Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Street Furniture adalah objek atau perlengkapan yang dipasang di jalan


untuk tujuan tertentu, Street Furniture adalah objek atau perlengkapan yang
dipasang di jalan untuk tujuan tertentu, termasuk kursi, trotoar, kotak pos, kotak
telepon, lampu jalan, lampu lalu lintas, rambu lalu lintas, marka jalan, halte bis, grit
bin, halte trem, wc umum, air mancur, dan memorial. (Sumber: Wikiwand)

Dengan adanya Street Furniture masyarakat umum dapat menemukan


berbagai keuntungan yang didapatkannya seperti adanya kursi pada pedestarian
jalan untuk para pejalan kaki, lampu jalan yang menerangi pada malam hari, rambu-
rambu dan lampu lalu lintas yang menjaga ketertiban kota, hingga halte bis
sehingga mempermudah penggunaan transportasi umum.

Akan tetapi walaupun banyaknya berbagai Street Furniture yang telah


tersdia masih saja terus muncul berbagai masalah yang terjadi mulai dari tidak
difungsikannya fasilitas tersebut hingga rusaknya fasilitas tersebut akibat tidak
terawat.

Maka dari itu kami melakukan tinjau langsung pada daerah Jl. Sultan
Alauddin untuk mengamati langsung begaimana keadaan Street Furniture pada
daerah tersebut dan menganalisis permasalahan yang terjadi pada daerah tersbut.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dibuat suatu rumusan
masalah antara lain:

a. Apa saja Street Furniture yang tersedia di Jl. Sultan Alauddin?


b. Apa saja permasalahan Street Furniture yang terjadi di Jl. Sultan
Alauddin?
c. Faktor-faktor apa saja yang memicu permasalahan Street Furniture di Jl.
Sultan Alauddin?
d. Bagaimana cara menanggulangi permasalahan Street Furniture di Jl.
Sultan Alauddin?

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui berbagai macam Street Furniture di Jl. Sultan
Alauddin
b. Untuk mengetahui berbagai permasalahan Street Furniture di Jl. Sultan
Alauddin
c. Unutuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan permasalahan
Street Furniture di Jl. Sultan Alauddin
d. Untuk menambah wawasan tentang bagaimana cara menanggulangi
permasalahan perabot jalan

D. Metode Penelitian
Melakukan survey langsung kelapangan untuk mendapatkan data-data yang
akurat dan benar.

2
E. Sistematika Pembahasan
Kerangka pembahasan laporan ini disusun menjadi empat bab, yang secara
garis besar diuraikan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah,


Tujuan Pembahasan, Metode Pembahasan dan Sistematika
Pembahasan

BAB II : Studi Pustaka yang merupakan bagian-bagian besar dari data yang
diperoleh

BAB III : Pembahasan yang merupakan hasil analisa dari data survey yang
dilakukan
BAB IV : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Signases
Menurut Kusrianto (2010, 23) signases adalah sejenis visual grafis dalam
ukuran besar yang dibuat untuk menyampaikan informasi pada kalangan audience
tertentu. Signases sebelumnya dikenal dalam bentuk tanda (sign) atau dalam bentuk
aksara, seperti petunjuk arah tempat, nama suatu tempat dan sebagainya. Sedangkan
menurut Supriyanto (2008: 55) signases merupakan media luar ruang yang
wujudnya berbentuk tugu atau monumen kecil yang menyatu dengan lingkungan
yang ditempatinya.

Lebih spesifik oleh Whitbread (2009: 104) dalam bukunya The Design
Manual, menjelaskan bahwa signases merupakan sistem tanda hasil kombinasi
simbol dan teks pada daerah dengan mobilitas tinggi, tanpa tergantung bahasa
verbal yang terbatas. Berkaitan dengan lingkungan, Rubenstein (1996: 141)
mendefinisikan bahwa signases merupakan sistem tanda bagian dari bidang
komunikasi visual yang berfungsi sebagai sarana informasi dan komunikasi secara
arsitektural.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa signases adalah media


komunikasi visual lingkungan yang menginformasikan pesan secara cerdik melaui
integrasi bahasa visual dengan lingkungannya. Signases selama ini selalu dikenal
dan digunakan untuk mengidentifikasi, mengarahkan dan menginformasikan.

Tapi saat ini muncul kebutuhan yang lebih luas dari hanya sekedar
mengidentifikasi area. Area-area tersebut dapat berupa sebuah situs proyek,
persimpangan jalan atau di sebuah gedung perkantoran dimana didalamnya terdapat
beberapa kantor perusahaan. Signases memberikan banyak keuntungan ekonomis
lainnya. Dimana dapat menjadi bagian penting dalam keseluruhan advertising.
Signases juga mampu menciptakan public image yang mudah untuk dikenali serta
unik sehingga mampu bertahan dalam memori masyarakat dalam jangka waktu
yang lama. Public image seperti inilah yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan
untuk mampu bertahan dalam kompetisi pasar (Follis. 1979: 13).

4
Signases yang baik bukanlah sebuah kumpulan tanda yang muncul karena
terdesak kebutuhan saja. Bila berdiri sendiri, sebuah tanda dapat dengan mudah
dikenali, dibaca, akurat, dapat dipercaya, terdesain dengan baik dan memiliki
informasi yang tepat pada tempat yang tepat pula. Namun, untuk membimbing,
mengarahkan dan menginformasikan pada khalayak, sebuah tanda harus
dikoordinasikan dalam sebuah hierarki dengan penekanan pada beberapa tipe
informasi.

Jawaban dari permasalahan ini adalah dengan menghadirkan informasi


melalui sebuah sistem yang saling berhubungan satu sama lain dimana di dalamnya
menggabungkan antara pesan dan pola lalu lintas kemudian menyatukan keduanya
dengan lingkungan (pada khususnya arsitektur) dalam hubungan visual yang
terkoordinasi. Signases pada umunya terdiri atas :

B. Rambu-Rambu

Informasi merupakan hal yang diperlukan dalam tugas-tugas


mengemudi.Rambu lalu hntas adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa
lambang,huruf angka, kalimat, dan/atau perpaduan diantaranya sebagai
peringatan,larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan (Kep Menhub No.
61 tahoo1993).

Contoh rambu-rambu dapat dihhat pada lampiran 1. Rambu-rambu


tersebutharns efektif dalam lingkungannya, baik di atas maupun di luar jalan, siang
dan_malam, seeara menerus, serta sesuai dan handal dalam mengarahkan lalu
lintaspada berbagai kondisi euaca. Pereneanaan dan penempatan ramhu
harnsmempertimbangkan (Kep Menhub No. 61 tahoo 1993) :

a. Kondisi jalan dan lingkungan;


b. Kondisi lalu lintas;
c. Aspek·keselanlatan, keamanan, ketertiban, dan kelanearan lalu lintas.

5
Rambu sesuai dengan fungsinya dikelompokkan menjadi 4 jenis:

1. Rambu Peringatan
Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemoogkinan ada
bahaya atau tempat berbahaya di bagian jalan di depannya. Rambu Peringatan
ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 50 meter atau pada jarak tertentu
sebelum tempat bahaya dengan memperhatikan kondisi lalu lintas, euaea, dan
keadaan jalan yang disebabkan oleh faktor geografis, geometris, pennukaan jalan,
dan kecepatan rencana.

Wama dasar rarnbu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau


tulisan berwama hitam. Bentuk rambu peringatan dapat berbentuk bujur sangkar
maupun empat persegi panjang, dengan titik-titik sudutnya dibulatkan. (Kep
Menhub No. 61 tahoo 1993)

2. Rambu Larangan
Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang
dilakukan oleh pemakai jalan. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin
dengan titik larangan dimulai. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada
pemakai jalan dapat ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak yang layak
sebelum titik larangan dimulai. Wama dasar rarnbu larangan berwama putih dan
lambang atau tulisan berwama hitam atau merah. Bentuk rarnbu larangan adalah
segi delapan sarna sisi, segitiga sama sisi dengan titik-titik sudutnya dibulatkan,
silang dengan ujung-ujungnya diruncingkan, lingkaran, serta empat persegi
panjang. (Kep Menhub No. 61 tahoo 1993)

3. Rambu Perintah
Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib
dilakukan oleh pemakaijalan. Rambu ini wajib ditempatkan sedekat mungkin
dengan titik kewajiban dimulai. Untuk memberikan petw~uk pendahuluan pada
pemakai jalan dapat ditempatkan rambu petunjuk pada jarak yang layak sebelum
titik kewajiban dimulai. Warna dasar rarnbu perintah berwama bim dengan
lambang atau tulisan berwama putih serta merah untuk garis serong sebagai batas
akhir perintah. (Kep Menhub No. 61 tahoo 1993)

6
4. Rambu Petunjuk
Rambu petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenal jurusan,
jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas, dan lain-lain bagi pemakai jalan.
Rambu petunjuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya guna
sebesar-besamya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu lintas.

Untuk menyatakan jarak dapat digunakan papan tambahan atau


dicantumkan pada rambu itu sendiri. Rambu petunjuk yang menyatakan tempat
fasilitas umum, batas wilayah suatu daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kata-
kata serta tempat khusus dinyatakan dengan wama dasar biru.

Rambu petunjuk pendahulu jurusan dan rambu penegas jurusan yang


menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah/wilayah,
serta rambu yang menyatakan nama jalan dinyatakan dengan wamadasar hijau
dengan lambang atau tulisan berwama putih.

Khusus rambu petunjuk jurusan kawasan dan obyek wisata dinyatakan


dengan wama dasar coklat dengan lambang dan atau tulisan wama putih. Informasi
yang ditampilkan pada rambu harus tepat, dalam pengertian sesuai pesan yang
ditampilkan melalui kata-kata, lambang, atau bentuk gabungan kata dan lambang.
Rambu petunjuk jurusan menggunakan huruf kapital pada huruf pertama, dan
selanjutnya menggunakan huruf kecil dan atau seluruhnya menggunakan huruf
kapital dan atau huruf kecil.

Rambu larangan dan peringatan menggunakan huruf kapital dan atau huruf
kecil. Penulisan huruf yang menyatakan satuan panjang dan berat ditulis dengan
huruf kapital dan atau huruf kecil. Peringatan, larangan, perintah, dan petunjuk yang
tidak dapat dinyatakan dengan lambang dapat dinyatakan dengan kata-kata. Rambu
yang menggunakan kata-kata, harus mudah dibaca, singkat, dan mudah dimengerti.

Rambu ditempatkan di sebelah kiTi menurut arah lalu lintas, dengan jarak
0,60 meter dari bagian tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan,
dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki.

Dalam keadaan tertentu dengan mempertimbangkan geografis, geometris


jalan, kondisi lalu lintas, jarak pandang,dan kecepatan rencana, rambu dapat

7
ditempatkan di sebelah kanan atau di atas daerah manfaat jalan. Rambu yang
dipasang pada pemisah jalan, (median) ditempatkan dengan jarak 0,30 meter dari
bagian tepi paling luar dati pemisah jalan.

Ketinggian penempatan rambu pada sisi jalan minimum 1,75 meter dan
maksimum 2,65 meter diukur dati permukaan jalan sampai dengan sisi daun rambu
bagian bawah, atau papan tambahan bagian bawah, apabila rambu dilengkapi
dengan papan tambahan. Ketinggian penempatan rambu di lokasi fasilitas pejalan
kaki minimum 2,00 meter dan maksimum 2,65 meter diukur dati permukaan
fasilitas pejalan kaki sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah atau papan
tambahan bagian bawah, apabila rambu dilengkapi dengan papan tambahan.

Ketinggian rambu di atas daerah manfaat jalan adalah minimum 5,00 meter
diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah. Pada
kondisi jalan yang IUTUS atau melengkung ke kiri, rambu yang ditempatkan pada
sisi jalan, pemasangan posisi rambu digeser 3° searahjarumjam dari posisi tegak
lurus sumbu jalan.

Khusus untuk rambu petunjuk tempat penyeberangan orang, tempat


pemberhentian bus, tempat pemberhentian kendaraan dengan lintasan tetap, tempat
parkir, petunjuk fasilitas, pemasangan posisi rambunya sejajar dengan sumbu jalan.
Pada kondisi jalan yang melengkung ke kanan rambu petunjuk yang ditempatkan
pada sisi jalan, pemasangan posisi rambu tegak lurus terhadap sumbu jalan.

Rambu jalan yang ditempatkan pada awal pemisah jalan dan di atas daerah
manfaat jalan, pemasangan posisi rambu tegak lurns terhadap sumbu jalan. Posisi
rambu tidak boleh terhalangi oleh bangunan, pepohonan, atau benda-benda lain
yang dapat berakibat mengurangi atau menghilangkan arti rambu tersebut.
Pemasangan daun rambu pada satu tiang maksimum 2 buah -daun rambu. Daun
rambu hams dipasang pada tiang yang khusus disediakan untuk pemasangan daun
rambu. (Kep Menhub No. 61 tahoo 1993).

8
Gambar 2.1 rambu-rambu lalu lintas yang sering dilanggar
(Sumber : Wardan S. 2017)

C. Marka Jalan
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di pennukaan jaian atau di atas
permukaan jalan yang meiiputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
Membujur, gars melintang, garis serong serta lambane lainnya yang herfungsi
untuk mengarahkan anls lalu iintas dan membatasi daerah kepentingan iaiu iintas
(Kcp Menhub No. 60 tahun 1993). Marka hams menarik perhatian dan
menyampaikan pesan yang je1as sehingga dapat menyediakan waktu yang
memadai bagi pengtmdara unluk. memberikan respon. Gambar marka jalan dapat
dilihat pada lampiran Berdasarkan Kep. Menhub. No. 60 tahun 1993, marka jalan
sesuai dengan fungsinya dikeiompokkan menjadi 5 jenis:

1. Marka Membujur
Marka membujur berupa garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi
kendaraan melintasi garis tersebut. Pada bagian mas jalan tertentu yang
menurut pertimbangan teknis dah/atau kese1amatan lalu lintas, dapat
digunakan garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis putus-putus atau
garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh. Marka membujur berupa satu garis
utuh dipergunakanjuga untuk menandakan tepijalur lalu lintas. Pada
bagianjalan tertentu marka membujur berupa garis utuh digunakan:

a. Menjelang persimpangan sebagai pengganti garis putus-putus pemisah


arah lajur;

9
b. Pada jalan yang jarak pendangannya terbatas seperti di tikungan atau
lereng bukit atau pada bagian jalan yang sempit, untuk melarang
kendaraan yang akan melewati kendaraan lain.

Marka membujur berupa garis putus-putus berfungsi untuk mengarahkan


lalu lintas, memperingatkan akan ada marka membujur berupa garis utuh di depan,
pembatas jalur pada jalan 2 arah. Lebar garis utuh maupun putus-putus pada marka
membujur sekurangkurangnya 0,10 meter, dengan panjang garis utuh sekurang-
kurangnya 20 meter. (Kep Menhub No. 61 tahoo 1993)

Jarak antara garis ganda sekurang-kurangnya 0,1 meter dan tidak lebih dari
0,18 meter. Lebar garis tepi jalur lalu lintas sekurang-kurangnya 0,1 meter. Panjang
garis maupun panjang celah pada garis putus-putus harus sarna, berdasarkan
kecepatan rencana, seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Panjang garis dan celah


(Sumber: Kep. Menhub No. 60 tahun 1993)

2. Marka Melintang
Marka melintang berupa garis utuh menyatakan batas berhenti kendaraan
yang diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan. Marka
melintang berupa garis ganda putus-putus menyatakan batas berhenti kendaraan
sewaktu mendahulukan kendaraan lain yang diwajibkan oleh rambu larangan.

Marka melintang apabila tidak dilengkapi dengan rambu larangan, harus


didahului dengan marka lambang berupa segi tiga yang salah satu alasnya sejajar
dengan marka melintang tersebut. (Kep Menhub No. 61 tahoo 1993)

10
3. Marka Serong
Marka serong berupa garis utuh dilarang dilintasi kendaraan. Marka ini
menyatakan pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengarah lalu lintas, dan
pulau lalu lintas. Marka serong yang dibatasi dengan garis utuh digunakan untuk
menyatakan:

a. Daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan;


b. Pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalu lintas.

4. Marka Lambang
Marka lambang berupa panah, segitiga, atau tu!isan, dipergunakan untuk
mengulangi maksud rambu-rambu lalu lintas atau untuk memberitahu memakai
jalan yang tidak dinyatakan dengan rambu lalu lintas jalan. (Kep Menhub No. 61
tahoo 1993)

5. Marka Lainnya
Marka ini diluar keempat marka tersebut di atas. Marka ini berupa:

a. Marka untuk penyeberangan pejalan kaki, yang berupa garis-garis utuh yang
membujur tersusun melintang jalur lalu !intas, dan dibingkai 2 garis utuh
melintangjalur lalu lintas;
b. Marka untuk menyatakan tempat penyeberangan sepeda, dipergunakan 2
garis putus-putus berbentuk bujur sangkar atau belah ketupat;
c. Paku jalan dengan pemantul cahaya berwama kuning, merah, atau putih. Paku
jalan sebagai tanda pada permukaan jalan tidak boleh menonjol lebih dari 15
mm di atas permukaan jalan. Apabila paku jalan tersebut dilengkapi dengan
reflektor, tidak boleh menonjol lebih dari 40 mm di atas permukaan jalan.
Paku jalan dapat ditempatkan pada batas tepi jalur lalu lintas, marka·
membujur berupa garis putus-putus sebagai tanda peringatan, surnbu jalan
sebagai pemisah jalur, marka membujur berupa garis utuh sebagai pemisah
jalur bus, marka lambang berupa chevron, pulau lalu lintas. (Kep Menhub No.
61 tahoo 1993)

11
D. Furniture Street
Street furniture atau yang sering disebut “perabotan jalan” merupakan salah
satu elemen pendukung kegiatan pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang
akan memperkuat karakter suatu blok perancangan yang lebih besar. (Permen PU
no 6 tahun 2007)

Perabot/perlengkapan jalan (street furniture ), harus saling terintegrasi


dengan elemen wajah jalan lainnya untuk menghindari ketidakteraturan dan
ketidakterpaduan lingkungan.

Sedangkan dari katanya Street furnitur adalah suatu topik yang jarang
diperhatikan dankombinasi yang tampaknya tidak masuk akal. Furniture Istilah ini
biasanya berhubungan dengan ruang privat, sementara jalan adalah ruang publik.
Kombinasi ini bahkan lebih aneh dalam bahasa Latin di mana mebel kata berasal
dari kata "mobile," yang merupakan sesuatu yang bergerak, sementara furnitur
jalanan tidak bergerak, karena biasanya samar atau tetap ke lantai.

Namun, derivasi dari "furnitur" dari "fournir," Perancis adalah "untuk


menyediakan," tepatnya menggambarkan fungsi: street furniture memberikan kita
kenyamanan dalam ruang publik, memberi kita informasi, tempat duduk,
pencahayaan, dan perlindungan. Dengan demikian fungsi objektif yang sama
seperti furnitur biasa di rumah, rendering ruang kota dihuni.

Halte, lampu jalan, plank pemberitahuan dan tempat sampah termasuk


dalam street furniture . Beberapa bentuk street furniture adalah lampu jalan,
penandaan (lampu lalu lintas, rambu dll), tempat sampah, halte, tempat duduk, pot
bunga dan banyak lagi.

Street furniture dapat menunjukkan image yang ingin ditampilkan dan juga
tidak ada integrasi antara sistem street furniture dengan lingkungan serta antar jenis
elemen street furniture . Diantara sekian banyaknya elemen street furniture yang
ada dipilih beberapa yang memilki tingkat prioritas tertinggi, yaitu halte bus,
bangku, peta kota, tempat sampah, lampu penerangan jalan umum, dan pagar
pembatas jalan. Street furniture dapat menjadi ciri khas suatu kawasa

12
E. Peraturan Perundang-Undangan
Beberapa peraturan dan perundangundangan yang dikeluarkan untuk
membantu proses pelaksanaan transportasi, terutama yang menyangkut pengaturan,
penyeleranggaran, dan pelaksanaannya adalah :

a. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu


Rambu Lalu Lintas di Jalan.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.
c. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014
tentang Rambu Lalu Lintas.
d. Ditjen Bina Marga (1990). Petunjuk Perencanaan Marka Jalan.
e. Ditjen Bina Marga (1991). Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan
Perkotaan.
f. Ditjen Perhubungan Darat. Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan
tentang Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan.

Alat yang dapat mengendalikan lalu lintas, khususnya untuk meningkatkan


keamanan dan kelancaran pada sistem jalan, maka marka dan rambu lalu lintas
merupakan obyek fisik yang dapat menyampaikan informasi (peringatkan,
peringatkan, larangan dan petunjuk) kepada pemakai jalan serta dapat
mempengaruhi pengguna jalan.

Rambu lalu-lintas di jalan yang selanjutnya disebut rambu adalah salah satu
dari perlengkapan jalan, berupa lambang, peringatan, larangan, perintah atau
petunjuk bagi pemakai jalan. Ada 3 jenis informasi yang digunakan yaitu :

a. Bersifat perintah dan larangan yang harus di patuhi.


b. Peringatan terhadap suatu bahaya.
c. Petunjuk, berupa arah, identifikasi tempat, fasilitas-fasilitas. Dalam
keberadaan rambu dilapangan ada beberapa syarat agar rambu dapat berfungsi
dengan baik.

Beberapa syarat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

13
a. Dapat terlihat dengan jelas.
b. Memaksakan perhatian.
c. Menyampaikan maksud yang jelas dan sederhana.
d. Memberikan waktu yang cukup untuk menanggapinya/bereaksi.
e. Mudah di pahami

14
BAB III
DATA DAN ANALISA
A. Data
1. Lokasi Survey

Gambar 3.1 Peta Survey


(sumber: Google Maps, 2018)
Lokasi : Jalan Panakkukang (Ujung Jalan Panakkukang Pettarani – Ujung
Jalan Adiyaksa)

2. Data Survey
NO. Survey Item Jenis Jumlah
APILL (Alat Pemberi Isyarat
1. Tunggal 1
Lalu Lintas)
Dilarang Berhenti 1
Pertigaan Kanan 1
2. Rambu-rambu Pertigaan Kiri 4
- 2
5T 2
5m×10m Horizontal 1
3. Billboard
5m×10m Vertikal 1
Nyala 5
4. Baliho
Tidak Nyala 17
Besar 42
5. Spanduk
Sedang 58

15
Kecil 85
Permanen 2
6. Tempat Sampah
Sementara 0
Usaha 26
7. Papan Nama
Pengarah 11
Nyala 68
8. Lampu Jalan
Padam 4
Tipe 1 (ban bekas) 14
9. Pot Tanaman Tipe 2 (semen) 4
Tipe 3 20

10. Halte Halte MRT 0

Besi (Telkom) 34
11. Tiang Listrik
Beton 14

12. Gardu Listrik - 3

13. Kilometer Point - 1

14. Kursi Kursi taman kayu 1

16
B. Analisa
1. Tempat Sampah

Gambar 3.2 Tempat Sampah


(sumber: dokumentasi pribadi, 2018)
Gambar diatas menunjukkan kondisi tempat sampah yang buruk.
Dari hasil survey yang kami lakukan, jumlah tempat sampah umum hanya
2 buah. Dari 2 buah tersebut sepanjang jln Panakkukang

2. Billboard

Gambar 3.2 Billboard


(sumber: dokumentasi pribadi, 2018)
Gambar di atas menunjukkan kondisi billboard di simpang tiga.
Kondisi dan juga ukurannya baik. Lampu penerangan juga menyala.
Namun sangat disayangkan karena, posisinya yang menutupi sclupture
sehingga terkesan bertumpuk-tumpuk.

17
3. Gardu listrik, Rambu dan Lampu Jalan

Gambar 3.4, Lampu Jalan


(sumber: dokumentasi pribadi, 2018)
Letak lampu jalan yang berada di pinggir pedestrian sudah baik
karena tidak menghalangi pejalan kaki. Gambar diatas juga
memperlihatkan pot tanaman yang menghalangi pedestrian.

4. Sampah yang berceceran di pingir jalan

Gambar 3.5 Sampah yang berserokan


(sumber: dokumentasi pribadi, 2018)
Karena kurangnya tempat yang berada di sepanjang jalan
mengakibatkan masyarakat membuang sampah sembarangan dan Sangat
tidak bagus di lihat karena merusak pemandangan jalan dan baunya juga
tidak enak

18
5. Spanduk dan pot tanaman

Gambar 3.5 Spanduk


(sumber: dokumentasi pribadi, 2018)
Terdapat spanduk yang dipasang di tiang listrik. Letak spanduk
kurang efisien dan juga menurunkan nilai estetika lingkungan tersebut ada
juga yang di pasang di atas jalan.

6. Rambu Penunjuk Arah

Gambar 3.8 Rambu Penunjuk Arah


(sumber: dokumentasi pribadi, 2018)
Kondisi rambu penunjuk arah baik. Namun kurang efektif
dikarenakan terdapat pohon yang menutupi papannya. Jarak pandang untuk
rambu ini hanya ±6m.

19
7. Billboard

Gambar 3.12 Billboard


(sumber: dokumentasi pribadi, 2018)
Dari hasil survey kami, kondisi billboard dalam keadaan baik.
Lampu penerangan menyala dan masih kelihatan kosong karena belom di
pasangin iklan .

20
N Nama Gambar Ukuran Lokasi
o (m)
1 Tempat 0.8x.0.8x0. Samping
Sampah 4 Distro
Godcity

2 Baliho 3x4 Jembatan


depan pasar
pabaeng-
baeng

3 Billboard 4x6 Persimpanga


n Jalan
Alauddin dan
Jalan Veteran

21
4 Kursi 2x0.4x0.8 Depan
Gedung
Juang 45

5 Lampu 11x1.4 Depan SPBU


Jalan Jl. Alauddin
Tidak
Berfungsi

6 Lampu 11x2.8 Simpang 3 Jl.


lalu lintas Alauddin dan
tidak Jl. Pettarani
berfungsi Samping Pos
Polisi

22
7 Pagar 20x1 Depan MAN
Jalan Model
Makassar

8 Pamflet 0.6x0.6 Depan MAN


Model
Makassar

9 Billboard 4x6 Depan SPBU


Jl. Alauddin

10 Penunjuk 12x1.4 Depan MAN


Arah Jalan Model

23
11 Gardu 1x0.3x1.5 Depan
Listrik Kepolisian

12 Pot 0.3x0.3x0.8 Simpang 2 Jl.


Tanaman Alauddin dan
Jl. Pettarani

13 Rambu 0.4x2.5 Depan Lotte


(Tertanca Alauddin
p Tanah)

24
14 Rambu 0.4x1.8 Depan
(Tidak Kepolisian
Tertancap
Tanah)

15 Pot 0.4x0.4x0.4 Jempatan


Tanaman Depan Pasar
Pabaeng
Baeng

16 Tempat 0.5x0.3x0.8 Depan MAN


Sampah Model
Jalan Makassar

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Signases adalah media komunikasi visual lingkungan yang
menginformasikan pesan secara cerdik melaui integrasi bahasa visual dengan
lingkungannya. Signases selama ini selalu dikenal dan digunakan untuk
3mengidentifikasi, mengarahkan dan menginformasikan. Street furniture atau
yang sering disebut “perabotan jalan” merupakan salah satu elemen pendukung
kegiatan pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan memperkuat
karakter suatu blok perancangan yang lebih besar.
Signases dan Furniture street merupakan fasilitas kota yang sangat penting
keberadaannya. Namun di Jl. Jalan Sultan Alaudin (Ujung Jalan Veteran
Selatan – Ujung Jalan A. P. Pettarani) sepanjang 1,4 Km, fasilitas umum berupa
signases dan Furniture street seakan terabaikan. Dari hasil data yang kami
survey, dapat disimpulkan bahwa di area tersebut masih minim akan
pengetahuan dan minimnya kebijakan akan pentingnya signases dan furniture
street. Hal ini dapat dilihat dari adanya spanduk yang di pajang di pepohonan,
yang dimana hal ini melanggar aturan pemerintah kota setempat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Iskandar. 2010. Ekonomi Transportasi.


http://ekonomitransportasi.blogspot.com.html (diakses 25 April 2018).
Anonimous. 2002. Definition and Vision Of Sustainable Transportation. Canada:
The Centre for Sustainable Transport.
Anonimous. 2010. Fasilitas Transportasi.
http://gis.surabaya.go.id/gis/info_fasilitas_transportasi.php (diakses 25
April 2018).
Anonimous. 2010. Sepeda Motor, Sarana Transportasi Termurah. http
://kompas.com (diakses 25 April 2018).
Anonimous. 2012. Pembunuh Nomor 2. http://Neraca.co.id (diakses 25 April
2018).
Anton Hartono. 2012. Angkutan Umum di Jakarta Belum Aman Untuk Semua.
http://Inilah.com. (diakses 25 April 2018).
Departemen Perhubungan. 1993. KM No. 61 tahun 1993 tentang Rambu-Rambu
Lalu Lintas.
Departemen Perhubungan. 1993. KM No. 62 tahun 1993 tentang alat pemberi
isyarat lalu lintas
Muliartha. 2012. 20-50 Persen Armada Angkutan Umum Tak Layak Beroperasi.
VOA Indonesia( diakses 25 April 2018).
Rudi S. 2007. Belajar dan mengenal tanda gambar rambu lalu lintas.
http://rudy052.wordpress.com (diakses 25 April 2018).
Susilo, Y.O., Joewono, T.B., Santosa, W., and Parikesit, D. 2007. A Reflection of
Motorization and Public Transport in Indonesia: Lessons learned from
Jakarta Metropolitan Area and future implications towards better
transportati
http://ekonomitransportasi.blogspot.com/2010_07_01.html (diakses 25
April 2018).

27

Anda mungkin juga menyukai