A. Pendahuluan
B. Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program kelanjutan dari MDG’s yang
berakhir pada tahun 2015, terdiri dari 17 tujuan dan 169 target spesifik. Salah satunya adalah
tujuan yang ke-3 yaitu memastikan hidup yang sehat dan memajukan kesejahteraan bagi
semua orang di semua usia. Dalam rinciannya terdapat 13 target, diantaranya Pada 2030,
mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup, mengakhiri
kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan
Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25
per 1.000 KH.
Menurut SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) 2015 angka kematian ibu di Indonesia
masih berada di angka 305 per 100.000 kelahiran hidup dan program pembangunan kesehatan
di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan Ibu
dan Anak, terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan yaitu ibu bersalin dan bayi
pada masa perinatal.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan adalah pemberdayaan
keluarga dan masyarakat melalui penggunaan buku KIA. Penggunaan buku KIA diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta gizi sehingga salah satu
tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu penurunan AKI dan AKB dapat tercapai.
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan
nifas, perawatan bayi, mitos, dan penyakit menular.
Peserta kelas ibu hamil: Peserta kelas ibu hamil sebaiknya kelas ibu hamil pada umur
kehamilan 20 s/d 30 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut
terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil
maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Jika diperlukan suami/ keluarga diikut sertakan untuk
dapat mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau
materi yang lainnya.
- Provinsi:
Menyiapkan tenaga pelatih
Mendukung penyelenggaraan kelas ibu hamil (sarana dan prasarana)
Monitoring dan evaluasi
- Kabupaten:
Menyiapkan tenaga fasilitator kelas ibu hamil
Mendukung penyelenggaraan kelas ibu hamil (sarana dan prasarana)
Monitoring dan evaluasi
- Puskesmas:
Kepala puskesmas sebagai penanggung jawab dan mengkoordinir pelaksanaan kelas ibu
hamil di wilayah kerjanya
Bidan/tenaga kesehatan bertanggungjawab dalam pelaksanaan kelas ibu hamil (identifikasi
calon peserta, koordinanasi dengan stake holder, fasilitasi pertemuan, monitoring, evaluasi
dan pelaporan)
Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas Kesehatan yang telah mendapat pelatihan
fasilitator kelas ibu hamil dan setelah itu diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitasi Kelas Ibu
Hamil. Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil fasilitator dapat meminta bantuan narasumber untuk
menyampaikan materi bidang tertentu untuk mendukung kelas ibu hamil, untuk itu narasum ber
boleh memfasilitasi kelas ibu hamil walaupun tidak pernah mendapat pelatihan kelas ibu hamil.
3) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan Kelas Ibu
Hamil adalah:
Ruang belajar untuk kapasitas 10 orang peserta kira-kira ukuran 4cm x 5cm, dengan
ventilasi dan pencahayaan yang cukup
Alat tulis menulis (papan tulis,kertas, spidol, ballpoint) jika ada
Buku KIA
Lembar balik kelas ibu hamil
Buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil
Buku pegangan fasilitator
Alat peraga (KB kit, food model, boneka, metode kangguru, dll) jika ada
4) Sumber Dana
BOK
5) Tahapan Pelaksanaan
Kelas Ibu Hamil Beberapa tahapan yang dilakukan untuk melaksanakan kelas ibu hamil yaitu:
Sosialisasi Kelas Ibu Hamil pada Tokoh Agama Tokoh Masyarakat dan Stakeholder
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan fasilitator Kelas Ibu Hamil maka perlu dilakukan
sosialisasi tentang Kelas Ibu Hamil kepada tokoh agama, tokoh masyarakat dan stakeholder
dalam rangka menyebar luaskan informasi tentang pengembangan Kelas Ibu Hamil.
Materi yang disosialisasikan antara lain:
1. Buku KIA
2. Apa itu kelas ibu hamil?
3. Tujuan pelaksanaan kelas ibu hamil
4. Manfaat kelas ibu hamil
5. Peran tokoh agama, tokoh masyakat dan stakeholder dalam mendukung pelaksanaan kelas
ibu hamil.
Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksaan kelas ibu hamil antara lain:
1. Melakukan identifikasi terhadap ibu hamil yang ada di wilayah kerja ini dimaksudkan
untuk mengetahui berapa jumlah ibu hamil dan umur kehamilannya sehingga dapat
menentukan jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa kelas yang akan di
kembangkan dalam kurun waktu misalnya selama satu tahun.
2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya tempat di
puskesmas atau polindes, kantor desa/balai pertemuan, posyandu atau di rumah salah
seorang warga masyarakat sarana belajar menggunakan kursi, tikar, karpet, VCD player
dan lain-lain jika tersedia
3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil
serta mempelajari materi yang akan di sampaikan.
4. Persiapan peserta kelas ibu hamil
5. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitatornya dan narasumber jika
diperlukan.
Untuk memantau perkembangan dan dampak pelaksanaan Kelas Ibu Hamil perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan. Seluruh pelaksanaan
kegiatan Kelas Ibu Hamil dibuatkan pelaporan dan didokumentasikan.
1. Monitoring
Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan, capaian. Dan masalah dalam
pelaksanaan kelas ibu hamil sehingga dari hasil monitoring tersebut dapat dijadikan sebagai
bahan acuan untuk perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya. Hal-hal yang
dimonitor antara lain:
2. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun negative
pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan
sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil
berkutnya. Evaluasi oleh pelaksana (Bidan/coordinator bidan ) Kecamatan/Desa dilakukan
pada setiap kelas ibu, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kesehatan Provinsi melakukan evaluasi
bersama pertemuan 1 kali setahun.
3. Indikator
a. Indikator Input :
- Fasilitator Jumlah bidan puskesmas dan bidan di desa yang telah mengikuti pelatihan
fasilitator kelas ibu, jumlah fasilitator.
- Peserta Jumlah ibu hamil umur kehamilan 20 s/d 30 minggu, jumlah peserta maksimal 10
orang ibu hamil/kelas.
- Sarana dan prasarana belajar
Ada ruangan tempat belajar untuk kapasitas 10 orang (4 cm x 5 cm), kelengkapan media
(buku pedoman kelas ibu, buku pegangan kelas ibu, lembar balik, alat peraga lainnya)
b. Indikator Proses :
- Fasilitator : manajemen waktu, penggunaan variasi metode pembelajaran, bahasa
penyampaian, penggunaan alat bantu, kemampuan melibatkan peserta
- Peserta : frekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan berdiskusi, hasil pra-test dan pos-
tes.
- Penyelenggaraan : kelengkapan tempat, sarana, waktu.
c. Indikator Output :
- Jumlah ibu/keluarga yang telah memiliki perencanaan persalinan : calon donor darah,
ambulan desa, tubulin dan 1 paket perlengkapan persalinan.
- Jumlah ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan (K4) dalam %.
- jumlah ibu yang memilih pertolongan persalinan ketenaga kesehatan.
- Adanya dukungan masyarakat ; 1) tersedianya tempat dan fasilitas kelas ibu; 2) dukungan
para suami/keluarga agar ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil; 3) tokoh masyrakat dan
tokoh agama mendukung adanya pelaksanaan dan pengembangan kelas ibu hamil.
- Adanya kesinambungan dan pengembangan kelas ibu hamil.
4. PELAPORAN
Seluruh rangkaian hasil proses pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil sebaiknya dibuatkan
laporan. Pelaporan hasil pelaksananan kelas ibu hamil dijadikan sebagai dokumen, sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pembelajaran bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Pelaporan disusun pada setiap selesai melaksanakan kelas ibu hami. Isi laporan minimal
memuat tentang :
- Waktu pelaksanaan
- Jumlah peserta
- Proses pertemuan
- Masalah dan hasil capaian pelaksanaan
- Hasil evaluasi Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang dari bidan/tenaga
kesehatan pelaksana kelas ibu hamil ke puskesmas- Dinas Kesehatan Kabupaten-Dinas
Kesehatan Provinsi-Departemen Kesehatan.