TB DOTS
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN TB DOTS
RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DUREN SAWIT
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
TAHUN 2019
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 2 September 2019
Direktur,
dr.Theryoto, M.Kes
NIP.196204231988121003
PANDUAN TB DOTS
I. LATAR BELAKANG
Penyakit TB sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di dunia. Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana
1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sejalan dengan
meningkatnya kasus TB, WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai
strategi dalam pengendalian TB sejak tahun 1995.Bank Dunia menyatakan strategi
DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang secara ekonomis sangat efektif
(cost-effective).Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien,
prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutus rantai
penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat.
II. DEFINISI
IV. DIAGNOSIS
1. PENEMUAN TB PARU
Setiap orang yang di rawat atau yang berkunjung ke rumah sakit dengan gejala
batuk berdahak 2 – 3 minggu atau lebih, tanpa penyebab yang jelas harus
diperlakukan sebagai suspek TB
Semua kontak dengan pasien TB paru positif yang mempunyai gejala TB harus
diperiksa dahaknya.
2. DIAGNOSIS TB PARU DEWASA
Semua suspek TB paru di periksa 3 spesimen dahak dalam waktu minimal 2 hari
berturut turut yaitu sewaktu – pagi – sewaktu
Diagnosa TB paru dewasa ditegakkan dengan penemuan kuman TB / BTA (basil
tahan asam).
Indikasi pemeriksaan foto thoraks
Penjaringan pertama suspek TB dilakukan melalui pemeriksaan dahak
mikroskopik. Pada sebagian besar pasien TB paru diagnosis ditegakkan hanya
dengan pemeriksaan dahak dan tidak memerlukan foto thorak, namun pada
kondisi tertentu pemeriksaan foto thoraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi
sebagai berikut :
Hanya satu dari 3 spesimen dahak SPS yang hasilnya BTA positif, pada
kasus ini foto thoraks diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA
positif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS pertama hasilnya negatif, setelah
pemberian antibiotik non OAT selama 2 minggu tidak ada perbaikan dan
hasil pemeriksaan dahak ulang tetap negatif
Pasien yang mengalami komplikasi antara lain : sesak nafas berat dan
pasien yang mengalami hemoptisis berat
Alur Diagnosis TB
Suspek TB
++-
Antibiotika Non OAT
perbaikan Perbaikan
+++ ---
++-
+--
Foto Thorax dan klinis
TB Bukan TB
3. KLASIFIKASI PENYAKIT TB
A. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
a. TB paru BTA positif bila :
Sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen pemeriksaan dahak SPS hasilnya
BTA positif
Satu dari hasil pemeriksaan dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
thorak menunjukkan gambaran proses spesifik
Satu pemeriksaan dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif
Satu atau lebih pemeriksaan dahak SPS ulang hasilnya positif setelah 3
pemeriksaan dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT
b. TB BTA negatif
Pada 3 pemeriksaan SPS hasilnya BTA negatif
Foto thorak menunjukkan gambaran proses spesifik
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT
Untuk kasus seperti ini perlu pertimbangan dokter untuk dilakukan
pengobatan
B. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit
TB paru BTA negatif foto thorak menunjukkan gambaran proses spesifik dibagi
berdasarkan tinkat keparahan penyakitnya yaitu berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto thorak menunjukkan gambaran kerusakan paru
yang luas dan atau keadaan umum pasien buruk
V. TATALAKSANA TB
A. Prinsip pengobatan TB
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan obat dilakukan
pengawasan langsung oleh PMO (pengawas minum obat)
c. Pengobatan TB diberikan dalan 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan
Tahap awal :
Pada tahap awal pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat
Bila pengobatan tahap awal tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurum waktu 2 minggu
Sebagian besar pasien BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam waktu 2 bulan
Tahap lanjutan :
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
Catatan :
Untuk pasien yang berumur 60 tahun keatas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500mg.
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidestilata sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3. OAT sisipan KDT (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap awal
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari)
Berat badan Pemberian setiap hari selama 28 hari (28 dosis)
30 – 37 kg 2 kaplet KDT
38 – 54 kg 3 kaplet KDT
55 – 70 kg 4 kaplet KDT
≥ 71 kg 5 kaplet KDT
(+) MDR
pengobatan
RSP Persahabatan
(-) MDR
Tatalaksana/pengobatan
VI. DOKUMENTASI
Pelaporan dilakukan setiap triwulan kepada suku dinas Kesehatan Jakarta Timur
melalui aplikasi SITT online dan SITT offline, pelaporan kepda Direktur RSKD Duren
Sawit juga dilakukan per triwulan melaui laporan tertulis.