Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan Tol merupakan salah satu bentuk dari jalan bebas hambatan, dengan
adanya jalan tol ini diharapkan dapat mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari
satu tempat ke tempat lain. Jalan Tol Soreang – Pasirkoja (Soroja) merupakan jalan
tol yang dibangun di 3 (tiga) Kecamatan, yaitu Kecamatan Soreang, Kecamatan
Margaasih, dan Kecamatan Katapang. Sesuai dengan tujuan utama dari jalan tol,
Jalan Tol Soroja ini diharapkan dapat mempermudah akses antara Kabupaten
Bandung dan Kota Bandung, dapat mengurai kemacetan di Jalan Raya Kopo. Selain
itu, pembangunan Jalan Tol Soroja ini juga diyakini dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dari Kecamatan Soreang sampai Kecamatan Margaasih dan
dapat meningkatkan investasi di daerah tersebut.
Proyek Jalan Tol Soroja terdiri dari 2 (dua) seksi dimana Seksi I dikerjakan
oleh PT. Wijaya Karya dan Seksi II dikerjakan oleh PT. GIJBK. Jalan Tol Seroja
Seksi I dibangun sepanjang 15.3 km dimana terdiri dari pembangunan jalan dan
jembatan. Jembatan yang dibangun dibagi menjadi 15 (lima belas) segmen, salah
satunya adalah Jembatan Utama Terusan Pasirkoja – 1 Simpang Susun Pasirkoja.
Jembatan Utama Terusan Pasirkoja – 1 Simpang Susun Pasirkoja ini berlokasi di
STA 0 + 300 dan merupakan jembatan yang memiliki bentang cukup panjang yaitu
50.843 m.

1.2. Tujuan Proyek

Tujuan dari Pembangunan Jalan Tol Soroja adalah sebagai berikut:


1. Mengurai kemacetan yang sering terjadi di Jalan Raya Kopo.
2. Mempermudah akses antara Kabupaten Bandung dan Kota Bandung.
3. Mempersingkat waktu tempuh antara Kabupaten Bandung dan Kota Bandung.

1
4. Meningkatkan pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang pertumbuhan
ekonomi.

1.3. Situasi dan Keadaan Lingkungan Lokasi Proyek

1.3.1. Topografi

Kabupaten Bandung termasuk wilayah dataran tinggi dengan kemiringan


lereng antara 0-8%, 8-15% hingga di atas 45%. Sebagian besar wilayah Kabupaten
Bandung berada diantara bukit-bukit dan gunung-gunung, seperti:
a. Disebelah utara terdapat Bukit Tunggul dengan tinggi 2.200m, Gunung
Tangkuban Parahu dengan tinggi 2.076m, yang berbatasan dengan Kabupaten
Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta.
b. Di sebelah selatan terdapat Gunung Patuha dengan tinggi 2.334m, Gunung
Malabar dengan tinggi 2.321m,Gunung Papandayan dengan tinggi 2.262m, dan
Gunung Guntur dengan tinggi 2.249m, yang berbatasan dengan Kabupaten Garut.

1.3.2. Kondisi Geologis

Satuan batuan yang terdapat di lokasi proyek merupakan satuan batuan


Endapan Danau. Satuan batuan ini tersusun oleh lempung tufaan, batupasir tufaan,
kerikil tufaan. Satuan ini membentuk bidang-bidang perlapisan mendatar di beberapa
tempat. Satuan ini mengandung konkresi-konkresi gamping, sisa-sisa tumbuhan,
moluska air tawar dan tulang-tulang binatang bertulang belakang. Satuan ini
mengandung sisipan breksi secara setempat. Satuan ini memiliki ketebalan sekitar 0 –
125 m.

1.3.3. Iklim dan Cuaca

Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson


dengan curah hujan rata-rata antara 1.500mm sampai dengan 4.000mm per tahun.
Suhu udara berkisar antara 12 o C sampai 24 o C dengan kelembaban antara 78%
pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau. Dampak dari kondisi geografis

2
Kabupaten Bandung membuat potensi hidrologi Kabupaten Bandung yaitu sumber
daya air tersedia cukup melimpah, baik air bawahtanah maupun air permukaan. Air
permukaan terdiri dari 4 danau alam, 3 danau buatan serta 172 buah sungai dan anak-
anak sungai serta curah hujan yang rata- rata mencapai 1.500-4.000mm per tahun,
Sumber air permukaan pada umumnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
pertanian, industri, dan sosial lainnya sedangkan air tanah dalam (kedalaman 60-
200m) pada umumnya dipergunakan untuk keperluan industri, non industri, dan
sebagian kecil untuk rumah tangga.

1.3.4. Sosial, Ekonomi dan Budaya

Kabupaten Bandung memiliki Luas wilayah Kabupaten Bandung adalah


176.238,67 ha, terdiri dari 31 kecamatan, 270 desa, dan 10 kelurahan. Serta dengan
kondisi Topografi yang berfariasi yang menyebabkan komoditas unggulan adalah
pertanian, sektor industri, serta kawasan pariwisata, selain itu kawasan Kabupaten
Bandung juga terdapat kawasan terpadu Olah Raga ( Stadion Sijalak Harupat)

1.3.5. Peran Pemerintah Daerah

Peran pemerintah daerah sangat mendukung dalam melakukan pengembangan


pembangunan daerah serta memfasilitasi untuk suksesnya penyelangaraan PON 2016.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Konstruksi

2.1.1. Proyek

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian tersebut,
terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil
kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan
tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
maka potensi terjadinya perbedaan pendapat sangat besar sehingga dapat dikatakan
bahwa proyek konstruksi mengandung konflik tinggi untuk itu dalam kegiatan yang
dilakukan harus koordinasi terhadap pekerjaan yang akan dilakukan untuk
mengurangi terjandinya perbedaan pendapat dalam memutuskan masalah pekerjaan.
Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu
unik, melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi (Ervianto,
2005). Proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala :
1. Sesuai spesifikasi yang ditetapkan
2. Time schedule
3. Sesuai biaya yang direncanakan.
Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dari awal
rangkaian kegiatan dan akhir kegiatan dengan mempunyai jangka waktu terbatas
yang hanya terjadi satu kali sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik. Tiga
karakter proyek konstruksi adalah :
1. Proyek bersifat unik, keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi
rangkaian kegiatan yang sama persis, proyek bersifat sementara, dan selalu
melibatkan grup bekerja yang berbeda-beda.

4
2. Membutuhkan sumber daya, setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya
dalam penyelesaiannya, yaitu pekerja, uang, mesin, metoda, material.
Pengorganisasian semua sumber daya tersebut dilakukan oleh manajer proyek.
3. Membutuhkan organisasi, setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di
mana di dalamnya terlibat sejumlah individu dengan ragam keahlian, ketertarikan,
kepribadian. Langkah awal yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah
menyatukan visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Gambar 2.1 Proyek sebagai suatu sistem

2.1.2. Aspek - Aspek Manajemen Konstruksi

Sebagaimana diketahui bahwa dalam pelaksanaan manajemen konstruksi


didasari dari proses proyek itu sendiri, yang mempunyai awal dan akhir serta tujuan
menyelesaikan proyek tersebut dalam bentuk bangunan fisik secara efisien dan
efektif. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang salah satunya menyangkut aspek
teknis pelaksanaan manajemen kostruksi itu sendiri dalam penyelenggaraannnya.
Proses proyek konstruksi dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan serah
terima. Selama proses berlangsung, beberapa aspek teknis yang berkaitan dengan
proses, perlu diketahui.

5
Aspek teknis yang umum dilakukan terdistribusi dalam :
1. Perencanaan (Planning)
2. Penjadwalan (Scheduling)
3. Pengendalian (Controling)

Hal ini untuk mencapai tujuan proyek yaitu menghasilkan bangunan fisik yang
mempunyai variable biaya-mutu-waktu yang optimal. Sebagaimana diketahui bahwa
ketiga variable tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi.

Gambar 2.2 Segitiga variable utama dalam managemen konstruksi

Ketiga variable tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi. Kualitas Mutu


berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan, besar kecilnya biaya secara umum
menunjukkan tinggi rendahnya mutu untuk suatu pekerjaan yang sama dengan
spesifikasi yang sama pula. Demikian dengan waktu pelaksanaan, tinggi rendahnya
mutu secara tidak langsung berkaitan dengan lama waktu pelaksanaan, mutu yang
tinggi membutuhkan kehati-hatian dan pengawasan mutu yang lebih intensif,
sehingga jelas akan menggunakan waktu yang lebih lama dari pada waktu normal.
Dari waktu yang lebih lama, maka secara otomatis akan menambah biaya
pelaksanaan. Bentuk saling ketergantungan ini memberikan beberapa kebutuhan akan
teknik untuk manajemen proses konstruksi.

6
2.1.3. Jenis- jenis Proyek Konstruksi

Menurut Ervianto, (2005) Proyek konstruksi dapat dibedakan atas dua jenis
kelompok bangunan yaitu :
1. Bangunan gedung : rumah, kantor, pabrik dengan memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi pondasi
umumnya sudah diketahui.
3. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.
2. Bangunan sipil : jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri
kelompok bangunan ini adalah:
1. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi
kepentingan manusia.
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi
pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.
3. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

Menurut Iman Soeharto (2002) Jenis–jenis proyek menurut komponen kegiatan


utamanya terdiri dari :
1. Proyek Engineering Industri
Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari : pengkajian kelayakan,
fan desaign engineering pangadaan serta konstruksi. Proyek jenis mencangkup
kegiatan pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, dan fasilitas
industri.
2. Proyek Engineering Manufaktur
Jenis proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru, yang merupakan
hasilusaha dari kegiatan proyek. Proyek manufaktur merupakan proses untuk
menghasilkan suatu produk baru. Kegiatan utama proyek terdiri dari
pengembangan produk, pengadaan, perakitan, serta uji coba fungsi. Contoh dari
proyek ini antara lain pembuatan mobil dan mesin uap.

7
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Proyek ini dilakukan untuk menghasilkan suatu produk tertentu yang untuk
mendapatkan hasil akhir sering kali menempuh proses yang berubah-ubah. Perlu
diberikan batasan yang ketat untuk proyek ini agar tidak melebihi anggaran atau
jadwal proyek.
4. Proyek Pelayanan Manajemen
Fungsi dari proyek manajemen adalah:
1. Merancang program efisiensi dan penghematan.
2. Merancang system informasi manajemen, yang terdiri dari perangkat lunak
maupun keras.
3. Diverifikasi, penggabungan, dan pengambilalihan.
5. Proyek Kapital
Proyek kapital memilih usaha dan kriteria tertentu untuk berbagai badan usaha
baik pemerintah atau swasta. Proyek kapital terdiri dari proyek pembebasan
tanah, penyediaan lahan, pembelian material, dan lain-lain.

2.1.4. Tahap Kegiatan Dalam Proyek Konstruksi

Kegiatan konstruksi adalah suatu kegiatan yang harus melalui suatu proses
yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.
Kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian yang berurutan dan berkaitan.
Rangkaian tersebut dimulai dari lahirnya suatu gagasan yang dibutuhkan (need),
pemikiran kemungkinan keterlaksanaan (feasibilty study), keputusan untuk
membangun dan pembuatan penjelasan (penjabaran), rincian tentang rumusan
kebutuhan tersebut (briefing), penuangan dalam rancangan awal (preliminary deisgn),
pembuatan rancanagn lebih rinci (design development dan detail design), persiapan
administrasi untuk pelaksanaan pembangunan dengan memilih calon pelaksana
(procurement), pelaksanaan pembangunan pada lokasi yang ditentukan
(construction). Kegiatan membangun berakhir pada saat bangunan tersebut mulai
digunakan.

8
Empat aspek yang harus dikaji dalam setiap tahap kerangka dasar dari proses
konstruksi:
1. Aspek fungsional : konsep umum, pola operasional, program tata ruang.
2. Aspek lokasi dan lapangan : iklim, topografi, jalan masuk, prasarana, formalitas
hukum.
3. Aspek konstruksi : prinsip rancangan, standar teknis, ketersedian bahan
bangunan, metoda pelaksanaan, dan keselamatan operasi.
4. Aspek operasional : administrasi proyek, arus kas, kebutuhan perawatan,
kesehatan dan keselamatan kerja.

2.1.5. Jenis organisasi Proyek Konstruksi

Secara fungsional, ada tiga pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek
konstruksi, yaitu pemilik proyek, konsultan dan kontraktor. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk organisasi dalam suatu proyek konstruksi
adalah jenis proyek, keadaan anggaran belanja, keadaan dan kemampuan pemberi
tugas yang berkaitan dengan teknis dan administrasi. Bentuk-bentuk organisasi
tersebut dapat dikelompokan menjadi lima bentuk organisasi atau pendekatan
manajemen, yaitu :
1. Organisai Tradisional, ciri-ciri organisasi tersebut adalah :
a. Konsultan perencana terpisah
b. Kontraktor utama tunggal
c. Banyak melibatkan subkontraktor atau dikerjakan sendiri oleh kontraktor
utama.
d. Jenis-jenis kontrak yang biasanya diterapkan : harga tetap (fixed cost), harga
satuan (unit price), maksimum bergaransi,kontrak biaya tambah-upah tetap.

9
Gambar 2.3 Bentuk Organisasi Tradisional

2. Organisasi Swakelola (Pembangun-Pemilik)


Ciri-ciri organisasi tersebut adalah :
• Pemilik proyek bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan proyek
(bertindak sebagai konsultan perencana dan kontraktor).
• Pekerjaan dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri atau oleh
kontraktor/subkontraktor.
• Jenis kontrak yang diterapkan : harga tetap, harga satuan, kontrak yang
dinegosiasikan.

Gambar 2.4 Bentuk Organisasi Swakelola

10
3. Organisasi Proyek putar kunci (Turn- Key Project)
Ciri-ciri organisasi proyek putar kunci di mana konsultan, kontraktor berfunsu
sebagai perencana dan pelaksana adalah :
• Satu perusahaan yang bertanggung jawab baik untuk perencanaan maupun
pelaksanaan konstruksi.
• Melibatkan kontraktor spesialis.
• Jenis kontrak yang diterapkan : harga tetap, harga maksimum bergaransi,
kontrak konstruksi desain dengan biaya tambah upah tetap.
Organisasi proyek memisahkan kegiatan perencanaan dengan kegiatan
pengawasan pelaksanaan proyek. Ciri-ciri bentuk organisasi putar kunci dimana
kosultan-kontraktor berfungsi sebagai perencana dan pengawas adalah :
• Pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan perencanaan berbeda
dengan pihak yang bertanggung jawab terhadap pengawasan.
• Jenis kontrak diterapkan : harga tetap, harga maksimum bergaransi, kontrak
konstruksi desain dengan biaya tambah upah tetap.

Pemilik Proyek

Konsultan Kontraktor

Konsultan Kontraktor Utama

Sub Kontraktor Kerja dengan Kemampuan Sendiri

Gambar 2.5 Bentuk Organisasi Putar Kunci

11
4. Organisasi Proyek yang memisahkan kegiatan perencanaan dengan kegiatan
pengawasan pelaksanaan proyek.

Pemilik Proyek

Konsultan Perencana Konsultan Supervisi

Kontraktor

Gambar 2.6 Bentuk Organisasi Memisahkan Perencanaan dengan Pengawasan

5. Organisasi Proyek yang menggunakan konsultan manajemen


Ciri-ciri bentuk organisasi proyek yang menggunakan konsultan manajemen
sebagai manajer konstruksi adalah manajer konstruksi umumnya bertindak
sebagai wakil pemilik proyek.

Pemilik Proyek

Manajemen Konstruksi

Konsultan Kontraktor

Gambar 2.7 Bentuk Organisasi Menggunakan Konsultan Manajemen

2.1.6. Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi

Dalam kegiatan proyek konstruksi, terdapat suatu proses yang mengolah


sumber daya proyek menjadisuatu hasil kegiatan berupa bangunan. Proses yang
terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manajemen proyek mempunyai
kewajiban untuk mengoordinasi semua pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi,

12
sehingga tujuan proyek dapat tercapai dengan baik dan semua pihak secara optimal
mendapatkan hal-hal yang menjadi tujuan atau sasaran keterlibatan mereka dalam
proyek tersebut.

lembaga internal pemilik proyek konsultan

tenaga kerja kontraktor utama

manajemen proyek
badan pemerintah supplier

lembaga pelayanan masyarakat instritusi keuangan

Gambar 2.8 Pihak yang Terlibat dalam Proyek Konstruksi

2.1.7. Kontrak Konstruksi

Proyek Konstruksi merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu hasil dalam
membentuk fisik bangunan/ infrastruktur untuk setiap proyek konstruksi antara
pemberi tugas/ pemilik (pihak 1) dan kontraktor (pihak 2). Kontrak konstruksi
merupakan dokumen yang memiliki kekuatan hukum yang ditandatangani oleh kedua
pihak yang memuat persetujuan bersama secara suka rela dimana pihak ke 2 berjanji
untuk memberikan jasa dan menyediakan material untuk membangun proyek bagi
pihak ke-1 serta pihak ke-1 berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan
untuk jasa dan material yang telah digunakan. Dokumen pada kontrak konstruksi
tersebut disebut juga dengan dokumen kontrak.

2.1.8. Sistem Pelaksanaan Proyek

Dalam sistem pelaksanaan proyek pembangunan ada dua sistem pelaksanaan


yaitu sistem tradisional dan sistem rancang bangun. Pada sistem tradisional konsultan

13
perencana dapat dijadikan konsultan pengawas sedangkan pada sistem rancang
bangun tidak terdapat konsultan pengawas karena yang melakukan pengawasan itu
pemilik proyek untuk proyek dalam skala kecil, sedangkan untuk proyek dalam
kategori perorangan yang ahli untuk melakukan pengawasan di lapangan dan untuk
mencapai hasil yang optimal pemilik proyek menunjuk langsung konsultan
pengawas.

2.2. Hubungan Kerja antara Pemilik Proyek, Konsultan dan Kontraktor

Dalam pelaksanaan pembangunan proyek secara umum terdapat beberapa


unsur yang saling bekerja sama serta mempunyai tugas dan tanggung jawabnya
masing-masing:
1. Pemilik proyek
2. Konsultan Perencana
3. Kontraktor
Masing-masing unsur saling harus mengetahui, menyadari dan melaksanakan
apa yang menjadi kewajiban, tanggung jawab dan haknya. Oleh sebab itu sebelum
proyek ini dimulai telah diatur uraian pekerjaan masing-masing dan hubungan kerja
diantara unsur-unsur tersebut

Pemilik Proyek

Konsultan Perencana Kontraktor

Gambar 2.9 Hubungan Kerja Unsur-unsur Pelaksana Pembangunan

Pada proyek ini pemberi tugas mempergunakan suatu badan/perusahaan


dimana konsultan perencana dan kontraktor tidak berasal dari perusahaan yang sama
untuk merancang dan melaksanakan proyek ini.

14
2.2.1. Pemilik Proyek atau Pemberi Tugas

Pemilik proyek atau Pemberi tugas atau pengguna jasa dapat berupa suatu
badan hukum atau perorangan yang memililki proyek dan memberikan pekerjaan
atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang
membayar biaya pekerjaan tersebut.
Tugas dan wewenang dari pemilik proyek tersebut :
1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2. Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
3. Menyerahkan lokasi pekerjaan kepada kontraktor setelah penandatanganan
kontrak.
4. Membayar kontrak sesuai dengan syarat pembayaran yang ada di dalam dokumen
kontrak.
5. Membantu kontraktor dalam segala urusan dengan pihak instansi terkait yang
berhubungan dengan proyek tersebut.
6. Menyelenggarakan rapat mingguan dan rapat bulanan yang membahas tentang
kemajuan dan hambatan pekerjaan.
7. Menerbitkan berita acara penyerahan pertama dan penyerahan kedua (akhir) bila
semua pekerjaan telah diselesaikan oleh kontraktor dan memenuhi persyaratan
dokumen kontrak.
Dalam proyek ini pemilik proyek/pemberi tugas tidak langsung merangkap
pengawas sehingga terdapat konsultan pengawas akibatnya apabila terjadi gambar
rencana maka pemilik proyek tidak dapat langsung memberitahukan kepada
kontraktor.

2.2.2. Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah oranga atau badan pihak yang membuat


perencanaan bangunan secara lengkap baik arsitektur, sipil, dan bidang lain yang
melekat erat membentuk sebuah sistem bangunan. Konsultan perencana dapat berupa

15
perseorangan, perseorangan berbadan hukum yang bergerak dalam bidang
perencanaan pekerjaan bangunan yang ditunjuk oleh pemilik proyek/ pemberi tugas.
Adapun tugas dan wewenang konsultan perencana :
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari hitungan struktur, gambar
rencana beserta detail-detailnya, rencana kerja dan syarat-syarat , rencana
anggaran biaya.
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktortentang pelaksanaan pekerjaan.
3. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat.
4. Membuat gambar revisi bila terjadi gambar perubahan.
5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

2.2.3. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk


membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal
hingga berakhirnya pekerjaan tersebut.
Adapun tugas dan wewengang konsultan pengawas adalah :
1. Menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan
pekerjaan.
3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
4. Mengoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari
pembengkakan biaya.
6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil
akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
7. Menerima atau menolak bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku.
8. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).

16
9. Meyiapkan dan menghitun adanya kemungkinan pekerjaan tambah/kurang.

2.2.4. Kontraktor

Kontraktor adalah suatu badan hukum atau perorangan yang menerima


pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang
telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang
ditetapkan.
Adapan tugas dan wewenang kontraktor adalah :
1. Memahami semua dokumen kontrak dan dapat menginterprestasikan dengan
lancar.
2. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana , peraturan dan syarat-syarat,
risalah penjelasan pekerjaan, dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan
oleh pengguna jasa.
3. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas
sebagai wakil dari pengguna jasa.
4. Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal bahan, jadwal tenaga kerja, dan
jadwal peralatan termasuk metode kerja.
5. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan
untuk menjaga keselamatan pekerja dan masarakat.
6. Menyediakan bahan, tenaga kerja, dan peralatan sesuai dengan jadwal yang ada..
7. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian , mingguan, dan bulanan
8. Menyerahkan seluruh pekerjaan atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan
nya sesuai ketetapan yang berlaku.
Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, perencana dan
kontraktor diatur sebagai berikut :
1. Pemilik proyek dengan konsultan, ikatan berdasarkan kontrak.
Konsultan memberikan layanan konsultasi di mana produk yang dihasilkan
berupa gambar-gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat. Sedangkan
pemilik proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh
konsultan.

17
2. Pemilik proyek dengan kontraktor, ikatan berdasarkan kontrak.
Kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan sebagai
realisasi dari keinginan pemilik proyek yang telah dituangkan kedalam gambar
rencana dan peraturan serta syarat-syarat oleh konsultan. Sedangkan pemilik
proyek memberikan biaya jasa profesional kontraktor.
3. Konsultan dengan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan.
Konsultan memberikan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat.
Kemudian kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan.

2.3. Pengertian Jembatan

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan melalui


suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa
jalan air atau lalu lintas biasa. Jembatan yang berada diatas jalan lalu lintas biasanya
disebut viaduct. Jembatan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Jembatan – jembatan tetap.
2. Jembatan – jembatan dapat digerakkan.
Kedua golongan jembatan tersebut dipergunakan untuk lalu lintas kereta api
dan lalu lintas biasa ( Struyk dan Veen, 1984).
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang
sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi
permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-
arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika (Supriyadi
dan Muntohar, 2007).

2.3.1. Bagian-Bagian Konstruksi Jembatan

Menurut Binamarga, konstruksi jembatan beton memiliki dua bagian yaitu


bangunan atas (upper structure) dan bangunan bawah (sub structure).

18
2.3.1.1. Bangunan Atas (Upper Structure)

Bangunan atas adalah konstruksi yang berhubungan langsung dengan


beban-beban lalu lintas yang bekerja. Yang termasuk dalam bangunan atas adalah:
a. Tiang sandaran
Berfungsi untuk membatasi lebar dari suatu jembatan agar membuat rasa aman
bagi lalu lintas kendaraan maupun orang yang melewatinya. Tiang sandaran
dengan trotoar terbuat dari beton bertulang dan untuk sandarannya dari pipa
galvanis.
b. Trotoar
Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih tinggi
dari lantai jalan atau permukaan aspal. Lebar trotoar minimal cukup untuk dua
orang berpapasan dan biasanya berkisar antara 1,0–1,5 meter dan dipasang pada
bagian kanan serta kiri jembatan. Pada ujung tepi trotoar (kerb) dipasang lis dari
baja siku untuk penguat trotoar dari pengaruh gesekan dengan roda kendaraan.
c. Lantai Trotoar
Lantai trotoar adalah lantai tepi dari plat jembatan yang berfungsi menahan
beban-beban yang terjadi akibat tiang sandaran, pipa sandaran, beban trotoar, dan
pejalan kaki.
d. Lantai Kendaraan
Berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati jembatan serta
melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut ke gelagar memanjang melalui
gelagar-gelagar melintang. Pelat lantai dari beton ini mempunyai ketebalan total
20 cm.
e. Balok Diafragma
Balok diafragma adalah merupakan pengaku dari gelagar-gelagar memanjang
dan tidak memikul beban plat lantai dan diperhitungkan seperti balok biasa.
f. Gelagar
Gelagar merupakan balok utama yang memikul beban dari lantai kendaraan
maupun kendaraan yang melewati jembatan tersebut, sedangkan besarnya balok
memanjang tergantung dari panjang bentang dan kelas jembatan.

19
2.3.1.2. Bangunan Bawah (Sub Structure)

Bangunan bawah adalah konstruksi yang menerima beban–beban dari


bangunan atas dan meneruskannya ke lapisan pendukung (tanah keras) di bawahnya.
Yang termasuk dalam bangunan bawah jembatan yaitu seperti:
1. Kepala jembatan (Abutment)
Bagian bangunan pada ujung-ujung jembatan, selain sebagai pendukung bagi
bangunan atas juga berfungsi sebagai penahan tanah. Bentuk umum abutment
yang sering dijumpai baik pada jembatan lama maupun jembatan baru pada
prinsipnya semua sama yaitu sebagai pendukung bangunan atas, tetapi yang
paling dominan ditinjau dari kondisi lapangan seperti daya dukung tanah dasar
dan penurunan (seatlement) yang terjadi. Adapun jenis abutment ini dapat
dibuat dari bahan seperti batu atau beton bertulang dengan konstruksi seperti
dinding atau tembok.
2. Plat injak
Plat injak adalah bagian dan bangunan jembatan bawah yang berfungsi untuk
menyalurkan beban yang diterima diatasnya secara merata ke tanah dibawahnya
dan juga untuk mencegah terjadinya defleksi yang terjadi pada permukaan jalan.
3. Pondasi
Pondasi berasal dari kata foundation, dalam bahasa keseharian masyarakat
Indonesia pada umumnya menggunakan kata fondasi atau lebih sering disebut
pondasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:414) yang menyatakan
bahwa pondasi merupakan dasar bangunan yang kuat dan biasanya terletak
dibawah permukaan tanah tempat bangunan didirikan.
Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung
dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak dibawah permukaan tanah yang
berfungsi memikul beban bangunan diatasnya, disamping untuk bisa menjamin
kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri, beban-beban bangunan (beban/isi
bangunan) gaya-ga ya luar (tekanan angin,gempa bumi,dll) dan yang tidak kalah
penting adalah tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang diizinkan.
(Yurda Marvita,dkk, 2015).

20
Pondasi adalah bagian struktur paling bawah dari suatu bangunan yang
berfungsi sebagai penopang bangunan. Pondasi yang merupakan konstruksi
bangunan bagian paling bawah dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
pondasi dangkal dan pondasi dalam. (Usman Angelina, 2014).
Jenis pondasi terdiri dari 2 Jenis yaitu :
a. Pondasi dangkal (Shallow Foundation)
Pondasi dangkal atau dapat disebut pondasi menyebar termasuk dudukan
umpak (Pondasi terisolasi), Contoh pondasi dangkal antara lain pondasi
memanjang, pondasi tapak, dan pondasi raft. (Usman Angelina, 2014)
b. Pondasi Dalam (Deep Foundations)
Pondasi Dalam didefinisikan sebagai pondasi yang meneruskan beban
struktur di atasnya ke tanah keras atau batuan yang terletak jauh dari
permukaan. Contoh pondasi dalam antara lain tiang pancang, bor pile,
sumuran, dinding diafragma dan pile cap.(Usman Angelina, 2014)
4. Dinding Sayap (Wing Wall)
Dinding sayap adalah bagian dan bangunan bawah jembatan yang berfungsi
untuk menahan tegangan tanah dan memberikan kestabilan pada posisi tanah
terhadap jembatan.
5. Landasan/Perletakan
Menurut Agus Iqbal Manu landasan jembatan adalah bagian ujung bawah dari
suatu bangunan atas yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari
bangunan atas kepada bangunan bawah. Menurut fungsinya dibedakan landasan
sendi (fixed bearing) dan landasan gerak (movable bearing).

2.4. Jembatan Jalan Raya (High Way Bridge)

Jembatan jalan raya adalah jembatan yang direncanakan untuk memikul beban
lalu lintas kendaraan baik kendaraan berat maupun ringan. Jembatan jalan raya ini
menghubungkan antara jalan satu ke jalan lainnya.

21
BAB III
TINJAUAN PROYEK

3.1. Nama Proyek

Proyek yang menjadi bahan kajian adalah Pembangunan Jembatan Utama


Terusan Pasirkoja – 1 Simpang Susun Pasirkoja, Jalan Tol Soreang – Pasirkoja.
(Batas Awal Proyek s.d STA. 3+300)

3.2. Lokasi Proyek

Lokasi Proyek terletak di Kecamatan Soreang – Pasirkoja, Kab. Bandung,


Bandung, Jawa Barat.

Gambar 3.1. Lokasi Proyek Jalan Tol Soreang – Pasirkoja

22
3.3. Data Proyek

Secara rinci data proyek pembangunan Jalan Tol Soreang – Pasirkoja adalah
sebagai berikut:
1. No. Kontrak : 16/SPJK-HK.04/XII/2015 ; 30 DESEMBER 2015
Addendum I : 10/SPJK-HK.04/IV/2016 ; 26 APRIL 2016
Addendum II : 17/SPJK-HK.04/VI/2016 ; 30 JUNI 2016
Addendum III : 31/SPJK-HK.04/X/2016 ; 20 OKTOBER 2016
2. Owner : PT. Citra Marga Lintas Jabar (PT. CMLJ)
3. Sifat Tender : Penunjukan Langsung
4. Konsultan Perencana : PT. BINA KARYA (Persero) Tbk
5. Konsultan Supervisi : PT. MULTI PHI BETA
PT INDOTEK KONSULTAN UTAMA
PT INDOTEC UTAMA
6. Kontraktor : PT. Wijaya Karya
PT. Girder Indonesia dan PT. Jabar Bumi –
Konstruksi KSO (Kerja Sama Operasi)

Pemilik Proyek
PT Citra Marga Lintas Jabar

Konsulta DED Proyek Konsultan Pengawas


Pelaksanaan Pembangunan Jalan Tol Soroja PT Multi Phi Beta
PT Bina Karya (Persero)
(Batas Awal Proyek s.d STA.3+300) PT. Indotek Konsultan Utama
PT. Indec Internusa

Kontraktor Pelaskana
PT Wijaya Karya (Persero)Tbk

Gambar 3.2. Diagram Struktur Hubungan Pihak-pihak yang Berkepintangan

23
7. Nilai Kontrak Awal : Rp. 628,117,000,000 (Exc. VAT)
Nilai Kontrak CCO-1 : Rp. 707,899,893,122 (Exc. VAT)
Nilai Kontrak CCO-2a : Rp. 720,899,893,122 (Exc. VAT) – draft
8. Sifat Kontrak : Unit Price
9. Uang Muka : 10% (Maksimal)
10. Sumber Dana Proyek : PT. CITRA MARGA LINTAS JABAR
11. Waktu Pelaksanaan : 514 Hari Kalender (Addendum)
12. Organisasi Proyek
Struktur organisasi proyek pembangunan Jalan Tol Soreang – Pasirkoja dapat
dilihat pada Gambar 3.3. berikut ini.

24
Gambar 3.3.
Struktur Organisasi
Proyek Pembangunan Jalan Tol Soreang - Pasirkoja

25
3.3.1. Pemilik Proyek (Owner)

Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) melakukkan sistem lelang investasi untuk
membangun jalan tol Soreang – Pasirkoja (Soroja) dengan diikuti oleh dua
konsorsium dan satu perusahaan tunggal, namun pada pertengahan persaingan
perusahaan tunggal tersebut mengundurkan diri, dari persaingan dua konsorsium
tersebut akhirnya mendapatkan satu pemenang tunggal yaitu konsorsium yang
beranggotakan tiga perusahaan diantaranya PT.CMNP, PT.WIKA dan PT. Jasa
Sarana. Tender yang dilakukan oleh BPJT adalah tender biaya tol per km, tender
tersebut berhasil dimenangkan oleh konsorsium ketiga perusahaan tersebut dengan
biaya tol termurah.
Awalnya, PT. Jasa Sarana bersama-sama PT. CMNP sepakat membuat
konsorsium dengan mengajak PT. WIKA sebagai salah satu bagian dari anggotanya
yang kemudian membentuk CMLJ (Citra Marga Lintas Jabar). Serta membuat
perjanjian yang menyebutkan bahwa PT. WIKA yang akan menjadi kontraktor
utamanya.

3.3.1.1. PT. Citra Marga Lintas Jabar (PT. CMLJ)

PT Citra Marga Lintas Jabar (CMLJ) merupakan Badan Usaha Jalan Tol yang
dibentuk oleh konsorsium PT. Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP), PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan PT Jasa Sarana setelah berhasil memenangkan
tender yang ditetapkan berdasarkan surat penetapan pemenang Pelelangan
Pengusahaan Jalan Tol Soroja, nomor: KU.03.01-Mn/503 yang ditandatangani oleh
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tertanggal 25 Juni 2015. Dalam
perjanjian disepakati komposisi kepemilikan saham yaitu 65% untuk CMNP, 25%
untuk WIKA dan 10 % untuk PT Jasa Sarana serta membentuk PT Citra Marga
Lintas Jabar yang akan menjadi BUJT ruas Soreang – Pasirkoja sepanjang 8,15
kilometer. Jalan tol ini nantinya akan menjadi jalur penting yang menghubungkan
Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, Soreang dan sekitarnya.

26
3.3.1.2. PT. Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP)

PT. Citra Marga Nushapala Persada (CMNP) Pada awal pendiriannya 13


April 1987 adalah sebuah konsorsium, terdiri dari beberapa Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang
infrastruktur, khususnya pengusahaan jalan tol dan bidang terkait lainnya. Seiring
dengan tuntutan ekspansi usaha, CMNP telah berubah statusnya menjadi perusahaan
terbuka sejak 10 Januari 1995, yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
masyarakat. Saat ini CMNP memiliki 5 (lima) anak perusahaan yaitu PT Citra
Margatama Surabaya pemegang konsesi jalan tol ruas Simpang Susun Waru-Bandara
Juanda Surabaya; PT Citra Waspputowa pemegang konsesi jalan tol ruas Antasari-
Depok-Bogor; PT Citra Persada Infrastruktur sebagai sepesialis operation and
maintenance jalan tol yang sekaligus induk usaha dari PT Girder Indonesia sebagai
spesialis precast concrete atau beton pra cetak, PT Citra Marga Nusantara Propertindo
yang bergerak di bidang properti dan pengembangan kawasan, serta PT Citra Marga
Lintas Jabar yang merupakan Badan Usaha Jalan Tol pemegang konsesi ruas
Soreang-Pasirkoja (“Soroja”) Bandung, Jawa Barat, sepanjang 8,15 Km.

3.3.1.3. PT. Jasa Sarana

PT. Jasa Sarana (perseroan) merupakan BUMD Pemerintah Provinsi Jawa


Barat, investment holding company, yang menyelenggarakan kegiatan investasi di
bidang infrastruktur meliputi transportasi, energi, telematika dan pengembangan
kawasan. PT. Jasa Sarana memiliki visi “The Leading Startegic Investment Holding
Company In Infrastructure”. Dengan visinya tersebut, PT. Jasa Sarana selaku
infrastructure business player dan project developer bagi percepatan pembangunan
infrastruktur di Jawa Barat, berupaya memanfaatkan peluang dan potensi sumber
daya secara optimal dan mampu memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan di Jawa Barat. Untuk mencapai visinya, PT. Jasa Sarana
mendirikan beberapa anak perusahaan, diantaranya: PT. Jabar Energi dan PT. Jabar
Rekindo Geothermal yang bergerak di bidang energi, PT. Jabar Telematika bergerak

27
di bidang telematika, PT. Jasa Medivest bergerak di bidang pembakaran limbah
medis, PT. Jabar Bumi Konstruksi yang bergerak di bidang jasa konstruksi, dan PT.
Metaphora Andalan Utama.

3.3.1.4. PT. Wijaya Karya (WIKA)

PT. Wijaya Karya (WIKA) dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan


Belanda bernama Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en
Bouwbedijf Vis en Co. atau NV Vis en Co. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2
tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
(PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, dengan nama Perusahaan Negara Bangunan
Widjaja Karja. Kegiatan usaha WIKA pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik
dan pipa air. Seiring berjalannya waktu, berbagai tahap pengembangan kerap kali
dilakukan untuk terus tumbuh serta menjadi bagian dari pengabdian WIKA bagi
perkembangan bangsa melalui jasa-jasa konstruksi yang tersebar di berbagai penjuru
negeri.

3.3.1.5. PT. GI/JBK

PT. GI/JBK merupakan hasil konsorsium antara PT. Citra Marga Nushapala
Persada Tbk (CMNP) dan PT. Jasa Sarana, dimana PT. Citra Marga Nushapala
diwakili anak perusahaannya yaitu PT. Girder Indonesia sebagai spesialis precast
concrete atau beton pra cetak, dan PT. Jasa Sarana diwakili anak perusahaannya yaitu
PT. Jabar Bumi Konstruksi (JBK).

3.3.2. Proses Mendapatkan Proyek

3.3.2.1. Jenis Lelang Proyek

Seperti yang kita ketahui bahwa jenis lelang dalam sebuah proyek ada dua
macam, diantaranya yaitu Prakualifikasi dan Pasca Kualifikasi. Penggunaan kedua
jenis lelang tersebut juga berbeda dimana jenis lelang prakualifikasi digunakan untuk
proyek-proyek dengan nilai yang besar dan pasca kualifikasi digunakan untuk

28
proyek-proyek dengan nilai kecil. Pada proses lelang prakualifikasi para pengikut
tender harus menyampaikan dokumen kepada pihak pemilik proyek sebelum tanggal
pelelangan, namun untuk proses lelang pasca kualifikasi penyampaian syarat
mengikuti tender paling lambat dikirimkan pada tanggal pelaksanaan pelelangan.
Biasanya, dokumen yang harus dilampirkan pada saat mengikuti proses pelelangan
diantaranya Akta Perusahaan (termasuk didalamnya Administrasi Pajak), Surat
Keahlian (SKA) dan Nilai Penawaran, dimana syaratsyarat tersebut merupakan
dokumen non teknis.
Jenis pelelangan pada proyek Pembangunan Jalan Tol Soreang – Pasirkoja ini
adalah jenis pelelalangan prakualifikasi karena memiliki nilai awal proyek yang besar
yaitu Rp. 628,117,000,000,00. Setelah proses pelelangan proyek pembangunan tol
Soroja dimenangkan oleh PT. CMLJ yang merupakan gabungan dari tiga perusahaan
yaitu PT. CMNP, PT. WIKA dan PT. Jasa Sarana dilakukanlah penunjukann
langsung kontraktornya dikarenakan PT. WIKA ingin menjadi Engineering
Procurement Construction (EPC) yaitu perusaahan yang mendesain, mengadakan
serta membangun sebuah proyek. Apabila menjadi EPC, PT. WIKA berharap
nantinya tidak hanya akan bertugas merealisasikan dari rencana ke pelaksanaannya
saja.
Dalam sebuah perjanjian yang melibatkan ketiga perusahaan di konsorsiun
tersebut menyebutkan bahwa apabila lelang dimenangkan oleh CMLJ maka PT.
WIKA lah yang akan menjadi kontraktornya, itulah sebabnya mengapa CMLJ
melakukan penunjukan langsung terhadap kontraktor.
Pada sebuah proses pelelangan akan dilampirkan dokumen gambar yang
masih berupa Basic Design yang nantinya akan diubah ke gambar Detail Engineering
Design (DED) dengan bantuan Konsultan DED yaitu PT Bina Karya, hal tersebut
sekaligus menjadi tugas dari CMLJ sendiri. Setelah gambar DED itu selesai
selanjutnya akan diserahkan kepada pihak pelaksana yaitu PT. WIKA selaku
kontraktor dan nantinya juga gambar DED tersebut akan diubah ke gambar Shop
Drawing / Gambar Kerja.

29
3.3.3. Data Teknis JU. Terusan Pasirkoja-1 SS Pasirkoja

Data teknis proyek diuraikan sebagai berikut:


Type Bangunan : Jembatan
Nama Jembatan : JU. Terusan Pasirkoja-1 SS Pasirkoja
Bentang : 50,843 meter
Lokasi : STA 0+300
Struktur Bangunan :
Struktur Bawah :
1. Tiang pancang spun pile D500→ Kelas AA (K-600)
2. Struktur Abutment (pilecap)→Kelas B-1 (K-350)
3. Struktur Abutment (wall)→Kelas C-1 (K-250)
4. Struktur Abutment (Head Wall)→Kelas C-1 (K-250)
5. Bearing pad
Struktur Atas :
1. PCI Girder→Kelas A-1 (K-500)
2. Deck slab→Kelas B-1 (K-350)
3. Parapet→ Kelas B-3 (K-350)
4. Asphalt, t = 50 mm

30
3.3.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang akan terlibat pada pekerjaan JU. Terusan Pasirkoja-1
Simpang Susun Pasirkoja, dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Tenaga Kerja pada Pekerjaan JU. Terusan Pasirkoja


No. Tenaga Kerja Unit Total
1 Pelaksana Utama orang 1
2 Pelaksana orang 1
3 Erection Team orang 10
4 Electrician orang 1
5 Weilder orang 1
6 SHE grup 1
7 Surveyor grup 1

3.3.5. Peralatan

Alat yang akan digunakan pada pekerjaan JU. Terusan Pasirkoja-1 Simpang
Susun Pasirkoja, dapat dilihat pada Tabel 3.2.

31
Tabel 3.2. Alat- alat yang Digunakan pada Pekerjaan JU. Terusan Pasirkoja
No Tenaga Kerja Unit Total
1 Total Station Sokkia.set,se 1
2 Generator Set 20 Kva 1
3 Excavator PC 200 1
4 Bulldozer D31/D65 1
5 Diesel Hammer Cap. 6 – 7,2 Ton 1
6 Crane Erection Cap. 250 Ton 2
7 Service Crane Cap. 150 Ton 1
8 Boogie - 1
9 Welding Machine - 1
10 Lighting Machine - 8
11 Peluit - 5
12 Hand Talkie (HT) - 2
13 Vibrator Internal - 1
14 Concrete Pump - 4
15 Truck Mixer - Ls
16 Supporting - Ls
17 Scaffolding - 1
18 Pickup - 1
19 Air Compressor - 1
20 Asphalt Sprayer - 1
21 Asphalt Finisher - 1
22 Tandem Roller - 1
23 Tyre Roller - 1
24 Crane Set (Rail + Winch) - 1

32
3.3.6. Lingkup Pekerjaan Pembangunan JU. Terusan Pasirkoja-1 SS Pasirkoja

Jenis-jenis pekerjaan dalam proyek Pembangunan JU. Terusan Pasirkoja-1 SS


Pasirkoja adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan Tanah (Galian dan Timbunan)
b. Pekerjaan Drainase
c. Pekerjaan Perkerasan ( Beton dan Aspal)
d. Pekerjaan Pekerjaan Struktur
e. Pekerjaan Lain-lain ( Perambuan, Lanscape dll)
f. Pekerjaan Mekanikal dan Electrikal

3.4. Metoda Perhitungan Struktur Jembatan

Perhitungan struktur jembatan terdiri dari beberapa tahap. Berikut tahap-tahap


dalam perhitungn struktur jembatan:
1. Analisa Stabilitas
Dalam analisa stabilitas, dihitung reaksi dari struktur jembatan, beban jembatan
itu sendiri, perhitungan beban tanah untuk orprit dan kaki abutmen, beban
tambahan sementara, tekanan tanah dan tekanan air, kekokohan jembatan, dan
gaya rem kendaraan. Serta diperhitungkan juga mengenai kombinasi
pembebanan. Kemudian dilakukan perhitungan reaksi pada pile dengan berbagai
kombinasi pembebanan. Setelah dilakukan perhitungan reaksi pada pile, juga
dilakukan perhitungan tegangan beton yang terdiri dari perhitungan tegangan arah
vertical dan horizontal serta perhitungan tegangan geser arah vertical dan
horizontal. Setelah itu dilakukan control terhadap beban gempa.
2. Disain Tiap Bagian
Pada tahap ini dilakukan perhitungan terhadap disain-disain tiap bagian abutment
diantaranga back wall (back side), main wall, kaki abutment dan wing wall.
Untuk lebih jelasnya, perhitungan untuk struktur JU Terusan Pasirkoja ini dapat
dilihat pada LAMPIRAN 8.

33
3.5. Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Jembatan Terusan Pasirkoja-1

Simpang Susun Pasirkoja

Dalam Pelaksanaan Pekerjaan JU. Terusan Pasirkoja-1 Simpang Susun


Pasirkoja terdapat beberapa tahap, diantaranya :

3.5.1. Pekerjaan Persiapan

Pada saat melaksanakan proses konstruksi terdapat beberapa hal yang harus
dipersiapkan untuk menunjang pelaksanaan proyek. Pekerjaan persiapan dijelaskan
pada subbab berikut ini.

3.5.1.1. Survey Dan Stacking Out


Pekerjaan survey dan stcaking out diperlukan agar pekerjaan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan trase rencana dan masuk dalam ROW rencana. Pekerjaan
yang perlu dilakukan adalah mengadakan pengukuran bersama Direksi dan Konsultan
Supervisi, kemudian dilakukan penggambaran yang akan dipergunakan untuk
pedoman kerja dan gambar harus sudah disetujui Direksi untuk proses MC 0%.

Alat-alat dan tenaga kerja dalam pekerjaan survey dan stacking out dapat
dilihat pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4, sedangkan Pekerjaan Survey dan Stacking Out
dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Tabel 3.3. Alat-alat yang Digunakan dalam Pekerjaan Survey dan Stacking Out

34
Tabel 3.4. Tenaga Kerja dalam Pekerjaan Survey dan Stacking Out

Gambar 3.4. Pekerjaan Surveying dan Stacking Out

Data hasil Survey dan Stacking Out kemudian diplot dan digambarkan,
pekerjaan penggambaran dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Pekerjaan Penggambaran

35
3.5.1.2. Persiapan Pembersihan Dan Penyiapan Jalan Akses Ke Lokasi

Pekerjaan

Pembersihan dilakukan dengan menggunakan excavator dan bulldozer yang


selanjutnya dibawa ke lokasi pembuangan dan dibakar. Pembersihan pepohonan
dengan menggunakan alat gergaji tangan (chainsaw) untuk menebang pohon-pohon
besar. Lalu pembersihan dilanjutkan hingga akar-akar pohon tersebut tercabut semua.
Ilustrasi pekerjaan pembersihan dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Ilustrasi Pekerjaan Pembersihan

3.5.1.3. Pekerjaan Pembangunan Direksi keet / kantor lapangan, gudang dan

persiapan stockyard untuk tempat tiang pancang.

Pembangunan direksi keet / kantor lapangan tidak terlalu jauh dari lokasi
pekerjaan agar memudahkan pengawas pelaksana untuk menyelesaikan proyek dan
Posisi stokyard harus berada tidak jauh dari area pekerjaan, agar mobilisasi material
tidak terlalu jauh dari area pekerjaan, agar mobilisasi material tidak terlalu jauh dan
cepat saat pelaksanaan.

36
Gamabar 3.7. Gudang Penyimpanan Material

3.5.1.4. Pekerjaan Pembongkaran Slope & Proteksi Abutment Jembatan

Eksisting Interchange Pasirkoja

Pembongkaran slope dan proteksi abutmen jembatan eksisting interchange


Pasirkoja dilakukan guna meminimalisir terjadinya keruntuhan maupun setlement
yang terjadi pada pondasi jembatan eksisting akibat proses pemancangan pada JU.
Terusan Pasirkoja yang hanya berjarak ± 1m dari pondasi Jembatan Eksisting
Interchange Pasirkoja. Proteksi timbunan dilakukan dengan melapisi timbunan
dengan bahan kamprot (plester mortar). Sedangkan untuk timbunan abutment
jembatan eksisting diproteksi dengan menggunakan bekisting dan support bekisting.

37
Gambar 3.8. Rencana Proteksi Abutment Jembatan Eksisting

Gambar 3.9. Proteksi Abutment Jembatan Eksisting

38
3.5.2. Pekerjaan Pemancangan

3.5.2.1. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pemancangan

Berikut tahap – tahap pelaksanaan pemancangan:


1. Surveyor melakukan stacking out dan marking setiap titik lokasi yang akan
dipancang dan sesuai koordinat yang sudah dicantumkan di shop drawing.
2. Pastikan umur beton tiang pancang sebelum dipancang minimal 14 hari.
3. Trial pemancangan pertama kali dilakukan sesuai dengan koordinat pancang yang
telah dicantumkan pada gambar kerja (shop drawing). Metode pemancangan
dilakukan dengan pengeboran terlebih dahulu hingga kedalaman tertentu, setelah
tiang dimasukkan ke dalam lubang bor, pemasangan tiang dilanjutkan dengan
dipancang. Hal ini dilakukan untuk mengurangi getaran akibat pemancangan yang
dapat mempengaruhi jembatan eksisting.
4. Pemancangan dilakukan hingga elevasi yang telah ditentukan. Jika belum
mencapai elevasi disain, sambung dengan las penuh.

Gambar 3.10. Tiang Pancang Ditarik Oleh Kabel Baja

39
Gambar 3.11. Pekerja Mengatur Posisi Tiang

Gambar 3.12. Proses Pemancangan

Gambar 3.13. Penyambungan Tiang Pancang

40
5. Lakukan calendering & re-calendering untuk mengetahui kedalaman tiang
pancang sudah mencapai tanah keras, serta evaluasi kapasitas tiang tunggal.

Gambar 3.14. Proses Calendering

6. Jika pemancangan sudah mencapai elevasi rencana tetapi belum mencapai nilai
calendering yang diinginkan, koordinasikan dengan konsultan supervisi untuk
tindakan selanjutnya.
7. Pemancangan pertama selesai, maka dilanjutkan dengan pemancangan di titik-
titik koordinat lainnya / yang berdekatan.
8. Alur pemancangan dilaksanakan dengan 2 (dua) alat pancang di Abutment 1 (A1)
dan Abutment 2 (A2).

3.5.2.2. Hal – hal yang Harus Diperhatikan dalam Proses Pemancangan

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam proses pemancangan adalah sebagai
berikut:

1. Tiang pancang harus ditempatkan lurus vertikal dengan posisi hammer di atas
titik pancangnya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar. Untuk menjaga
kelurusan tiang pancang dan jarak tiang sesuai dengan gambar kerja (shop

41
drawing), maka dibutuhkan bantuan surveyor dengan menggunakan lot. (Gambar
3.15. Kiri)
2. Pada saat pelaksanaan pemancangan, ketika tiang sudah hampir mencapai elevasi
yang di tentukan (sisa ± 1 m dari elevasi rencana), maka dilakukan pembacaan
final set (calendering). Bila hasil final set masih belum memenuhi syarat, maka
akan di lakukan re-calendering. (Gambar 3.15. Kanan)

Gambar 3.15. Ilustrasi Pengukuran Kelurusan Tiang dan Calendering Tiang Pancang

3.5.3. Pekerjaan Struktur Pile Cap


Setelah pekerjaan pemancangan selesai maka pekerjaaan footing atau pile cap
dilakukan. Penggalian dan pengukuran akan dilakukan sesuai dengan gambar kerja.
Pekerjaan struktur pile cap dimulai dengan pemotongan tiang pancang manual
dengan membobok bagian beton tiang hingga beton hancur, jika bagian beton sudah
hancur maka akan di potong besi stek yang terdapat dalam tiang dengan mesin
pemotong dan akan menyisakan dua besi saja untuk dilakukan pencabutan dengan
alat berat excavator.
Tanah yang sudah digali harus dipadatkan dan diberikan granular dan pasir
sebelum pengecoran untuk lantai kerja.
Pekerjaan penulangan untuk pile cap, dan badan abutment disesuaikan dengan
gambar kerja baik itu diameter tulangan, jumlah tulangan dan jarak antar tulangan.
Kontrol ini bisa dilakukan dengan pengukuran menggunakan jangka sorong untuk
diameter dan meteran biasa untuk jarak tulangan. Tulangan tersebut diikat dengan

42
kawat beton dengan beberapa lilitan agar kuat dan tidak terjadi pergeseran saat proses
pekerjaan penulangan. Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada subbab pekerjaan
abutment.

Gambar 3.16 Pembobokan Tiang Pancang

3.5.4. Pekerjaan Struktur Abutment


Abutment atau kepala jembatan merupakan bangunan yang berfungsi untuk
mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Abutment dibagi menjadi
3 bagian, yaitu pile cap, wall, dan head wall. Masing-masing bagian abutment
menggunakan struktur beton bertulang dengan mutu beton berbeda-beda, K-350
untuk pilecap, K-250 untuk badan abutment (wall), dan K-500 untuk kepala abutment
(head wall). Ketiga bagian abutment tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) bagian pekerjaan
kecil dalam pekerjaan abutment. Baik dalam footing, badan abutment, dan kepala
abutment tahapan pekerjaannya sama seperti penulangan, pekerjaan bekisting, dan
pengecoran. Berikut tahapan pekerjaan struktur abutment :

1. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan penulangan untuk abutment dilakukan tiga tahap yaitu penulangan
saat melakukan pekerjaan pile cap, badan abutment dan kepala abutment.
Tahapan-tahapan pekerjaan pembesian struktur abutment adalah sebagai
berikut :

43
a. Pelaksanaan fabrikasi memerlukan tempat yang cukup luas untuk menaruh,
memotong besi beton dan membengkokkannya sehingga sesuai dengan gambar
yang telah disetujui.

Gambar 3.17. Fabrikasi Besi Beton

b. Potong dan bengkokan besi beton yang dipakai sesuai dengan Shop Drawing
dengan menggunakan alat Bar Cutter (pemotong) dan alat Bar Bender
(Pembengkokan). Pekerjaan tulangan yang pertama dilakukan adalah pemotongan
dengan panjang sesuai gambar kerja setelah tulangan di potong maka akan di
bengkokan dengan sudut sesuai gambar kerja.
c. Besi yang telah difabrikasi deberi tanda sesuai dengan penempatannya, supaya
tidak membingungkan/membuang waktu untuk saat melakukan pemasangan di
lapangan.
d. Pasangan beton decking untuk memberi jarak selimut beton, untuk beton decking
tersebut terdapat di bawah untuk bagian pile cap dan di samping untuk bagian
badan abutment dengan ukuran beton decking yang berbeda.

44
Gambar 3.18. Pemasangan Beton Decking

e. Perhatikan kerapihan dan kesesesuaian dimensi dan jumlah besi pada gambar
desain. Checklist inspeksi kesesuaian tulangan.

2. Pekerjaan Bekisting

Ketika pekerjaan pembesian selesai maka akan berlanjut pada pekerjaan


bekisiting untuk persiapan pengecoran dan akan diperkuat dengan balok kayu, kaso
dan juga scaffolding bagian main frame. Adapun pekerjaan bekisting adalah sebagai
berikut :
a. Pemotongan multiplek sesuai ukuran yang terdapat dalam gambar
kerja untuk pile cap dan badan abutment dengan alat gergaji dan alat pengukur
panjang.

Gambar 3.19. Pemotongan Multiplek dan Pengukuran

45
b. Setelah multiplek membentuk cetakan maka akan diperkuat dengan balok kaso
yang di sambungkan dengan paku dengan jarak tertentu agar multiplek kuat
ketika menerima campuran beton saat pengecoran.

Gambar 3.20. Multiplek Diperkuat Balok Kayu

c. Penggunaan bagian scaffolding main frame dan jack base untuk perkuatan saat
bekisting terpasang di lapangan untuk perkuatan pekerjaan pile cap.

Gambar 3.21. Perkuatan dengan Bagian Scaffolding

3. Pekerjaan Pengecoran

Pada pekerjaan pengecoran dilakukan pada siang, sore dan malam tergantung
dari pekerjaan yang sudah selesai penulangan dan bekisting.
Adapun tahapan pekerjaan adalah sebagai berikut :

46
a. Pemasangan lampu sebagai penerangan, jika pengecoran dilakukan saat malam
hari.
b. Persiapan lokasi agar posisi concrete pump tidak teralu jauh dengan lokasi
pengecoran.
c. Pemasangan concrete pump dengan pipa baja ke lokasi pengecoran.
d. Kontraktor mengajukan pengadaan ready mix kepada batching plant sesuai
dengan kebutuhan.
e. Pengecoran beton dimulai setelah konsultan dan owner menyetujui untuk
pengecoran beton yang dinyatakan dalam form izin pengecoran.
f. Sebelum pengecoran dilakukan pengujian nilai slump dan pengambilan sample
uji tekan. Uji slump dilakukan satu kali dalam tiga truck mixer.

Gambar 3.22. Pengujian Slump

g. Tuangkan beton ready mix ke dalam area pengecoran memulai concrete pump
pada saat pengecoran adukan dipadatkan dengan concrete vibrator sehingga beton
dapat padat.
h. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan ketika beton berumur satu hari dan
lakukan curing.

47
3.5.5. Pekerjaan Bearing Pad

Tahapan pekerjaan bearing pad adalah sebagai berikut:


1. Surveyor melakukan stacking out dan marking pada lokasi penempatan bearing
pad sesuai dengan shop drawing.
2. Buat bantalan bearing pad dari mortar. Lakukan levelling pada bantalan bearing
untuk menjaga top elevasi bearing.

Gambar 3.23. Pekerjaan Levelling Pad

3. Pemasangan bearing pad dilakukan secara manual dengan tenaga kerja.

Gambar 3.24. Pekerjaan Pemasangan Bearing Pad

Jumlah bearing pad yang dipasang pada JU. Terusan Pasirkoja dapat dilihat
pada Tabel 3.5. berikut ini.

48
Tabel 3.5. Jumlah Bearing Pad pada JU. Terusan Pasirkoja
Lokasi Dimensi Jumlah
Abutment 1 600 x 330 x 102 6
Abutment 2 600 x 330 x 102 6

3.5.6. Pekerjaan PCI Girder

JU. Terusan Pasirkoja menggunakan PCI girder. PCI girder merupakan balok
girder dengan bentuk I.

3.5.6.1. Langkah-langkah pengerjaan PCI Girder:

1. PCI Girder di bawa ke lokasi stockyard yang letaknya tidak jauh dari area
pekerjaan dengan menggunakan trailer/boogie.

Gambar 3.25. Pengangkutan Girder ke Stokyard


Menggunakan Boogie

2. PCI Girder diletakkan di sockyard dimana dilakukan penyusunan secara teratur


pada area stockyard. Penyusunan dengan menggunakan susunan balok kayu dan
balok beton.

49
Gambar 3.26. Penempatan PCI Girder
Pada Susunan Balok Kayu dan Balok Beton.

3. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksaan stressing dan recording PCI Girder,


tetapi sebelum dilaksanakan stressing terlebih dahulu PCI Girder per segmen
disambung dengan menggunakan epoxy.
4. Lalu PCI Girder yang telah distressing dilakukan grouting dengan mortar.
5. Kemudian bila grouting telah selesai selama 3 hari, lalu PCI Girder diangkat
dengan menggunakan crane.
6. Sebelum erection PCI Girder harus dilakukan loading test kapasitas crane dan
launcher (lifting/ test angkat) selama 1 jam dan aksesorisnya untuk memastikan
semua perlatan utama dan alat bantu lainnya aman digunaan
7. Erection Girder pada pekerjaan ini menggunakan crawle crane, dimana dalam
pelaksanaannya Crane menarik dan mengangkat girder ke area yang akan
dipasang. Kemudian meletakkan girder pada titik yang telah ditentukan.

50
3.5.6.2. Hal-Hal Yang Harus Di Perhatikan Dalam Penempatan PCI Girder:

1. Pastikan landasan segmen balok harus kuat dan dan sama rata.
2. Posisi penempatan segmen balok harus urut dan benar (tidak terbalik). Tempatkan
sesuai nomor yang sudah ditentukan dan dicantumkan pada PCI girder
3. Jarak antar segmen girder adalah 10 ~ 15 cm.
4. Di atas landasan segmen balok sudah disiapkan alas (multipleks) untuk keperluan
stressing.
5. Sebelum dan setelah assamble, surveyor malakukan tembakan elevasi untuk
monitoring kelurusan baik dari sisi vertikal maupun horisiontal.

Gambar 3.28 Penempatan PCI Girder

3.5.6.3. Langkah-Langkah Pengerjaan Stressing PCI Girder

Berikut langkah-langkah pengerjaan stressing PCI girder:


1. Pemasangan baja strand

Gambar 3.29 Pemasangan Baja Strand

51
2. Instalasi anchor head

Gambar 3.30 Instalasi anchor Head

3. Pelapisan epoxy pada sambungan span

Gambar 3.31 Pelapisan Epoxy pada Sambungan Span


4. Instalasi hydraulic jack

Gambar 3.32 Instalasi Hydraulic Jack

52
5. Stressing hydraulic jack

Gambar 3.33 Stressing Hydraulic Jack


6. Grouting

Gambar 3.34 Grouting

3.5.7. Pekerjaan Erection Girder

Erection girder adalah suatu proses penempatan girder kepada tumpuannya,


dalam hal ini titik tumpu/tumpuan yang digunakan pada abutmen jembatan Terusan
Pasirkoja yaitu berupa bearing pad dengan ukuran yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan.
Maksimum panjang bentang jembatan girder beton bertulang adalah 25 meter,
dan untuk jenis girder yang menggunakan beton prategang umumnya memiliki
panjang bentang diatas 20 meter sampai 40 meter. Balok girder yang digunakan pada
jembatan utama Terusan Pasirkoja adalah balok prestress/prategang dengan bentang
50 meter. Karena letak jembatan terusan Pasirkoja yang diapit oleh jembatan existing

53
lama dan jembatan ramp 6 maka erection tidak bisa dilaksankan secara langsung,
dalam hal ini erection pada jembatan terusan pasirkoja melalui jembatan ramp 6 hal
ini disebabkan karena tidak efektifnya erection jika dilakukan melaui jembatan
eksisting lama yang masih aktif digunakan untuk lalu lintas kendaraan umum. Oleh
karena itu erection dipilih melalui jembatan ramp 6 yang masih belum aktif
digunakan untuk lalu lintas

3.5.7.1. Pelaksanaan Erection Girder


Berikut merupakan tahapan pelaksanaan erection girder, yaitu:
1. Stock yard PCI Girder 50.60m diposisikan di dekat lokasi Abutment 1 JU.
Terusan Pasirkoja-1 SS Pasirkoja. 2 Crane pada posisi pada stock area dan crane
1 crane standby pada posisi erection. Untuk mobilisasi girder dari stock menuju
posisi erection menggunakan boogie.

Gambar 3.35 Girder dari Stokyard Diangkut


Menuju Posisi Erection dengan Boogie

54
2. Girder dimuat ke atas boogie dengan menggunakan 2 buah crane (crane 1 dan
crane 3), lalu boogie akan melintasi JU. Ramp 6 SS Pasirkoja yang telah dapat
dilalui untuk kendaraan boogie setelah umur beton rencana tercapai.

Gambar 3.36 Girder Dimuat Ke Atas Boogie


dengan Menggunakan 2 Buah Crane

55
3. Boogie akan melintas di atas JU. Ramp 6 SS Pasirkoja, selanjutnya akan
dilakukan lifting girder oleh 2 buah crane erection yang telah berada dibelakang
A1 dan A2.

Gambar 3.37 Boogie Akan Melintas Di Atas


JU. Ramp 6 SS Pasirkoja

56
4. Ketika jalur lalu-lintas telah ditutup sesuai window time yang diijinkan oleh pihak
yang terkait saat proses pengangkatan girder, maka girder akan diangkat 2 buah
crane erction yang telah berada dibelakang A1 dan A2 menuju lokasi perletakan.

Gambar 3.38 Girder Diangkat 2 Buah Crane Erection

57
5. Girder akan diletakkan pada lokasinya sesuai denga urutan yang telah disepakati
(dimulai dari sisi yang berdekatan dengan jembatan eksisting).

Gambar 3.39. Erection Girder 1

58
6. Selanjutnya urutan pelaksanaan untuk girder berikutnya sesuai dengan
pelaksanaan girder ke-1, Install girder dilakukan dari girder ke-1 hingga girder
ke-6.

Gambar 3.40. Install Girder Ke-1 Hingga Girder Ke-6.

3.5.7.2. Traffic Management

1. Erection dilaksanakan pada malam hari, dimulai pada pukul 24:00 s/d 04:00.
2. Pekerjaan persiapan dimulai pukul 21:00 (test lifting girder).
3. Pada saat pelaksanaan erection, ruas jalan Tol Purbaleunyi ditutup sementara
selama siklus pelaksanaan erection girder selama ± 30 menit pada asaat proses
pengangkatan girder dari JU. Ramp 66 SS Pasirkoja ke lokasi penempatan girder.
4. Ruas jalan Tol Purbaleunyi ditutup dengan bantuan Flagman (6 orang) serta tim
Jasa Marga & PJR dan rubber cone sebagai rambu pembatas area kerja.
5. Ruas jalan dibuka setelah girder ditempatkan ke titik yang sudah ditentukan, dan
akan ditutup kembali ketika girder siap untuk di erection. Siklus ini berlanjut
hingga seluruh girder terpasang.

59
3.5.8. Pekerjaan Diafragma

Diafragma merupakan struktur yang mengikat girder secara melintang agar


adanya kesatua antara beberapa girder ketika menerima beban kendaraan diatasnya
dan berdeformasi bersamaan.
1. Membuat scaffolding dengan sistem gantung untuk akses pekerja saat melakukan
pekerjaan bekisting diafragma dan untuk akses membuat scaffolding memasang
steel deck.

Gambar 3.41. Scaffolding Sistem Gantung

2. Pemasangan steel deck untuk bekisiting pelat lantai dan akses pekerja saat
melakukan perakitan scaffolding

Gambar 3.42. Pemasangan Steel Deck

60
3. Pekerjaan fabrikasi bekisting dilakukan di lokasi untuk bagian samping dari
diafragma dan bagian tengah diafragma.

Gambar 3.43. Fabrikasi Bekisting

4. Pekerjaan pemasangan bekisting bagian samping diafragma dengan akses untuk


pekerja menggunakan scaffolding dengan sistem gantung.

Gambar 3.44. Pemasangan Bekisting

5. Pembengkokan tulangan yang terdapat pada girder saat sebelelum pemasangan


bekisting bagian samping.

Gambar 3.45. Pembengkokan Tulangan pada Girder

61
6. Penyambungan tulangan yang sudah di fabrikasi dengan tulangan yang
terdapat pada girder.

Gambar 3.46. Penyambungan Tulangan Diafragma

7. Setelah penulangan diafragma selesai maka penutupan bekisting bagian tengah


diafragma dengan perkuatan menggunakan balok kayu.

Gambar 3.47. Pentupan Diafragma dengan Bekisting

62
8. Pengecoran diafragma

Gambar 3.48 Proses Pengecoran

Gambar 3.49 Hasil Pengecoran Diafragma

3.5.9. Pekerjaan Struktur Deck Slab

1. Pekerjaan Pembesian
2. Pembengkokkan tulangan yang berada diatas girder secara manual untuk
menyambungkan dengan perakitan tulangan slab yang ada diatasnya.
Penyambungan dilakukan dengan las.
3. Pembesian untuk slab yang disesuaikan dengan gambar kerja.

63
Gambar 3.50. Pembesian Pelat Lantai

64
4. Pekerjaan bekisting untuk slab ini menggunakan baja ringan (steel deck) yaitu
bekisiting permanen yang ukuran melintang nya terbatas. Steel deck ini hanya
disusun saja diatas girder karena ukurannya sudak disesuaikan di fabrikasi.
permanen

Gambar 3.51. Steel Deck

5. Pekerjaan pengecoran slab harus hati-hati karena ditakutkan terjadi kebocoran


saat menembakan belalai concrete pump pada slab. Belalai concrete pump harus
ditembakkan diatas girder.

Gambar 3.52. Proses Pengecoran Pelat Lantai

65
Gambar 3.53. Pengecoran Pelat Lantai

3.5.10. Pekerjaan Aspal

Gambar 3.54. Flowchart Pekerjaan Pengaspalan

1. Pembersihan jalan menggunakan air compressor sebelum dilaksanakan


penyemprotan tack coat. Pembersihan menggunakan air compressor untuk
memudahkan ditarik oleh mobil pick up.
2. Material aspal diangkut ke lapangan dengan dump truck untuk selanjutnya
dituang pada asphalt finisher.

66
3. Aspal dicampur dengan bensin dengan perbandingan 1 : 2, lalu tack coat di
semprotkan pada permukaan slab menggunakan asphalt sprayer.
4. Penghamparan aspal setebal 5 mm dilaukan setelah penyemprotan prime coat.
Sebelum dihampar suhu AC/WC diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan
suhu min 130 derajat C sesuai spesifikasi saat dituang/dihampar.
5. Aspal kemudian digilas menggunakan tandem roller dan penggilas roda karet.
6. Request for Inspection, Setelah pekerjaan aspal selesai, diajukan Request for
Inspection. Pada kegiatan ini dilakukan pemeriksaan/opname bersama dengan
Konsultan Pengawas/Direksi untuk menentukan apakah pelaksanaan pekerjaan
sudah sesuai dengan rencana atau masih diperlukan adanya evaluasi dan
penyempurnaan.

67
BAB IV
PELAKSANAAN SELAMA KERJA PRAKTEK

Pada Bab ini penyusun akan membahas pelaksanaan Proyek Pembangunan


Jembatan Utama Terusan Pasirkoja Simpang Susun Pasirkoja selama masa kegiatan
kerja praktek.

4.1. Kondisi Lapangan


Kondisi di lapangan saat masa kegiatan kerja praktek, situasi lapangan dalam
keadaan becek dan banyak genangan air hal ini dikarenakan pada masa pembangunan
sedang mengalami musim penghujan, jalan desa yang menjadi alternatif akses utama
ke lokasipun juga sering terjadi banjir sehingga menyulitkan mobilitas para pekerja.
Dalam keg iatan pengawasan juga sangat perlu ekstra hati-hati dikarenakan sulitnya
akses untuk mengawasi beberapa pekerjaan hal ini disebabkan kondisi lapangan yang
letaknya berdekatan dengan jalan tol eksisting.
Banyaknya tanah hasil galian yang belum dibuang dan dibiarkan menumpuk
didekat lokasi pekerjaan juga membuat kami kesulitan untuk melakukan pengawasan
karena ketika hujan turun tanah menjadi lembek dan licin. Pada saat memulai
kegiatan kerja praktek untuk progres konstruksi sudah mencapai 10% dimana
abutment 1 sudah selesai masa pemancangannya dan sampai pada tahap pembesian
pile cap, sedangkan abutment 2 baru tahap clean area.

4.2. Keikutsertaan Dalam Proyek Tersebut


Keikutsertaan kami dalam kegiatan proyek pembangunan tol Soreang
Pasirkoja (SOROJA) adalah sebagai pengawas dari pihak kontraktor yaitu PT.
WIJAYA KARYA, pengawasan yang kami lakukan dikhususkan untuk proyek
Jembatan Utama Terusan Pasirkoja Simpang Susun Pasirkoja dan dalam
pelaksanaannya kami dibantu oleh para pekerja yang ada dilapangan, dan didampingi
oleh kepala pelaksana bagian proyek Jembatan Utama Terusan Pasirkoja Simpang
Susun Pasirkoja.

68
4.3. Permasalahan Selama Kerja Praktek
Selama kurang lebih 100 hari dalam pelaksanaan Praktek Kerja di Lapangan,
kami menemukan beberapa permasalahan dalam Proyek Pembangunan Jembatan
Utama Terusan Pasirkoja pada Proyek Pembangunan Jalan tol soreang pasirkoja
(SOROJA), diantaranya :

4.3.1. Pekerjaan Persiapan


Dalam pekerjaan persiapan ada beberapa kendala diantaranya adanya desain
yang masih belum selesai, lalu penempatan material besi yang kurang terlindungi dari
terik matahari dan guyuran hujan yang membuat besi cepat berkarat.

4.3.2. Pekerjaan Galian


Banyaknya tanah hasil galian yang dibiarkan menumpuk dan tidak segera
dibuang menganggu akses ke beberapa lokasi pekerjaan. Jauhnya jarak untuk tempat
pembuangan hasil galian juga sangat mempengaruhi perbandingan antara waktu
galian dan waktu buangan sehingga menyebabkan penumpukan. Dalam pekerjaan
tanah ini, WIKA selaku pihak pelaksana menunjuk sub kontraktor untuk melakukan
pekerjaan tersebut, namun oleh pihak yang ditunjuk, tanah dasar yang tidak terpakai
tidak kunjung dibuang atau dibersihkan, akibatnya di beberapa lokasi tanah galian
tersebut meluap dan bahkan masuk ke area proyek jembatan ramp 6.

4.3.3. Pekerjaan Cut Pile dan LC


Permasalahan pada pekerjaan cut pile dan LC ialah adanya genangan air yang
menggenang di dalam galian pondasi tiang pancang, hal tersebut dikarenakan pada
masa pembangunan sedang dalam kondisi intensitas hujan tinggi.

4.3.4. Pekerjaan Tiang Pancang


Permasalahan pada pekerjaan tiang pancang adalah jarak titik pancang yang
hanya berjarak 1 meter dari pondasi abutment jembatan eksisting sehingga
memerlukan ekstra hati-hati dalam memancangnya untuk meminimalisir terjadinya
setlement pada abutment jembatan eksisting.

69
4.3.5. Pekerjaan Erection Girder
Letak lokasi jembatan utama terusan pasirkoja yang diapit oleh jembatan
utama Ramp-6 dan jembatan eksisting membuat pelaksanaan erection dibutuhkan
ketelitian dan kehati-hatian terlebih ketika melakukan erection girder ujung. Hal ini
disebabkan jarak girder ujung yang berjarak hanya 1 meter terhadap tiang sandar
(parapet) jembatan eksisting dan jembatan utama Ramp-6 sehingga sangat diperlukan
ketelitian dan kehati-hatian yang ekstra dalam pelaksanaannya.

4.3.6. Pekerjaan Mobilitas Material


Jalur transportasi yang sangat padat serta daerah permukiman padat penduduk
membuat mobilitas material terhambat, serta intensitas curah hujan yang tinggi
menyebabkan jalur alternatif melalui main road tol soroja menjadi tergenang air dan
becek dan membuat mobilitas material pun terhambat.
Pembebasan lahan yang masih belum bebas 100% pun juga sangat
mempengaruhi akses mobilitas material dan alat berat.

4.3.7. Kurangnya Kesadaran K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja)


Dalam kegiatan suatu proyek tentu zero accident sangat diutamakan, untuk
tercapainya zero accident dimulai dari kesadaran para pekerja daalam menaati
peraturan yang mendukung tercapainya K3, akan tetapi dalam pengamatan kami di
lapangan masih ada beberapa pekerja yang mengabaikan nya misal tidak memakai
helm pengaman, sabuk pengaman, tidak memakai pakaian pekerja konstruksi, dan
ada beberapa pekerja yang menyebrang jalan tol secara sembarangan.

70
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang didapat penulis setelah melaksanakan kerja praktek
selama kurang lebih 100 hari dalam pelaksanaan kerja praktek di proyek
pembangunan jembatan tama Terusan Pasirkoja, antara lain :

1. Pembangunan jembatan utama Terusan Pasirkoja menggunakan metode erection


girder konvensional hal ini dipilih atas dasar lokasi disekitar proyek, dan juga
jenis medan yang berada dibawah jembatan Terusan Pasirkoja.
2. Mengetahui dan memahami cara pelaksanaan teknis pekerjaan suatu proyek,
tahap-tahap pekerjaan yang digunakan serta mengetahui cara penanggulangan
permasalahan saat dilapangan.
3. Koordinasi yang baik antar setiap unsur yang tergabung dalam organisasi proyek
akan sangat mempengaruhi kelancaran pekerjaan.
4. Rencana kerja yang baik akan sangat membantu pelaksanaan kerja di lapangan.
5. Mendapat pengetahuan dan gambaran pelaksanaan suatu pekerjaan proyek
dilapangan.

5.2. Saran
Berikut beberapa saran yang akan penulis tulis pada laporan kerja parktek ini.
Hal ini berdasarkan hasil keikutsertaan penulis dalam kegiatan kerja praktek di
proyek pembangunan jembatan utama Terusan Pasirkoja, diantaranya :

1. Pengawasan terhadap bahan dan material perlu mendapat perhatian yang lebih
karena hal ini akan sangat berpengaruh untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
dan berpengaruh juga kepada biaya atau anggaran dan waktu yang ditempuh
apabila terjadi keterlambatan bahan dan material.
2. Pengawasan terhadap mutu pekerjaan disesuaikan dengan mutu yang telah
disepakati dalam agenda kontrak/ RKS.

71
3. Untuk seorang pengawas diperlukan kejelian dan ketelitian dalam melaksanakan
tugasnya.
4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guna memperoleh hasil yang baik dari
suatu proyek, yaitu :
a. Penyediaan bahan harus sesuai dengan mutu kualitas yang diperlukan.
b. Penempatan material yang tidak terlalu jauh akan mempercepat mobilisasi
material.
c. Persiapan peralatan yang akan digunakan akan membantu dalam
meningkatkan kinerja alat yang digunakan selama pelaksanaan proyek.
d. Waktu pelaksanaan setiap jenis pekerjaan harus memperhatikan faktor cuaca.
e. Pengawasan suatu pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan yang harus
dilakukan dengan diteliti dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
f. Penggunaan tenaga kerja yang efektif akan sangat membantu dalam
pelaksanaan pekerjaan.
5. Mahasiswa hendaknya lebih bersikap kritis terhadap hal-hal baru yang ditemukan
di lapangan, serta menanyakannya pada pembimbing di lapangan.
6. Mahasiswa lebih aktif dan inovatif agar dapat lebih memahami pengajaran-
pengajaran yang diberikan oleh pembimbing kerja praktek di lapangan.

72

Anda mungkin juga menyukai