Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

TENTANG PENDIDIKAN DAN

PEMBANGUNAN
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan)
O
L
E
H
KELOMPOK 12
DINDA AYU ANDINI
DINDA MAYANGSARI
RIYANPATI
M.RISKI ANANDA
NURUL FADILA
SEMESTER : 1 PAI TARBIYAH
DOSEN PEMBIMBIN : AHMAD FUADI,M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA

T.A 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah dapat memberikan manfaat
terhadap pembacanya.

Tanjung Pura, 14 Desember 2017

Tim Penyusun
Kelompok 12

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN.............................2

B. Hubungan Pendidikan dan Pembangunan.......................................................3

C. Hubungan Pendidikan Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)......5

D. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia...............................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. KESIMPULAN.............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam,
melainkan pada keunggulan sumber daya manusia, yaitu tenaga terdidik yang
mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Kenyataan ini sudah
lebih dari cukup untuk mendorong pakar dan praktisi pendidikan melakukan
kajian sistematik untuk membenahi atau memperbaiki sistem pendidikan nasional.
Agar lulusan sekolah mampu beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan
tantangan itu, pemerintah melontarkan berbagai kebijakan tentang pendidikan
yang memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk
menentukan program dan rencana pengembangan sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masing-masing.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pendidikan dan pembangunan ?
2. Hubungan pendidikan dan pembangunan ?
3. Hubungan pendidikan terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) ?
4. Penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Pengertian pendidikan dan pembangunan.
2. Untuk mengetahui Hubungan pendidikan dan pembangunan.
3. Untuk mengetahui Hubungan pendidikan terhadap kualitas sumber daya
manusia (SDM).
4. Untuk mengetahui Penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena
sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh sebab itu, pendidikan juga

1
merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan. Terdapat
suatu kesan bahwa persepsi masyarakat umum tentang arti pembangunan
lazimnya bersifat menjurus. Pembangunan semata-mata hanya beruang lingkup
pembangunan material atau pembangunan fisik berupa gedung, jembatan, pabrik,
dan lain-lain. Padahal sukses tidaknya pembangunan itu justru sangat
ditentukanoleh keberhasilan di dalam pembangunan rohaniah/spiritual, yang
secara bulat di artikan pembangunan manusia, dan yang terakhir ini menjadi tugas
utama pendidikan.
Menurut faham umum kata pembangunan lazim diartikan dengan
pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan
pembangunan fisik. Persepsi yang keliru dengan menganggap bahawa
pembangunan itu semata-mata hanya mencakup pembangunan material
berdampak pada terhambatnya pembangunan sistem pendidikan, sebab
pembangunan itu semestinya mencakup manusia dan lingkungannya.
Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dinyatakan dengan jelas
bahwa tujuan dari pembangunan nasional ialah untuk mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan
Pancasila di dalam wadah negara Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat
dan bersatu dalam suasana peri kehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan
dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib
dan damai.1
Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan ini dapat dikatakan
untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat
Indonesia. Berhasil atau tidaknya program pembangunan ini, faktor manusia
memegang peranan yang sangat penting, sehinggga diperlukan manusia-manusia
Indonesia yang baru dan peka terhadap perubahan dan pembaharuan. Oleh karena
itu, pembangunan dalam bidang pendidikan penting sekali. Pertama, karena

1
Mudyahardjo,Redja.Pengantar Pendidikan. (Jakarta : RajaGrapindo Persada,1995)hal.50

2
pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan bangsa, dan
pembangunan nasional meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa. Kedua,
pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan syarat mutlak bagi
berhasilnya seluruh progaram pembangunan itu sendiri.
Menurut Farrel, hakekat pembangunan nasional meliputi tiga unsur pokok, yaitu :
a. Generasi yang lebih baik dalam suatu bangsa ( pembangunan ekonomi )
b. Distribusi yang semakin merata untuk mendapatkan akses kesehatan
(pembangunan sosial )
c. Organisasi struktur pembuat keputusan ( pembangunan politik )

B. Hubungan Pendidikan dan Pembangunan


Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan
kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara
keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah
strategis.
Menurut John C. Bock, dalam Education and Development, A Conflict
Meaning (1992), mengidentifikasi peran pendidikan tersebut sebagai:
memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, mempersiapkan
tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan
social, dan untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama
merupakan fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi
ekonomi.2
Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional
muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam
pengembangan kebijakan pendidikan. Paradigma Fungsional dan paradigma
Sosialisasi. Paradigma fungsional melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan
dikarenakan masyarakat tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki

2
Ibid,hal 51-52

3
pengetahuan, kemampuan dan sikap modern.
Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal
sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan,
melatih kemampuan dan keahlian, dan menanamkan sikap modern para individu
yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukkan adanya
kaitan yang erat antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam
pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis Human lnvestmen, yang
menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih menguntungkan, memiliki
economic rate of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi dalam
bidang fisik.
Pendidikan dan pembangunan nasional merupakan hal yang saling
berkaitan. Kualitas pendidikan di Indonesia akan sangat berpengaruh dalam
majunya negeri ini.
Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada
dasarnya mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar cenderung telah
menyebabkan bertambahnya pengangguran tenaga terdidik dari pada
bertambahnya tenaga produktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
Kritik ini tentu saja beralasan karena data sensus penduduk memperhatikan
kecenderungan yang menarik bahwa proporsi jumlah tenaga penganggur lulusan
pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih besar dibandingkan dengan proporsi
penganggur dari lulusan yang lebih rendah (Ace Suryadi, 1993: 134).
Dalam konteks pembangunan bangsa pendidikan hendaknya dipahami
dalam dua dimensi. Pertama, pendidikan harus dapat meningkatkan kecerdasan
masyarakat dan pada gilirannya dapat mendongkrak kesejahteraan kehidupan
bangsa. Pada dimensi lain, pendidikan harus berkontribusi pada bidang-bidang
pembangunan lain, sehingga tampak jelas ketertautan atau kontribusi pendidikan
terhadap bidang lain. Selama ini, ketertautan atau kontribusi itu belum tampak
benar, terutama dalam bentuk angka-angka kuantitatif pertumbuhan ekonomi,
baru pada tingkat analisis kualitatif. Oleh karena itu, salah satu penyebab

4
rendahnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan pendidikan di Indonesia
karena kontribusi pendidikan belum tampak secara nyata dalam hitungan-hitungan
(kalkulasi) sektor ril terlebih Indonesia pada saat yang sama masih membutuhkan
pembangunan infrastruktur fisik.
Pada dasarnya pembangunan pendidikan difokuskan untuk memperluas
kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat di setiap
jenjang pendidikan hingga SLTP, serta untuk meningkatkan mutu dan relevansi
pendidikan dengan perkembangan dunia usaha. Disadari bahwa meskipun upaya
perbaikan pendidikan telah berlangsung cukup lama, namun mutu pendidikan
selama ini masih belum memenuhi harapan.

C. Hubungan Pendidikan Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia


(SDM)
Penyelenggaraan lembaga–lembaga pendidikan di negara manapun di
dunia dipandang sebagai suatu program yang bernilai strategis. Hal ini
berdasarkan satu asumsi bahwa proses pendidikan merupakan sebuah proses yang
dengan sengaja dilaksanakan semata–semata bertujuan untuk mencerdaskan
bangsa. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok–sosok individu sebagai
sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses pembangunan
bangsa dan negara. Oleh karena itu peran pendidikan demikian sangat penting
sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas.3
Hubungan antar proses pendidikan dengan terciptanya sumber daya
manusia merupakan suatu hubungan logis yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini
sesuai dengan pengertian pendidikan itu sendiri. Mc. Donald memberikan
rumusan tentang pendidikan : “… is a process or an activity which is directed at
producing desirable in the behavior of human beings.” Pendidikan adalah suatu
proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku

3
Wahyudin,Dinn.Pengantar Pendidikan.(Jakarta : Universitas Terbuka,2005)hal.75

5
manusia. Secara sederhana,perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan
psikomotor ( Taksonomi Bloom ).
Pendapat lainnya, yaitu pendapat Mc. Donald yang didalammnya sejalan
dengan pendapat Winarno Surakhmad yang mengemukakan bahwa : Pendididkan
atau dipersempit dalam pengertian pengajaran, adalah satu usaha yang bersifat
sadar tujuan, dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku. Menuju ke
kedewasaan anak didik. Perubahan itu menunjuk pada suatu proses yang harus
dilalui. Tanpa proses itu perubahan tidak mungkin terjadi, tanpa proses itu tujuan
tak dapat dicapai. Dan proses yang dimaksud di sini adalah proses pendidikan.
Sedangkan pengertian pendidikan dari sudut pandang kebudayaan, Darji
Darmodiharjo menjelaskan sebagai berikut : Pendidikan pada dasarnya
merupakan sebagaimana dari kebudayaan yang mengarah kepada peradaban.
Kebudayaan dalam arti luas adalah wujud perpaduan dari logika (pikiran), etika
(kemauan), estetika (perasaan) dan praktika (karya) yang merupakan sistem nilai
dan ide vital (gagasan) penting yang dihayati oleh sekelompok manusia
(masyarakat) tertentu dalam kurun waktu tertentu pula.
Satu pengertian lain yang cukup esensi untuk dapat memahami pengertian
pendidikan, dikemukakan oleh Max Muller sebagai mana dikemukakan kembali
oleh B.S. Mardiatmadja, yaitu bahwa “Pendidikan adalah proses yang terorganisir
untuk membantu agar seseorang mencapai bentuk dirinya yang benar sebagai
manusia.”
Dari beberapa pengertian tentang “pendidikan” sebagaimana dikutif
tersebut di atas sangat jelas bahwa pendidikan suatu kegiatan dalam upaya untuk
mengubah tingkah laku objek didik ke arah positif. Pendidikan merangkum segi-
segi intelektual, afektif dan psikomotorik manusia, juga menyentuh cipta rasa dan
karsa. Pendidikan juga merangsang pikiran-pikiran, perasaan dan kehendak

6
manusia untuk bertindak secara bijaksana dengan mempertimbangkan
lingkungan.4
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan suatu organisasi yang di
dalam gerakkannya berhubungan erat dengan bidang pendidikan mulai dari
jenjang yang paling rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, yaitu mulai
dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama, Sekolah
Menengah dan Perguruan Tinggi.
Pendidikan tidak saja penting secara individual, tetapi juga penting bagi
proses pembangunan bangsa dan negara, apa lagi negara yang sedang membangun
seperti halnya Indonesia akan sangat mengharapkan proses pendidikan dapat
mencapai hasil yang optimal sehubungan dengan masih sangat diperlukannya
sumber daya manusia terdidik; sumber daya manusia yang berkualitas demi
mengejar ketertinggalannya dalam pembangunan nasional serta era globalisasi
yang penuh tantangan.
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan ideal yang dalam proses
upaya pencapaiannya dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan jenjang dan
jenis pendidikan. Oleh karena itu, setiap institusional dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan nasional telah menetapkan tujuan antara sesuai dengan jenjang
dan jenis pendidikannya.
Pada dewasa ini, upaya-upaya pencapaian tujuan pendidikan yang
diharapkan telah menjadi bahan wacana dan pemikiran para pakar pendidikan di
Indonesia sehubungan dengan masih sangat rendahnya mutu pendidikan pada saat
ini. Mutu pendidikan yang diharapkan pada setiap jenjang sekolah, mulai dari
Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum/Kejuruan (SMU/SMK), sampai
dengan Perguruan Tinggi (PT), minimal dapat mencapai tingkat ketercapaian
tujuan pendidikan berdasarkan pada standar-standar tertentu.

4
Ibid,hal 76-77

7
Penetapan standar kompetensi siswa sebagai standar pencapaian minimal
dari hasil proses pendidikan dilatarbelakangi oleh suatu harapan agar dapat
tercipta pemerataan mutu minimal sebagai hasil proses pendidikan pada sekolah
menengah umum. Hal ini menunjukkan satu kenyataan bahwa hasil pendidikan di
Indonesia setelah lebih setengah abad kemerdekaannya, masih belum mencapai
hasil yang diharapkan. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional
sangat menyadari tentang kenyataan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia,
seperti pernyataan berikut ini :
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Namun demikian, berbagai indikator
mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagian
sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang
cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan.
Berbicara mengenai keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia dengan
berbagai indikatornya, memang tidak akan habis-habisnya. Tetapi yang lebih
penting dari pada itu adalah bagaimana cara mengatasinya dalam hubungannya
dengan persoalan pendidikan di Indonesia antara lain mengenai perlunya
pemahaman dan pengkajian tentang visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.
Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan. Tetapi kenyataan hasil yang dicapai masih tetap belum
mencapai seperti apa yang diharapkan. Peningkatan mutu pendidikan masih tetap
menjadi bahan diskusi yang “up to date” untuk dibahas.5
Berdasarkan pengamatan dan anilisis yang dilakukan, Departemen
Pendidikan Nasional menyimpulkan sebagai berikut : sedikitnya ada tiga faktor
yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.

5
Agustiar,Syah nur. Perbandingan Sistem Pendidikan.(Bandung : Lubuk Agung,2001)hal.55

8
Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan education production function atau input-output
analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Faktor kedua,
penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara sentralistik, sehingga
menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi. Faktor ketiga , peran serta masyarakat, khususnya orang tua
siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, langkah yang diambil
sebagai satu kebijakan adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan,
yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah. Konsep ini mengandalkan pemberian otonomi
yang luas kepada sekolah dalam menyelenggarkan pendidikan. Partisipasi aktif
masyarakat dalam pendidikan dikembalikan kepada kebutuhan masyarakat, orang
tua dan pemerintah daerah.
Atas dasar kelemahan–kelemahan tersebut di atas maka tujuan pelaksanan
manjememen berbasis sekolah diharapkan dapat menutupi kelemahan–kelemahan
selama ini. Sebagaimana tercantum pada buku: Pedoman Implmentasi MBS di
Jawa Barat disebutkan bahwa implementasi manjemen berbasis sekolah memiliki
tujuan sebagai berikut :
 meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dalam inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia:
 meningkatkan kepedulian warga negara sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaran pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
 meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah dan
pemerintah tentang mutu sekolah;
 meningkatkan kompetisi yang sehat antar – sekolah untuk pencapaian
mutu pendidikan yang diharapkan.

9
D. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan
peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat
tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik
(dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan
keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi
pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya
adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal”
apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam
proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita
menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai
jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan
dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik
jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan
proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan
di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat
meraih standar hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya
biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar
dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di
Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia
Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia
umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah

10
jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost
education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup
mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia
cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara
tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau
informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung
seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat
sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang
benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik
tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis,
seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh
pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang
mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk
pendidik tersebut.
Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah
mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta
didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil
pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang
mengajar tidak pada kompetensinya.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem
pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi
yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga
kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara
pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang
juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu
sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung
menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.

11
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat
dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika
masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal.
Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis.
Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik
sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis
tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga
berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah
melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh
masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam
dunia modern dalam era globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki
oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam
pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar
dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di
dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk
melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi
Nasional Pendidikan (BSNP).
Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu
pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang
tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar
kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar
mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang
diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar
memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga

12
adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti
kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas
salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah
standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang
hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi
seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi
pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti
pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu
peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun.
Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang
studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta
didik.
Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam
pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di
dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih
dalam lagi. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah
hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya
mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita
menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui
akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia
sehingga jadi kebih baik lagi.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut
ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
2. Rendahnya Kualitas Guru
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru

13
4. Rendahnya Prestasi Siswa
5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
7. Mahalnya Biaya Pendidikan

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan mempunya misi pembangunan. Mula-mula membangun
manusianya, selanjutnya manusia yang sudah terbentuk oleh pendidikan menjadi
sumber daya pembangunan. Pembangunan yang di maksud baik yang bersasaran
lingkungan fisik mau pun yang bersasaran lingkungan social yaitu diri manusia itu
sendiri.
Jika manusia memiliki jiwa pembangunan sebagai hasil pendidikan maka
di harapkan lingkungannya akan terbangun dengan baik.
Bila pembangunan di Negara kita ingin maksimal, maka harus
meningkatkan mutu sumber daya manusianya lewat pendidikan yang lebih maju.
 Meningkatkan dan meratakan pendidikan di seluruh Negara.
 Memberikan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, agar
menunjang peningkatan mutu pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Mudyahardjo, Redja. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo

15
Persada.
Wahyudin, Dinn. dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tirtarahardja, Umar. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

16

Anda mungkin juga menyukai