Isi Laporan KP PDF
Isi Laporan KP PDF
PENDAHULUAN
Jalan Tol merupakan salah satu bentuk dari jalan bebas hambatan, dengan
adanya jalan tol ini diharapkan dapat mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari
satu tempat ke tempat lain. Jalan Tol Soreang – Pasirkoja (Soroja) merupakan jalan
tol yang dibangun di 3 (tiga) Kecamatan, yaitu Kecamatan Soreang, Kecamatan
Margaasih, dan Kecamatan Katapang. Sesuai dengan tujuan utama dari jalan tol,
Jalan Tol Soroja ini diharapkan dapat mempermudah akses antara Kabupaten
Bandung dan Kota Bandung, dapat mengurai kemacetan di Jalan Raya Kopo. Selain
itu, pembangunan Jalan Tol Soroja ini juga diyakini dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dari Kecamatan Soreang sampai Kecamatan Margaasih dan
dapat meningkatkan investasi di daerah tersebut.
Proyek Jalan Tol Soroja terdiri dari 2 (dua) seksi dimana Seksi I dikerjakan
oleh PT. Wijaya Karya dan Seksi II dikerjakan oleh PT. GIJBK. Jalan Tol Seroja
Seksi I dibangun sepanjang 15.3 km dimana terdiri dari pembangunan jalan dan
jembatan. Jembatan yang dibangun dibagi menjadi 15 (lima belas) segmen, salah
satunya adalah Jembatan Utama Terusan Pasirkoja – 1 Simpang Susun Pasirkoja.
Jembatan Utama Terusan Pasirkoja – 1 Simpang Susun Pasirkoja ini berlokasi di
STA 0 + 300 dan merupakan jembatan yang memiliki bentang cukup panjang yaitu
50.843 m.
1
4. Meningkatkan pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang pertumbuhan
ekonomi.
1.3.1. Topografi
2
Kabupaten Bandung membuat potensi hidrologi Kabupaten Bandung yaitu sumber
daya air tersedia cukup melimpah, baik air bawahtanah maupun air permukaan. Air
permukaan terdiri dari 4 danau alam, 3 danau buatan serta 172 buah sungai dan anak-
anak sungai serta curah hujan yang rata- rata mencapai 1.500-4.000mm per tahun,
Sumber air permukaan pada umumnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
pertanian, industri, dan sosial lainnya sedangkan air tanah dalam (kedalaman 60-
200m) pada umumnya dipergunakan untuk keperluan industri, non industri, dan
sebagian kecil untuk rumah tangga.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Proyek
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian tersebut,
terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil
kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan
tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
maka potensi terjadinya perbedaan pendapat sangat besar sehingga dapat dikatakan
bahwa proyek konstruksi mengandung konflik tinggi untuk itu dalam kegiatan yang
dilakukan harus koordinasi terhadap pekerjaan yang akan dilakukan untuk
mengurangi terjandinya perbedaan pendapat dalam memutuskan masalah pekerjaan.
Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu
unik, melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi (Ervianto,
2005). Proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala :
1. Sesuai spesifikasi yang ditetapkan
2. Time schedule
3. Sesuai biaya yang direncanakan.
Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dari awal
rangkaian kegiatan dan akhir kegiatan dengan mempunyai jangka waktu terbatas
yang hanya terjadi satu kali sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik. Tiga
karakter proyek konstruksi adalah :
1. Proyek bersifat unik, keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi
rangkaian kegiatan yang sama persis, proyek bersifat sementara, dan selalu
melibatkan grup bekerja yang berbeda-beda.
4
2. Membutuhkan sumber daya, setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya
dalam penyelesaiannya, yaitu pekerja, uang, mesin, metoda, material.
Pengorganisasian semua sumber daya tersebut dilakukan oleh manajer proyek.
3. Membutuhkan organisasi, setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di
mana di dalamnya terlibat sejumlah individu dengan ragam keahlian, ketertarikan,
kepribadian. Langkah awal yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah
menyatukan visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
5
Aspek teknis yang umum dilakukan terdistribusi dalam :
1. Perencanaan (Planning)
2. Penjadwalan (Scheduling)
3. Pengendalian (Controling)
Hal ini untuk mencapai tujuan proyek yaitu menghasilkan bangunan fisik yang
mempunyai variable biaya-mutu-waktu yang optimal. Sebagaimana diketahui bahwa
ketiga variable tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
6
2.1.3. Jenis- jenis Proyek Konstruksi
Menurut Ervianto, (2005) Proyek konstruksi dapat dibedakan atas dua jenis
kelompok bangunan yaitu :
1. Bangunan gedung : rumah, kantor, pabrik dengan memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi pondasi
umumnya sudah diketahui.
3. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.
2. Bangunan sipil : jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri
kelompok bangunan ini adalah:
1. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi
kepentingan manusia.
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi
pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.
3. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.
7
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Proyek ini dilakukan untuk menghasilkan suatu produk tertentu yang untuk
mendapatkan hasil akhir sering kali menempuh proses yang berubah-ubah. Perlu
diberikan batasan yang ketat untuk proyek ini agar tidak melebihi anggaran atau
jadwal proyek.
4. Proyek Pelayanan Manajemen
Fungsi dari proyek manajemen adalah:
1. Merancang program efisiensi dan penghematan.
2. Merancang system informasi manajemen, yang terdiri dari perangkat lunak
maupun keras.
3. Diverifikasi, penggabungan, dan pengambilalihan.
5. Proyek Kapital
Proyek kapital memilih usaha dan kriteria tertentu untuk berbagai badan usaha
baik pemerintah atau swasta. Proyek kapital terdiri dari proyek pembebasan
tanah, penyediaan lahan, pembelian material, dan lain-lain.
Kegiatan konstruksi adalah suatu kegiatan yang harus melalui suatu proses
yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.
Kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian yang berurutan dan berkaitan.
Rangkaian tersebut dimulai dari lahirnya suatu gagasan yang dibutuhkan (need),
pemikiran kemungkinan keterlaksanaan (feasibilty study), keputusan untuk
membangun dan pembuatan penjelasan (penjabaran), rincian tentang rumusan
kebutuhan tersebut (briefing), penuangan dalam rancangan awal (preliminary deisgn),
pembuatan rancanagn lebih rinci (design development dan detail design), persiapan
administrasi untuk pelaksanaan pembangunan dengan memilih calon pelaksana
(procurement), pelaksanaan pembangunan pada lokasi yang ditentukan
(construction). Kegiatan membangun berakhir pada saat bangunan tersebut mulai
digunakan.
8
Empat aspek yang harus dikaji dalam setiap tahap kerangka dasar dari proses
konstruksi:
1. Aspek fungsional : konsep umum, pola operasional, program tata ruang.
2. Aspek lokasi dan lapangan : iklim, topografi, jalan masuk, prasarana, formalitas
hukum.
3. Aspek konstruksi : prinsip rancangan, standar teknis, ketersedian bahan
bangunan, metoda pelaksanaan, dan keselamatan operasi.
4. Aspek operasional : administrasi proyek, arus kas, kebutuhan perawatan,
kesehatan dan keselamatan kerja.
Secara fungsional, ada tiga pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek
konstruksi, yaitu pemilik proyek, konsultan dan kontraktor. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk organisasi dalam suatu proyek konstruksi
adalah jenis proyek, keadaan anggaran belanja, keadaan dan kemampuan pemberi
tugas yang berkaitan dengan teknis dan administrasi. Bentuk-bentuk organisasi
tersebut dapat dikelompokan menjadi lima bentuk organisasi atau pendekatan
manajemen, yaitu :
1. Organisai Tradisional, ciri-ciri organisasi tersebut adalah :
a. Konsultan perencana terpisah
b. Kontraktor utama tunggal
c. Banyak melibatkan subkontraktor atau dikerjakan sendiri oleh kontraktor
utama.
d. Jenis-jenis kontrak yang biasanya diterapkan : harga tetap (fixed cost), harga
satuan (unit price), maksimum bergaransi,kontrak biaya tambah-upah tetap.
9
Gambar 2.3 Bentuk Organisasi Tradisional
10
3. Organisasi Proyek putar kunci (Turn- Key Project)
Ciri-ciri organisasi proyek putar kunci di mana konsultan, kontraktor berfunsu
sebagai perencana dan pelaksana adalah :
• Satu perusahaan yang bertanggung jawab baik untuk perencanaan maupun
pelaksanaan konstruksi.
• Melibatkan kontraktor spesialis.
• Jenis kontrak yang diterapkan : harga tetap, harga maksimum bergaransi,
kontrak konstruksi desain dengan biaya tambah upah tetap.
Organisasi proyek memisahkan kegiatan perencanaan dengan kegiatan
pengawasan pelaksanaan proyek. Ciri-ciri bentuk organisasi putar kunci dimana
kosultan-kontraktor berfungsi sebagai perencana dan pengawas adalah :
• Pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan perencanaan berbeda
dengan pihak yang bertanggung jawab terhadap pengawasan.
• Jenis kontrak diterapkan : harga tetap, harga maksimum bergaransi, kontrak
konstruksi desain dengan biaya tambah upah tetap.
Pemilik Proyek
Konsultan Kontraktor
11
4. Organisasi Proyek yang memisahkan kegiatan perencanaan dengan kegiatan
pengawasan pelaksanaan proyek.
Pemilik Proyek
Kontraktor
Pemilik Proyek
Manajemen Konstruksi
Konsultan Kontraktor
12
sehingga tujuan proyek dapat tercapai dengan baik dan semua pihak secara optimal
mendapatkan hal-hal yang menjadi tujuan atau sasaran keterlibatan mereka dalam
proyek tersebut.
manajemen proyek
badan pemerintah supplier
Proyek Konstruksi merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu hasil dalam
membentuk fisik bangunan/ infrastruktur untuk setiap proyek konstruksi antara
pemberi tugas/ pemilik (pihak 1) dan kontraktor (pihak 2). Kontrak konstruksi
merupakan dokumen yang memiliki kekuatan hukum yang ditandatangani oleh kedua
pihak yang memuat persetujuan bersama secara suka rela dimana pihak ke 2 berjanji
untuk memberikan jasa dan menyediakan material untuk membangun proyek bagi
pihak ke-1 serta pihak ke-1 berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan
untuk jasa dan material yang telah digunakan. Dokumen pada kontrak konstruksi
tersebut disebut juga dengan dokumen kontrak.
13
perencana dapat dijadikan konsultan pengawas sedangkan pada sistem rancang
bangun tidak terdapat konsultan pengawas karena yang melakukan pengawasan itu
pemilik proyek untuk proyek dalam skala kecil, sedangkan untuk proyek dalam
kategori perorangan yang ahli untuk melakukan pengawasan di lapangan dan untuk
mencapai hasil yang optimal pemilik proyek menunjuk langsung konsultan
pengawas.
Pemilik Proyek
14
2.2.1. Pemilik Proyek atau Pemberi Tugas
Pemilik proyek atau Pemberi tugas atau pengguna jasa dapat berupa suatu
badan hukum atau perorangan yang memililki proyek dan memberikan pekerjaan
atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang
membayar biaya pekerjaan tersebut.
Tugas dan wewenang dari pemilik proyek tersebut :
1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2. Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
3. Menyerahkan lokasi pekerjaan kepada kontraktor setelah penandatanganan
kontrak.
4. Membayar kontrak sesuai dengan syarat pembayaran yang ada di dalam dokumen
kontrak.
5. Membantu kontraktor dalam segala urusan dengan pihak instansi terkait yang
berhubungan dengan proyek tersebut.
6. Menyelenggarakan rapat mingguan dan rapat bulanan yang membahas tentang
kemajuan dan hambatan pekerjaan.
7. Menerbitkan berita acara penyerahan pertama dan penyerahan kedua (akhir) bila
semua pekerjaan telah diselesaikan oleh kontraktor dan memenuhi persyaratan
dokumen kontrak.
Dalam proyek ini pemilik proyek/pemberi tugas tidak langsung merangkap
pengawas sehingga terdapat konsultan pengawas akibatnya apabila terjadi gambar
rencana maka pemilik proyek tidak dapat langsung memberitahukan kepada
kontraktor.
15
perseorangan, perseorangan berbadan hukum yang bergerak dalam bidang
perencanaan pekerjaan bangunan yang ditunjuk oleh pemilik proyek/ pemberi tugas.
Adapun tugas dan wewenang konsultan perencana :
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari hitungan struktur, gambar
rencana beserta detail-detailnya, rencana kerja dan syarat-syarat , rencana
anggaran biaya.
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktortentang pelaksanaan pekerjaan.
3. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat.
4. Membuat gambar revisi bila terjadi gambar perubahan.
5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
16
9. Meyiapkan dan menghitun adanya kemungkinan pekerjaan tambah/kurang.
2.2.4. Kontraktor
17
2. Pemilik proyek dengan kontraktor, ikatan berdasarkan kontrak.
Kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan sebagai
realisasi dari keinginan pemilik proyek yang telah dituangkan kedalam gambar
rencana dan peraturan serta syarat-syarat oleh konsultan. Sedangkan pemilik
proyek memberikan biaya jasa profesional kontraktor.
3. Konsultan dengan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan.
Konsultan memberikan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat.
Kemudian kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan.
18
2.3.1.1. Bangunan Atas (Upper Structure)
19
2.3.1.2. Bangunan Bawah (Sub Structure)
20
Pondasi adalah bagian struktur paling bawah dari suatu bangunan yang
berfungsi sebagai penopang bangunan. Pondasi yang merupakan konstruksi
bangunan bagian paling bawah dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
pondasi dangkal dan pondasi dalam. (Usman Angelina, 2014).
Jenis pondasi terdiri dari 2 Jenis yaitu :
a. Pondasi dangkal (Shallow Foundation)
Pondasi dangkal atau dapat disebut pondasi menyebar termasuk dudukan
umpak (Pondasi terisolasi), Contoh pondasi dangkal antara lain pondasi
memanjang, pondasi tapak, dan pondasi raft. (Usman Angelina, 2014)
b. Pondasi Dalam (Deep Foundations)
Pondasi Dalam didefinisikan sebagai pondasi yang meneruskan beban
struktur di atasnya ke tanah keras atau batuan yang terletak jauh dari
permukaan. Contoh pondasi dalam antara lain tiang pancang, bor pile,
sumuran, dinding diafragma dan pile cap.(Usman Angelina, 2014)
4. Dinding Sayap (Wing Wall)
Dinding sayap adalah bagian dan bangunan bawah jembatan yang berfungsi
untuk menahan tegangan tanah dan memberikan kestabilan pada posisi tanah
terhadap jembatan.
5. Landasan/Perletakan
Menurut Agus Iqbal Manu landasan jembatan adalah bagian ujung bawah dari
suatu bangunan atas yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari
bangunan atas kepada bangunan bawah. Menurut fungsinya dibedakan landasan
sendi (fixed bearing) dan landasan gerak (movable bearing).
Jembatan jalan raya adalah jembatan yang direncanakan untuk memikul beban
lalu lintas kendaraan baik kendaraan berat maupun ringan. Jembatan jalan raya ini
menghubungkan antara jalan satu ke jalan lainnya.
21
BAB III
TINJAUAN PROYEK
22
3.3. Data Proyek
Secara rinci data proyek pembangunan Jalan Tol Soreang – Pasirkoja adalah
sebagai berikut:
1. No. Kontrak : 16/SPJK-HK.04/XII/2015 ; 30 DESEMBER 2015
Addendum I : 10/SPJK-HK.04/IV/2016 ; 26 APRIL 2016
Addendum II : 17/SPJK-HK.04/VI/2016 ; 30 JUNI 2016
Addendum III : 31/SPJK-HK.04/X/2016 ; 20 OKTOBER 2016
2. Owner : PT. Citra Marga Lintas Jabar (PT. CMLJ)
3. Sifat Tender : Penunjukan Langsung
4. Konsultan Perencana : PT. BINA KARYA (Persero) Tbk
5. Konsultan Supervisi : PT. MULTI PHI BETA
PT INDOTEK KONSULTAN UTAMA
PT INDOTEC UTAMA
6. Kontraktor : PT. Wijaya Karya
PT. Girder Indonesia dan PT. Jabar Bumi –
Konstruksi KSO (Kerja Sama Operasi)
Pemilik Proyek
PT Citra Marga Lintas Jabar
Kontraktor Pelaskana
PT Wijaya Karya (Persero)Tbk
23
7. Nilai Kontrak Awal : Rp. 628,117,000,000 (Exc. VAT)
Nilai Kontrak CCO-1 : Rp. 707,899,893,122 (Exc. VAT)
Nilai Kontrak CCO-2a : Rp. 720,899,893,122 (Exc. VAT) – draft
8. Sifat Kontrak : Unit Price
9. Uang Muka : 10% (Maksimal)
10. Sumber Dana Proyek : PT. CITRA MARGA LINTAS JABAR
11. Waktu Pelaksanaan : 514 Hari Kalender (Addendum)
12. Organisasi Proyek
Struktur organisasi proyek pembangunan Jalan Tol Soreang – Pasirkoja dapat
dilihat pada Gambar 3.3. berikut ini.
24
Gambar 3.3.
Struktur Organisasi
Proyek Pembangunan Jalan Tol Soreang - Pasirkoja
25
3.3.1. Pemilik Proyek (Owner)
Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) melakukkan sistem lelang investasi untuk
membangun jalan tol Soreang – Pasirkoja (Soroja) dengan diikuti oleh dua
konsorsium dan satu perusahaan tunggal, namun pada pertengahan persaingan
perusahaan tunggal tersebut mengundurkan diri, dari persaingan dua konsorsium
tersebut akhirnya mendapatkan satu pemenang tunggal yaitu konsorsium yang
beranggotakan tiga perusahaan diantaranya PT.CMNP, PT.WIKA dan PT. Jasa
Sarana. Tender yang dilakukan oleh BPJT adalah tender biaya tol per km, tender
tersebut berhasil dimenangkan oleh konsorsium ketiga perusahaan tersebut dengan
biaya tol termurah.
Awalnya, PT. Jasa Sarana bersama-sama PT. CMNP sepakat membuat
konsorsium dengan mengajak PT. WIKA sebagai salah satu bagian dari anggotanya
yang kemudian membentuk CMLJ (Citra Marga Lintas Jabar). Serta membuat
perjanjian yang menyebutkan bahwa PT. WIKA yang akan menjadi kontraktor
utamanya.
PT Citra Marga Lintas Jabar (CMLJ) merupakan Badan Usaha Jalan Tol yang
dibentuk oleh konsorsium PT. Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP), PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan PT Jasa Sarana setelah berhasil memenangkan
tender yang ditetapkan berdasarkan surat penetapan pemenang Pelelangan
Pengusahaan Jalan Tol Soroja, nomor: KU.03.01-Mn/503 yang ditandatangani oleh
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tertanggal 25 Juni 2015. Dalam
perjanjian disepakati komposisi kepemilikan saham yaitu 65% untuk CMNP, 25%
untuk WIKA dan 10 % untuk PT Jasa Sarana serta membentuk PT Citra Marga
Lintas Jabar yang akan menjadi BUJT ruas Soreang – Pasirkoja sepanjang 8,15
kilometer. Jalan tol ini nantinya akan menjadi jalur penting yang menghubungkan
Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, Soreang dan sekitarnya.
26
3.3.1.2. PT. Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP)
27
di bidang telematika, PT. Jasa Medivest bergerak di bidang pembakaran limbah
medis, PT. Jabar Bumi Konstruksi yang bergerak di bidang jasa konstruksi, dan PT.
Metaphora Andalan Utama.
PT. GI/JBK merupakan hasil konsorsium antara PT. Citra Marga Nushapala
Persada Tbk (CMNP) dan PT. Jasa Sarana, dimana PT. Citra Marga Nushapala
diwakili anak perusahaannya yaitu PT. Girder Indonesia sebagai spesialis precast
concrete atau beton pra cetak, dan PT. Jasa Sarana diwakili anak perusahaannya yaitu
PT. Jabar Bumi Konstruksi (JBK).
Seperti yang kita ketahui bahwa jenis lelang dalam sebuah proyek ada dua
macam, diantaranya yaitu Prakualifikasi dan Pasca Kualifikasi. Penggunaan kedua
jenis lelang tersebut juga berbeda dimana jenis lelang prakualifikasi digunakan untuk
proyek-proyek dengan nilai yang besar dan pasca kualifikasi digunakan untuk
28
proyek-proyek dengan nilai kecil. Pada proses lelang prakualifikasi para pengikut
tender harus menyampaikan dokumen kepada pihak pemilik proyek sebelum tanggal
pelelangan, namun untuk proses lelang pasca kualifikasi penyampaian syarat
mengikuti tender paling lambat dikirimkan pada tanggal pelaksanaan pelelangan.
Biasanya, dokumen yang harus dilampirkan pada saat mengikuti proses pelelangan
diantaranya Akta Perusahaan (termasuk didalamnya Administrasi Pajak), Surat
Keahlian (SKA) dan Nilai Penawaran, dimana syaratsyarat tersebut merupakan
dokumen non teknis.
Jenis pelelangan pada proyek Pembangunan Jalan Tol Soreang – Pasirkoja ini
adalah jenis pelelalangan prakualifikasi karena memiliki nilai awal proyek yang besar
yaitu Rp. 628,117,000,000,00. Setelah proses pelelangan proyek pembangunan tol
Soroja dimenangkan oleh PT. CMLJ yang merupakan gabungan dari tiga perusahaan
yaitu PT. CMNP, PT. WIKA dan PT. Jasa Sarana dilakukanlah penunjukann
langsung kontraktornya dikarenakan PT. WIKA ingin menjadi Engineering
Procurement Construction (EPC) yaitu perusaahan yang mendesain, mengadakan
serta membangun sebuah proyek. Apabila menjadi EPC, PT. WIKA berharap
nantinya tidak hanya akan bertugas merealisasikan dari rencana ke pelaksanaannya
saja.
Dalam sebuah perjanjian yang melibatkan ketiga perusahaan di konsorsiun
tersebut menyebutkan bahwa apabila lelang dimenangkan oleh CMLJ maka PT.
WIKA lah yang akan menjadi kontraktornya, itulah sebabnya mengapa CMLJ
melakukan penunjukan langsung terhadap kontraktor.
Pada sebuah proses pelelangan akan dilampirkan dokumen gambar yang
masih berupa Basic Design yang nantinya akan diubah ke gambar Detail Engineering
Design (DED) dengan bantuan Konsultan DED yaitu PT Bina Karya, hal tersebut
sekaligus menjadi tugas dari CMLJ sendiri. Setelah gambar DED itu selesai
selanjutnya akan diserahkan kepada pihak pelaksana yaitu PT. WIKA selaku
kontraktor dan nantinya juga gambar DED tersebut akan diubah ke gambar Shop
Drawing / Gambar Kerja.
29
3.3.3. Data Teknis JU. Terusan Pasirkoja-1 SS Pasirkoja
30
3.3.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang akan terlibat pada pekerjaan JU. Terusan Pasirkoja-1
Simpang Susun Pasirkoja, dapat dilihat pada Tabel 3.1.
3.3.5. Peralatan
Alat yang akan digunakan pada pekerjaan JU. Terusan Pasirkoja-1 Simpang
Susun Pasirkoja, dapat dilihat pada Tabel 3.2.
31
Tabel 3.2. Alat- alat yang Digunakan pada Pekerjaan JU. Terusan Pasirkoja
No Tenaga Kerja Unit Total
1 Total Station Sokkia.set,se 1
2 Generator Set 20 Kva 1
3 Excavator PC 200 1
4 Bulldozer D31/D65 1
5 Diesel Hammer Cap. 6 – 7,2 Ton 1
6 Crane Erection Cap. 250 Ton 2
7 Service Crane Cap. 150 Ton 1
8 Boogie - 1
9 Welding Machine - 1
10 Lighting Machine - 8
11 Peluit - 5
12 Hand Talkie (HT) - 2
13 Vibrator Internal - 1
14 Concrete Pump - 4
15 Truck Mixer - Ls
16 Supporting - Ls
17 Scaffolding - 1
18 Pickup - 1
19 Air Compressor - 1
20 Asphalt Sprayer - 1
21 Asphalt Finisher - 1
22 Tandem Roller - 1
23 Tyre Roller - 1
24 Crane Set (Rail + Winch) - 1
32
3.3.6. Lingkup Pekerjaan Pembangunan JU. Terusan Pasirkoja-1 SS Pasirkoja
33
3.5. Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Jembatan Terusan Pasirkoja-1
Pada saat melaksanakan proses konstruksi terdapat beberapa hal yang harus
dipersiapkan untuk menunjang pelaksanaan proyek. Pekerjaan persiapan dijelaskan
pada subbab berikut ini.
Alat-alat dan tenaga kerja dalam pekerjaan survey dan stacking out dapat
dilihat pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4, sedangkan Pekerjaan Survey dan Stacking Out
dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Tabel 3.3. Alat-alat yang Digunakan dalam Pekerjaan Survey dan Stacking Out
34
Tabel 3.4. Tenaga Kerja dalam Pekerjaan Survey dan Stacking Out
Data hasil Survey dan Stacking Out kemudian diplot dan digambarkan,
pekerjaan penggambaran dapat dilihat pada Gambar 3.5.
35
3.5.1.2. Persiapan Pembersihan Dan Penyiapan Jalan Akses Ke Lokasi
Pekerjaan
Pembangunan direksi keet / kantor lapangan tidak terlalu jauh dari lokasi
pekerjaan agar memudahkan pengawas pelaksana untuk menyelesaikan proyek dan
Posisi stokyard harus berada tidak jauh dari area pekerjaan, agar mobilisasi material
tidak terlalu jauh dari area pekerjaan, agar mobilisasi material tidak terlalu jauh dan
cepat saat pelaksanaan.
36
Gamabar 3.7. Gudang Penyimpanan Material
37
Gambar 3.8. Rencana Proteksi Abutment Jembatan Eksisting
38
3.5.2. Pekerjaan Pemancangan
39
Gambar 3.11. Pekerja Mengatur Posisi Tiang
40
5. Lakukan calendering & re-calendering untuk mengetahui kedalaman tiang
pancang sudah mencapai tanah keras, serta evaluasi kapasitas tiang tunggal.
6. Jika pemancangan sudah mencapai elevasi rencana tetapi belum mencapai nilai
calendering yang diinginkan, koordinasikan dengan konsultan supervisi untuk
tindakan selanjutnya.
7. Pemancangan pertama selesai, maka dilanjutkan dengan pemancangan di titik-
titik koordinat lainnya / yang berdekatan.
8. Alur pemancangan dilaksanakan dengan 2 (dua) alat pancang di Abutment 1 (A1)
dan Abutment 2 (A2).
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam proses pemancangan adalah sebagai
berikut:
1. Tiang pancang harus ditempatkan lurus vertikal dengan posisi hammer di atas
titik pancangnya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar. Untuk menjaga
kelurusan tiang pancang dan jarak tiang sesuai dengan gambar kerja (shop
41
drawing), maka dibutuhkan bantuan surveyor dengan menggunakan lot. (Gambar
3.15. Kiri)
2. Pada saat pelaksanaan pemancangan, ketika tiang sudah hampir mencapai elevasi
yang di tentukan (sisa ± 1 m dari elevasi rencana), maka dilakukan pembacaan
final set (calendering). Bila hasil final set masih belum memenuhi syarat, maka
akan di lakukan re-calendering. (Gambar 3.15. Kanan)
Gambar 3.15. Ilustrasi Pengukuran Kelurusan Tiang dan Calendering Tiang Pancang
42
kawat beton dengan beberapa lilitan agar kuat dan tidak terjadi pergeseran saat proses
pekerjaan penulangan. Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada subbab pekerjaan
abutment.
1. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan penulangan untuk abutment dilakukan tiga tahap yaitu penulangan
saat melakukan pekerjaan pile cap, badan abutment dan kepala abutment.
Tahapan-tahapan pekerjaan pembesian struktur abutment adalah sebagai
berikut :
43
a. Pelaksanaan fabrikasi memerlukan tempat yang cukup luas untuk menaruh,
memotong besi beton dan membengkokkannya sehingga sesuai dengan gambar
yang telah disetujui.
b. Potong dan bengkokan besi beton yang dipakai sesuai dengan Shop Drawing
dengan menggunakan alat Bar Cutter (pemotong) dan alat Bar Bender
(Pembengkokan). Pekerjaan tulangan yang pertama dilakukan adalah pemotongan
dengan panjang sesuai gambar kerja setelah tulangan di potong maka akan di
bengkokan dengan sudut sesuai gambar kerja.
c. Besi yang telah difabrikasi deberi tanda sesuai dengan penempatannya, supaya
tidak membingungkan/membuang waktu untuk saat melakukan pemasangan di
lapangan.
d. Pasangan beton decking untuk memberi jarak selimut beton, untuk beton decking
tersebut terdapat di bawah untuk bagian pile cap dan di samping untuk bagian
badan abutment dengan ukuran beton decking yang berbeda.
44
Gambar 3.18. Pemasangan Beton Decking
e. Perhatikan kerapihan dan kesesesuaian dimensi dan jumlah besi pada gambar
desain. Checklist inspeksi kesesuaian tulangan.
2. Pekerjaan Bekisting
45
b. Setelah multiplek membentuk cetakan maka akan diperkuat dengan balok kaso
yang di sambungkan dengan paku dengan jarak tertentu agar multiplek kuat
ketika menerima campuran beton saat pengecoran.
c. Penggunaan bagian scaffolding main frame dan jack base untuk perkuatan saat
bekisting terpasang di lapangan untuk perkuatan pekerjaan pile cap.
3. Pekerjaan Pengecoran
Pada pekerjaan pengecoran dilakukan pada siang, sore dan malam tergantung
dari pekerjaan yang sudah selesai penulangan dan bekisting.
Adapun tahapan pekerjaan adalah sebagai berikut :
46
a. Pemasangan lampu sebagai penerangan, jika pengecoran dilakukan saat malam
hari.
b. Persiapan lokasi agar posisi concrete pump tidak teralu jauh dengan lokasi
pengecoran.
c. Pemasangan concrete pump dengan pipa baja ke lokasi pengecoran.
d. Kontraktor mengajukan pengadaan ready mix kepada batching plant sesuai
dengan kebutuhan.
e. Pengecoran beton dimulai setelah konsultan dan owner menyetujui untuk
pengecoran beton yang dinyatakan dalam form izin pengecoran.
f. Sebelum pengecoran dilakukan pengujian nilai slump dan pengambilan sample
uji tekan. Uji slump dilakukan satu kali dalam tiga truck mixer.
g. Tuangkan beton ready mix ke dalam area pengecoran memulai concrete pump
pada saat pengecoran adukan dipadatkan dengan concrete vibrator sehingga beton
dapat padat.
h. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan ketika beton berumur satu hari dan
lakukan curing.
47
3.5.5. Pekerjaan Bearing Pad
Jumlah bearing pad yang dipasang pada JU. Terusan Pasirkoja dapat dilihat
pada Tabel 3.5. berikut ini.
48
Tabel 3.5. Jumlah Bearing Pad pada JU. Terusan Pasirkoja
Lokasi Dimensi Jumlah
Abutment 1 600 x 330 x 102 6
Abutment 2 600 x 330 x 102 6
JU. Terusan Pasirkoja menggunakan PCI girder. PCI girder merupakan balok
girder dengan bentuk I.
1. PCI Girder di bawa ke lokasi stockyard yang letaknya tidak jauh dari area
pekerjaan dengan menggunakan trailer/boogie.
49
Gambar 3.26. Penempatan PCI Girder
Pada Susunan Balok Kayu dan Balok Beton.
50
3.5.6.2. Hal-Hal Yang Harus Di Perhatikan Dalam Penempatan PCI Girder:
1. Pastikan landasan segmen balok harus kuat dan dan sama rata.
2. Posisi penempatan segmen balok harus urut dan benar (tidak terbalik). Tempatkan
sesuai nomor yang sudah ditentukan dan dicantumkan pada PCI girder
3. Jarak antar segmen girder adalah 10 ~ 15 cm.
4. Di atas landasan segmen balok sudah disiapkan alas (multipleks) untuk keperluan
stressing.
5. Sebelum dan setelah assamble, surveyor malakukan tembakan elevasi untuk
monitoring kelurusan baik dari sisi vertikal maupun horisiontal.
51
2. Instalasi anchor head
52
5. Stressing hydraulic jack
53
lama dan jembatan ramp 6 maka erection tidak bisa dilaksankan secara langsung,
dalam hal ini erection pada jembatan terusan pasirkoja melalui jembatan ramp 6 hal
ini disebabkan karena tidak efektifnya erection jika dilakukan melaui jembatan
eksisting lama yang masih aktif digunakan untuk lalu lintas kendaraan umum. Oleh
karena itu erection dipilih melalui jembatan ramp 6 yang masih belum aktif
digunakan untuk lalu lintas
54
2. Girder dimuat ke atas boogie dengan menggunakan 2 buah crane (crane 1 dan
crane 3), lalu boogie akan melintasi JU. Ramp 6 SS Pasirkoja yang telah dapat
dilalui untuk kendaraan boogie setelah umur beton rencana tercapai.
55
3. Boogie akan melintas di atas JU. Ramp 6 SS Pasirkoja, selanjutnya akan
dilakukan lifting girder oleh 2 buah crane erection yang telah berada dibelakang
A1 dan A2.
56
4. Ketika jalur lalu-lintas telah ditutup sesuai window time yang diijinkan oleh pihak
yang terkait saat proses pengangkatan girder, maka girder akan diangkat 2 buah
crane erction yang telah berada dibelakang A1 dan A2 menuju lokasi perletakan.
57
5. Girder akan diletakkan pada lokasinya sesuai denga urutan yang telah disepakati
(dimulai dari sisi yang berdekatan dengan jembatan eksisting).
58
6. Selanjutnya urutan pelaksanaan untuk girder berikutnya sesuai dengan
pelaksanaan girder ke-1, Install girder dilakukan dari girder ke-1 hingga girder
ke-6.
1. Erection dilaksanakan pada malam hari, dimulai pada pukul 24:00 s/d 04:00.
2. Pekerjaan persiapan dimulai pukul 21:00 (test lifting girder).
3. Pada saat pelaksanaan erection, ruas jalan Tol Purbaleunyi ditutup sementara
selama siklus pelaksanaan erection girder selama ± 30 menit pada asaat proses
pengangkatan girder dari JU. Ramp 66 SS Pasirkoja ke lokasi penempatan girder.
4. Ruas jalan Tol Purbaleunyi ditutup dengan bantuan Flagman (6 orang) serta tim
Jasa Marga & PJR dan rubber cone sebagai rambu pembatas area kerja.
5. Ruas jalan dibuka setelah girder ditempatkan ke titik yang sudah ditentukan, dan
akan ditutup kembali ketika girder siap untuk di erection. Siklus ini berlanjut
hingga seluruh girder terpasang.
59
3.5.8. Pekerjaan Diafragma
2. Pemasangan steel deck untuk bekisiting pelat lantai dan akses pekerja saat
melakukan perakitan scaffolding
60
3. Pekerjaan fabrikasi bekisting dilakukan di lokasi untuk bagian samping dari
diafragma dan bagian tengah diafragma.
61
6. Penyambungan tulangan yang sudah di fabrikasi dengan tulangan yang
terdapat pada girder.
62
8. Pengecoran diafragma
1. Pekerjaan Pembesian
2. Pembengkokkan tulangan yang berada diatas girder secara manual untuk
menyambungkan dengan perakitan tulangan slab yang ada diatasnya.
Penyambungan dilakukan dengan las.
3. Pembesian untuk slab yang disesuaikan dengan gambar kerja.
63
Gambar 3.50. Pembesian Pelat Lantai
64
4. Pekerjaan bekisting untuk slab ini menggunakan baja ringan (steel deck) yaitu
bekisiting permanen yang ukuran melintang nya terbatas. Steel deck ini hanya
disusun saja diatas girder karena ukurannya sudak disesuaikan di fabrikasi.
permanen
65
Gambar 3.53. Pengecoran Pelat Lantai
66
3. Aspal dicampur dengan bensin dengan perbandingan 1 : 2, lalu tack coat di
semprotkan pada permukaan slab menggunakan asphalt sprayer.
4. Penghamparan aspal setebal 5 mm dilaukan setelah penyemprotan prime coat.
Sebelum dihampar suhu AC/WC diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan
suhu min 130 derajat C sesuai spesifikasi saat dituang/dihampar.
5. Aspal kemudian digilas menggunakan tandem roller dan penggilas roda karet.
6. Request for Inspection, Setelah pekerjaan aspal selesai, diajukan Request for
Inspection. Pada kegiatan ini dilakukan pemeriksaan/opname bersama dengan
Konsultan Pengawas/Direksi untuk menentukan apakah pelaksanaan pekerjaan
sudah sesuai dengan rencana atau masih diperlukan adanya evaluasi dan
penyempurnaan.
67
BAB IV
PELAKSANAAN SELAMA KERJA PRAKTEK
68
4.3. Permasalahan Selama Kerja Praktek
Selama kurang lebih 100 hari dalam pelaksanaan Praktek Kerja di Lapangan,
kami menemukan beberapa permasalahan dalam Proyek Pembangunan Jembatan
Utama Terusan Pasirkoja pada Proyek Pembangunan Jalan tol soreang pasirkoja
(SOROJA), diantaranya :
69
4.3.5. Pekerjaan Erection Girder
Letak lokasi jembatan utama terusan pasirkoja yang diapit oleh jembatan
utama Ramp-6 dan jembatan eksisting membuat pelaksanaan erection dibutuhkan
ketelitian dan kehati-hatian terlebih ketika melakukan erection girder ujung. Hal ini
disebabkan jarak girder ujung yang berjarak hanya 1 meter terhadap tiang sandar
(parapet) jembatan eksisting dan jembatan utama Ramp-6 sehingga sangat diperlukan
ketelitian dan kehati-hatian yang ekstra dalam pelaksanaannya.
70
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang didapat penulis setelah melaksanakan kerja praktek
selama kurang lebih 100 hari dalam pelaksanaan kerja praktek di proyek
pembangunan jembatan tama Terusan Pasirkoja, antara lain :
5.2. Saran
Berikut beberapa saran yang akan penulis tulis pada laporan kerja parktek ini.
Hal ini berdasarkan hasil keikutsertaan penulis dalam kegiatan kerja praktek di
proyek pembangunan jembatan utama Terusan Pasirkoja, diantaranya :
1. Pengawasan terhadap bahan dan material perlu mendapat perhatian yang lebih
karena hal ini akan sangat berpengaruh untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
dan berpengaruh juga kepada biaya atau anggaran dan waktu yang ditempuh
apabila terjadi keterlambatan bahan dan material.
2. Pengawasan terhadap mutu pekerjaan disesuaikan dengan mutu yang telah
disepakati dalam agenda kontrak/ RKS.
71
3. Untuk seorang pengawas diperlukan kejelian dan ketelitian dalam melaksanakan
tugasnya.
4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guna memperoleh hasil yang baik dari
suatu proyek, yaitu :
a. Penyediaan bahan harus sesuai dengan mutu kualitas yang diperlukan.
b. Penempatan material yang tidak terlalu jauh akan mempercepat mobilisasi
material.
c. Persiapan peralatan yang akan digunakan akan membantu dalam
meningkatkan kinerja alat yang digunakan selama pelaksanaan proyek.
d. Waktu pelaksanaan setiap jenis pekerjaan harus memperhatikan faktor cuaca.
e. Pengawasan suatu pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan yang harus
dilakukan dengan diteliti dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
f. Penggunaan tenaga kerja yang efektif akan sangat membantu dalam
pelaksanaan pekerjaan.
5. Mahasiswa hendaknya lebih bersikap kritis terhadap hal-hal baru yang ditemukan
di lapangan, serta menanyakannya pada pembimbing di lapangan.
6. Mahasiswa lebih aktif dan inovatif agar dapat lebih memahami pengajaran-
pengajaran yang diberikan oleh pembimbing kerja praktek di lapangan.
72