Anda di halaman 1dari 72

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
( DIABETES MELLITUS )

Tugas Kelompok
Stase Keperawatan Medikal Bedah ( KMB )

Disusun oleh :

YUSNIZAR,S.Kep NIM. 1806149010184


NENSY,S.Kep NIM. 1806149010161
YUZI TANIA,S.Kep NIM. 1907149010184
MONALISA,S.Kep NIM. 1907149010185
IKA FITRIA RAHMI,S.Kep NIM. 1907149010186

PROGRAM STUDI NERS


STIKES YARSI SUMATERA BARAT
BUKITTINGGI
TA 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
( DIABETES MELLITUS )

Stase Keperawatan Medikal Bedah ( KMB )


Bukittinggi, November 2019

Mengetahui,

Preseptor Akademik PreseptorKlinik

Aulia Putri,Ners,M.Kep Ns.Bambang Arianto,S.Kep


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Makalah Askep dengan gangguan system endokrin
( Diabetes Mellitus ) ” dan tak lupa pula lantunkan salam dan salawat serta taslim
kepada nabiyullah SAW yang telah memberikan kita alam gelap kealam yang
terang benderang seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan teman-teman khususnya pada pembaca.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
................................................................................................................................................
i

KATA PENGANTAR
................................................................................................................................................
ii

DAFTAR ISI
................................................................................................................................................
iii

Bab 1 Pendahuluan

A. LatarBelakang
............................................................................................................
1
B. RumusanMasalah
............................................................................................................
5
C. Tujuan
............................................................................................................
7
D. Manfaat
............................................................................................................
10
Bab 2 Tinjauan Teoritis

A. Definisi
............................................................................................................
12
B. Etiologi
............................................................................................................
15
C. Klasifikasi
............................................................................................................
18
D. ManifestasiKlinis
............................................................................................................
24
E. Patofisiologi
............................................................................................................
28
Bab 3 Tinjauan Kasus

A. Pengkajian
............................................................................................................
32
B. Diagnosa Keperawatan
............................................................................................................
39
C. Perencanaan
............................................................................................................
42
D. Implementasi
............................................................................................................
47
E. Evaluasi
............................................................................................................
54
Bab IV Penutup

A. Kesimpulan
............................................................................................................
60
B. Saran
............................................................................................................
61
DaftarPustaka
................................................................................................................................................
62
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai


dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat,
lemak dan protein, mengarah pada hiperglikemia(kadar glukosa darah tinggi).
Diabetes Mellitus (DM) kadang dirujuk sebgai ‘gula tinggi’, baik oleh pasien
maupun penyedia layanan kesehatan.Pemikiran dari hubungan gula dengan
DM adalah sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang mengandung
gula ciri dari DM yang tidak terkontrol. Walaupun hiperglikemia memainkan
sebuah peran penting dalam perkembangan komplikasi terkait DM, kadar
yang tinggi dari glukosa darah hanya satu komponen dari proses patologis
dan manifestasi klinis yang berhubungan dengan DM. Proses patologis dan
factor resiko lain adalah penting dan terkadang merupakan factor independen.
Diabetes mellitus dapat berhubungan dengan komplikasi serius, namum orang
dengan DM dapat mengambil cara – cara pencegahan untuk mengurangi
kemungkinan kejadian tersebut (Black, 2014, p. 631).
DM mungkin juga akibat dari gangguan – gangguan lain atau
pengobatan. Defek genetic pada sel beta dapat mengarah perkembangan DM.
Beberapa hormone epinefrin merupakan antagonis atau menghambat insulin.
Jumlah berlebihan dari hormone – hormone ini (seperti akromegali, sindrom
cushing, glukagonoma, dan feokromositoma) menyebabkan DM. selain itu
obat – obatan tertentu (glukokortikoid dan triazid) mungkin menyababkan
DM (Black, 2014, p. 632)

2. Batasan Masalah

Masalah pada kasus ini diabatasi pada konsep asuhan keperawatan


pada pasien dengan diabetes mellitus.
3. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari Diabetes Mellitus ?

b. Apa etiologi dari Diabetes Mellitus ?

c. Apa tanda dan gejala Diabetes Mellitus ?

d. Bagaimana patofisiologi Diabetes Mellitus ?

e. Apa klasifikasi Diabetes Mellitus ?

f. Apa saja komplikasi yang muncul pada pasien dengan Diabetes Mellitus?

g. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari pada pasien dengan Diabetes


Mellitus ?

4. Tujuan

a. Tujuan Umum

Penulis mampu menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih


mendalam tentang proses pelaksanaan asuhan keperawatan system
endokrin dengan diabetes mellitus.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui cara pengkajian menganalisis data dan


merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan diabetes
mellitus

2) Untuk mengetahui cara menyusun rencana asuhan keperawatan


pasien dengan Diabetes Mellitus
3) Untuk mengetahui cara melaksanakan tindakan keperawatan pasien
dengan Diabetes Mellitus

4) Untuk mengetahui cara mengevaluasi hasil asuhan keperawatan


pasien dengan Diabetes Mellitus

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP PENYAKIT

a. Definisi

DM ialah Keadaan hiperglikemia(kelebihan kadar gula darah)


kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal
yang menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh
darah (Nugroho, 2011, p. 258).

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai


dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitifitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 188).

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai


dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism
karbohidrat, lemak dan protein, mengarah pada hiperglikemia(kadar
glukosa darah tinggi). Diabetes Mellitus (DM) kadang dirujuk sebgai
‘gula tinggi’, baik oleh pasien maupun penyedia layanan kesehatan
(Black, 2014, p. 631).

b. Etiologi

1) Diabetes Mellitus tipe 1

DM tipe 1, sebelumnya disebut IDDM, atau Diabetes


Mellitus onset anak – anak, ditandai dengan destruksi sel beta
pancreas, mengakibatkan defisiensi insulin absolut. DM tipe 1
diturunkan sebagai heterogen, sifat multigenik.Kembar identic
memiliki resiko 25-50% mewarisi penyakit, sementara saudara
kandung memiliki 6% resiko dan anak cucu memiliki 5% resiko.
Meskipun pengaruh keturunan kuat, 90% orang dengan DM tipe 1
tidak memiliki tingkat relative tingkat pertama dengan DM (Black,
2014, p. 632).

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan


penghancuran sel – sel beta penkreas yang disebabkan oleh :

 Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,


tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe 1

 Faktor imunologi (autoimun)

 Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu


proses autoimun yang menimbulakn estruksi sel beta(Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 188).

2) Diabetes Mellitus tipe 2


DM tipe 2 sebelumnya disebut NIDDM atau Diabetes
Mellitus Onset Dewasa, adalah gangguan yang melibatkan, baik
genetic dan faktor lingkungan.DM tipe 2 adalah tipe DM paling
umum mengenai 90% orang yang memiliki penyakit. DM tipe 2
biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara
dewasa tua, dewasa obesitas, dan etnic serta populasi ras
tertentu (Black, 2014, p. 631).

DM tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan


resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe 2 : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi
menjadi 3 yaitu :

 <140 mg/dl = Normal

 140-<200 mg/dl = Toleransi glukosa terganggu

 ≥200 mg/dl = diabetes(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 188)..

3) Diabetes gestasional

DM gestasional merupakan diagnosis DM yang menerapkan


untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan
pertama kali selama kehamilan.DM gestasional terjadi pada 2-5%
perempuan hamil namun menghilang ketika hamilnya
berakhir (Black, 2014, p. 632).

c. Anatomi dan fisiologi

ANATOMI DAN FISIOLOGI


SISTEM ENDOKRIN
d. Tanda dan gejala

Manifestasi utama dari DM sebagai berikut :

1) Poliuria
Air tidak di serap kembali oleh tubulus ginjal sekunder untuk
aktifitas osmotik glukosa,mengarah kepada kehilangan air,glukosa
dan elektrolit.Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui
membran dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum
plasma meningkat.

2) Polidipsi

Dehidrasi sekunder terhadap poliuria menyebabkan haus. Akibat dari


dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktifasi
menyebabkan orang haus terus dan ingin selalu minum.

3) Polifagi

Kelaparan sekunder terhadap ketabolisme jaringan menyebabkan


rasa lapar. Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun (Black,
2014, p. 639).

Manifestasi lain dari DM sebagai berikut :

1) Penurunan berat badan

Kehilangan awal sekunder terhadap penipisan simpanan


air,glukosadan trigliserid,kehilangan kronis sekunder terhadap
penurunan massa otot karena asam amino di alihkan untuk
membentuk glukosa dan keton.

2) Pandangan kabur berulang

Sekunder terhadap paparan kronis retina dan lensa mata terhadap


cairan hiperosmolar.

3) Pruritus,inveksi kulit,vaginitis
Infeksi jamur dan bakteri pada kulit terlihat lebih umum,hasil
penelitian masa bertentangan.

4) Ketonuria

Ketika glukosa tidak dapat di gunakan untuk energi oleh sel


tergantung insulin, asam lemak di gunakan untuk energi,asam lemak
di pecahkan menjadi keton dalam darah dan di ekskresikan oleh
ginjal. Pada DM tipe 2,insulin cukup untuk menekan berlebihan
penggunaan asam lemak tapi tidak cukup untuk penggunaan glukosa.

5) Lemah dan letih

Penurunan isi plasma mengarah kepada postural


hipertensi,kehilangan kalium dan katabolisme protein berkontribusi
terhadap kelemahan.

6) Sering asimtomatik

Tubuh dapat beradaptasi terhadap peningkatan pelan-pelan kadar


glukosa darah sampai tingkat lebih besar di bandingkan peningkatan
yang cepat (Black, 2014, p. 639).

e. Patofisiologi (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 193)

1) Diabetes Mellitus tipe 1

DM tipe 1 tidak berkembang pada semua orang yang


mempunyai predis posisi genetic.Kadang mereka yang memiliki
indikasi resiko penanda gen (DR3 dan DR4 HLA), DM terjadi
<1%.Lingkungan telah lama dicurigai sebagai pemicu DM tipe 1
insiden meningkat, baik pada musim semi maupun gugur, dan onset
sering bersamaan dengan epidemic berbagai penyakit
virus.Autoimun aktif langsung menyerang sel beta pancreas dan
prosuknya. ICA dan antibody insulin secara progresif menurunkan
keefektifan kadar sirkulasi insulin (Black, 2014, p. 634).

Hal ini secara pelan – pelan terus menyerang sel beta dan
molekul insulin endogen sehingga menimbulkan onset mendadak.
Hiperglikemia dapat timbul akibat dari penyakit akut atau stress
dimana meningkatkan kebutuhan insulin melebihi cadangan dari
kerusakan massa sel beta. Ketika penyakit akut atau stress terobati
klien dapat kembali pada status terkompensasi dengan durasi yang
berbeda – beda dimana pancreas kembali mengatur produksi
sejumlah insulin secara adekuat. Status kompensasi ini disebut
sebagai periode honeymoon, secara khas bertahan untuk tiga sampai
12 bulan proses berakhir ketika massa sel beta yang berkurang tidak
dapat memproduksi cukup insulin untuk meneruskan kehidupan.
Klien menjadi bergantung kepada pemberian insulin eksogem
(diproduksi di luar tubuh) untuk bertahan hidup (Black, 2014, p.
634).

2) Diabetes Mellitus tipe 2

Pathogenesis DM tipe 2 berbeda signifikan dari DM tipe 1


.Respon terbatas sel beta terhadap hiperglikemia tampak menjadi
faktor mayor dalam perkembangannya. Sel beta terpapar secara
kronis terhadap kadar glukosa darah tinggi menjadi secara progresif
kurang efisien ketika merespon peningkatan glukosa lebih lanjut.
Fenomena ini dinamai desensitisasi, dapat kembali dengan
menormalkan kadar glukosa. Rasio proisulin(prekurso insulin)
terhadap insuli tersekresi juga meningkat (Black, 2014, p. 634).

Proses patofisiologi ke 2 dalam DM tipe 2 adalah resistensi


terhadap aktivitas insulin biologis, baik di hati maupun jaringan
perifer. Keadaan ini disebut sebagai resistansi insulin. Orang dengan
DM tipe 2 memiliki penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar
glukosa, yang mengakibatkan produksi glukosa hepatic berlanjut,
bahkan sampai dengan kadar glukosa darah tinggi. Hal ini
bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk
meningkatkan ambilan glukosa.Mekanisme penyebab resistansi
insulin perifer tidak jelas; namun, ini tampak terjadi setelah insulin
berikatan terhadap reseptor pada permukaan sel (Black, 2014, p.
634).

Insulin adalah hormon pembangun (anabolic). Tanpa insulin,


tiga masalah metabolic mayor terjadi : 1) penurunan pemanfaatan
glukosa, 2) peningkatan mobilisasi lemak, dan 3) peningkatan
pemanfaatan protein (Black, 2014, p. 634).

f. Klasifikasi

DM di klasifikasikan sebagai salah satu dari empat status klinis


berbeda meliputi: tipe 1, tipe 2,gestasionalatau tipe DM spesifik lainnya.
DM tipe 1 merupakan hasil destruksi autoimun sel beta,mengarah kepada
defisiensi insulin absolut. DM tipe 2 adalah akibat dari efek sekresi
insulin,umumnya berhubungan dengan obesitas. DM gastional adalah
DM yang di diagnosis selama hamil. DM tipe lain mungkin sebagai
akibat dari efek genetik fungsi sel beta, penyakit pankreas (misal kistik
fibrosis) atau penyakit yang di induksi oleh obat-obatan. DM gestasional
merupakan diagnosis DM yang menerapkan untuk perempuan dengan
intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama kehamilan.DM
gestasional terjadi pada 2-5% perempuan hamil namun menghilang
ketika hamilnya berakhir (Black, 2014, pp. 631-632).

g. Komplikasi

1) Komplikasi akut diabetes mellitus


 Hiperglikemia

Hiperglikemia akibat saat glukosa tidak dapat diangkut


ke dalam sel karena kurangnya insulin. Tanpa tersedianya KH
untuk bahan bakar sel, hati mengubah simpanan glikogennya
kembali ke glukosa ( glikogenolisis) dan meningkatkan
biosintesis glukosa (gluconeogenesis). Sayangnya namun,
respon ini memperberat situasi dengan meningkatnya kadar
glukosa darah bahkan lebih tinggi

 Ketoasidosis

Asidosis metabolic berkembang dari pengaruh asam


akibat keton asetaoasetat dan hidrokisibutirat beta.Konsisi ini
disebut ketoasidosis diabetic.Asidosis berat mungkin
menyebabkan klien diabetes kehulangan kesadaran disebut
koma diabetic.Ketoasidosis diabetic selalu dinyatakan sebuah
kegawatdaruratan medis dan memerlukan perhatian medis
segera

 Hipoglikemia

Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau


reaksi hipoglikemi) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga
dijumpai di dalam klien DM tipe 2 yang diobati insulin atau obat
oral.Kurang hati – hati atau kesalahan sengaja dalam dosis
insulin sering menyebabkan hipoglikemia. Perubahan lain dalam
jadwal makan atau pemberian insulin dapat menyenankan
hipoglikemia (Black, 2014, pp. 667-668).

2) Komplikasi kronis diabetes mellitus

 Komplikasi makrovaskular
Penyakit arteri coroner, penyakit sebrovaskular, dan
penyakit pembuluh perifer kebin umum, cenderung terjadi pada
usia lebih awal, dan lebih luas dan berat pada orang dengan DM.
penyakit makrovaskular (penyakit pembuluh besar)
mencerminkan aterosklerosis dengan penumpukan lemak pada
lapisan dalam dinding pembuluh darah. Resiko berkembangnya
komplikasi makrovaskular lebih tinggi pada DM tipe 1 daripada
tipe 2 (Black, 2014, pp. 674-677).

 Penyakit aeteri coroner

Pasien dengan DM 2 – 4 kali lebih mungkin


dibangdingkan klien non DM untuk meninggal karena penyakit
arteri coroner, dan factor resiko relative untuk penyakit jantung
pembuluh darah.Banyak klien dengan DM, kejadian
mikrovaskular atau proses seperti penyakit arteri coroner adalah
atipikal atau diam, dan sering seperti gangguan pencernaan atau
gangguan jantung tidak dapat di jelaskan, dyspnea pada aktivitas
berat atau nyeri epigastric

 Penyakit serebrovaskular

Penyakit serebrovaskular, termasuk infark


aterotromboembolik dimanifestasikan dengan serangan iskemik
transien dan cerebrovascular attack (stroke), lebih sering dan
berat pada klien dengan DM. resiko relative lebih tinggi pada
perempuan, tertinggi pada usia 50 atau 60 an, dan lebih tinggi
pada klien dengan hipertensi. Klien yang dating dengan kadar
stroke dan kadar glukosa darah tinggi memiliki prognosis lebih
buruk dibandingkan klien dengan normoglikemik

 Hipertensi
Hipertensi adalah factor resiko mayor untuk stroke dan
nefropati.Hipertensi yang diobati tidak adekuat memperbesar
leju perkembangan nefropati

 Penyakit pembuluh perifer

Pada penderita DM idensial dan prevalensi bunyi


abnormal atau murmur, tidak ada denyut pedal (kaki), dan
gangrene iskemik meninkat.Lebih dari separuh amputasi tungkai
bawah nontraumatik berhubungan dengan perubahan diabeteik
seperti neuropati sensoris dan motoric, penyakit pembuluh darah
perifer, peningkatan resiko dan laju infeksi, penyembuhan
buruk.Rangkaian kejadian ini yang mungkin mengarah kepada
amputasi

 Infeksi

Infeksi saluran kencing adalah tipe infeksi paling sering


mempengaruhi klien DM, terutama perempuan.Salah satu factor
mungkin di hambat leukosit PMN saat glukosa ada.Glukosaria
berhubungan dengan hiperglikemia.Perkembangan kandung
kemih neurogenic akibat pengosongan tidak lengkap dan retensi
urine, mungkin juga berkontribusi terhadap resiko infeksi
saluran kencing.Infeksi kaki diabetic adalah sering.Kejadian
kaki diabetek secara langsung terkait tiga factor di atas dan
hiperglikemia. Hamper 40% klien diabetic dengan infeksi kaki
mungkin memerlukan amputasi, dan 5-10% akan meninggal
meskipun amputasi di daerah yang terkena. Dengan edukasi
yang tepat dan intervensidini, infeksi kaki biasanya hilang
dengan cara – cara yang tepat waktu. Perawatan kaki efektif
dapat menjadi pemutus awal rantai kejadian yang mengarah
pada keadaan amputasi

 Komplikasi mikrovaskular
Mikroanginopati merujuk pada perubahan yang terjadi di
retina, ginjal dan kapiler perifer pada DM. Uji komplikasi dan
kontrol diabetes telah membuat hal ini jelas bahwa control
glikemik ketat dan konsisten mungkin mencegah atau
menghentikan perubahan mikrovaskular (Black, 2014, pp. 677-
679).

 Retinopati diabetic

Retinopati diabetic adalah penyebab utama kebutaan


diantara klien dengan DM; sekitar 80% memiliki beberapa
bentuk retinopati 15 tahun setelah diagnosis.Penyebab pasti
retinopati tidak dipahami baik tapi kemungkinan multi factor
dan berhubungan dengan glikosilasis protein, iskemik dan
mekanisme hemodinamik. Stress dari peningkatan kekentalan
darah adalah sebuah mekanisme hemodinamik yang
meningkatkan permeabilitas dan penurunan lastisitas kapiler

 Nefropati

Nefropati diabetic adalah penyebab tunggal paling sering


dari penyakit ginjal kronis tahap 5, dikenal sebagai penyakit
ginjal tahap akhir.Sekitar 35-45 % klien dengan DM tipe 1
ditemukan memiliki nefropati 15-20 tahun setelah
diagnosis.Sekitar 20% klien dengan DM tipe 2 ditemukan
memiliki nefropati 5-10 tahun setelah diagnosis.Sebuah
konsekuensi mikroanginopati, nefropati melibatkan kerusakan
terhadap dan akhirnya kehilangan kapiler yang menyuplai
glomelurus ginjal. Kerusakan ini mengarah gilirannya kepada
perubahan dan gejala pathologic kompleks(glomerulosklerosis
antar kapiler, nephrosis, gross albuminuria, dan hipertensi)
 Neuropati

Neuropati adalah komplikasi kronis paling sering dari


DM. hamper 60% klien DM mengalaminya. Oleh karena serabut
saraf tidak memiliki suplai darah sendiri, saraf bergantung pada
difusi zat gizi dan oksigen lintas membrane.Ketika akson dan
denrit tidak mendapat zat gizi, akumulasi sorbitol di jaringan
saraf, selanjutnya mengurangi fungsi sensoris dan
motoris.Kedua masalah neurologis permanen maupun sementara
mungkin berkembang padaklien dengan DM selama perjalanan
penyakit. Klien dengan kadar glukosa darah tinggi sering
mengalami nyeri saraf. Nyeri saraf berbeda dengan tipe nyeri
lain seperti nyeri otot atau sendi keseleo. Nyeri saraf sering
dirasakan seperti mati rasa, menusuk, kesemutan, atau sensasi
terbakar yang membuat klien terjaga waktu malam atau berhenti
melakukan pekerjaan tugas harian

h. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan secara medis
a) Obat Hipoglikemik Oral
i. Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat
dikombinasikan dengan obat golongan lain, yaitu biguanid
inhibitor alfaglukosidase atau insulin. Obat golongan ini
mempunyai efek utamameningkatkan produksi insulin
oleh sel- sel beta pankreas, karena itumenjadi pilihan
utama para penderita DM tipe 2 dengan berat
badanberlebihan
ii. Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa
hati,memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan
(glukosa perifer)dianjurkan sebagai obat tinggal pada
pasien kelebihan berat badan.

iii. Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase


Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di
saluranpencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula
sesudah makan.Bermanfaat untuk pasien dengan kadar
gula puasa yang masihnormal.
b) Insulin
i. Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin
(40 UI dan100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah
actrapidInjeksi insulin dapat diberikan kepada penderita
DM tipe11 yangkehilangan berat badan secara drastis.
Yang tidak berhasil denganpenggunaan obat-obatan anti
DM dengan dosis maksimal ataumengalami kontra
indikasi dengan obat-obatan tersebut. Bilamengalami
ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress
beratkarena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita
hamil dengangejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
ii. Jenis insulin
 Insulin kerja cepatjenisnya adalah reguler insulin,
cristalin zink, dan semilente
 Insulin kerja sedangJenisnya adalah NPH (Netral
Protamine Hagerdon)
 Insulin kerja lambatJenisnya adalah PZI (Protamine
Zinc Insulin)
2) Penatalaksanaan Secara Keperawatan
a) Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan
makananwalaupun telah mendapat penyuluhan perencanaan
makanan, lebihdari 50% pasien tidak melaksanakannya. Penderita
DM sebaiknyamempertahankan menu yang seimbang dengan
komposisi Idealnyasekigtar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12%
protein. Karena itudiet yang tepat untuk mengendalikan dan
mencugah agar beratbadan ideal dengan cara:
 Kurangi Kalori
 Kurangi Lemak
 Kurangi Karbohidrat komplek
 Hindari makanan manis
 Perbanyak konsumsi serat
b) Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena
membuatinsulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu
menurunkanberat badan, memperkuat jantung dan mengurangi
stress .Bagi pasienDM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik tetapi janganmmelakukan olahraga terlalu berat.

i. Pemeriksaan Penunjang
Mansjoer, 1999 mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang
sangatpenting dilakukan pada penderita DM untuk menegakkan diagnose
kelompok resiko DM yaitu kelompok usia dewasa tua (lebih dari 40
tahun),obesitas, hipertensi, riwayat keluarga DM riwayat kehamilan
dengan bayilebih dari 4000 gram, riwayat DM selama
kehamilan.Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan gula darah
sewaktukemudian dapat diikuti dengan Test Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) Untukkelompok resiko yang hasil pemeriksaan nya negatif,
perlu pemeriksaan ulangsetiap tahunnya.
Pada pemeriksaan dengan DM dipemeriksaan akan didapatkan
hasilgula darah puasa >140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan.Dan gula
darah postprandial >200mg/dl.Selain itu juga dapat juga dilakukan
pemeriksaan antara lain:
1) Aseton plasma (keton) > positif secara mencolok
2) Asam lemak bebas:kadar lipid dan kolesterol meningkat
3) Elektrolit :natrium naik ,turun kalium naik, turun, fosfor turun
4) Gas Darah Arteri :menunjukkan PH menurun dan HCO3
menurun(Asidosis Metabolik) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
5) Urine: Gula dan aseton positif (berat jenis dan osmolaritas
meningkat.
6) Kultur dan Sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemihinfeksi saluran pernafasan, dan infeksi pada luka.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1) Identitas

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada seorang yang anggota


keluarganya memiliki riwayat diabetes. Diabetes tipe 1 ini biasa
mulai terdeteksi pada usia kurang dari 30 tahun. Diabetes tipe 2
adalah tipe DM paling umum yang biasanya terdiagnosis setelah usia
40 tahun dan lebih umum diantara dewasa tua dan biasanya disertai
obesitas. Diabetes gestasional merupakan yang menerapkan untuk
perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali
selama kehamilan (Black, 2014, pp. 632-63).

2) Status kesehatan saat ini

 Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba


yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka. (Bararah, 2013, p. 39)

 Alasan Masuk Rumah Sakit


Penderita dengan diabetes millitus mengalami kehausan yang
sangat berlebihan, badan lemas dan penurunan berat badan
sekitar 10% sampai 20%. (Bararah, 2013, p. 39)

 Riwayat Penyakit Sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka


serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya. (Bararah, 2013, p. 39)

3) Riwayat Kesehatan Terdahulu

 Riwayat Penyakit Sebelumnya

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang


ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pancreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun
obat – obatan yang biasa digunakan oleh penderita. (Bararah,
2013, p. 40)

 Riwayat Penyakit Keluarga

Dari keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga


yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misalkan hipertensi,
jantung. (Bararah, 2013, p. 40)

 Riwayat Pengobatan

Pengobatan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 menggunakan


terapi injeksi insulin eksogen harian untuk kontrol kadar gula
darah. Sedangakan pasien dengan diabetes mellitus biasanya
menggunakan OAD(Obat Anti Diabetes) oral seperti
sulfonilurea, biguanid, meglitinid, inkretin, amylonomimetik, dll
(Black, 2014, p. 642).

4) Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum

a) Kesadaran

Pasien dengan DM biasanya datang ke RS dalam keadaan


komposmentis dan mengalami hipoglikemi akibat reaksi
pengguanaan insulin yang kurang tepat. Biasanya pasien
mengeluh gemetaran, gelisah, takikardia(60-100 x per
menit), tremor, dan pucat (Bararah, 2013, p. 40).

b) Tanda – tanda vital

Pemeriksaan tanda vital yang terkait dengan tekanan darah,


nadi, suhu, turgor kulit, dan frekuensi pernafasan. (Bararah,
2013, p. 40).

 Body System

a) Sistem pernapasan

 Inspeksi : lihat apakah pasien mengalami sesak napas

 Palpasi : mengetahui vocal premitus dan mengetahui


adanya massa, lesi atau bengkak.

 Auskultasi : mendengarkan suara napas normal dan


napas tambahan (abnormal : weheezing, ronchi, pleural
friction rub ) (Bararah, 2013, p. 40).

b) Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi: amati ictus kordis terlihat atau tidak

 Palpasi: takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, nadi


perifer melemah atau berkurang.

 Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara


kasar, kardiomegali.

 Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung


dapat didiskripsikan dengan S1, S2 tunggal (Bararah,
2013, p. 40)

c) Sistem Persyarafan

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,


mengantuk, reflex lambat, kacau mental,
disorientasi. (Bararah, 2013, p. 41). Pasien dengan kadar
glukosa darah tinggi sering mengalami nyeri saraf. Nyeri
saraf sering dirasakan seperti mati rasa, menusuk,
kesemutan, atau sensasi terbakar yang membuat pasien
terjaga waktu malam atau berhenti melakukan tugas
harian (Black, 2014, p. 680).

d) Sitem Perkemihan

Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau


sakit saat proses miksi (Bararah, 2013, p. 41).

e) Sistem Pencernaan
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen. (Bararah, 2013, p. 41). Neuropati aoutonomi
sering mempengaruhi Gl. Pasien mungkin dysphagia, nyeri
perut, mual, muntah, penyerapan terganggu, hipoglikemi
setelah makan, diare, konstipasi dan inkontinensia
alvi (Black, 2014, p. 681).

f) Sistem integumen

 Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna,


bentuk, memperhatikan jumlah rambut, distribusi dan
teksturnya.

 Parpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus),


mobilitas, meraba tekstur rambut (Bararah, 2013, p. 40).

g) Sistem muskuluskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi


badan, cepat lelah, lemah dan nyeri (Bararah, 2013, p. 41).

h) Sistem endokrin

Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya


mengakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat yang
menyebabkan DM tipe1. Respon sel beta pancreas terpapar
secara kronis terhadap kadar glukosa darah yang tingai
menjadi progresif kurang efisien yang menyababkan DM
tipe2 (Black, 2014, p. 634)

i) Sistem reproduksi

Anginopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di


organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi
seks, gangguan kualitas, maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi (Bararah, 2013, p. 38).

j) Sistem penglihatan

Retinopati diabetic merupakan penyebab utama kebutan pada


pasien diabetes mellitus (Black, 2014, p. 677).

k) Sistem imun

Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi


infeksi, infeksi sangat sulit untuk pengobatan. Area terinfeksi
sembuh secara perlahan karena kerusakan pembuluh darah
tidak membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan
antibody ke tempat luka. Infeksi meningkatkan kebutuhan
insulin dan mempertinggi kemungkinan ketoasidosis (Black,
2014, p. 677)

 Pemeriksaan penunjang

a) Kadar glukosa darah

Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan


metode enzimatik sebagai patokan penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)


Kadar Glukosa Darah DM Belum Pasti

Sewaktu DM

Plasma vena >200 100 – 200

Darah Kapiler >200 80 – 100

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)


Kadar Glukosa Darah DM Belum Pasti

Puasa DM
Plasma vena >120 110 – 120

Darah kapiler >120 90 – 110

Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada


sedikitnya 2 kali pemeriksaan
 Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
 Glukosa plasma puasa >140/dl (7,8 mmol/L)

 Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam


kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2
jam post pradial (pp) > 200 mg/dl)

b) Tes Laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes


diagnostic, tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi
komplikasi.

 Tes saring

Tes – tes saring pada DM adalah :GDP(Gula Darah


Puasa),GDS(Gula Darah Sewaktu)

 Tes glukosa urin :

 Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)

 Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase


(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 190).

c) Tes diagnostic
Tes – tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS,
GD2PP(Glukosa Darah 2 jam Post Pradinal), Glukosa jam
ke-2 TTGO (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 190)

d) Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :

 Mikroalbuminaria : urin

 Ureum, kreatinin, asam urat

 Kolesterol (total, LDL, HDL dan Trigliserida) : plasma


vena (puasa)(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 190)

5) Penatalaksanaan

Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk


menghilangkan keluhan/gejala DM. Sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi.Tujuan tersebut
dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa , lipid dan
insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistic dan
mengajarkan kegiatan mandiri. Untuk pasien berumur 60 tahun ke
atas, sasaran glukosa darah lebih tinggi daripada biasa (puasa < 150
mg/dl dan sesudah makan <200 mg/dl (Nurarif & Kusuma, 2015, p.
191).

Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan,


latihan jasmani, obat hipoglikemik,dan penyuluhan

a) Perencanaan makan(meal planning)

Prinsipnya menggunakan 3J(tepat jenis, jumlah, dan jadwal).


Selain itu pada consensus Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang
dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa
karbohidrat (60-70%), protein(10-15%), dan lemak (20-25%).
Apabila diperlukan , santapan dengan komposisi karbohidrat
sampai (70-75%) juga memberikan hasil yang baik. Terutama
untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan
dengan pertumbuhan,status gizi,umur,stress akut, dan kegiatan
jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan
kolesterol <300 mg/hari. Jumlah kandungan serat ±25 g/hari,
diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila
terdapat hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya

 Cara menghitung kalori pada pasien DM

Tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk


mengetahui jumlah kalori basal pasien DM. Cara termudah
adalah perhitungan menurut Bocca:

 BB ideal = (TB dalam cm – 100) – 10% kg

Pada laki-laki yang tingginya <160 cm atau perempuan


yang tingginya <150 cm berlaku rumus:

 BB ideal = (TB dalam cm – 100 ) x 1 kg

Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan . Ada


beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan seorang pasien DM.

Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalikan berat


badan ideal dengan 30 untuk laki-laki dan 25 untuk wanita.
Kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambah lagi sesuai
dengan kegiatan sehari-hari (lihat table 53.3)

Kebutuhan basal dihitung seperti a, tetapi ditambah kalori


berdasarkan persentase kalori basal.
 Kerja ringan,ditambah 10 % dari kalori basal

 Kerja sedang,ditambah 20% dari kalori basal

 Kerja berat ditambah 40-100% dari kalori basal

 Pasien kurus,masih tumbuh kembang, terdapat


infeksi,sedang hamil atau menyusui,ditambah 20-30%
dari kalori basal

b) Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3 – 4 kali tiap minggu selama


± 0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rgytmical
Interval Progressive Endurance Training) Latihan dilakukan
terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan
relaksasi secara teratur ,selang-seling antara gerak cepat dan
lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat
secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan
yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan
kaki,jogging,lari,renang,bersepeda dan mendayung.

Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan ,


yaitu 75 – 85% denyut nadi maksimal. Denyut nadi maksimal
(DNM) dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut:

 DNM = 220 – umur (dalam tahun)

Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani ini adalah


jangan memulai olahraga sebelum makan,memakai sepatu yang
pas,harus didampingi oleh orang yang tahu mengatasi serangan
hipoglikemia, harus selalu membawa permen,membawa tanda
pengenal sebagai pasien DM dalam pengobatan,dan memeriksa
kaki secara cermat setelah olahraga (Bararah, 2013, p. 42)
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan
jasmani yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum
naik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemik(oral/suntikan)

c) Obat Hipoglikemik(OHO)

 Sulfonilurea

Obat golongan sulfonirea bekerja dengan cara :

 Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan

 Menurunkan ambang sekresi insulin

 Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat


rangsangan glukosa

Obat golongan ini biasanya diberikan kepada pasien dengan


berat badan normal dan masih bias dipakai pasien yang
beratnya sedikit lebih.

Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi


renal dan orang tua karena risiko hipoglikemia yang
berkepanjangan, demikian juga glibenklamid. Untuk orang
tua dianjurkan preparat dengan waktu kerja pendek
(tolbutamid, glikuidon). Glikuidon juga diberikan pada
pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan.

 Biguanid

Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak


sampai di bawah normal. Preparat yang ada dan aman
adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk
(Indeks Masa Tubuh / IMT 30) sebagai obat tunggal. Pada
pasien dengan berat lebih (IMT 27 – 30),dapat dikombinasi
dengan obat golongan sulfonylurea

 Inhibitor α glucosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim


α glucosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia
pascaprandial

 Insulin Sensitizing agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang


mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitiviats
insulin. Sehingga mengalami masalah resistensi insulin.

b. Pathway

Destruksi sel beta pangkreas F. Genetik Usia Kegagalan relative sel beta
F. Imunologi Obesitas
F.Lingkungan Riwy.Keluarga Resistensi Insulin
Defisiensi insulin absolut (virus/toksin)
DM tipe 2
DM Tipe 1

DM Gestasional Kehamilan

Ketidakstabilan
gula darah

Defisiensi
pengetahuan

Ginjal

Defisit Ginjal tidak dapat


Nutrisi menyerap glukosa
Perfusi perifer Kerusakan
tidak efektif glomerolus ginjal

Perubahan persepsi
sensori penglihatan Ketonuria

Gangguan
eliminasi urine

Cemas

Nyeri

c. Diagnosa keperawatan

Menurut SDKI

1) Defisit nutrisi b.d gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas


jasmani.

2) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Hiperglikemia

3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran arteri dan


vena proses penyakit (DM).

4) Kerusakan integritas jaringan b.d neuropati perifer.

5) Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan


pengobatan b.d kurangnya informasi

6) Resiko cedera b/d perubahan sensasi penglihatan

7) Gangguan eliminasi urin b/d iritasi kandung kemih

8) Keletihan b.d metabolism fisik untuk produksi energi berat akibat kadar
gula darah tinggi.
9) Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes
mellitus).

10) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

d. Intervensi Keperawatan

Menurut SLKA dan SIKI

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI)


1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d
Tujuan : Kadar glukosa darah normal dalam O
Hiperglikemia
jangka waktu ….x 24 jam
Ditandai :
DS : Klien mengatakan lelah dan lesu
Kriteria evaluasi :
DO : Te
- Lelah/ lesu menurun
- Kadar glukosa dalam darah/ urin tinggi
- Kadar glukosa darah normal
- …………………….
- kadar glukosa dalam urin normal

Ed

2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


Tujuan : perfusi jaringan perifer meningkat O
b.d penurunan aliran arteri dan vena
dalam waktu ….x24 jam
proses penyakit (DM).
Ditandai : Kriteria evaluasi :
DS :- -Edema perifer menurun
DO : -warna kukit tidak pucat lagi Te
-Akral teraba dingin -Pengisian kapiler <3 detik
-Warna kulit pucat 1.
-Pengisian kapiler > 3 detik
-Edema
- …………………

Ed
3) Kerusakan integritas jaringan b.d
Tujuan :Integritas kulit meningkat dalam O
neuropati perifer.
waktu …x24 jam
Ditandai :
DS : -
Kriteria evaluasi : Te
DO :
-Kerusakan jaringan dan kulit menurun
-Kerusakan jaringan atau lapisan kulit
-Nyeri menurun
-Nyeri
-Perdarahan menurun
-Perdarahan
-Hematoma menurun
-Hematoma
- ………………. Ed

4) Gangguan eliminasi urin b/d iritasi


Tujuan :Gangguan eliminasi urin menurun O
kandung kemih
dalam waktu ……x24 jam
Ditandai :
DS :
Kriteria evaluasi :
-Sering buang air kecil
-Volume residu menurun
-nyeri
-Sensasi berkemih menurun
- …………
-nyeri menurun Te
DO :
-Volume urin residu meningkat
-Nyeri
- ………….. Ed

5) Defisiensi pengetahuan tentang


Tujuan : pengetahuan pasien meningkat O
proses penyakit, diet, perawatan, dan
dalam waktu …..x 24 jam
pengobatan b.d kurangnya informasi
Ditandai :
Kriteria evaluasi : Te
DS :
- Prilaku sesuai anjuran
- Klien menanyakan masalah yang
- Prilaku sesuai dengan pengetahuan
dihadapi -Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi
- ……………….
menurun
DO :
- Persepsi yang keliru terhadap masalah
- Kien tampak menunjukan prilaku
menurun Ed
tidak sesuai anjuran
2.
- Klien tampak menunjukan persepsi
keliru terhadap masalah
- ………………

6) Resiko jatuh b/d gangguan


Tujuan : Resiko jatuh menurun dalam waktu O
penglihatan
…..x 24 jam

Kriteria evaluasi :
-Jatuh dari tempat tidur menurun
-Jatuh saat berjalan menurun Te
-Jatuh di saat di kamar mandi menurun
-Jatuh saat naik tangga menurun

Ed
A
e. Evaluasi

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai


tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan. Dalam evaluasi keperawatan menggunakan SOAP atau data
subjektif, objektif, analisa dan planning kedepannya. Jika masalah sudah teratasi
intervensi tersebut dapat dihentikan, apabila belum teratasi perlu dilakukan
pembuatan planning kembali untuk mengatasi masalah tersebut.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus
adalah sebagai berikut.
1) Kondisi tubuh pasien stabil, tidak terjadi gangrene, tidak terjadi nyeri
2) Turgor kulit normal, tidak terjadi lesi atau integritas jaringan
3) Tanda-tanda vital normal
4) Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan
tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
5) Cairan dan elektrolit pasien diabetes normal.
6) Infeksi dan komplikasi tidak terjadi
7) Rasa lelah atau keletihan berkurang/penurunan rasa lelah
8) Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi nya yang menderita
diabetes melitus, efek prosedur dan proses pengobatan.

Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap pasien dengan diabetes


mellitus dan apabila dari poin satu sampai dengan poin 8 tersebut sudah
tercapai oleh seorang pasien, maka dapat disimpulkan bahwa pasien
tersebut sudah sehat dan dapat meninggalkan rumah sakit. Tetapi pasien
tetap harus memperhatikan kadar gulu dalam darahnya, dengan cara
makan makanan yang sehat, bergizi dan rendah gula.

BAB 3
TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
a. Informasi Umum Tanggal 18 /10/2019 Waktu 11.45 Wib
1) Identitas Pasien

Nama : Zulhendri RM : 326143


Umur : 54 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jorong Baki gamba kubang putiah
Diagnosa : Diabetes Militus tipe 2
Medis ,
2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Wahdini Herdini Umur : 24 tahun


Pendidikan : SMA
Terakhir
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan : adik
No Tlp : 082283383500
Alamat : Jorong baki gamba kubang putih

3) Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama :
Mata kabur, badan letih, pinggang sakit, sering BAK, gula darah
meningkat.
 Riwayat Kesehatan Sekarang :
Penglihatan kabur, klien hanya bisa jelas melihat dengan jarak 1-2
meter saja,saat ini klien memakai kacamata presbiopi yaitu
gabungan miopi(rabun jauh) dan hipermiopi (rabun dekat) makan
kurang, pusing, letih ,pinggang terasa sakit, klien mengatakan sulit
tidur, Kadar GDR : 318,TD: 140/69 , RR:18x/i , N : 76x/I ,S: 36,2
c, klien mengatakan takut jatuh,klien cemas dengan penyakitnya
saat ini dan bertanya tentang penyakit yang dirasakannya.
 Riwayat kesehatan masa lalu :
Allergy
 Obat : Tadak
 Makan : Tidak
 Lainnya : Tidak
 Riwayat operasi : tidak ada
 Riwayat penyakit masa lalu :
Pasien menderita penyakit yang sama sejak 12 tahun yang lalu.
Pasien pernah dirawat dengan sakit yang sama 2 tahun yang lalu
dengan kadar gula 1200 mg/dl
 Riwayat penyakit keturunan :
Keluarga ada yang punya penyakit yang sama dengan klien yaitu
DM (orang tua perempuan dan kakak laki-laki klien),dan penyakit
Hipertensi (orang tua laki-laki)
Genogram :

Keterangan :

Perempuan/Laki-laki meninggal
Perempuan/Laki-laki hidup
Perempuan/Laki-laki
Konsumsi obat / /Suplemen saat inidengan
: Tidakpenyakit
ada yang sama
Klien
Tinggal serumah

b. Pengkajian Fisiologis
1) OKSIGENASI
a) Fisik :
Inspeksi : Dada simetris, bernafas tidak menngunakan otot
bantu pernafasan
Palapasi : Tidak ada bagian dada yang tertinggal saat
inspirasi
Perkusi : Pekak pada daerah dada
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
Data lain : tidak ada keluhan

b) Labor : ( tidak dilakukan )

Tanggal : 2019

Variabel Nilai Nilai Normal

PH - 7,35 – 7,45
PO2 - 75,00 – 100,00 mmHg

PCO2 - 35,00 – 45,00 mmHg

HCO3 - 22,00 – 24,00 mEq/Liter

Total - 21,00 – 27,00 mEq/Liter

Sa02 - 95 – 100 %

BE (Base excess - -2 smp 2 mEq/Liter

kelebihan basa

c) Pemeriksaan diagnostik lain ( Radiologi Thorax paru dll)

Tidak ada

2) SIRKULASI

a) Fisik

Inspeksi : Konjugtiva tidak anemis

Palpasi : RR 76 x/i ,akral hangat

Data lain : tidak ada

b) Labor :

Hematologi : Tanggal 16 Oktober 2019

Variabel Nilai Normal

Hemoglobin 15.4 12.0 – 15.0

Hematokrit 43,7 36.0 – 46.0

Trombosit 284 150 – 400 x10 /mm

PT - 9.8 – 12.6
APTT - 31.0 – 47.0

c) Pemeriksaan diagnostic lain ( EKG, ECHO)

Tidak ada

3) NUTRISI

a) Antepometri

TB : 172 CM

BB : 41 KG

BMI : Kurus

LILA : Tidak dilakukan

b) Biomedik : Pemeriksaan Labor

HB : 15.4 mm/gr

Trombosit : 284 x10 /mm

c) Clinical sigh:

- Konjugtiva tidak anemis

- Bibir tidak kering

- Lemas

d) Diet : Rendah gula

e) Pemeriksaan Fisik Abdomen

Inspeksi : Tidak ada oedema

Auskultasi : Bising Usus +

Palpasi : Tidak ada pembesaran Hepar

Perkusi : Normal

Data lain : Penyerapan nutrisi terganggu karena peningkatan


kadar gula darah
f) Pemeriksaan diagnostic lain (USG abdomen dan lain –lain )

USG abdomen atas dan bawah

Hepar : tidak membesar

Kantung empedu : bentuk dan diding normal

Limpa : Tidak Membesar

g) Lainnya : klien mengatakan sering merasa lapar dan tidak bisa


mengendalikan makannya

4) ELIMINASI

a) Fisik

BAK

Frekwensi : Sering lebih dari 7x sehari

Warna : Kuning jernih

Keluhan selama BAK : Klien BAK sering dan sedikit-


sedikit dan klien mengeluh sering sakit pinggang, klien sering
ke kamar mandi.

b) BAB

Frekwensi : normal 1x sehari (pagi)

Konsistensi : lembek

Warna : Warna kuning normal

Keluhan selama BAB : Tidak ada

d) Labor : Tanggal 16/10/2019

Pemeriksaan urin : Nilai Normal

Warna Kuning muda Kuning muda - tua

Kejernihan - Jernih

Berat jenis 1.010 1.005 – 1.030

Ph 5.5 4.8 – 8.0


Protein Negatif Negatif

Glukosa urin Positif +++ Negatif

Keton urin Positif Negatif ( < 15mg/dl)

Bilirubin Negatif Negatif

Urobilinogen Positif 3.2 – 16.0

Nitrit Negatif Negatif

Esterase 2 -3 Negatif

SelEpitel Negatif 1+

Leukosit Positif + 1–5

Kristal Negatif Negatif

Bakteri Negatif Negatif

e) Pemeriksaan diagnostic lain ( Kultur Feses )

Tidak dilakukan

5) AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

a) Fisik

Kemampuan perawatan diri

0 =Mandiri

1 =Dengan alat bantu

2 =Bantuan dari orang lain

3 =Bantuan peralatan dan orang lain

4 =tergantung/ tidak mampu

Aktivitas/Kemampuan 0 1 2 3 4
beraktivitas
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian /Berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
Alat bantu : Tidak ada

Kekuatan Otot :

Kiri Kanan

5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5

1 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total

2 : terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan


gerakan pada persendian yang harus di gerakan oleh otot
tersebut

3 : Didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu


melawan gerakan ini tidak mampu melawan
gaya( gravitasi)

4 : Dapat mengadakan gerakan melawan berat

5 :Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula


mengatasi sedikit tahanan yang diberikan

6 : Tidak ada kelumpuhan (normal)

Keluhan saat aktivitas : Mudah letih

b) Istirahat dan tidur :

Kebiasaan : max 6 jam/malam jarang jam/siang

Merasa segar setelah tidur : Ya_____ Tidak _√____

Masalah : tidur klien terganggu karena sering BAK

Pemeriksaan diagnostic lain ( Rontgen tulang dll )


6) PROTEKSI DAN PERLINDUNGAN

a) Fisik :

Tanda inflamasi dan infeksi : klien mengatakan nyeri di sekitar


pinggang

Resiko Jatuh : 5 Skala morse , klien tidak nyaman beraktifitas


karena takut jatuh disebabkan pandangan yang kabur, klien
hanya bisa jelas melihat dengan jarak 1-2 meter saja,saat ini
klien memakai kacamata presbiopi yaitu gabungan
miopi(rabun jauh) dan hipermiopi (rabun dekat).

Pemeriksaan Lab GDR

16/10/2019 475 (06.00 Wib) 296 (18.00 Wib)

17/10/2019 225 (06.00 Wib) 376(18.00 Wib)

18/10/2019 350 (06.00 Wib) 515(18.00 Wib)

19/10/2019 318 (06.00 Wib) 370(18.00 Wib)

7) SENSORI

a) Nyeri :

P : Perjalanan penyakit

Q : Nyeri tumpul

R : daerah Pinggang

S:4

T : Selalu

Penglihatan : Ketajaman visus : miopi dan hipermiopi,


Mata Kabur , konjungtiva anemis, Sklera
tidak ikterik, reflek cahaya : +/+,klien
memakai kaca mata.

Penciuman : Normal

Pengecapan : Normal

Pendengaran : Normal

b) Lainnya : klien mengalami gangguan sensori penglihatan


karena ketidakstabilan gula darah, klien tampak berhati – hati
kalau berjalan

8) CAIRAN DAN ELEKTROLIT

a) Fisik

Intake cairan sebelumnya : cc

Intake Output

Minum : ml/24 jam Urine : ml/24 jam

Intravena : ml/24/jam Drain : ml/24 jam

IWL : ml/24 jam

Diare : ml/24 jam

Muntah : ml/24 jam

Perdarahan : ml/24 jam

Total: ml/24 jam Total : ml/24 jam

Balance : cc

(Tidak dilakukan)

Tanda Dehidrasi : tidak ada

Distensi vena jugularis : tidak ada

Edema : tidak ada

b) Labor : Tanggal : 16/10/2019


Nilai Nilai Normal

Natrium (Na) Darah .mEq/L 132 -147

Kalium (K) darah .mEq/L 3.30 – 5.40

Klorida (CI) .mEq/L 94.0 – 111.0

( Tidak dilakukan )

c) Lainnya

9) CAIRAN DAN ELEKTROLIT

a) Fisik

Status Mental

LOC (Level of Consiousnes) : alert

Memory : Panjang

Perhatian : Dapat mengulang

Bahasa : Baik

Kognisi : Baik

Orientasi : Orang, Tempat dan Waktu terganggu

b) Lainnya

Klien sulit mengenali orang bila dengan jarak 2 meter

10) ENDOKRIN

a) Fisik

Kelenjer Tiroid : tidak terjadi pembesaran, tremor tidak ada

b) Pankreas : terdapat gangguan dalam produksi insulin

c) Data lain : ditandai dengan kadar gula darah tidak


stabil

Pemeriksaan Lab GDR


16/10/2019 475 (06.00 Wib) 296 (18.00 Wib)

17/10/2019 225 (06.00 Wib) 376(18.00 Wib)

18/10/2019 350 (06.00 Wib) 515(18.00 Wib)

19/10/2019 318 (06.00 Wib) 370(18.00 Wib)

Tanggal 19/10/2019

Nilai Nilai Normal

Gula darah sewaktu 430 < 140 mg/dl

11) THERAPY

Jenis Obat Indikasi Dosis Waktu

Lansoprazole 30 mg 2x1 Sebelum Makan

Candesarton 8 mg 1x1 malam

Scabulin Nyeri 100 mg 2x1 bila nyeri

Levatoksim 500 mg 1x1 Pagi

Sumogesik Demam 6 mg 2x1 bila demam

Novalapid 12 UI 3x1 Sebelum makan

Infus Nacl 0,9 % 20 gtt/i

2. DATA FOKUS

Data subjektif Data objektif


 Klien mengatakan mata kabur  BAK lebih dari 7x sehari
 klien hanya bisa jelas melihat  gula darah meningkat
dengan jarak 1-2 meter saja  Kadar GDR : 318 mg/dl
 Klien mengatakan badan letih  Gula darah sewaktu : 430 mg/dl
 Klien mengatakan pusing  klien memakai kacamata
 klien mengeluh sering sakit presbiopi yaitu gabungan
pinggang miopi(rabun jauh) dan
 klien mengatakan sulit tidur hipermiopi (rabun dekat)
 klien mengatakan takut jatuh  klien tampak berhati – hati
 klien cemas dengan kalau berjalan
penyakitnya saat ini  klien sering ke kamar mandi.
 tidur klien terganggu karena  Klien tampak binggung kalau
sering BAK berbicara dengan lawan dengan
 klien tidak nyaman beraktifitas jarak yang agak jauh
 Klien sulit mengenali orang  TD: 140/69 , RR:18x/i , N :
bila dengan jarak 2 meter 76x/I ,S: 36,2 c
 Klien BAK sering dan sedikit-  Glukosa urin Positif +++
sedikit  Keton urin Positif
 Klien bertanya tentang  Urobilinogen Positif
penyakit yang dirasakannya.  Leukosit Positif +
 klien mengatakan sering  TB : 172 CM
merasa lapar dan tidak bisa  BB : 41 KG
mengendalikan makannya  BMI : Kurus
 Skala nyeri 4

3. ANALISA DATA

FORMAT ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn Z
Ruangan : Arrazi
Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
Ketidakstabilan
DS : Hiperglikemia
kadar glukosa darah
 Klien mengatakan badan letih

 Klien mengatakan pusing

DO :

 Kadar GDR : 318 mg/dl

 Gula darah sewaktu: 430 mg/dl

 Glukosa urin Positif +++


Gangguan eliminasi
 Keton urin Positif
urin
 TD: 140/69 , RR:18x/i , N :
76x/I ,S: 36,2 c iritasi kandung kemih
(kerusakan glomerolus
ginjal)
DS :

 Klien BAK sering dan sedikit-


sedikit

 klien mengeluh sering sakit


pinggang

DO :

 klien sering ke kamar mandi Defisiensi


BAK lebih dari 7x sehari pengetahuan

 Glukosa urin Positif +++ tentang proses


penyakit, diet,
 Keton urin Positif
perawatan, dan
 Urobilinogen Positif pengobatan
kurangnya informasi
 Leukosit Positif +

 Skala nyeri 4
DS :
Resiko jatuh
 Klien bertanya tentang penyakit
yang dirasakannya

 klien cemas dengan penyakitnya


saat ini

 klien mengatakan sering merasa


lapar dan tidak bisa
mengendalikan makannya

DO :
gangguan penglihatan
 Kadar GDR : 318 mg/dl
(Retinopati)
 Gula darah sewaktu: 430 mg/dl

 TB : 172 CM

 BB : 41 KG

 BMI : Kurus

DS :
 Klien mengatakan mata kabur

 klien hanya bisa jelas melihat


dengan jarak 1-2 meter saja

 klien mengatakan takut jatuh

 klien tidak nyaman beraktifitas

 Klien sulit mengenali orang bila


dengan jarak 2 meter

DO :
 gula darah meningkat
 klien memakai kacamata
presbiopi yaitu gabungan
miopi(rabun jauh) dan
hipermiopi (rabun dekat)

 klien tampak berhati – hati


kalau berjalan

 klien sering ke kamar mandi.

 Klien tampak binggung kalau


berbicara dengan lawan dengan
jarak yang agak jauh

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil pengkajian diatas, diagnosa yang muncul pada klien


antara lain :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d Hiperglikemia


2. Gangguan eliminasi urin b/d iritasi kandung kemih (kerusakan glomerolus
ginjal)

3. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan


pengobatan b/d kurangnya informasi
4. Resiko jatuh d/d gangguan penglihatan (Retinopati)
5. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d
Tujuan : Kadar glukosa darah normal dalam Observasi:
Hiperglikemia
jangka waktu 3 x 24 jam
Ditandai :  Monitor kadar glukosa darah

DS :  Monitor tanda dan gejala hiperglikemia


Kriteria evaluasi :
 Klien mengatakan badan letih  Monitor intake dan output cairan
 Klien mengatakan pusing - Lelah/ lesu menurun
Terapeutik :
DO : - Kadar glukosa darah normal
 Kadar GDR : 318 mg/dl  Berikan asupan oral
- kadar glukosa dalam urin normal
 Gula darah sewaktu: 430 mg/dl  Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
 Glukosa urin Positif +++ hiperglikemi tetap ada atau memburuk

 Keton urin Positif Edukasi :


 TD: 140/69 , RR:18x/i , N : 76x/I
,S: 36,2 c  Anjurkan monitor kadar glukosa darah darah
secara mandiri

 Anjurkan kepatuhan diet dan olah raga

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian insulin


2) Gangguan eliminasi urin b/d iritasi
Tujuan :Gangguan eliminasi urin menurun Observasi:
kandung kemih
dalam waktu 3x24 jam
 Mengidentivikasi tanda dan gejala retensi atau
Ditandai :
inkontinensia urin
DS :
Kriteria evaluasi :  Mengidentivikasi penyebab retensi atau
 Klien BAK sering dan sedikit- inkontinensia urin
sedikit -Volume residu menurun
 monitor eliminasi urin
 klien mengeluh sering sakit -Sensasi berkemih menurun
pinggang Terapeutik :
-nyeri menurun
DO :
 Mencatat waktu-waktu dan haluran berkemih
 klien sering ke kamar mandi
BAK lebih dari 7x sehari  Membatasi asupan cairan

 Glukosa urin Positif +++ Edukasi :


 Keton urin Positif
 Menganjurkan Minum yang cukup
 Urobilinogen Positif
 Leukosit Positif+  Menganjurkan mengurangi minum menjelang
tidur
 skala nyeri 4
 Anjurkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra


3) Defisiensi pengetahuan tentang
Tujuan : pengetahuan pasien meningkat Observasi:
proses penyakit, diet, perawatan, dan
dalam waktu 2 x 24 jam
pengobatan b.d kurangnya informasi  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Ditandai : informasi

DS : Kriteria evaluasi : Terapeutik :


 Klien bertanya tentang penyakit
- Prilaku sesuai anjuran  Sediakan materi dan media pendidikan
yang dirasakannya
kesehatan
 klien cemas dengan penyakitnya - Prilaku sesuai dengan pengetahuan
saat ini  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
-Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi kesepakatan
 klien mengatakan sering merasa menurun
lapar dan tidak bisa  berikan pasien kesempatan untuk bertanya
mengendalikan makannya -Persepsi yang keliru terhadap masalah
menurun Edukasi :
DO :

 Kadar GDR : 318 mg/dl 3.  Jelaskan penyebab dan factor resiko penyakit,

 Gula darah sewaktu: 430 mg/dl  Jelaskan proses patofisiolagi munculnya


 TB : 172 CM penyakit
 BB : 41 KG
 Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh
 BMI : Kurus penyakit

 Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi


4) Resiko jatuh b/d gangguan
Tujuan : Resiko jatuh menurun dalam waktu Observasi:
penglihatan ( retinopati)
2 x 24 jam
Ditandai :  Mengidentivikasi resiko jatuh ( gangguan
penglihatan)
DS :
Kriteria evaluasi :  Mengidentivikasi factor lingkungan yang
 Klien mengatakan mata kabur
meningkatkan resiko jatuh
 klien hanya bisa jelas melihat -Jatuh dari tempat tidur menurun
dengan jarak 1-2 meter saja Terapeutik :
-Jatuh saat berjalan menurun
 klien mengatakan takut jatuh
 Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
 klien tidak nyaman beraktifitas -Jatuh di saat di kamar mandi menurun
 Klien sulit mengenali orang bila  Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
dengan jarak 2 meter
-Jatuh saat naik tangga menurun  Gunakan pengamanan tempat tidur
DO :
 gula darah meningkat  Gunakan alat bantu berjalan (Kursi roda,
 klien memakai kacamata walker)
presbiopi yaitu gabungan
Edukasi :
miopi(rabun jauh) dan hipermiopi
(rabun dekat)
Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
 klien tampak berhati – hati kalau
berjalan  Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
 klien sering ke kamar mandi.
 Klien tampak binggung kalau  Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk
berbicara dengan lawan dengan meningkatkan kesembangan saat berdiri
jarak yang agak jauh
6. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/Tanggal No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi Nama/Paraf


Perawat
Jum’at/ 1
Ketidakstabilan kadar glukosa S:
17 Okt 2019 1. Memonitor kadar glukosa darah
darah b.d Hiperglikemia
 Klien mengatakan badan masih
2. Memonitor tanda dan gejala letih
hiperglikemia
 Klien mengatakan pusing
3. Memonitor intake dan output cairan berkurang
O:
4. Memberikan asupan oral
 Kadar GDR : 376 mg/dl
5. Mengkonsultasi dengan medis jika  Glukosa urin Positif +++
tanda dan gejala hiperglikemi tetap
ada atau memburuk  Keton urin Positif
 TD: 140/69 , RR:18x/i , N :
6. Menganjurkan monitor kadar glukosa 76x/I ,S: 36,2 c
darah darah secara mandiri
A:
7. Menganjurkan kepatuhan diet dan
olah raga  Kadar glukosa darah belum
stabil
8. Mengkolaborasi pemberian insulin
P : Intervensi 1-8 dilanjutkan

Jum’at/ 2
Gangguan eliminasi urin b/d S:
17 Okt 2019 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala
iritasi kandung kemih
retensi atau inkontinensia urin  Klien BAK masih sering dan
sedikit-sedikit
2. Mengidentifikasi penyebab retensi
atau inkontinensia urin  klien masih mengeluh sering
sakit pinggang
3. Memonitor eliminasi urin
O:
4. Mencatat waktu-waktu dan haluran
berkemih  klien sering ke kamar mandi

5. Membatasi asupan cairan  BAK lebih dari 7x sehari


 Glukosa urin Positif +++
6. Menganjurkan Minum yang cukup
 Keton urin Positif
7. Menganjurkan mengurangi minum  Urobilinogen Positif
menjelang tidur
 Leukosit Positif+
8. Menganjurkan terapi modalitas  skala nyeri 3
penguatan otot-otot panggul A:

9. Kolaborasi pemberian obat  Gangguan eliminasi urin belum


supositoria uretra stabil

P : Intervensi 1-9 dilanjutkan

Jum’at/ 3
Defisiensi pengetahuan S:
17 Okt 2019 1. Mengidentifikasi kesiapan dan
tentang proses penyakit,
diet, perawatan, dan kemampuan menerima informasi  Klien sudah paham tentang
pengobatan b.d kurangnya penyakit yang dirasakannya
informasi 2. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan  klien masih cemas dengan
penyakitnya saat ini
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan
O:
sesuai kesepakatan
 Kadar GDR : 376 mg/dl
4. Memberikan pasien kesempatan
untuk bertanya A:
 Pengetahuan klien mulai
5. Menjelaskan penyebab dan factor meningkat
resiko penyakit,
P : Intervensi 3,4,8 dilanjutkan
6. Menjelaskan proses patofisiolagi
munculnya penyakit

7. Menjelaskan tanda dan gejala yang


ditimbulkan oleh penyakit

8. Menjelaskan kemungkinan terjadinya


komplikasi
Jum’at/ 4 S:
Resiko jatuh b/d gangguan
17 Okt 2019 1. Mengidentifikasi resiko jatuh
penglihatan ( retinopati)  Klien mengatakan aham dengan
(gangguan penglihatan)
orientasi yang diberikan
petugas
2. Mengidentifikasi factor lingkungan
yang meningkatkan resiko jatuh O:
 klien tampak berhati – hati
3. Mengorientasikan ruangan pada
kalau berjalan
pasien dan keluarga
 klien sering ke kamar mandi
4. Mengatur tempat tidur mekanis pada dengan hati dan dan dibantu
posisi terendah keluarga.
A:
5. Gunakan pengamanan tempat tidur
 Resiko jatuh menurun
6. Mengguunakan alat bantu berjalan
(Kursi roda, walker)
P : Intervensi 1-9 dipertahankan
7. Menganjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin

8. menganjurkan berkonsentrasi untuk


menjaga keseimbangan tubuh

9. Menganjurkan melebarkan jarak


kedua kaki untuk meningkatkan
kesembangan saat berdiri

Hari/Tanggal No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi Nama/Paraf


Perawat
Sabtu/ 1
Ketidakstabilan kadar glukosa S:
18 Okt 2019 1. Memonitor kadar glukosa darah
darah b.d Hiperglikemia
 Klien mengatakan badan masih
2. Memonitor tanda dan gejala
letih
hiperglikemia
 Klien mengatakan pusing
3. Memonitor intake dan output cairan berkurang

4. Memberikan asupan oral O:


 Kadar GDR : 515 mg/dl
5. Mengkonsultasi dengan medis jika
 Glukosa urin Positif +++
tanda dan gejala hiperglikemi tetap
ada atau memburuk  Keton urin Positif
 TD: 130/79 , RR:18x/i , N :
6. Menganjurkan monitor kadar glukosa
76x/I ,S: 36,4 c
darah darah secara mandiri
A:
7. Menganjurkan kepatuhan diet dan
olah raga  Kadar glukosa darah masih
belum stabil
8. Mengkolaborasi pemberian insulin
P : Intervensi 1-8 dilanjutkan

Sabtu/ 2
Gangguan eliminasi urin b/d S:
18 Okt 2019 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala
iritasi kandung kemih
retensi atau inkontinensia urin  Klien BAK masih sering dan
sedikit-sedikit
2. Mengidentifikasi penyebab retensi
atau inkontinensia urin  klien masih mengeluh sering
sakit pinggang
3. Memonitor eliminasi urin
O:
4. Mencatat waktu-waktu dan haluran  klien sering ke kamar mandi
berkemih
 BAK lebih dari 7-8 x sehari
5. Membatasi asupan cairan  Glukosa urin Positif +++
 Keton urin Positif
6. Menganjurkan Minum yang cukup
 Urobilinogen Positif
7. Menganjurkan mengurangi minum  Leukosit Positif+
menjelang tidur  skala nyeri 3

8. Menganjurkan terapi modalitas A :


penguatan otot-otot panggul  Gangguan eliminasi urin masih
belum stabil
9. Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra P : Intervensi 1-9 dilanjutkan

Sabtu/ 3
Defisiensi pengetahuan S:
18 Okt 2019 1. Mengidentifikasi kesiapan dan
tentang proses penyakit,
diet, perawatan, dan kemampuan menerima informasi  Klien sudah paham tentang
pengobatan b.d kurangnya penyakit yang dirasakannya
informasi 2. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan O:

3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan  Klien makan sesuai porsi diit


sesuai kesepakatan yang diberikan

A:
4. Memberikan pasien kesempatan
untuk bertanya  Pengetahuan klien meningkat

5. Menjelaskan penyebab dan factor


resiko penyakit, P : Intervensi dihentikan

6. Menjelaskan proses patofisiolagi


munculnya penyakit

7. Menjelaskan tanda dan gejala yang


ditimbulkan oleh penyakit
8. Menjelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi

Hari/Tanggal No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi Nama/Paraf


Perawat
Minggu/ 1
Ketidakstabilan kadar glukosa S:
19 Okt 2019 1. Memonitor kadar glukosa darah
darah b.d Hiperglikemia
 Klien mengatakan badan letih
2. Memonitor tanda dan gejala sudah berkurang
hiperglikemia
 Klien mengatakan pusing
3. Memonitor intake dan output cairan berkurang
O:
4. Memberikan asupan oral
 Kadar GDR : 370 mg/dl
5. Mengkonsultasi dengan medis jika  Glukosa urin Positif +++
tanda dan gejala hiperglikemi tetap
ada atau memburuk  Keton urin Positif
 TD: 135/76 , RR:18x/i , N :
6. Menganjurkan monitor kadar glukosa 76x/I ,S: 36,4 c
darah darah secara mandiri
A:
7. Menganjurkan kepatuhan diet dan
olah raga  Kadar glukosa darah masih
belum stabil
8. Mengkolaborasi pemberian insulin
P : Intervensi 5,6,7,8 dipertahankan

Minggu/ 2
Gangguan eliminasi urin b/d S:
19 Okt 2019 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala
iritasi kandung kemih
retensi atau inkontinensia urin  Klien BAK sudah berkurang
dari sebelumnya
2. Mengidentifikasi penyebab retensi
atau inkontinensia urin  klien masih mengeluh sakit
pinggang sudah berkurang
3. Memonitor eliminasi urin O:

4. Mencatat waktu-waktu dan haluran  BAK lebih dari 4-5 x sehari


berkemih
 Glukosa urin Positif +++
5. Membatasi asupan cairan  Keton urin Positif
 skala nyeri 2
6. Menganjurkan Minum yang cukup

7. Menganjurkan mengurangi minum A :


menjelang tidur
 Gangguan eliminasi urin masih
8. Menganjurkan terapi modalitas belum stabil
penguatan otot-otot panggul
P : Intervensi 1-8 dipertahankan
9. Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra
BAB 4

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai


dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat,
lemak dan protein, mengarah pada hiperglikemia(kadar glukosa darah tinggi).
Diabetes Mellitus (DM) kadang dirujuk sebgai ‘gula tinggi’, baik oleh pasien
maupun penyedia layanan kesehatan.Pemikiran dari hubungan gula dengan
DM adalah sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang mengandung
gula ciri dari DM yang tidak terkontrol. Walaupun hiperglikemia memainkan
sebuah peran penting dalam perkembangan komplikasi terkait DM, kadar
yang tinggi dari glukosa darah hanya satu komponen dari proses patologis
dan manifestasi klinis yang berhubungan dengan DM. Proses patologis dan
factor resiko lain adalah penting dan terkadang merupakan factor independen.
Diabetes mellitus dapat berhubungan dengan komplikasi serius, namum orang
dengan DM dapat mengambil cara – cara pencegahan untuk mengurangi
kemungkinan kejadian tersebut (Black, 2014, p. 631).
DM mungkin juga akibat dari gangguan – gangguan lain atau
pengobatan. Defek genetic pada sel beta dapat mengarah perkembangan DM.
Beberapa hormone epinefrin merupakan antagonis atau menghambat insulin.
Jumlah berlebihan dari hormone – hormone ini (seperti akromegali, sindrom
cushing, glukagonoma, dan feokromositoma) menyebabkan DM. selain itu
obat – obatan tertentu (glukokortikoid dan triazid) mungkin menyababkan
DM (Black, 2014, p. 632)

2. SARAN

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada seorang yang anggota


keluarganya memiliki riwayat diabetes. Diabetes tipe 1 ini biasa mulai
terdeteksi pada usia kurang dari 30 tahun. Diabetes tipe 2 adalah tipe DM
paling umum yang biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih
umum diantara dewasa tua dan biasanya disertai obesitas. Diabetes
gestasional merupakan yang menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi
glukosa atau ditemukan pertama kali selama kehamilan (Black, 2014, pp.
632-63).
DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.


Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV Pentasada
Media Eduksi.
Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Nugroho, D. T. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi I,Jakarta:DPP
PPNI.
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi I,Jakarta:DPP
PPNI.
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi I,Jakarta:DPP
PPNI.
Wilkinson, J. M. (2013). Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. M. (2017). Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai