Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa, hukum
Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana,
berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa
lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda
(Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia
menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang
perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum
Adat, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-
budaya yang ada di wilayah Nusantara. Pengertian Sistem hukum sendiri yaitu Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Hukum merupakan peraturan didalam
negara yang bersifat mengikat dan memaksa setiap warga Negara untuk menaatinya. Jadi,
sistem hukum adalah keseluruhan aturan tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa
yang seharusnya tidak dilakukan oleh manusia yang mengikat dan terpadu dari satuan
kegiatan satu sama lain untuk mencapai tujuan.

B. Tujuan
 Makalah ini dibuat memenuhi tugas mata pelajaran PKN
 Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan tentang Sistem Hukum dan Peradilan di
Indonesia.

C. Rumusan Masalah
 Apa hakikat dan karakteristik Sistem hukum di Indonesia?
 Apa saja susunan badan-badan peradilan di Indonesia?
 Bagaimana memahami kekuasaaan kehakiman?

D. Manfaat Pembahasan
 Memahami hakikat dan karakteristik Sistem hukum di Indonesia.
 Memahami perkembangan sistem hukum di Indonesia.
 Memahami susunan dan kekuasaan badan-badan peradilan di Indonesia.
 Memahami kekuasaan kehakiman.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Hukum


Sistem Berasal dari bahasa Yunani “systema” yang dapat diartikan sebagai keseluruhan
yang terdiri dari macam-macam bagian. Prof. Subekti, SH menyebutkan sistem adalah suatu
susunan atau tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri atas bagoan-bagian yang
berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu penulisan
untul mencapai suatu tujuan”.

Dalam suatu sistem yang baik tidak boleh terdapat suatu pertentangan antara bagian-
bagian. Selain itu juga tidak boleh terjadi duplikasi atau tumpang tindih diantara bagian-bagian
itu. Suatu sistem mengandung beberapa asas yang menjadi pedoman dalam pembentukannya.

Dapat dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas dari asas-asas yang mendukungnya.
Untuk itu hukum adalah suatu sistem artinya suatu susunan atau tatanan teratur dari aturan-
aturan hidup, keseluruhannya terdiri bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain.
Dapat disimpulkan bahwa sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang
terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan
berkaitan secara erat.untuk mencapai suatu tujuan kesatuan tersebut perlu kerja sma antara
bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut menurut rencana dan pola tertentu. Dengan demikian,
suatu ketentuan hukum mempunyai tugas berikut.

1. Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.


2. Menjamin ketertiban, ketenteraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran,
kebahagian, dan kebenaran.
3. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan “main hakim sendiri” dalam
pergaulan masyarakat.

1. Hukum berdasarkan golongkan


1) Berdasarkan Wujudnya
 Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tulisan dan
dicantumkan dalam berbagai peraturan negara, Sifatnya kaku, tegas Lebih
menjamin kepastian hukum Sangsi pasti karena jelas tertulis
Contoh: UUD, UU, Perda
 Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam
keyakinan masyarakat tertentu (hukum adat). Alam praktik ketatanegaraan
hukum tidak tertulis disebut konvensi (Contoh: pidato kenegaraan presiden
setiap tanggal 16 Agustus)

2
2) Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya
 Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu saja (hukum
adat Manggarai-Flores, hukum adat Ende Lio-Flores, Batak, Jawa Minangkabau,
dan sebagainya.
 Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu (hukum Indonesia,
Malaysia, Mesir dan sebagainya).
 Hukum internasional, yaiu hukum yang mengatur hubungan antara dua negara
atau lebih (hukum perang, hukum perdata internasional, dan sebagainya).

3) Berdasarkan Waktu yang Diaturnya


 Hukum yang berlaku saat ini (ius constitutum); disebut juga hukum positif
 Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang (ius constituendum). Dan
 Hukum asasi (hukum alam).
2. Hukum menurut sifatnya
1) Hukum yang memaksa
Hukum mempunyai kemampuan dan kewenangan memaksa warga masyarakat
untuk mematuhi setiap aturan. Terdapat sanksi tegas bagi siapa saja yang
melakukan pelanggaran hokum.

2) Hukum yang mengatur (hukum pelengkap)

Hukum membuat berbagai peraturan baik itu peraturan dalam bentuk larangan
maupun perintah yang akan mengatur segala tingkah laku manusia dalam
kehidupan di masyarakat agar tercipta ketertiban dan keamanan.

3) Hukum Bersifat Melindungi

Hukum diciptakan untuk melindungi hak setiap orang dan menjaga


keseimbangan antara berbagai kepentingan yang ada dalam kehidupan bangsa dan
negara.

3. Hukum menurut isinya


1) Hukum Publik
Yaitu aturan yang: mengatur hubungan antara Negara dengan warga Negara dan
hubungan antar warga Negara yang menyangkut kepentingan umum.Hukum
public mencakup :
a. Hukum Tata Negara
Mengatur tentang Negara dan perlengkapannya (struktur ketatanegaraan)
b. Hukum Tata Usaha Negara
Mengatur cara kerja dari alat-alat Negara dalam menjalankan tugasnya
c. Hukum Pidana
Aturan hukum yang mengatur perbuatan apa yang boleh dan tidak boleh
besarta sangsi/hukuman bagi pelanggar. Buku yang mengatur hukum pidana

3
disebut KUHP (kitab undang-undang hukum pidana). Isinya berupa aturan
dan sangsi bagi pelanggarnya. Oleh sebab itu disebut juga hukum material
d. Hukum Acara
Aturan yang berisi tatacara penyelesaian pelanggaran hukum pidana di
pengadilan ataupun tata cara penangkapan. Bukunya disebut dengan
KUHAP (kitab undang-undang hukum acara pidana).Hukum ini menjadi
pedoman bagi polisi, jaksa dan hakim dalam menjalankan tugasnya. Disebut
juga dengan hukum formal.
2) Hukum Privat
Adalah keseluruhan hukum yang mengatur hubungan antar warga Negara yang
menyangkut kepentingan pribadi atau perseorangan. Jadi kepentingan yang diatur
adalah masalah pribadi,Meliputi :
a. Hukum Perdata
Mengatur hubungan perseorangan yang bersifat pribadi, mis : perceraian
b. Hukum dagang
Mengatur hubungan yang terkait dengan perdagangan
c. Hukum adat
Mengatur hubungan hukum yang menyangkut persoalan adat istiadat
Hukum dibuat oleh penguasa (DPR dengan Pemerintah). Kapan hukum mulai berlaku?

a. Sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan dalam UU tersebut


b. Jika tidak disebut tanggalnya, maka UU mulai berlaku 30 hari sesudah
diundangkannya

untuk wilayah Jawa dan Madura dan 100 hari untuk wilayah lain di Indonesia. Setelah batas
waktu terlewati, maka kepada setiap warga Negara dianggap sudah mengetahui dan akan diberi
sangsi apabila melanggarnya.

4. Tujuan Hukum
Terdapat dua teori tentang tujuan hukum yang dikenal dalam literatur hukum
yaitu teori etis dan teori utilities.
 Teori Etis bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan dan memberikan nya
kepada setiap orang yang menjadi haknya
 Teori Utilities bertujuan memberikan faedah (manfaat) bagi sebanyak-banyaknya
orang dalam masyarakat.

Teori etis lebih mendasarkan pada etika dan isi hukumnya ditentukan oleh
keyakinan diri sendiri tentang adil atau apa yang tidak adil.
Tujuan hukum bersifat universal, seperti ketertiban, kedamaian, ketenteraman,
kebahagiaan, dan kesejahteraan dalam kehidupan di masyarakat. Hadirnya hukum
membuat setiap perkara bisa diselesaikan melalui proses pengadilan dengan perantara
hakim berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

4
Hukum juga bertujuan untuk menjaga dan mencegah setiap orang untuk tidak
menjadi hakim terhadap diri sendiri. Hakikatnya tujuan hukum yaitu untuk
memberikan kebahagiaan dan keadilan.
Berikut adalah Tujuan Hukum:

 Mendatangkan kemakmuran dalam kehidupan di masyarakat


 Mengatur pergaulan hidup manusia agar damai
 Memberikan petunjuk bagi orang-orang dalam pergaulan masyarakat
 Menjamin kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada semua orang
 Sarana untuk mewujudkan keadilan sosial (lahir dan batin)
 Sarana penggerak pembangunan
 Sebagai fungsi kritis
5. Tata Hukum Indonesia
Sebagai suatu negara yang merdeka, Negara Kesatuan Republik Indonesia
mempunyai tata hukum sendiri. Tata hukum suatu negara mencerminkan kondisi
objektif dari negara yang bersangkutan sehingga tata hukum suatu negara berbeda
dengan negara lainnya. Tata hukum negara kita berbeda dengan tata hukum negara
lainnya.
Tata hukum merupakan hukum positif atau hukum yang berlaku di suatu Negara
pada saat sekarang. Tata hukum bertujuan untuk mempertahankan, memelihara, dan
melaksanakan tertib hukum bagi masyarakat suatu negara sehingga dapat dicapai
ketertiban di negara tersebut. Tata hukum Indonesia merupakan keseluruhan peraturan
hukum yang diciptakan oleh negara dan berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia
yang berpedoman pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pelaksanaan tata hukum tersebut dapat dipaksakan oleh alat-alat negara yang
diberi kekuasaan.
Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia. Oleh
karena itu, tata hukum Indonesia baru ada ketika negara Indonesia diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Hal tersebut dapat dilihat dalam pernyataan berikut.
1) Proklamasi Kemerdekaan: “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
Kemerdekaan Indonesia”.
2) Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
“Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu…. disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan….”
Dua hal di atas mengandung arti sebagai berikut.
a. Menjadikan Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
b. Pada saat itu juga menetapkan tata hukum Indonesia. Di dalam
UndangUndang Dasar itulah tercantum tata hukum Indonesia.

5
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hanya memuat
ketentuan dasar dan merupakan rangka dari tata hukum Indonesia. Masih banyak
ketentuan-ketentuan yang harus ditetapkan lebih lanjut dalam undang-undang organik.
Oleh karena itu, sampai sekarang masih terdapat ketentuan hukum yang merupakan
produk hukum kolonial, misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.

B. Sistem Peradilan Nasional


Di Indonesia untuk menegakkan keadilan dibentuklah lembaga peradilan. Lembaga ini
dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan hukum sesuai dengan bidangnya. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, peradilan adalah segala sesuatu mengenai perkara pengadilan.
Nasional adalah bersifat kebangsaan, berkenaan atas berasal dari bangsa sendiri, meliputi suatu
bangsa. Jadi, peradilan nasional adalah segala sesuatu mengenai perkara pengadilan yang
bersifat kebangsaan atau segala sesuatu mengenai perkara pengailan yang meliputi suatu
bangsa, dalam hal ini adalah bangsa Indonesia.

Dengan demikian, yang dimaksud disini adalah sistem hukum Indonesia dan peradilan
negara Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, yaitu sistem hukum dan
peradilan nasional yang berdasar nilai-nilai dari sila-sila Pancasila.

Peradilan nasional berdasarkan pada Pasal 24 dan Pasal 25 UUD 1945. untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan dibentuk kekuasaan
kehakiman yang merdeka.

Dalam hal ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan peradilan lain, adapun lembaga-
lembaga dalam peradilan.

1. Peradilan tingkat pusat


Ada 2 badan peradilan tertinggi di Indonesia yaitu:
1) Mahkamah Agung.
Merupakan badan peradilan tertinggi di Indonesia dengan tugas dan wewenang:
 Menyelesaikan perkara pidana di tingkat kasasi
 Menguji semua peraturan yang lebih rendah dari UU apakah bertentangan
atau tidak dengan peraturan yang lebih tinggi
2) Mahkamah Konstitusi
Merupakan badan peradilan khusus yang bertugas menguji peraturan dari UU
ke atas apakah bertentangan atau tidak dengan UUD 45
2. Peradilan tingkat Umum
1) Pengadilan negeri (PN)
Merupakan badan pengadilan terendah, berada di setiap kabupaten/kota di
seluruh Indonesia. Seorang terdakwa akan diadili di kabupaten dimana dia melakukan
tindak kejahatan , diadili di PN setempat. Bagi terdakwa yang tidak terima dengan vonis
hakim di tingkat PN, dapat mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi di
tingkat provinsi (PT) peristiwa ini dikenal dengan “naik banding”

6
2) Pengadilan Tinggi (PT)
Merupakan pengadilan di tingkat provinsi. Menyelesaikan permasalahan yang
diajukan oleh terpidana yang tidak terima atas vonis di tingkat sebelum (PN).
Jika si terpidana tetap tidak mau terima atas voni di tingkat banding ini, dia
masih bisa mengajukan upaya hukum di tingkat pusat (MA) yang dikenal dengan nama
“kasasi”
3) Mahkamah Agung (MA)
Menyelesaikan permasalahan hukum yang terjadi di tingkat kasasi. Apabila
masih juga ditolak, maka si terpidana masih bisa melakukan 2 upaya hukum lagi di
tingkat ini yaitu:
 Peninjauan Kembali (PK)
Bisa diajukan bila terpidan tetap merasa tidak bersalah dengan menunjukkan
bukti baru yang belum pernah diungkap sebelumnya di pengadilan. Kemungkinan
yang terjadi adalah bebas murni atau ditolak.
 Grasi
Apabila terpidana mengaku bersalah, minta ampun pada presiden selaku kepala
Negara. Kemungkinan yang terjadi dikurangi hukuman atau tetap.
3. Peradilan Tata Usaha Negara
Pengadilan yang dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan terhadap sengketa tata
usaha Negara. Meliputi
1) Pengadilan Tata Usaha Negara
Menyelesaikan permasalahan hukum Di tingkat kabupaten/kota
2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Menyelesaikan permasalahan “naik banding” perkara tata usaha negara Di tingkat
provinsi.
4. Peradilan Agama
Peradilan yang dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan perdata bagi masyarakat
beragama islam, msalnya masalah perceraian. Meliputi:
1) Pengadilan Agama (PA)
Menyelesaikan permasalahan hukum Di tingkat kabupaten/kota.
2) Pengadilan Tinggi Agama
Menyelesaikan permasalahan “naik banding” perkara perdata Di tingkat provinsi.
5. Peradilan Militer
Peradilan yang dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan hukum yang dilakukan
oleh anggota militer. Terdiri dari :
1) Pengadilan Militer
Menyelesaikan permasalahan hukum dilakukan oleh militer pangkat kapten ke Bawah.
2) Pengadilan Militer Tinggi
Menyelesaikan permasalahan hukum dilakukan oleh militer pangkat Mayor ke Bawah.
Juga bisa untuk mengadili anggota militer yang “naik banding” dari tingkat di
bawahnya
3) Pengadilan Militer Utama

7
Menyelesaikan permasalahan hukum yang dilakukan oleh terdakwa yang masih tidak
puas dengan hukuman yang sudah dijatuhkan di tingkat pengadilan militer tinggi. Juga
memutuskan perselisihan tentang wewenang mengadili antar pengadilan militer yang
berlainan.
6. Peradilan Pajak
Peradilan yang dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan hukum yang dilakukan
oleh para wajib pajak
7. Komisi Yudisial
Lembaga khusus yang dibentuk untuk mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan
nama calon hakim Agung. Selain lembaga peradilan nasional adapun Peran Lembaga-
Lembaga Penegak Hukum di Indonesia
1) Kepolisian
Tugas utamanya adalah menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat,
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat dan menegkkan hukum. Sebagai
aparat hukum polisi dapat menjalakan fungsinya sebagai penyelidik dan penyidik.
Polisi juga berwenang untuk menangkap orang yang diduga melakukan tindak
kejahatan. Hasil pemeriksaaan yang dilakukan oleh polisi terhadap pelaku tindak
criminal disbut dengan BAP (berita acara pemeriksaan) yang akan diserahkan kepada
kejaksaan.

Kepolisian Negara diatur oleh UU No. 2 Tahun 2002. tugas pokok kepolisian Negara
Republik Indonesia adalah:

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat


b. menegakkan hukum, dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada mayarakat.
2) Kejaksaan
Kejaksaan Republik Indonesia diatur oleh UU No. 16 Tahun 2004, yang dalam
undang-undang itu disebutkan bahwa diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung,
Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri. Kejaksaan adalah alat negara sebagai
penegak hukum yang juga berperan sebagai penuntut umum dalam perkara pidana.
Jaksa adalah alat yang mewakili rakyat untuk menuntut seseorang yang melanggar
hukum pidana maka sisebut penuntut umum yang mewakili umum. kejaksaan
merupakan aparat Negara yang bertugas :
a. Untuk melakukan penuntutan terhadap pelanggaran tindak pidana di pengadilan.
Di sini jaksa melakukan penuntutan atas nama korban dan masyarakat yang
merasa dirugikan
b. Sebagai pelaksana (eksekutor) atas putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap.

Aparat kejaksaan akan mempelajari BAP yang diserahkan oleh kepolisian.


Apabila telah lengkap maka kejaksaan akan menerbikan P21 yang artinya siap
dibawa ke pengadilan untuk disidangkan.
Tugas dan wewenang jaksa di bidang pidana antara lain:

8
a. melakukan penuntutan
b. melaksanakan keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
c. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasar UU

Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum jaksa turut melakukan


penyelidikan yang berupa:

a. peningkatan kesadara hokum


b. mengawasi aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
Negara
c. pengamanan kebijakan penegakan hokum
3) Kehakiman
Tugas utama seorang hakim adalah memeriksa, memutus suatu tindak pidana
atau perdata. Untuk itu seorang hakim dalam menjalankan tugasnya harus lepas dari
segala pengaruh agar keadilan benar-benar bisa ditegakkan.
Di tingkat pusat kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA dan MK. Jika MA
merupakan lembaga peradilan umum tertinggi, maka MK merupakan lembaga
peradilan khusus karena tugasnya :
 terbatas kepada hak uji terhadap UU ke atas
 sengketa kewenangan antar lembaga Negara,
 pembubaran partai politik
 memutuskan presiden dan/atau wakil presiden telah melanggar hukuman tidak
mengurusi masalah pidana.
4) KPK
Lembaga baru yang dibentuk karena tuntutan dan amanat reformasi agar Negara
bersih dari praktek KKN. Dibentuk berdasarkan UU no 30 tahun 2002. Tugas
utamanya adalah menyelidiki dan memeriksa para pelaku korupsi yang dilakukan
oleh para pejabat Negara. KPK ini dalam menjalankan tugasnya bertanggungjawab
langsung kepada presiden.

C. Kekuasaan Kehakiman
1. Kekuasaan Kehakiman yang Integral
Kekuasaan kehakiman yang integral dan terpadu dapat dimulai dengan dilakukannya
restrukturisasi atau “penataan kembali” bangunan sistem hukum pidana Indonesia yang
bebas dan mandiri.

Berbicara mengenai penataan kembali sistem hukum untuk menciptakan kekuasaan


kehakiman yang integral, bebas dan mandiri maka ada tiga hal pokok yang menjadi fokus
pembicaraan antara lain substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum.

Pertama; Substansi hukum. Permasalahan yang dialami dari segi substansi


hukum/pengaturan hukum adalah lembaga kepolisian dan kejaksaan tidak disebutkan
secara tegas dan jelas dalam konstitusi bahwa kedua lembaga tersebut masuk dalam
kekuasaan yudisial tetapi hanya disebutkan dalam Pasal 24 ayat 3 UUD NRI 1945 bahwa

9
Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang.

Rumusan pasal ini mengandung multi tafsir apakah kepolisian dan kejaksaan masuk
dalam kategori badan-badan lain yang menjalankan kekuasaan kehakiman atau tidak.
Dilihat dari sub fungsi polisi sebagai penyidik dan sub fungsi kejaksaan sebagai penuntut
dan/atau penyidik maka dapat dikatakan bahwa kedua institusi tersebut masuk dalam
lingkaran kekuasaan yudisial/kehakiman.

Kalau demikian maka seyogyanya kepolisian dan kejaksaan harus berada di luar
kekuasaan eksekutif agar tidak bertentangan dengan prinsip kekuasaan kehakiman yang
bebas dan mandiri dalam menegakkan hukum dan keadilan sebagaimana diatur dalam Pasal
24 ayat 1. Tetapi permasalahannya adalah apakah tugas kepolisian dan kejaksaan hanya
melakukan penyidikan dan penuntutan?

Tentunya tugas kedua institusi tersebut tidak hanya sebatas itu sehingga terasa amat
sulit kepolisian dan kejaksaan berada di luar eksekutif walaupun di sisi lain menjalankan
fungsi menegakkan hukum yang merupakan bagian dari fungsi kekuasaan kehakiman.
Solusi terhadap permasalahan tersebut adalah membentuk Badan Penyidik dan Badan
Penuntut yang bersifat independen.

Badan-badan tersebut berada di luar kepolisian dan kejaksaan walaupun keanggotaanya


berasal dari institusi-institusi tersebut tetapi tidak bertanggung jawab kepada kapolri
maupun kepada kejaksaan agung tetapi benar-benar independen dalam melaksanakan
kekuasaan kehakiman yang merdeka

Kedua; Struktur hukum merupakan penggerak/motor dari substansi hukum karena


substansi tidak mungkin berjalan tanpa struktur hukum. Keduanya saling mengisi dan
saling mendukung. Substansi tanpa struktur maka akan mati dan struktur tanpa substansi
akan kacau.

Substansi hukum yang baik tetapi dijalankan oleh struktur hukum yang buruk maka
akan buruk tetapi substansi hukum yang buruk tetapi dijalankan oleh struktur yang baik
maka akan baik tetapi akan lebih baik kalau substansi dan strukturnya sama-sama baik
tetapi sangatlah sulit untuk menemukan kedua-duanya hadir bersamaan. Di sini diharapkan
bangsa ini memiliki struktur hukum (polisi, jaksa, hakim, advokat, pegawai LP) yang
berintegritas, bertanggung jawab, transparan, bermoral, berilmu dan beriman serta
memiliki masyarakat yang sadar hukum maka sudah pasti keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia akan tercapai.

Kekuasaan kehakiman yang bebas dan mandiri dapat dimaknai dari dua sudut pandang
yaitu:

Pertama; bebas dan mandiri dari kekuasaan eksekutif/pemerintah dan politik dan hal ini
perlu diatur dalam substansi hukum agar benar-benar ada kemandirian kekuasaan
kehakiman yang utuh dan holistik dalam arti kemandirian keseluruhan sistem peradilan

10
pidana yaitu kekuasaan penyidikan, kekuasaan penuntutan, kekuasaan mengadili,
kekuasaan pelaksanaan pidana dan kekuasaan pemberian bantuan hukum.

Hal ini sebagai bentuk pencerminan Indonesia sebagai negara hukum. Dari keseluruhan
sistem peradilan pidana tersebut kekuasaan penyidikan yang berada di bawah komando
kepolisian dan kekuasaan penuntutan yang berada di bawah komando kejaksaan masih
berada di bawah bayang-bayang pemerintah sehingga belum tercipta sistem peradilan
pidana terpadu yang bebas dan mandiri.

Kedua; bebas dan mandiri dari keinginan suap, jual beli pasal, jual beli putusan,
favoritisme (pilih kasih)/tebang pilih dan berbagai praktek mafia hukum dan mafia
peradilan lainnya merupakan penghalang terbesar dalam menciptakan kemandiran
kekuasaan kehakiman karena aparat penegak hukum diikat oleh praktek-praktek mafia
tersebut sehingga putusan pengadilan yang dihasilkan tidak/kurang berkeadilan sosial.

W. Clifford mengemukakan bahwa meningkatnya kejahatan telah cukup untuk menarik


perhatian pada tidak efisiennya struktur peradilan pidana yang sekarang ada sebagai suatu
mekanisme pencegahan kejahatan.
Hal yang sama dikemukakan pula oleh Johannes Andenaes bahwa semakin tinggi dan
meningkatnya angka rata-rata kejahatan, merupakan bukti kegagalan atau ketidakmampuan
(impotensi) sistem yang ada sekarang (Ibid). Melihat kondisi ini maka perlu ada pengawas
independen yang secara khusus mengawasi setiap sub sistem peradilan pidana agar benar-
benar bebas dari berbagai praktek mafia tersebut.

Ketiga: Kultur/budaya hukum merupakan perwujudan dari sistem nilai-nilai budaya


hukum meliputi masalah kesadaran hukum, perilaku hukum, pendidikan hukum dan ilmu.
Kultur/budaya hukum adalah roh/jiwa yang menghidupi struktur hukum dalam
melaksanakan substansi hukum.

Diharapkan perilaku hukum dari struktur hukum mencirikan budaya hukum Indonesia
yaitu budaya hukum Pancasila karena Pancasila merupakan jiwa/roh/kepribadian bangsa
Indonesia.

Dan, pada dasarnya substansi hukum dibuat dengan ilmu hukum, dengan demikian
penegakannya pula harus menggunakan ilmu hukum. Melupakan ilmu hukum dalam
menerapkan hukum akan menyebabkan struktur hukum memahami substansi hukum
tersebut secara parsial (sepotong-sepotong) sehingga keadilan yang dicapai bukan keadilan
materiel tetapi sekedar keadilan prosedural.

2. Kesatuan Sistem Hukum


Masalah penegakan hukum di Indonesia terlihat dari belum terintegrasinya ketiga
sistem hukum tersebut yaitu substansi hukum, struktrur hukum dan budaya hukum. Adanya
disharmonisasi perundang-undangan, belum terintegrasinya sistem peradilan pidana secara
holistik yang bebas dan mandiri menjadi sinyal/potret buram sistem hukum Indonesia.

11
Tentang budaya hukum Barda Nawawi Arief berpendapat bahwa budaya suap/budaya
amplop, budaya jalan pintas, budaya kaca mata kuda/budaya coffee-extract tentunya tidak
sesuai dengan budaya keilmuan dan dapat menghambat/merendahkan/menghancurkan
kualitas penegakan hukum (Barda, tanpa tahun:41).

Agar sistem hukum nasional benar-benar terarah untuk meningkatkan kualitas


kehidupan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan (ibid) maka perlu adanya
kesatuan sistem hukum yang memadai dalam masing-masing sistem dan adanya
pengawasan independen yang berkualitas dan berintegritas dalam rangka menciptakan
kekuasaan kehakiman yang bebas dan mandiri “Demi Keadilan Sosial berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum merupakan peraturan didalam negara yang bersifat mengikat dan memaksa
setiap warga Negara untuk menaatinya. Jadi, sistem hukum adalah keseluruhan aturan tentang
apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh manusia yang
mengikat dan terpadu dari satuan kegiatan satu sama lain untuk mencapai tujuan.

B. Saran
Agar sistem hukum nasional benar-benar terarah untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan (ibid) maka perlu adanya kesatuan sistem
hukum yang memadai dalam masing-masing sistem dan adanya pengawasan independen yang
berkualitas dan berintegritas dalam rangka menciptakan kekuasaan kehakiman yang bebas dan
mandiri “Demi Keadilan Sosial berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Abdulkarim Aim, Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas X SMA, Bandung : Grafindo Media
Pratama, 2006
 http://www.sanancity.co.cc/2010/06/tugas-pkn-sistem-hukum-dan-peradilan.html
 http://dessfit.blogspot.com/2010/08/makalah-pkn-sistem-hukum-nasional-dan.html
 http://bagusaraaf.blogspot.com/2012/03/makalah-pkn-sistem-hukum-dan-peradilan.html
 https://www.yuksinau.id/sifat-fungsi-dan-tujuan-hukum/
 https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11sma/siswa/Kelas_11_SMA_Pendidikan_Panca
sila_dan_Kewarganegaraan_PPKn_Siswa_2017.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai