Anda di halaman 1dari 27

PENGGUNAAN MESIN MANUAL

SEBAGAI ALAT ALTERNATIF


DALAM PROSES PEMBUATAN GULA

Laporan Penelitian
Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Nasional

Oleh:

Ade Elih Alpianita NIS.

Nani Hartaniati NIS.

M. Yusup Royanun NIS.

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


MADRASAH ALIYAH NEGERI TALAGA
(MAN TALAGA)
KABUPATEN MAJALENGKA
2013

1
PENGGUNAAN MESIN MANUAL
SEBAGAI ALAT ALTERNATIF
DALAM PROSES PEMBUATAN GULA
Laporan Penelitian
Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Mengikuti Ujian Nasional

Oleh:

Ade Elih Alpianita NIS.

Nani Hartaniati NIS.

M. Yusup Royanun NIS.

Menyetujui

Pembimbing

Endi Suhendi, M.Pd


NIP.19671121 199403 1 004

Mengetahui
Kepala Madrasah Aliyah Negeri Talaga

Drs. H. Abdul Fatah, MA


NIP. 19560611 198503 1 003

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


kenikmatan serta bimbingan kepada kami semua sehingga dapat menyelesaikan
laporan penelitian mengenai “Penggunaan Mesin Manual Sebagai Alat Alternatif
Dalam Proses Pembuatan Gula” tepat pada waktunya.
Walaupun penulis banyak menemukan hambatan, tantangan, dan rintangan,
Akan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya laporan ini
dapat diselesaikan. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis menyampaikan rasa
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Drs. H. Abdul Fatah MA, selaku kepala sekolah MAN Talaga;
2. Endi Suhendi, M.pd selaku pembimbing yang senantiasa memberi arahan dan
masukan dalam proses bimbingan;
3. Nenah Laila Rahmah, M.pd selaku wali kelas XII IPA 2 yang senantiasa
memberikan dukungan dan semangat kepada para siswanya;
4. Ibu/Bapak Guru MAN Talaga yang telah dengan ikhlas membimbing dan
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis;
5. Orang tua yang mendukung kami dengan do’a dan materi;
6. Teman-teman yang selalu membantu hingga akhirnya laporan penelitian ini
dapat terselesaikan.
Semoga segala amal baik yang telah diberikan dapat menjadi tambahan amal
ibadah yang mendapat ridho Allah SWT, amin.
Penulis sadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
perbaikan karya tulis ini pada masa yang akan datang.
Kami berharap semoga laporan penelitian yang sederhana ini berguna bagi siswa-
siswi MAN Talaga khususnya dan umumnya bagi semua orang.
Talaga,september 2013
Penyusun

3
DAFTAR ISI
Halaman

PERSETUJUAN ……………………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………

1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul…………………………………………………………….


1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………………………………
1.3 Maksud dan Tujuan Penulis………………………………………………………………...
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan Masalah………………………………………………………
1.5 Metode Penelaahan………………………………………………………………………….
1.6 Sistimatika Karya Tulis…………………………………………………………………….

BAB II PENGENALAN TANAMAN TEBU

2.1 Morfologi Tanaman Tebu…………………………………………………………………..


2.2 Varietas Tebu yang Baik untuk Bahan Baku Gula………………………………………....

BAB III PROSES PENGOLAHAN

3.1 Jenis mesin yang digunakan dalam pembuatan gula……………………………………….


3.2 Tahapan – tahapan pembuatan gula ………………………………………………………..
3.2.1 Pemerahan Nira (ekstrasi)………………………………………………………...
3.2.2 Pemurnian…………………………………………………………………………
3.2.3 Penguaupan (evaporasi)………………………………………………………….
3.2.4 Kristalisasi………………………………………………………………………..
3.2.5 Pemisahan kristal………………………………………………………………..
3.2.6 Pengeringan………………………………………………………………………
3.2.7 Sumber Tenaga Penggerak Mesin Pembuat Gula……………………………….
3.2.8 Kelebihan dan Kekurangan Produksi Gula Menggunakan Mesin Manual………

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….
4.2 Saran………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………….

RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………………………...

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Dari waktu ke waktu permintaan masyarakat akan gula terus meningkat. Hal ini

disebabkan perkembangan penduduk dan semakin maraknya industri yang

menggunakan bahan baku gula. Meningkatnya konsumsi masyarakat akan gula

hendaknya disertai dengan meningkatnya produksi gula.

Barbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produksi gula. Salah satu

caranya adalah dengan menggunakan mesin-mesin dalam proses pembuatan gula.

Dengan adanya mesin-mesin ini pembuatan gula tidak lagi dilakukan secara

tradisional.

Seiring dengan semakin berkembangnya mesin-mesin pembuat gula, maka

produksi gula pun semakin meningkat. Produksi gula dewasa ini jauh lebih baik

dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas bila dibandingkan dengan produksi gula

pada waktu sebelum adanya mekanisasi.

Proses pembuatan gula yang dilakukan secara tradisional tidak efektif dan

efisien. Pabrik – pabrik gula tradisional hanya mampu memproduksi gula dalam skala

kecil. Selain itu gula yang dihasilkan berkualitas rendah, karena gula yang dibuat

secara tradisional berwarna merah kecoklatan atau kuning. Hal ini menyebabkan

5
masyarakat enggan mengkonsumsi gula tersebut, sehingga distribusi gula jenis ini

terbatas pada masyarakat pedesaan sekitar pabrik gula tradisional.

Apa yang dialami pabrik gula tradisional tentunya tidak dialami oleh pabrik-

pabrik gula modern yang telah menggunakan mesin-mesin dalam proses pembuatan

gula mampu memperoleh gula dalam skala besar, selain itu mutu gula yang

dihasilkan lebih baik. Gula yang dihasilkan merupakan gula SHS ( Superieure Hoofd

Suiker) yang berwarna putih.

Berdasarkan kenyataan diatas, maka penyusun mencoba menyusun sebuah karya

tulis yang berjudul “Penggunaan Mesin Manual Sebagai Alat Alternatif Dalam Proses

Pembuatan Gula”. Dalam karya tulis ini penyusun membahas mengenai penggunaan

mesin-mesin dalam proses pembuatan gula.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk memudahkan penyusunan karya tulis ini penyusun membatasi masalah

yang akan dibahas. Dengan demikian yang menjadi pokok masalah adalah sebagai

berikut dibawah ini.

1. Mesin-mesin apa sajakah yang digunakan dalam proses pembuatan gula ?

2. Bagaimana cara kerja mesin-mesin dalam setiap tahapan proses pembuatan

gula ?

6
3. Apakah kelebihan dan kekurangan hasil produksi gula menggunakan mesin

manual?

Dengan melihat pokok-pokok permasalahan diatas penyusun berusaha

menjelaskan mesin-mesin dan cara kerjanya dalam proses pembuatan gula.

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Karya Tulis

Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mengikuti

UAN/UAS tahun pelajaran 2009/2010. Selain itu penyusunan karya tulis ini juga

bertujuan untuk hal-hal di bawah ini.

1. Untuk mengetahui mesin-mesin apa sajakah yang digunakan dalam proses

pembuatan gula

2. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja mesin-mesin dalam setiap proses

pembuatan gula

3. Untuk mengetahui kelebuhan dan kekurangan hasil produksi gula

menggunakan mesin manual.

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan Masalah

Ruang lingkup pembahasan karya tulis ini tidak terlepas dari judul karya tulis.

Penyusunan menitikberatkan pada pemanfaatan/penggunaan mesin-mesin

(mekanisasi) dalam proses pembuatan gula. Penyusun membahas mengenai

7
tahapan-tahapan pembuatan gula dan jenis mesin yang digunakan dalam setiap

tahapan serta cara kerjanya.

1.5 Metode Penelitian


1.5.1 Metode Penelaahan

Penyusunan karya tulis ini berdasarkan data-data hasil pengamatan. Dalam

pengumpulan data, penyusun menggunakan metode penelaahan

1.5.2 Metode Observasi

Penyusun mengadakan kunjungan langsung ke pabrik gula Madukismo,

Yogyakarta. Di sana penyusun mengadakan observasi mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan proses pembuatan gula.

1.5.3 Metode Wawancara

Penyusun mengadakan wawancara dengan karyawan PG. Madukismo Baru secara

langsung mengenai mesin-mesin yang digunakan dalam proses pembuatan gula.

1.5.4 Metode Studi Pustaka

Untuk melengkapi data-data dari hasil observasi dan wawancara, penyusun juga

melakukan studi literatur atau telaah buku. penyusun mempelajari berbagai

sumber dan memadukannya dalam kesatuan pemikiran.

8
1.6 Sistimatika Karya Tulis

PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul


1.2 Perumusan Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan Penulis
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan Masalah
1.5 Metode Penelaahan
1.6 Sistimatika Karya Tulis

BAB II PENGENALAN TANAMAN TEBU

2.1 Morfologi Tanaman Tebu


2.1 Varietas Tebu yang Baik untuk Bahan Baku Gula.

BAB III PROSES PENGOLAHAN

3.1 Jenis mesin yang digunakan dalam pembuatan gula


3.3 Tahapan – tahapan pembuatan gula
3.3.1 Pemerahan Nira (ekstrasi)
3.3.2 Pemurnian
3.3.3 Penguaupan (evaporasi)
3.3.4 Kristalisasi
3.3.5 Pemisahan kristal
3.3.6 Pengeringan
3.3.7 Sumber Tenaga Penggerak Mesin Pembuat Gula
3.3.8 Kelebihan dan Kekurangan Produksi Gula Menggunakan Mesin Manua

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

9
BAB II

PENGENALAN TANAMAN TEBU

2.1 Morfologi Tanaman Tebu

Sebelum kita membahas mengenai penggunaan mesin-mesin pembuat gula,

ada baiknya bila kita mengulas sedikit mengenai bahan dasar pembuatan gula yaitu

tebu. Nama tebu hanya terkenal di Indonesia. dilingkungan internasional tanaman ini

lebih dikenal dengan nama ilmiahnya saccharum officinarum l. Jenis ini termasuk

dalam famili gramineae atau kelompok rumput-rumputan. Secara morfologi tanaman

tebu dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu batang, daun, akar, dan bunga.

Masing-masing bagian memiliki ciri-ciri tertentu.

1. Ciri-ciri Batang

a) Tumbuh tegak, sosoknnya tinggi kurus dan tidak bercabang.

b) Tinggi mencapai 3,5 meter.

c) Memiliki ruas dengan panjang ruas 10,30 cm.

d) Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau

kombinasinya.

2. Ciri-ciri Daun

a) Merupakan daun tidak lengkap

b) Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling

10
c) Pelepah memeluk batang, semakin keatas semakin menyempit,

terdapat bulu-bulu daun dan telinga daun.

d) Pertulangan daun sejajar

e) Helaian daun berbentuk garis dengan ujung meruncing, bagian tepi

bergerigi dan permukaan daun kasar.

3. Ciri-ciri Akar

a) Akar serabut

b) Panjang mencapai 1 Meter

4. Ciri-ciri Bunga

a) Akar serabut

b) Panjang mencapai 1 Meter

2.2 Varietas Tebu yang Baik untuk Bahan Baku Gula

Varietas tebu sangat banyak jumlahnya, tetapi tidak semua unggul. Yang
dimaksud variatas unggul adalah varietas yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tingkat produktivitas gula yang tinggi. Produktivitas dapat diukur dari bobot
atau rendaman yang tinggi;
2. Tingkat produktivitas (daya produk) yang stabil;
3. Kemampuan yang tinggi untuk di kepras; dan
4. Teloransi yang tinggi terhadap hama dan penyakit;

Varietas tebu yang baik untuk bahan baku gula adalah Varietas tebu yang
termasuk kedalam kriteria Varietas yang sudah mencapai masa tebu layak giling.
Yang dimaskud tebu layak giling adalah :

11
1. Tebu yang ditebang pada tingkat pemasakan optimal.
2. Kadar kotoran (tebu mati, pucuk, pelepah tanah, dll) maksimal 2%
3. Jangka waktu sejak tebang sampai giling tidak lebih dari 36 jam. Berdasarkan
ciri-ciri tebu diatas maka pada umumnya pabrik gula di Indonesia memakai
tebu Varietas Ps dari pasuruan dan Bz dari Brazil.

12
BAB III

PROSES PENGOLAHAN

Tebu dipanen setelah cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa) maksimal

dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa

pendahuluan untuk mengetahui faktor pemasakan, koefisien daya tahan, dll. Ini

dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum penggilingan.

Setelah tebu dipanen dan diangkat ke pabrik selanjutnya dilakukan

pengolahan gula putih. Pengolahan tebu menjadi gula putih dilakukan di pabrik

dengan menggunakan peralatan yang sebagain besar bekerja secara otomatis.

3.1 Jenis Mesin Manual yang Digunakan dalam Pembuatan Gula

Mesin-mesin manual yang digunakan dalam proses pembuatan gula antara lain

adalah :

1. Mesin elektrolisa yang terdiri dari

2. Mesin pengerja pendahulu (Voorbewer kers) yang terdiri dari Unigator

Mark IV dan Cane knife.

3. Alat gilingan terdiri dari 5 buah gilingan dan 3 rol penggiling.

4. Mesin pemurnian nira yang terdiri dari :

5. Tabung Defekator

6. Alat Pengendap

7. Rotary Vacuum Filter

13
8. Mesin penguap yang terdiri dari :

9. Beberapa evaporator

10. Kondespot

11. Michaelispot

12. Pompa vakum

13. Mesin kristalisasi terdiri dari :

14. Pan vakum

15. Palung pendingin (kultrog)

16. Mesin putaran gula (centrifugal)

17. Broadbent

18. Batch Sangerhausen

19. Wester Stated CCS

20. BMA 850 K

21. Mesin pengering

22. Mesin pembangkit tenaga uap/listrik

3.2 Jenis Mesin Modern yang Digunakan dalam Pembuatan Gula

Jenis Mesin Modern yang Digunakan dalam Pembuatan Gula adalah sebagai

berikut:

1. Boiler

2. Diffuser

3. Clarifier

14
4. Vakum Putar

5. Evaporator Majemuk(multiple effect evaporator)

6. Sentrifugasi

7. Resin

8. Recovery

3.3 Tahap-tahap dalam Pembuatan Gula

Pembuatan gula putih di pabrik gula mengalami beberapa tahapan pengolahan,

yaitu pemerahan nira, pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, dan

pengeringan.

1. Pemerahan Nira (Ekstrasi)

Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara bagian

padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah). Alat

penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu rangkaian alat yang

terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang dirangkaikan dengan

alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan

Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu

mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk memerah nira digunakan 5

buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan ukuran 36”X64”.

15
2. Pemurnian Nira

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara

defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia memakai

cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya produksi, bahkan pemurnian mudah di

dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd

Sumber).

Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan

Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari

hasil pembakaran.

Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu

kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan dan

diendapkan dalam alat pengendap. Nira kotor yang diendapkan kemudian disaring

menggunakan Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan nira jernih dan

16
endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan kemudian dikirim

kestasiun penguapan.

3. Penguapan Nira (Evaporasi)

Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar

air dilakukan penguapan (evaporasi).

Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa

evaporator dengan sistem multiple effect yang disusun secara interchangeable agar

dapat dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja

dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas bidang pemanas

5990m2 vo.

Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas

uap bekas secara tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira

yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas

yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. dalam bejana nomor 2, nira dari

17
bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana penguapan

nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di

dalam bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan

menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian seterusnya, sampai pada

bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna gelap dengan kepekatan sekitar

60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai belancing dan siap dikristalkan.

Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke kondensor sentral dengan perantara

pompa vakum.

4. Kristalisasi

18
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan

vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus

sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.

Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan

gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak

kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan

vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa)

tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran

kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu

didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).

5. Pemisahan Kristal Gula

pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja

dengan gaya memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri

dari :

1. 3 buah broadbent 48” X 30”untuk gula masakan A.

2. 4 buah bactch sangerhousen 48” X 28” untuk masakan B.

3. 2 buah western stated CCS untuk D awal.

4. 6 buah batch sangerhousen 48” X 28” untuk gula SHS.

5. 3 buah BNA 850 K untuk gula D.

19
dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat

B. Pada tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya menggunakan

gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada

tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse (tetes gula).

6. Pengeringan Kristal Gula

Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-
kira

20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula kering,

untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan

terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan

memakai udara panas kira-kira 800c.

pengeringan gula secara alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang

goyang yang panjang. Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan

dingin. Proses pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas

dibandingkan cara pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara

pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara

panas.

3.3.1 Sumber Tenaga Penggerakan Mesin Pembuat Gula

Tenaga yang menggerakan mesin-mesin pembuat gula selain berasal dari

pembangkit listrik juga berasal dari pembangkit tenaga uap. Sebagai penghasil tenaga

20
digunakan 5 buah ketel pipa air Niew mark 16 ton/jam masing-masing 440 m2vo

dengan tekanan kerja 15 kg/cm2 dan satu buah ketel cheng-cheng kapasitas 40

ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakan turbin generator dan mesin

uap. Uap bekasnya dipakai untuk memanaskan dan menguapkan nira dalam panci

mengguapkan dan memanaskan gula.

Bahan bakar pembangkit tenaga uap adalah ampas tebu yang berasal dari

proses pemerahan nira. Ampas tebu yang di hasilkan dari proses pemerahan nira

tersebut sekitar 30% tebu. Ampas tebu mengandung kalori sekitar 18000 kca/kg dan

kekurangannya di tambah BBM (F,O).

3.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Produksi Gula Menggunakan Mesin Manual

Produksi gula menggunakan mesin manual hasilnya cukup memuaskan, gula

yang diproduksi pun adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Suiker). Selain

itu produksi gula menggunakan mesin manual lebih menghemat energi, karena bahan

bakarnya berasal dari ampas tebu. Tetapi produksi gula menggunakan mesin manual

juga memiliki kekurangan yaitu, tingkat produksi gula belum mampu mengimbangi

tingkat konsumsi masyarakat, karena produksi gula menggunakan mesin manual

lebih sedikit dari pada produksi gula menggunakan mesin yang berteknologi canggih

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Produksi gula diupayakan terus meningkat baik dari segi kualitas maupum

kuantitas, penggunaan mesin-mesin (mekanisaai) merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan produksi gula. Meskipun mesin-mesin yang digunakan bukan mesin

berteknologi canggih. Pada umumnya mesin-mesin yang digunakan oleh pabrik-

pabrik gula di Indonesia pengoprasiannya dilakukan oleh manusia. Mesin-Mesin

tersebut bekerja secara manual tidak secara komputerisasi.

Pembuatan gula terdiri dari beberapa tahapan dan setiap tahap menggunakan mesin-

mesin tersendiri. Adapun tahapan-tahapan pembuatan gula itu adalah :

1. Tahapan pemerahan nira (ekstasi);

2. Tahapan pemurnian nira;

3. Tahapan penguapan nira;

4. Tahapan kristalisasi;

5. Tahapan pemisahan kristal; dan

6. Tahapan pengeringan.

Mesin-mesin yang digunakan dalam tahapan-tahapan pembuatan gula di atas

digerakan oleh tenaga yang berasal dari pembangkit listrik dan pembangkit tenaga

22
uap. Sedangkan bahan bakar untuk pembangkitan tenaga uap itu sendiri berupa

ampas tebu yang dihasilkan dari proses pemerahan nira.

Produksi gula menggunakan mesin manual lebih menghemat energi dibandingkan

dengan produksi gula menggunakan mesin yang berteknologi canggih. Kekurangan

produksi gula menggunakan mesin manual adalah tingkat produksi gula belum

mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat.

4.2 . Saran

Penggunaan mesin-mesin pembuat gula (mekanisasi) memang telah mampu

meningkatkan produksi gula, tetapi hasilnya belum cukup memuaskan. Tingkat

produksi gula belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat karena itu,

uapnya untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri masih harus diupayakan.

Kalau selama ini mesin-mesin yang digunakan di pabrik gula masih bersifat manual

(tidak berteknologi canggih), mungkin untuk masa yang akan datang mesin-mesin

yang digunakan harus lebih canggih. Dengan mesin-mesin berteknologi tinggi

(canggih ) produksi gula akan lebih meningkat, baik dari segi kualitas maupun

kuantitas dibanding dengan produksi gula saat ini.

23
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, Ikhsan. 2012. Laporan Kerja Praktek P.G Madu Kismo.
Yogyakarta: STTN SEMARANG

Surahman. 17 Januari 2012. Mesin, (Online), (Surahman@borobudur.ac.id),


diakses 05-08-2013

Listiana. 15 Juli 2012. Jepang Teknologi, (Online), (Listiana@yogya.ac.id),


diakses 05-08-2013

Maya. 19 Maret 2011. Teknologi Mesin, (Online), (Maya@indonesia.ac.id),


diakses 05-09-2013

Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan. indonetwork.co.id

Nurlaela,Ela.Marlina,dkk.1998.makalah.Sukaresmi.http://www.Suclose.com

24
DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Istilah

Bleaching : Pemutih

Carbonatasi : Cara pemurnian nira dengan menggunakan

CO2 sebagai bahan pemurni.

Defekasi : Cara pemurnian nira dengan menggunakan

kapur sebagai bahan pemurni

Interchangeable : Memungkinkan pertukaran

Multiple effect : memberikan banyak pengaruh

Nira : Cairan tebu

Rendemen : Persen Jumlah yang dapat dimanfaatkan dari

keseluruhan

Stroop : Campuran larutan dan kristal gula

Sulfitasi : Cara pemurnian nira dengan menggunakan gas

sulfit sebagai bahan pemurni

25
RIWAYAT HIDUP

Nama :Ade Elih Alpianita

Tempat Tanggal Lahir:Majalengka,30 Januari 1996

Nama Ayah :Tata Irawan

Nama Ibu :Yayah

Nama :Nani Hartaniati

Tempat Tanggal Lahir:Majalengka,05 Oktober 1995

Nama Ayah :Eson

Nama Ibu :Eko Karwati

Nama :M. Yusuf Royanun

Tempat Tanggal Lahir:Majalengka,26 Agustus 1996

Nama Ayah :Mahbudin

Nama Ibu :Tuti

26
27

Anda mungkin juga menyukai