelah dilakukan insersi jalan nafas,
Gangguan penglihatan asuhankeperawatan selama dan siapkan klien untuk
/ .... x 24 tindakan ventilasi
visual : pandangan mekanik sesuai indikasi
kabur
jam : 
  Monitor vital sign tiap
Kelelahan ...jam, adanya
Menunjukkan pertukaran gas
 efektif sianosis, dan efektifitas
Sesak nafas - pH : 7.35 – 7.45 pemberian oksigen
dl
 - PaCO2 : 35 – 45 %
- PaO2 : 85 – 100 % yang dilembabkan.
Merasa kebingungan
Data Obyektif - BE : + 2 s/d – 2 meq/L 
Jelaskan penggunaan alat
 - SaO2 : 96-97 %
Dispnea  bantu yang
dipakai klien : oksigen, mesin
 Tidak ada dyspnea dan
penghisap, dan
Takikardi sianosis, mampu bernafas
dengan mudah alat bantu nafas
 
Sianosis

Menunjukkan ventilasi Ajarkan tehnik nafas dalam,
 adekuat, ekspansi dinding batuk efektif
Gelisah dada simetris, suara nafas 
 bersih, tidak ada : Lakukan tindakan untuk
Hipoksia(penurunan penggunaan otot-otot nafas mengurangi
PO2) tambahan, retraksi dinding konsumsi oksigen :
 dada, nafas cuping hidung, kendalikan demam,
Hiperkarbia(peningkata dyspnea, taktil fremitus nyeri, ansietas, dan
n  tingkatkan periode
PCO2) TTV dalam batas normal istirahat yang adekuat

  Kolaborasi dgn Tim medis :
Irama / frekuensi Menunjukkan orientasi pemberian O2,
kedalaman kognitif baik, dan status obat bronkhodilator, terapi
nafas abnormal mental adekuat nebulizer /
inhaler, insersi jalan nafas
  Manajemen Elektrolit &
Tensi .......... mmHg Menunjukkan keseimbangan Asam-basa
 elektrolit dan asam basa

RR ............. x /mnt Na : 135 – 145 meq/L
Cl : 100-106 meq /L Pertahankan kepatenan IV
 K : 3,5 – 5.5 meq/L line, dan balance
Nadi .........x/mnt Mg :1,5 – 2,5 meq / L cairan
 Ca : 8,5- 10,5 meq /L 
SpO2 ............. % BUN : 10-20 mg/dl Monitor
 status mental
AGD / BGA abnormal , elektrolit, dan
 abnormalitas serum

Monitor tanda-tanda gagal
nafas : hasil AGD
abnormal, kelelahan

Berikan terapi oksigen
sesuai indikasi

Monitor status neurologi
dan atau
neuromuskular : tingkat
kesadaran dan
adanya kebingungan,
parestesia, kejang

Kolaborasi dengan Tim
medis untuk
pemeriksaan AGD,
pencegahan dan
penanganan asidosis
dan alkalosis:
Respiratorik & Metabolik
Hemodynamic regulation

Monitor status
hemodinamik: saturasi
oksigen, nadi perifer,
capillary refill, suhu
dan warna ekstremitas,
edema, distensi JVP

Kolaborasi
dgn Tim Medis untuk
obat
vasodilator dan atau
vasokonstriktor

Ketidakefektifan pola Status pernafasan : ventilasi Manajemen Jalan Nafas


nafas berhubungan adekuat 
dengan :  Atur posisi tidur untuk
 Status Tanda Vital Stabil memaksimalkan ventilasi.
Hiperventilasi Setelah dilakukan 
 asuhan Jaga kepatenan jalan nafas:
Hypoventilasi keperawatan :selama ..... x suction,
24 jam
 batuk efektif
Deformitas tulang,  
Sesak nafas berkurang Kaji TTV, dan adanya
dinding dada sampai sianosis
 dengan hilang 
Penurunan energi Ekspirasi dada simetris Pertahankan pemberian O2
/  sesuai
kelelahan: Anemia Tidak ada penggunaan otot kebutuhan
 bantu Kaji adanya penurunan
Disfungsi neuro pernafasan, tidak ada nafas ventilasi dan
muscular: GBS pendek bunyi nafas tambahan,
  kebutuhan
Bunyi nafas tambahan tidak insersi jalan nafas: ET, TT
Kerusakan
musculoskeletal: ada 
Cedera Tulang (wheezing, ronchi, ....) Tentukan lokasi dan luasnya
Belakang  krepitasi
di tulang dada
 Tidak ada nyeri dan cemas
Posisi tubuh yg  
tidak TTV dalam batas normal; Kaji peningkatan
sesuai kegelisahan, ansietas
-
dan tersengal-sengal
 Suhu
Nyeri : 36,3-37,4 
Monitor pola pernafasan
 °
(Bradipnea,
Obesitas C
- takipnea, hiperventilasi):
Data Subyektif kecepatan,
Klien mengatakan : Nadi:
irama, kedalaman, dan
 Bayi: 140x
usaha respirasi
/menit
Sesak nafas
Anak 2th: 120x /menit 
 Anak 4th: 100x /menit Monitor tipe pernafasan :
Nafas pendek Anak 10-14th:85- 90x /mnt. Kusmaul,
 Laki2dewasa:60-70x/ menit Cheyne Stokes, Biot
Cemas Premp.dewasa:70-85x 
Data Obyektif /mnt Ajarkan teknik relaksasi kpd
 Dewasa : 80-85x /menit klien dan
-
Penurunan tekanan keluarga.
TD :
inspirasi/ekspirasi
Bayi syst. 60-80 mmHg 
 Anak > 10th: 90/60 mmHg Kolaborasi Tim medis :
Penggunaan otot bantu Umur 10-30 th: 110/75 untuk
nafas mmHg program terapi, pemberian
 Umur 30-40 th: 125/85 oksigen,
mmHg obat bronkhodilator, obat
Nafas cuping hidung
nyeri cairan,
 Umur 40-60 th: 140/90
nebulizer, tindakan/
Ekspirasi memanjang mmHg
Umur > 60 th: 150/90 pemeriksaan
 mmHg medis, pemasangan alat
Pernafasan nasal faring - bantu nafas,,
 Eupnoe dan fisioterapi
Dyspnea/Orthopnea (pernafasan normal) 
-
 Respirasi:
RR: ......... x mnt Bayi: 30-50xmenit
 Balita: 30-40x/menit
Nadi: ........ x mnt Anak: 22x/menit
 Dewasa: 10-18 x/ mnt
Tipe Pernafasan : Hilang
Kusmaul, Biot,
Cheynestokes.

7. DOKUMENTASI

Dokumentasi Keperawatan menggambarkan keadaan perkembangan pasien,


mencatat asuhan keperawatan yang telah dan akan direncanakan, pencatatan diperlukan

untuk langkah asuhan keprawatan selanjutnya. Pencatatan menjadi media komunikasi

efektif antar profesi dalam satu tim pelayanan kesehatan. Dalam pencatatan harus

dianalisa hal-hal yang akan dimasukkan dalam pendokumentasian sesuai dengan kondisi

pasien dan kaidah penuulisan kondisi pasien.

8. KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi therapeutic aalah komunikasi yang mendorong dan membantu pross

penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Menurut Indrawati (2003), Komunikasi

therapeutic adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan utuk

kesembuhan pasien. Perawat harus memahami, nilai yang dianut pasien, sehingga terbina

komunikasi yang saling menerima, saling percaya dan saling menghargai. Sikap untuk

menghadirkan secara fisik juga diperlukan dalam berkomunikasi therapeutic

9. ETIKA KEPERAWATAN

Dalam memberikan asuhan keperwatan, prinsip etika keerwatan juga harus

dijalankan agar setiap pelayanan kesehatan kita berada dalam norma yang membangun

caring. 8 etika keperawatan tersebut adalah

i. Beneficience (berbuat baik)

ii. Justice (Keadilan)

iii. Non Maleficience (tidak merugikan)

iv. Veracity (kejujuran)

v. Fidelity (ketaatan/loyalty)

vi. Confidentiality (kerahasiaan)

vii. Akuntabilitas

viii. Nilai (value)

10. PATIENT SAFETY

Keselamatan pasien harus dijalankan agar tidak terjadi cidera pada pasien yang

sedang dirawat. Pada pasien dengan kebutuhan oksigenasi, perlu diperhatikan terkait
pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien. Pemasangan bedside rel, pada psen

sesak nafas yang kadang gelisah juga sangat penting. Monitoring resiko jatuh dan

edukasi terhadap keluarga merupakan salah satu langkah yang penting

11. SERVIS EXCELLENT

Kebutuhan therapy oksigen merupakan kebutuhan paling mendasar dalam

kehidupan manusia. Karena hal tersebut, perlu diberikan perhatian pada pasien yang

membutuhkan therapy oksigen. Terlebih pada psien yang menderika penyakit kronis.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2007. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Asuhan keperawatanpada klien dengan
gangguan sistem hematologi. Salemba Medika :Jakarta.

Johnson, M., et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River

Marlyn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Nanda. 2011. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2007-2008. Jakarta: Prima
Medika

Smeltzer & Bare. 2008. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGG

Anda mungkin juga menyukai