Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

BIOLOGI REPRODUKSI
DERMATITIS

Disusun Oleh :

1. SUSANTI DELINA SIKI (152191122)


2. NUR HIDAYANTI (152191101)
3. NURUL HIDAYATI. (152191111)
4. YUSPIDA YULIANTI
5. DIKA ANNA

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN TRANSFER


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema,
papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang bersifat
akut, sub-akut, atau kronis dan dipengaruhi banyak faktor. Dermatitis dapat
terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit
yang kering.Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah,
dan gatal pada kulit.Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
B. Etilogi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan
fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon
tersebut dapat berhubungan dengan alergi.
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa
), fisik ( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme,
jamur).
2. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.
C. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat
iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah
terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari,
sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48
jam.Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun
sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis
adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas
daerah yang terkena dan adanya penyakit kulit lain.
D. Klasifikasi dermatitits
1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik
terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
 Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
 Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No. Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelas Batas tidak begitu jelas
Eritema sangat jelas Eritema kurang jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24 jam, Bila sesudah 24 jam bahan
bila iritan di angkat reaksi allergen di angkat, reaksi
akan segera menetap atau meluas berhenti.

2. Dermatitis atopic
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan
residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit
berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
tempatnya dilipatan atau fleksural..
3. Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi
berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi
ekstensor ekstremitas.
4. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor
konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan
aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata
dan di belakang telinga.
Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik
a. Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor
pemicu yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan,
dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
b. Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu
menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap
kering.
c. Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan menghindari
kebiasaan yang buruk
d. Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang
sangat kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
e. Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari
dermatitis.
E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang
akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema
misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan
genitalia eksterna.
a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi kusta.
c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul
dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis
sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

F. Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah
1. sindrom pernapasan akut,
2. gangguan ginjal,
3. Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai
terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes
simpleks.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
5. hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
6. jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
G. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
1. Pemeriksaan penunjang :
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi
Pemeriksaan Histopatologi dimana Pemeriksaan ini tidak
memberi gambaran khas untuk diagnostik karena gambaran
histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab
lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema
interseluler (spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada
dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan infiltrasi
perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis sub akut menyerupai
bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang
parakeratosis. Pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis,
hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak
adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler,
pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut merupakan
dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk membedakan
gambaran histopatologik antara dermatitis kontak alergik dan
dermatitis kontak iritan.
Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah
paparan antigen, seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan
injeksi ferritin intrakutan, tampak sejumlah besar sel langerhans di
epidermis. Saat itu antigen terlihat di membran sel dan di organella
sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans
menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang
membawa antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam
tampak rusak dan jumlahnya di epidermis berkurang. Pada saat
yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening setempat
meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai
gambaran histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari
tahap seluler awal pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan
iritan belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola
peradangannya.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi umum
a. Hindari faktor penyebab.
b. Jaga kulit bayi/anak jangan sampai kering kasi pelembab.
c. Berikan pengertian untuk tidak digaruk.
2. Terapi Lokal
a. Salep / krim
3. Terapi Sistemik
a. Anti histamin.
b. Kortikosteroid ; dosis 40-60 mg.
c. Antibiotik ; Eritromisin, Dewasa 4x 250 mg/hr.

Anda mungkin juga menyukai