Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PEMERIKSAAN KESELAMATAN PERLENGKAPAN

KAPAL -

KERTAS KERJA KELOMPOK ( KKK )

TAHUN 2019

Disusun Oleh

Nama :
1. -

Unit Kerja : -

-
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seluruh pengguna sarana transportasi laut di Indonesia khususnya dan

di dunia pada umumnya, senantiasa sangat mengutamakan persoalan

keselamatan dan keamanan, yang selanjutnya baru diikuti dengan aspek biaya

yang terjangkau, kecepatan dan ketepatan waktu, serta aspek kenyamanan.

Terjadinya kecelakaan kapal seperti tenggelam, terbakar, dll adalah

permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan dan

keamanan transportasi laut. Untuk pelaksanaan peningkatan keselamatan

pelayaran ini, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah mengeluarkan

kebijakan dalam pencegahan kecelakaan kapal seperti membuat maklumat

pelayaran tentang peningkatan pengawasan keselamatan pelayaran bagi

kapal penumpang, membuat maklumat tentang kondisi cuaca perairan di

Indonesia seperti telegram perihal kesiapan cuaca buruk di laut. (Ditjen Hubla,

2017).

Sejak tahun 2011 hingga sekarang telah terjadi fluktuasi perkembangan

jumlah kecelakaan, rata-rata telah terjadi penurunan jumlah kecelakaan

sebesar 6,95% per tahun, namun di sisi lain jumlah korban jiwa meningkat

sebesar 46,71 % per tahun (Ditjen Hubla, 2017). Ditegaskan di sini, bahwa

pelayaran yang merupakan bagian dari sarana transportasi laut sebagaimana

amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008, adalah menjadi suatu yang

sangat strategis bagi wawasan nasional RI, serta menjadi sarana vital yang

1
2

menunjang tujuan persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia sebagai

Negara maritim.

Keselamatan dan keamanan pelayaran adalah harapan semua

pengguna transportasi laut yang menghubungkan suatu pelabuhan dengan

pelabuhan lainnya. Olehnya itu, maka setiap kapal dan yang datang maupun

ingin bertolak dari suatu pelabuhan mutlak diberi pelayanan prima oleh pihak

kepelabuhanan. Dalam konteks ini, maka pelabuhan ikut mewarnai tingkat

keselamatan dan keamanan setiap pelayaran. Berdasarkan UU Pelayaran

No.17/2008, Bab I Pasal 1 ayat 16 adalah tempat yang terdiri atas daratan

dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan

pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat

kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang,

berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan

serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Berkaitan dengan peran penting pelabuhan dan untuk mengantisipasi

laju perkembangan arus transportasi laut di Indonesia, maka pemerintah telah

menetapkan masalah keselamatan transpotasi laut menjadi prioritas utama

dan telah dicanangkan dalam target “Zero accident”. Untuk mencapai

tranportasi laut "zero accident' tersebut harus dilakukan berbagai upaya dan

kerja sama dari seluruh komponen bangsa yang terait, baik oleh pemerintah

sebagai regulator, pengusaha sebagai operator dan masyarakat sebagai

pengguna jasa. Keinginan untuk tiba di tempat yang dituju tepat waktu dengan

aman dan selamat, sering berubah menjadi malapetaka, mengalami

kecelakaan yang sangat mengerikan dan dapat menghilangkan jiwa, barang


3

serta kerugian material yang sangat tinggi. ISM Code memberikan suatu

standar internasional untuk manajemen keselamatan pengoperasian kapal –

kapal dan untuk pencegahan kecelakaan dilaut. (Anonimous, 2008).

Bahwa “Jumlah Kecelakaan Kapal yang terjadi di Indonesia

berdasarkan data dari Mahkamah Pelayaran Indonesia cukup memprihatinkan,

dan secara umum penyebab kecelakaan kapal adalah 78,45% (human error),

9,67% (kesalahan teknis), 1,07% (cuaca), 10,75% (cuaca dan kesalahan

teknis)”. (Jinca, 2011).

Salah satu bagian tugas dari fungsi keselamatan kapal adalah dipegang

oleh Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal atau Marine Inspector, yang mana

Sunarto (2008) yang mengkaji tentang “kebutuhan tenaga Marine Inspector

pada pelabuhan Bitung” menemukan bahwa (1) keselamatan transportasi laut

ditentukan oleh managemen pelabuhan. (2) rata-rata pertumbuhan kunjungan

kapal sebesar 5% setiap tahun. (3) jumlah tenaga Marine Inspector di

pelabuhan Bitung lebih kecil dibanding beban tugas yang dihadapi setiap hari,

yaitu rata-rata arus kunjungan kapal pada tahun 2008 sebanyak 17 buah

dimana secara ideal harus dilayani oleh 38 orang tenaga Marine Inspector,

namun kenyataannya tenaga Marine Inspector yang ada hanya 11 orang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 122 Tahun 2018

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, salah satunya

merupakan dasar acuan penambahan fungsi Kantor, adapun salah satu fungsi

yang menjadi tanggung jawabnya adalah Kelaikan kapal, yang semula fungsi

ini ada di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Melaksanakan fungsi keselamatan kapal, Kantor memerlukan perangkat

Sumber Daya Manusia di lapangan sebagai fungsi pengawas keselamatan


4

kapal, yaitu salah satunya Marine Inspector SDP (PENGAWAS). Perangkat

PENGAWAS ini perlahan mulai dirintis melalui diklat PENGAWAS pada

instansi pendidikan Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut Jakarta

yang mana setelah lulus akan dikukuhkan oleh Menteri Perhubungan menjadi

tenaga PENGAWAS di instansi pusat dan UPT di daerah.

Lebih lanjut lagi, agar pengawasan yang cermat terhadap pemeriksaan

dan pengujian kapal dimaksud, dilakukan sesuai ketentuan dan prosedur yang

berlaku, dengan pendampingan dari Marine Inspector yang telah ada di tempat

Praktek Kerja Lapangan di Pelabuhan Laut. Kegunaan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) merupakan salah satu bentuk implementasi secara

sistematis dan sinkron antara program pendidikan di BPPTL dengan program

penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung,

pendampingan pada Praktek Kerja Lapangan adalah bentuk aplikatif

mengetahui pola kerja dan tata cara pemeriksaan kapal yang berlaku pada

instansi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut

B. RUANG LINGKUP

Dalam pembuatan Kertas Kerja Kelompok dengan judul “Laporan

Pemeriksaan Keselamatan Perlengkapan Kapal Motor -” ini maka penulis

membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada lingkup pemeriksaan kapal

pada sisi perlengkapan Kapal Motor -.

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN

1. Maksud Penulisan
5

Maksud dari penulisan KKK (Kertas Kerja Kelompok) ini sebagaimana di

persyaratkan dalam silabus Diklat Tahun 2019

2. Tujuan Penulisan

Tujuan sebagaimana diharapkan oleh lembaga pendidikan peserta didik :

a. Agar ilmu yang didapat pada saat diklat dituangkan untuk bahan

referensi dan menjadikan manfaat untuk masyarakat umumnya

pengguna jasa dan insan perhubungan laut khususnya.

b. Mengetahui pola kerja lapangan penanganan pemeriksaan kapal dalam

aspek keselamatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM

A.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan / unit usaha yang di kelola oleh

Area pengamatan dibatasi pada Kapal Motor -, yaitu pada saat Kapal sandar

di Dermaga, melakukan kegiatan bongkar muat penumpang dan kendaraan.

Sedangkan pada sisi darat yang mencakupi kegiatan pergudangan,

penumpukan barang serta kegiatan pengangkutan dari Dermaga menuju ke

jalan utama, tidak termasuk didalam lingkup lokasi penelitian ini. Peta lokasi

penelitian yang di lakukan di Pelabuhan Laut (Dermaga Petikemas, Pelabuhan

Kapal Penumpang dan Pelabuhan Kapal General Cargo) dapat dilihat berikut

pada gambar dibawah ini

A.2. Kapal Motor -

Praktek kerja lapangan Diklat dilaksanakan pada KM. -, kapal ini melayani lintas

Laut dengan lama waktu pelayaran sebanyak 35 jam, adapun kapasitas muat

KM. - adalah 518 penumpang dan 60 unit kendaraan campuran.

A.2.1. Data Umum

A.2.2. Data Lambung

A.2.3. Permesinan Kapal

13
14

Mesin Utama

Mesin Bantu

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Sumber data penelitian tindakan ini meliputi siswa, guru, dokumen hasil

pembelajaran, dan proses pembelajaran. Adapun teknik pengumpulan datanya

dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Metode Observasi

Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti

mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

objek yang diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan

( laboratorium) maupun dalam situasi alamiah atau sebenarnya ( lapangan).

Alat pengumpulan data dalam observasi, diantaranya catatan informal,

daftar cek, skala penilaian dan pencatatan dengan alat.

2. Metode Wawancara

Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan data dari responden ( sumber

data) atas dasar inisiatif pewawancardengan menggunakan alat berupa

pedoman atau skedul wawancara, yang dilakukan secara tatap muka (

personal face to face interview) maupun melalui telepon ( telephone

interviea (peneliti) w). Alat pengumpulan data dalam wawancara biasanya

berbentuk pedoman atau skedul wawancara ( interview schedule), yaitu

daftar pertanyaan yang telah disusun peneliti untuk ditanyakan kepada

responden dalam suatu wawancara yang pengisiannya dilakukan oleh

pewawancara atau enumerator. Skedul wawancara dirumuskan

berdasarkan konsep analitis variabel penelitian.


15

3. Dokumentasi

Pemeriksaan dokumentasi ( studi dokumentasi), dilakukan peneliti dengan

meneliti dan mengamati dengan tepat bahan dokumentasi yang ada dan

mempunyai relevansi dengan maksud dan tujuan penelitin. Dokumentasi

dapat berupa catatan atau dokumen penting yang dikeluarkan oleh

narasumber atau objek dari lokasi yang diteliti.

C. HASIL

KM. Dharma Rucitra kapal yang hanya berlayar di dalam Negri dan

mengikuti aturan Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia, oleh karena itu

pemeriksaan didasarkan pada form yang diterbitkan Direktorat Jenderal

Perhubungan Laut edisi 1 Februari 2012 dan Keputusan Direktur Jenderal

Perhubungan Laut Nomor UM.008/9/20/DJPL-12 tanggal 16 Februari 2012

tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kapal Non Konvensi Berbendara

Indonesia.

1. Pemeriksaan Visual

Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 124

ayat (1) menyebutkan bahwa setiap pengadaan, pembangunan, dan

pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya serta pengoperasian kapal di

perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal.

Selanjutnya, ayat (2) menyebutkan bahwa persyaratan keselamatan kapal

meliputi material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan,

stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat

penolong dan radio, dan elektronika kapal.


16

Adapun visualisasi pemeriksaan KM. - terhadap peralatan perlengkapan

keselamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

2. Pemeriksaan Dokumen Kapal

Pasal 126 ayat (1) menyebutkan bahwa kapal yang dinyatakan memenuhi

persyaratan keselamatan kapal diberi sertifikat keselamatan oleh menteri. Dalam ayat

(2) disebutkan bahwa sertifikat keselamatan terdiri atas: Sertifikat keselamatan kapal

penumpang;

Sementara itu, keselamatan kapal yang ditentukan melalui pemeriksaan dan

pengujian dijelaskan pada ayat (3). Dalam ayat (4) disebutkan bahwa terhadap kapal

yang telah memeroleh sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

penilikan secara terus-menerus sampai kapal tidak digunakan lagi. Ayat (5)

menyebutkan bahwa pemeriksaan dan pengujian serta penilikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilakukan oleh pejabat pemerintah yang

diberi wewenang dan memiliki kompetensi

Pada saat pelaksanaan pemeriksaan di atas kapal, tim PKL kesulitan mendapatkan

dokumen sebagai pembanding jumlah perlengkapan alat keselamatan di atas kapal,

sehingga pelaksanaan pembandingan peralatan mengacu padagambar Safety Fire

Plan

Visualisasi Safety Fire Plan di KM. -

D. PEMBAHASAN

Setelah melakukan pemeriksaan kelaiklautan atau uji petik terhadap kapal KM.. - di

Pelabuhan Laut, Tim PKL dan Marine Inspector, terdapat beberapa bahasan yaitu, untuk menjamin
17

keselamatan pelayaran, pemilik kapal harus memiliki SOP serta alat-alat keselamatan yang

memadai serta dalam kondisi baik dan mudah dijangkau oleh penumpang apabila terjadi proses

evakuasi.

Jumlah life jacket yang tersedia harus melebihi jumlah kapasitas penumpang, sekoci harus

diikat dengan baik, dan alat pemadam kebakaran juga harus berfungsi dan berada di tempat yang

mudah dijangkau. Pada saat pemeriksaan tidak menemukan temuan major, namun hanya sedikit

penyesuaian dan penambahan yang harus dilakukan oleh pemilik kapal, adapun penambahan yang

harus dilakukan adalah jalur evakuasi supaya penumpang dapat meningkatkan keselamatan

pelayaran.

BAB III

KESIMPULAN

1. Salah satu bagian tugas dari fungsi keselamatan kapal adalah dipegang

oleh Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal atau Marine Inspector

2. Pendampingan oleh Marine Inspector pada saat Praktek Kerja Lapangan

sangat berguna untuk membantu mengarahkan pekerjaan pemeriksaan di

kapal.

3. Berdasarkan info dari KSOP Laut KM. - yang beroperasi pada lintas Laut

adalah kapal yang memenuhi aspek-aspek kelaiklautan kapal.

4. Sebaiknya sebelum melaksanakan prosedur pemeriksaan keselamatan

kapal di KM. - sebaiknya peserta Diklat mendapatkan briefing SOP

Pemeriksaaan Perlengkapan Keselamatan Kapal.

5. Adapun dalam pemeriksaan terdapat beberapa hal yang menjadi catatan

minor untuk perbaikan, yaitu: tidak terdapat dokumen kapal yang menjadi

acuan untuk perbandingan perhitungan kuantitas peralatan keselamatan

kapal, diindikasikan semua tabung system pemadam CO2 telah habis masa

berlaku (checklist per Juli 2019).


18
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

Peraturan Menteria Perhubungan Nomor 122 Tahun 2018 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 154 Tahun 2016 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Balai Pengelola Transportasi Darat;

Anonimous, (2008). Pedoman Tentang Aplikasi IMO, Kodifikasi Manajemen

keselamatan Internasional (ISM Code). PIP Makassar;

Badan Penelitian dan Pengembangan Studi Kebutuhan dan Diklat Auditor

Keselamatan Transportasi Jakarta. (2009);

Mudana, I Ketut. (2014). Peningkatan Pengawasan Keselamatan Angkutan

Penyeberangan Lintas Palembang – Muntok. ISSN 2355-4721;

Jinca Yamin M, (2011). Transportasi Laut Indonesia Analisis Sistem dan Studi

Kasus, Surabaya: Brilyan Internasional;

Sunarto. (2003). Jumlah Anggota Satu, Tim Pemeriksa Kapal. Makassar: Tesis PPS

UNHAS;

Sunarto. (2008) Kajian Kebutuhan Tenaga Marine Inspektor Kelaiklautan Kapal

Pada Pelabuhan Bitung. Makassar: Tesis PPS UNHAS;

vii

Anda mungkin juga menyukai