Anda di halaman 1dari 3

A.

Analisis Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan penelitian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan / proses kehidupan, atau
kerentanan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas (Herdman, 2015). Diagnosis keperawatan merupakan bagian
vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk
membantu klien mencapai kesehatan yang optimal (SDKI, 2016).
Hasil pengkajian yang dilakukan pada An. J dan An. H didapatkan data
subjektif dan data objektif pada masing-masing kasus kelolaan sehingga
dapat ditegakkan diagnosa keperawatan. Pada kasus 1 An. J terdapat 4
diagnosis keperawatan yang diangkat antara lain hipovolemia, diare,
hipertermi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan pada kasus 2 An. H didapatkan 3 diagnosis yang diangkat yaitu
hipovolemia, diare dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Berdasarkan diagnosis keperawatan pada kedua kasus kelolaan
dibuat berdasarkan acuan literatur akan tetapi tidak semua diagnosis
diangkat karena disesuaikan dengan kondisi klien pada saat pengkajian.
Pada kedua kasus terdapat kesamaan diagnosis yaitu hipovolemia yang
menjadi prioritas diagnose, diare dan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh .
Hypovolemia atau Defisien volume cairan adalah suatu kondisi akibat
kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena
kehilangan cairan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, perdarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemia (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Diagnosis ini ditegakkan jika terdapat tanda mayor berupa frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, , tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, volume urine menurun, membran mukosa kering, dan
hematokrit meningkat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Sedangkan untuk
tanda minor yang mungkin ditemukan adalah merasa lemah, mengeluh
haus, pengisian vena menurun, status mental berubah, suhu tubuh
meningkat, konsentrasi urin meningkat, berat bada turun tiba-tiba (Nanda,
2012).

Alasan peneliti memprioritaskan hypovolemia yaitu apabila defisien


volume cairan dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan terjadinya
penurunan volume, tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan
denyut jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri dengan syok, berat
badan menurun, turgor kulit menurun, mata cekung, selaput lendir dan
mulut serta kulit menjadi kering dan apabila terjadi keterlambatan dalam
penanganan akan menyebabkan Syok hipovolemik dan komplikasi lain
yaitu Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi
organ (Irianto Koes, 2014).
Pada kedua kasus terdapat perbedaan diagnosis keperawatan yang
muncul yaitu hipertermi. Pada Kasus 1 anak mengalami hipertermi
sedangkan pada kasus 2 anak tidak mengalami hipertermi. Hipertermi
adalah bentuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit,
apabila ada suatu kuman penyakit yang masuk kedalam tubuh secara
otoatis tubuh akan melakukan perlawanan terhadap kuman dan
mengeluarkan antibody. Pengeluaran antibody yang lebih banyak daripada
biasanya diikuti dengan naiknya suhu tubuh (Widjaja, 2003).
Perbedaan munculnya diagnosis keperawatan hipertermi disebabkan
karena lamanya diare dimana pada kasus 1 diare baru berlangsung selama
3 hari sedangkan pada kasus 2 diare sudah berlangsung selama 9 hari. Hal
ini sesuai dengan definisi hipertermi itu sendiri bahwa hipertermi adalah
bentuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit, apabila
ada suatu kuman penyakit yang masuk kedalam tubuh secara otoatis tubuh
akan melakukan perlawanan terhadap kuman dan mengeluarkan antibody.
Masalah keperawatan yang muncul pada kedua kasus antara lain:
Hipovolemia
Hypovolemia atau defisien volume cairan adalah kondisi ketika
individu, yang tidak menjalani puasa mengalami kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonic).
Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravascular,
lalu diikuti dengan perpindahan cairan intravascular sehingga menyebabkan
penurunan jumlah cairan ekstraseluler. Untuk mengompensasi kondisi ini,
tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Penulis memprioritaskan
sebagai masalah pertama pada kasus 1 dan 2 karena hypovolemia atau
defisien volume cairan dapat memicu anak mengalami dehidrasi dan dapat
terjadi karena kehilangan cairan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
perdarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemia (Tarwoto &
Wartonah, 2015).

Anda mungkin juga menyukai