Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENANGANAN GOUT

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK I

JULIANUS

MARTY CAHYATI

SYAHRI FADILAH

YULIANTI

YURI RONA PUTRI TELAUMBANUA

YUYUN IKA IMAWATI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO CENDEKIA


MEDIKA

PANGKALAN BUN

2017

pg. 1
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................................................... 2

BAB II

ISI

A. Definisi ................................................................................................................................. 3
B. Klasifikasi .............................................................................................................................. 4
C. Etiologi ................................................................................................................................. 4
D. Manifestasi Klinis ................................................................................................................. 5
E. Patofisiologi .......................................................................................................................... 6
F. Pengaturan Diet ................................................................................................................... 6
G. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................................................... 7
H. Penatalaksanaan Pengobatan .............................................................................................. 7
I. Asuhan Keperawatan ........................................................................................................... 8
J. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................................ 12
K. Interfensi Keperawatan ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 18

pg. 2
KATA PENGANTAR
Dengan ini kami haturkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas kelompok yang berjudul “Penanganan Gout”.

Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi
salah satu tugas dalam mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah III”. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca.

Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi


penulis dan pembaca pada umumnya. Untuk itu, kami sampaikan terima kasih
apabila ada kurang lebihnya penulis minta maaf.

Pangkalan Bun, 26 September 2017

Penyusun

pg. 3
BAB I

PNDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Di masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat.
Pengertian ini perlu diluruskan karena tidak semua keluhan dari nyeri sendi
disebabkan oleh asam urat. Pengertian yang salah ini diperparah oleh
iklan jamu/obat tradisional. Penyakit rematik banyak jenisnya. Tidak semua
keluhan nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu berarti asam urat. Untuk
memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium.
Sebenarnya yang dimaksud dengan asam urat adalah asam yang
berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin
(bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat
yang terdapat pada intisel - sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam
tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan
dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan,
ikan sarden).
Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang
kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam
tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat.
Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak
mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin
untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan
hanya sekitar 15 persen. Sayangnya, fakta ini masih belum diketahui secara
luas oleh masyarakat. Akibatnya banyak orang suka menyamaratakan semua
makanan.
Orang menyantap apa saja yang dia inginkan, tanpa mempertimbangkan
kandungan didalamnya sangat tinggi. Produk makanan mengandung purin
tinggi kurang baik bagi orang-orang tertentu, yang punya bakat mengalami
gangguan asam urat. Jika mengonsumsi makanan ini tanpa perhitungan,
jumlah purin dalam tubuhnya dapat melewati ambang batas normal. Beberapa
jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan kadar asam
urat adalah alkohol, ikan hearing, telur, dan jeroan. Ikan hearing atau

pg. 4
sejenisnya (sarden), dan jeroan merupakan sumber senyawa sangat potensial.
Yang tergolong jeroan bukan saja usus melainkan semua bagian lain yang
terdapatdalam perut hewan ±seperti hati, jantung, babat, dan limfa.
Konsumsi jeroan memperberat kerja enzim hipoksantin untuk mengolah
purin. Akibatnya banyak sisa asam urat di dalam darahnya, yang berbentuk
butiran dan mengumpul di sekitar sendi sehingga menimbulkan rasasangat
sakit. Jeroan memang merupakan salah satu hidangan menggiurkan,
diantaranya soto babat, sambal hati, sate jantung, dan kerupuk limfa. Tetapi
salahsatu dampaknya, jika tubuh kelebihan senyawa purin maka si empunya
dirimengalami sakit pada persendian.

B. Rumusan Masalah.
1. apakah pengertian dari gout?
2. Bagaimana etiologi dari gout?
3. Apa saja klasifikasi dari gout?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Gout?
5. Bagaimana patofisiologi dari Gout?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari gout?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari gout?
8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan dari gout?

C. Tujuan Masalah.
1. Untuk Mengetahui Pengertian
2. Untuk mengetahui Etiologi
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan keperawatan

pg. 5
BAB II

ISI

A. Definisi
Penyakit Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang.
Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat
monosodium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan
sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-2 % terutama terjadipadausia 30-40
tahundan 20 kali lebihseringpadapriadaripadawanita.
Penyakitiniterutamamenyerangsenditangandanbagianmetatarsofalangeal kaki.
(Ns. ArifMuttaqin, S.kep). Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous
yang berhubungan dengan efek genetic pada metabolism purin
(hiperurisemia).Padakeadaaninibisaterjadioversekresiasamuratataudefek renal
yang menyebabkanpenurunanekskresiasamurat, ataukombinasikeduanya
(Brunner &Suddarth, 2002).

B. Klasifikasi
1. Gout primer. Gout primer dipengaruhi oleh factor genetic. Terdapat
produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui
penyebabnya.
2. Gout sekunder. Gout sekunder dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a. Produksi asam urat yang berlebihan, misalnya pada :
a) Kelainan mieloproliferatif (polisitema, leukemia, myeloma
retikularis).
b) Sindrom Lesch-Nyhan yaitu suatu kelainan akibat defisiensi
hipoxantin guanine fosfori basil transferase yang terjadi pada
anak-anak dan pada sebagian orang dewasa.
c) Gangguan penyimpanan glikogen
d) Penatalaksanaan anemia pernisiosa karena maturasi sel
megaloblastik menstimulasi pengeluaran asam urat.
b. Sekresi asam urat yang berkurang, misalnya pada gagal ginjal kronis,
pemakaian obat-obat salisilat, tiazid, beberapa macam diuretic dan

pg. 6
sulfonamide, atau keadaan alkoholok, asidosis laktat, hiperparatiroidisme
dan pada miksedema.

C. Etiologi
1. Faktor predisposisi terjadinya penyakit gout :
a) Usia. Umumnya pada usia pertengahan, tetapi gejala dapat terjadi
lebih awal bila terdapat factor herediter.
b) Jenis kelamin. Lebih sering terjadi pada pria dengan perbandingan
20: 1.
c) Iklim. Lebih banyak ditemukan pada daerah dengan suhu yang lebih
tinggi.
d) Herediter. Factor herediter dominan autosom sangat berperan dan
sebanyak 25 % disertai adanya hiperurisemia.
2. Makanan yang cepat menimbulkan asam urat :
a) Kerang-kerangan
b) Bebek dan kalkun
c) Alkohol dan soft drink
d) Melinjo dan emping
e) Kacang-kacangan
f) Jamur, bayam matang, dan sawi
g) Daging kambing
h) Jeroan dan gajih (lemak)
i) Salmon, mackerel, sarden, kepiting, udang, dan beberapa ikan lainnya
j) Krim dan Es krim

Pada atritis akut, ditemukan penimbununan Kristal pada membrane


sinovia dan tulang rawan artikular. Pada arthritis kronis, terjadi erosi tulang
rawan, proliferasi sinovia dan pembentukan panus, erosi kistik tulang, serta
perubahan osteoarthritis sekunder. Selanjutnya terjadi tofus serta fibrosis dan
ankilosisi pada tulang.

Ditemukan penimbunan asam urat pada jaringan lunak (yang dikelilingi


oleh reaksi inflamasi termasuk sel-sel rasaksa) dan kapsul dari jaringan
penyambung. Penimbunan ditemukan pula pada ligament, tendo, dan bursa.

pg. 7
Penimbunan ini dapat menyebabkan terbentuknya tofus yang besar dan
menyebabkan kematian jaringan. Asam urat tampak sebagai titik-titik putih pada
korteks, alur garis pada medulla, serta kalkuli kecil pada kalises.

Penimbunan asam urat dan reaksi inflamasi yang terjadi sama seperti
sendi. Terjadi hialinisasi dan fibrosis pada glomerulus. Dapat pula ditemukan
adanya pielonefritis, sklerosis arteriolar, atau nefritis kronis. Serangan akut
biasanya terjadi pada sendi tarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat
poli-artikular disertai interval serangan yang makin sering. Akhirnya, timbul
atritis kronis serta pembentukan tofus pada jaringan lunak.

D. Manifstasi Klinis
1. Atritis gout akut. Serangan timbul secara tiba-tiba pada malam hari
selama 2-10 hari. Pada penyakit ini ditemukan panas, kemerahan, nyeri,
kekeringan pada kulit akibat pelebaran vena pada sendi yang kemudian
menjadi normal jika klien beristirahat. Kadang-kadang timbul anoreksia,
pireksia, dan malaise yang menyertai gejala di atas.
Kelainan pada sendi metatarsofalangeal terjadi pada 50-70 % dari
serangan pertama dan sebagian kecil mengenai sendi besar (panggul dan
bahu) serta sendi-sendi lainnya.
2. Gout tofus kronis. Terjadi karena remisi yang tidak sempurna dari
penyakit. Pada fase ini, frekuensi serangan makin meningkat, nyeri sendi
makin sering terasa, ada pembengkakan yang ireguler, serta sedikit
deformitas.
Ukuran tofus mula-mula kecil dan lunak yang kemudian menjadi
keras dan dapat sebesar 7 cm. Bila terjadi ulserasi, akan terlihat cairan
putih (menyerupai kapur) dengan konsistensi seperti pasta gigi. Tofus
terdiri atas monosodium urat yang mengandung sedikit kolesterol,
kalsium, dan oksalat. Keadaan yang sama dapat pula terjadi pada heliks
dan anti-heliks telinga, bursa olekranon, sekitar sendi dan tendo serta
jari-jari.
3. Gout atipik. Gambaran klinis poli-artikular adalah sebagai berikut :

pg. 8
a) Bila tangan terkena, akan terjadi atritis kronis yang gambaran klinis
dan radiologisnya menyerupai atritis rheumatoid, tetapi disertai
adanya sejumlah nodul akibat pembentukan tofus.
b) Efusi lutut. Biasanya ada riwayat bengkak pada ibu jari, namun
kadang klien tidak menyadarinya. Cairan sendi akan terlihat keruh
dan mengandung Kristal urat.
c) Gout pada jaringan lunak. Awitan dapat disertai tendinitis Achilles
atau bursitis olekranon dan dapat pula ditemukan pada tennis elbow.
Kadang-kadang tofus dapat terjadi pada kornea, jantung, lidah,
bronkus, dan pleura.
Gambaran radiologis : pada stadium dini, tidak terlihat
perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang
ringan. Pada kasus lebih lanjut, terlihat erosi tulang seperti lubang-
lubang kecil (punch out). Komplikasi pada ginjal berupa
pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronis, dan komplikasi
pada kardiovaskuler berupa hipertensi dan sklerosis.

E. Patofisologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari
7.0 mg/dl (SI: 0.4µmol/L) dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan
penumpukan Kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya
berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar asam urat
serum.
Kalau Kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, respons inflamasi akan
terjadi dan serangan gout dimulai. Dengan serangan yang berulang-ulang,
penumpukan Kristal natrium urat yang dinamakan tofus akan mengendap di
bagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat
(batu ginjal) dengan penyakit renal kronis yang terjadi sekunder akibat
penumpukan urat dapat timbul
Gambaran Kristal urat dalam cairan synovial sendi yang asimtomatik
menunjukkan bahwa factor-faktor non-kristal mungkin berhubungan dengan
reaksi inflamasi. Kriatal monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan

pg. 9
immunoglobulin fagositosis Kristal dan dengan demikian memperlihatkan
aktivitas imunologik. (Brunner & Suddarth, 2002).

PATOFLOW GOUT
Produksi asam urat yang
Genetik Sekresi asam urat yang berlebihan
berkuarang

pg. 10
Gangguan metabolisme
purin
F. Pengaturan diet

pg. 11
Selainjeroan, makanan kaya protein
danlemakmerupakansumberpurin.Padahalwalautinggikolesteroldanpurin,
makanantersebutsangatbergunabagitubuh, terutamabagianak-
anakpadausiapertumbuhan. Kolesterolpentingbagiprekusor vitamin D,
bahanpembentukotak, jaringansaraf, hormon steroid, garam-
garamanempendudanmembransel.Orang yang
kesehatannyabaikhendaknyatidakmakanberlebihan.Sedangkanbagi yang
telahmenderitagangguanasamurat, sebaiknyamembatasidiriterhadaphal-hal
yang bisamemperburukkeadaan.Misalnya,
membatasimakanantinggipurindanmemilihyang rendahpurin.

Makanan yang sebaiknyadihindariadalahmakanan yang


banyakmengandungpurintinggi.

Penggolonganmakananberdasarkankandunganpurin:

a. Golongan A: Makanan yang mengandungpurintinggi (150-800 mg/100


gram makanan) adalahhati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan,
udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrakdaging (abon, dendeng),
ragi (tape), alkoholsertamakanandalamkaleng.
b. Golongan B: Makanan yang mengandungpurinsedang (50-150 mg/100
gram makanan) adalahikan yang tidaktermasukgolongan A, dagingsapi,
kerang-kerangan, kacang-kacangankering, kembangkol, bayam,
asparagus, buncis, jamur, daunsingkong, daunpepaya, kangkung.
c. Golongan C: Makanan yang mengandungpurinlebihringan (0-50 mg/100
gram makanan) adalahkeju, susu, telur, sayuranlain, buah-buahan.

Pengaturan diet sebaiknyasegeradilakukanbilakadarasamuratmelebihi 7


mg/dl dengantidakmengonsumsibahanmakanangolongan A
danmembatasidiriuntukmengkonsumsibahanmakanangolongan B. Pada diet
normal biasanyamengandung 600-1.000 mg purin per hari, sedanguntuk diet
purindibatasimenjadisekitar 100-150 mg purin per hari.
Disarankanuntukmembatasiasupanlemakkarenalemakdapatmenghambatpengeluar

pg. 12
anasamuratmelaluiurin.Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine
danmentegasebaiknyadihindari.

Asupan protein terutama yang


berasaldarihewandapatmeningkatkankadarasamuratdalamdarah,
olehkareaituperludibatasi. Sumbermakanan yang mengandung protein
hewanidalamjumlah yang tinggi, misalnyahati, ginjal, otak, paru,
danlimpa.Asupan protein yang
dianjurkanbagipenderitagangguanasamuratadalahsebesar 50-70 gram/hariatau 0,8-
1 gram/kg beratbadan/hari. Sumber protein yang diperbolehkanadalah protein
nabati yang berasaldarisusurendahlemak,
kejurendahlemakdantelurBatasiasupanguladansejenisnya.

Gulafruktosa (guladaritumbuhan)
jugadapatmenghambatpengeluaranasamuratmelaluiginjal.Gulatebumengandunggl
ukosadanfruktosadenganperbandingansama.
Gulajagungsebagianbesarjugaterdiriatasfruktosa.Dahulu, terutama di negaramaju,
gulajagungdikirarendahkalorinya,
sehinggadianggapdapatmenjagakelangsingantubuh.Sekarangterbukti,
fruktosatakhanyamenghambatpengeluaranasamurat, tapijugapenyebabobesitas,
resistensi insulin, danpenyebabpenyakitjantungkoroner.

Perbanyakminum air, minimal 30-50 ml/kg BB atausekitar 2,5 liter air (10
gelas). Air minuminibisaberupa air putihmasak, tehatau kopi.Selaindariminuman,
cairanbisadiperolehmelaluibuah-buahansegar yang mengandungbanyak air. Buah-
buahan yang disarankanadalahsemangka, melon, blewah, nanas, belimbingmanis,
danjambu air. Selainbuah-buahantersebut, buah-buahan yang lain
jugabolehdikonsumsikarenabuah-buahansangatsedikitmengandungpurin. Buah-
buahan yang sebaiknyadihindariadalahalpukatdan durian,
karenakeduanyamempunyaikandunganlemak yang tinggi.

Dan yang
pastialkoholsebaiknyadihindarikarenaalkoholmenghambatpengeluaranasamurat.A

pg. 13
pabiladenganpengaturan diet masihterdapatgejala-gejalapeninggianasamuratdarah,
sebaiknyaberkonsultasidengandokterterdekatuntukpenangananlebihlanjut.

Hal yang jugaperludiperhatikan, janganbekerjaterlaluberat,


cepattanggapdanrutinmemeriksakandirikedokter.Karenasekalimenderita,
biasanyagangguanasamuratakanterusberlanjut.

Penelitiantentang diet kaya purin

New England Journal of Medicinepernahmemuatartikelkarya Dr. Choi, dkk


(Purine-Rich Foods, Dairy and Protein Intake, and the Risk of Gout in Men) yang
mengadakanpenelitiantentangkonsumsimakanan yang kaya purin, protein,
sertaproduksusudanrisikopenyakit gout padapria.
Penelitiantersebutdilakukanselama 12 tahunterhadappopulasitenagakesehatanpria
di AmerikaSerikat, yang berusia 40-75
tahun.Kemudiandilakukanpemeriksaanterhadaphubunganantarafaktorrisiko diet
dankasus gout baru.Para penelitimenggunakankriteria gout berdasarkanAmerican
College of Rheumatology.Diet
darisetiaprespondendinilaiulangsetiapempattahundenganmenggunakankuesioner.

Dari 47.150 respondenselama 12 tahunpenelitianakhirnyadiperoleh 730


kasus gout baru.Para penelitimenemukanadanyapeningkatanrisiko gout
ketikarespondenmengonsumsidagingatauseafooddalamjumlah yang
banyak.Namun, tidakditemukanpeningkatanrisiko gout
ketikamerekamengonsumsi protein hewanimaupunnabatidalamjumlah yang
banyak. Para penelitijugamembuktikanadanyahubungan yang
terbalikantarakonsumsiproduksusu (khususnya yang rendahlemak)
terhadappenyakit gout.

G. Pemeriksaan diagnostik
a. asam urat
b. sel darah putih, sel darah merah
c. aspirasi sendi terdapat asam urat
d.Urine

pg. 14
e. Rontgen

H. Penatalaksanaanpengobatan
Kolkisinadalahsuatuagen anti radang yang biasanya dipakai untuk
mengobati serangan gout akut, dan untuk mencegah serangan gout Akut di
kemudian hari.Obat ini juga dapat digunakan sebagai sarana diagnosis.
Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5 mg setiap jam, sampai gejala-
gejala serangan Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata ada bukti timbulnya
efek samping gastrointestinal. Dosis maksimurn adalah 4-8 rng, tergantung
dari berat pasien bersangkutan.Beberapa pasien mengalami rasa mual yang
hebat, muntah-muntah dan diarhea, dan pada keadaan ini pemberian obat
harus dihentikan.
Gejala-gejalapadasebagianbesarpasienberkurangdalamwaktu 10-24 jam
sesudahpemberianobat.Kolkisindengandosis 0,5-2 mg per
hariternyatacukupefektifuntukmencegahserangan gout
berikutnyasecarasempurnaataumendekatisempurna.
Penggunaankolkisinsetiapharicenderungmemperingan episode gout
berikutnya, kalaumemangserangan gout
terjadilagi.Penggunaankolkisinjangkapanjangtakmemperlihatkanefeksamping
yang berat.
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan untuk
mengobati artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek
samping, maka kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan. Indometasin
juga cukup efektif.

Terdapat tiga obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi
pencegahan. Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asam urat. Dosis
100-400 mg per hari dapat menurunkan kadar asam urat serum. Probenesid
dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik, artinya mereka dapat
menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal dan dengan dernikian
meningkatkan ekskresi asam urat. Pemeriksaan kadar asam urat serum
berguna untuk menentukan etektivitas suatu terapi.

pg. 15
Mungkin dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung
kadar purin yang tinggi. Di antara jenis makanan ini termasuk jerohan
seperti hati, ginjal, roti manis dan otak. Sardin dan anchovy (ikan kecfi
semacarn haring) sebaiknya dibatasi.

Untuk membuang tofi yang besar, terutama kalau tofi mengganggu gerakan
sendi, maka dilakukan pembedahan.

I. Asuhan keperawatan pada klien gout


1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitas
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dulu . Pada pengkajian ini, ditemukan
kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout (mis.
Penypernahkahakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah
pernahkah klien dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya
pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretik.
4) Riwayat penyakit keluarga. Kaji adakah keluarga dari generasi
terdahulu yang mempunyai keluhan sama dengan klien karena
klien gout dipengaruhi oleh faktor genetic. Ada produksi/sekresi
asam urat berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
5) Riwayat psikososial. Kaji respons emosi klien terhadap penyakit
yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat.
Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat adanya nyeri dan
hambatan mobilitis fisik memberikan respons terhadap konsep diri
yang maladaptive.
2. Pemeriksaan fisik. Dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan
pemeriksaan setempat.
a. B1 (breathing). Inspeksi: bilss tidak melibatkan system pernapasan,
biasanya ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak
napas, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan. Palpasi: taktil
fremitas seimbang kanan dan kiri. Perkusi: suara napas hilang/

pg. 16
melemah pada sisi yang sakit, biasanya didapatkan suara ronki atau
mengi.
b. B2 (blood). Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan
keringat dingin dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
c. B3 (brain). Kesadaran biasanya kompos mentis.
 Kepala dan wajah : ada sianosis
 Mata : sclera biasanya tidak ikterik,
konjungtiva anemis pada kasus efusi pleura hemoragi
kronis
 Leher : biasanya JVP dalam batas normal

d. B4 (bladder). Produksi urine biasanya dalam batasan normal dan


tidak ada keluhan pada system perkemihan, kecuali penyakit gout
sudah mengalami komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batas
asam urat, dan gagal ginjal kronis yang akan menimbulkan
perubahan fungsi pada system ini.
e. B5 (bowel). Kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada
gangguan , tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna,
serta bau feses. Selain itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna,
baud an jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri
lambung dan tidak nafsu makan, terutama klien yang memakai
obat analgesic dan anti hiperurisemia.
f. B6 (bone) pada pengkajian ini ditemukan :
1) Look. Keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama
yang mendorong klien mencari pertolongan (meskkipun
mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah
bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan gerakan
lain. Deformitas sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan
temuan salah satu sendi pergelanngan kaki secara perlahan
membesar.

pg. 17
2) Feel. Ada nyeri tekan pada sendi kaki yang
membengkak.Move. Hambatan gerakan sendi biasanya
semakin bertambah berat.

J. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Sendi berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan Kristal
pada membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan,
proliferasi sinovia, dan pembentukan panus.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki
sekunder akibat erosi tulang rawan, proliferasi sinovia, dan pembentukan
panus.
c. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan
terbentuknya tofus.
K. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Sendi berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan Kristal
pada membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan,
proliferasi sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan Perawatan :
Nyeri berkurang, hilang atau teratasi.
Kriteria Hasil :
Klien melaporkan penurunan nyeri, menunjukkan perilaku yg lebih
relaks, memperagakan keterampilan reduksi nyeri. Skala nyeri 0-1 atau
teratasi.
Intervensi :
Mandiri
1. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke
daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala 0-4.
Rasional : nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji
dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya
di atas tingkat cedera.
2. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus

pg. 18
Rasional : nyeri dipengaruhi oleh cemas dan peradangan pada sendi.
3. Jelaskan dan bantu klienterkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan non-invasif
Rasional : pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan non
farmakologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri
4. Ajarkan relaksasi : teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri.
Rasional : akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan
oksigen akan jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
5. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
Rasional : mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang
menyenangkan
6. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan
dengan berapa lama nyeri akan berlangsung
Rasional : pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan
dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian alopurinol.
Rasional : alopurinol menghambat biosintesis asam urat
sehingga menurunkan kadar asam urat serum.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,


kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki
sekunder akibat erosi tulang rawan, proliferasi sinovia, dan pembentukan
panus.
Tujuan Perawatan :
klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria Hasil :

pg. 19
klien ikut dalam program latihan, tidak mengalami kontaktur sendi,
kekuatan otot bertambah, klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal.
Intervensi :
Mandiri
1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan
kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas.
2. Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang
tidak sakit.
Rasional : gerakan aktif member massa, tonus dan kekuatan otot
serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.
3. Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai
toleransi.
Rasional : untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai
kemampuan
4. Pantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas.
Rasional : untuk mendeteksi perkembangan klien.

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik


Rasional : kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.

c. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan


terbentuknya tofus.
Tujuan Perawatan :
citra diri klien meningkat
Kriteria Hasil :
1. klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang
terdekat tntang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu

pg. 20
menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan
menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa merasa harga dirinya negative.
Intervensi :
Mandiri
1. Kaji perubahan persepsi dan hubungannya dengan derajat
ketidakmampuan
Rasional : menentukan bantuan individual dalam menyusun
rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
2. Ingatkan kembali realitas bahwa masihdapat menggunakan sisi
yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat
Rasional : membantu klien melihat bahwa perawat menerima
kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh.
3. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki
kebiasaan
Rasional : membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
mengontrol lebih dari satu area kehidupan
4. Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan
sebanyak mungkin hal untuk dirinya sendiri.
Rasional : menghidupkan kembali perasaan mandiri dan
membantu perkembangan harga diri serta memengaruhi proses
rehabilitasi
5. Bersama klien mencari alternative koping yang postif
Rasional : dukungan perawat kepada klien dapat meningkatkan
rasa percaya diri klien.

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan konseling bila ada


indikasi
Rasional : dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting
untuk perkembangan perasaan

pg. 21
DAFTAR PUSTAKA

http://namithanurmala.blogspot.co.id/2015/01/makalah-askep-gout-athritis.html

pg. 22

Anda mungkin juga menyukai