Din
Din
Din
Dah nungguin
dari tadi.” Sahut Devi kepada Dinda yang sedang mengerjakan tugas sekolah
di rumah Dinda.
“Bi surti, bilang aja aku gak ada, lagi keluar apa cari alasan lain gitu.” Pinta
Dinda pada Bi Surti yang bekerja di rumahnya.
“Iya, Non.”
“Kamu kenapa kaya gitu sama Devi? Dia sudah datang jauh-jauh malah kamu
gituin. Devi itu anak baik lho, Din.”
“Iya dari memang luarnya keliatan baik, manis, ramah. Tapi apa hanya itu saja
kamu mengukur sifat seseorang? Dari luar memang manis. Tapi dalamnya
tuh pahit.”
“Beda sama kamu, lihatlah kamu ini. Judes, ceplas-ceplos kalo ngomong
sama aku. Tapi hatimu tulus, Tin, bukan baik di luar tapi dalamnya busuk. Aku
gak butuh kawan yang tampilan luar orang dalam berteman.” Jelas Dinda.
Pagi itu Tya berangkat sekolah bersama Ica sahabatnya. Sembari menyusuri
lorong kelas yang biasa mereka lewati, Tya bertanya pada Ica.
“Ca, menurutmu tipe cewek idaman Ari itu kaya gimana sih?”
Sambil tersenyum Nina lantas menjawab. “Gimana ya? Setahuku tipenya Ari
sih gak muluk-muluk. Karena setahu aku dia lebih suka sama cewek yang
natural gitu lah.”
“Hmm gitu ya, gak suka sama cewek yang hobi dandan berarti” Sambut Tya
dengan wajah yang semakin berbinar kegirangan.
“Ya kira-kira seperti itu lah.”
“Terus gimana dong supaya wajah tetep cantik meski gak pake make up
tebal?” Tanya Tya lagi.
“Coba aja kamu pakai masker bengkoang dan scrub gula pasir biar bibir
merah merona gitu” Jawab Ica.
Selama beberapa hari Tya mencoba ide yang diberikan oleh Ica. Tya pun
sangat senang karena wajahnya lama kelamaan mulai tampak lebih cerah
dan berseri. Bekas jerawat yang awalnya tampak jelas pun sudah mulai
menghilang.
Masker Bengkoang dan Scrub gula pasir untuk wajah dan bibir pun tak
pernah lupa untuk terus ia gunakan mengingat seminggu lagi bakal ada acara
pensi.
Pastinya di acara ini Tya bakal ketemu Ari dan dia harus tampil cantik dan
mempesona agar menarik perhatian Ari, Lelaki idamannya.
Baca Juga : Contoh Teks Diskusi
“Oh Tuhan!” Agus terkejut melihat jam ternyata pukul 07.oo pagi. Dia
langsung bergegas menuju kamar mandi, kemudia dia mandi dan merapikan
diri lalu tancap gas untuk pergi ke kantor. Sesampainay ia di kantor, dia sudah
terlambat menghadiri meeting yang diajukan dari jam biasannya karena
bosnya akan segera pergi keluar Negri.
“Maaf, Pak. Saya boleh masuk?” Tanya Agus pada bosnya yang sedang
memimpin meeting.
”Iya, silahkan duduk, Gus, tapi maaf hari ini proyekmu digantikan oleh Riyan.”
“Ini bukan masalah sebentar atau lama. Kita di perusahaan ini para pekerja
profesional. Project itu dari dulu saya percayakan sama kamu tapi kamu
ternyata tidak bisa konsisten. Meskipun telat sebentar, ada diantara temanmu
yang bisa memberi ide bagus untuk proyek itu. Jadi maaf sekali lagi, sudah
bagus kamu tidak saya keluarkan dari tim.” Jelas bosnya dengan tegas.
Langsung seketika Agus terdiam dengan wajah yang penuh dengan
penyesalan. Setelah meeting selesai Agus pergi menuju meja kerjanya.
“Kamu kenapa hari ini, Gus? Sampai telat seperti ini tak seperti biasannya.”
“Ini salahku, Dev. Aku begadang semalam nonton bola Tim kesukaanku
sampai larut malam, sampai-sampai aku lupa kalau ada project penting dan
seharusnya menguntungkan bagiku.”
“Maaf pak, apakah Pak Abdillah ada?” Tanya seseorang yang sedang
dipanggil interview.
Selanjutnya…
“Maaf pak”
“Tau di mana Pak Abdillah? Kenapa Office Boy (OB) yang ada di dalam
ruangan?” Tanya seseorang itu kepada karyawan lain yang berada di luar
ruangan.
“Yang di dalam tadi Pak Abdillah. Dia memang suka pura-pura seperti itu
untuk mengetes bawahannya.” Ia menjelaskan.
“Maksudnya pak?”
“Ya artinya kamu tidak lolos interview hari ini, begitulah Pak Abdillah. Dia
trauma dengan beberapa bawahannya karena urusan materi.”
Baca Juga : Contoh Kata Pengantar
Dinda, Nuryati, dan Indah pulang bersama, mereka bertiga berjalan kaki
karena memang jarak sekolah kerumah mereka tidak terlalu jauh.
“Setelah makan siang nanti kita bermain bersama ya?. Di rumahku ada
boneka baru yang di belikan ayahku dari Bandung.” Pinta Indah kepada
kedua temanya.
“Aku tidak bisa ikut. Aku mau belajar saja, karena tadi kan pak guru berpesan
untuk belajar untuk persiapan karena akan ada tes dadakan.” Sanjang Nuryati
dengan polosnya.
Sesekali ia bertanya kepada ayahnya jika ada yang kurang paham dengan
materi di buku.
Sedangkan Dinda dan Indah asyik bermain boneka hingga larut sehingga
mereka tidak sempat mempelajari materi. Keesokan harin nya mereka
berangkat bersama, sesampai di kelas, ternyata memang ada tes dadakan.
Dinda dan Indah merasa kesulitan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh
pak guru dan akhirnya mereka mendapat nilai jelek sehingga mereka harus
mengulang tes susulan.
Lain halnya dengan Nuryati. Ia mendapat nilai terbaik di antara teman satu
kelas nya karena dia sudah belajar dengan sungguh-sungguh sesuai nasihat
gurunya. Bapak guru meminta agar Dinda dan Indah belajar dengan
temannya, Nuryati.
“Wah, Nur, selamat ya, kamu mendapa nilai terbaik. Besok kita akan ikut
belajar denganmu ya.” ucap Dinda pada Nuryati.