Anda di halaman 1dari 13

HAKIKAT BAHASA

Kelompok 1:

Amrizal Ramadhan 1907230199

Dwi Putra Atmojo 1907230157

Maun Pulungan 1907230206

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Fakultas Teknik Mesin

Medan, 2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa penulis
bersyukur karena telah menyelesaikan makalah ini yang berjudul Hakikat Bahasa.
Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan tentang pengertian bahasa, ciri
sifat bahasa, fungsi bahasa dan yang terakhir ragam bahasa. Pada dasarnya Hakikat
Bahasa sangatlah penting dalam bermasyarakat karena merupakan cara untuk bekerja
sama dan berkomunikasi yang baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu
menyelesaikan makalah ini. Pada penulisan makalah ini kami bertujuan agar saudara-
saudara mengetahui apa itu Hakikat Bahasa dan apa saja pengertian bahasa, ciri sifat
bahasa, fungsi bahasa dan ragam bahasa. Maka dalam makalah ini kami akan
memaparkan semua isi yang terkandung di dalam Hakikat Bahasa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang penulis sajikan ini masih
terdapat banyak kekurangan.kekurangan baik dari segi penyusunan maupun aspek
lainnya. Oleh karena itu,Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah yang akan penulis tulis pada masa yang akan
datang. Kami juga berharap semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan
berbagai pihak.

Medan, 6 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Maksut Dan Tujuan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A.Hakikat Bahasa.......................................................................................3

1.1 Pengertian Bahasa...................................................................................3

1.2 Ciri-ciri Sifat Bahasa.................................................................................3

1.3 Fungsi Bahasa..........................................................................................3

1.4 Ragam Bahasa.........................................................................................3

BAB III PENUTUPAN............................................................................................100

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................200
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Hakikat bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,
digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidenfikasi diri.
Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk suatu aturan, kaidah, atau pola-
pola tertentu. Baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat.
Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu.
Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang digunakan berupa bunyi,
maka yang di anggap primer di dalam bahasa adalah bahasa yang di ucapkan, atau
yang disebut bahasa lisan. Karena itu pula,bahasa tulisan, yang walaupun dalam dunia
sangat penting,hanyala bersipat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya tidak lain
adalah rekaman visual, dalam bentuk huruf-hurup dan tanda-tanda baca dari bahasa
lisan. Dalam dunia modren, penguasaan terhadap bahasa lisan dan Bahasa tulisan
sama pentingnya.Jadi, kedua macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari dengan
sungguh-sungguh.
Lembaga-lembaga bahasa yang berupa buyi itu bersifat arbitrer. Maksutnya, tidak
ada ketentuan, atau hubungan antara suatu lambang bunyi dengan benda atau konsep
yang dilambangkannya.Umpamanya antara kata atau lambang, yang berupa bunyi,
[kuda] denga bendanya, yaitu sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai
atau untuk menarik beban. Kalau memang ada hubungan antara lambang bunyi [kuda]
dengan bidangnya itu, tentu orang di Jawa Tengah juga akan menyebutnya
kuda,bukannya Jaran.Begitu juga orang di London, Inggris, tidak akan menyebutnya
yang dieja denga horse, dan orang di Amsterdam, Belanda, tidak akan menyebutnya
yang dieja dengan paard.
Namun, walaupun lembaga-lembaga bahasa bersifat arbitrer, tetapi bila terjadi
penyimpangan terhadap penggunaan lambang, pasti akan terjadi kemacetan
komunikasi. Komunikasi akan terganggu jika aturan-aturan sistem lembaga tidak
dipatuhi.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat di rumuskan
masalah yang dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian hakikat bahasa?
2. Apa pungsi bahasa?
3. Bagaimana ragam bahasa?
C.TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan pada penjelasan sebelumnya
dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai beribut:
1. Untuk mengetahui pengertian hakikat bahasa.
2. Untuk mengetahui fungsi bahasa.
3. Untuk mengetahui ciri sifat bahasa.
4. Untuk mengetahui ragam bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat bahasa

Hakikat bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,
digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidenfikasi diri.
Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk suatu aturan, kaidah, atau pola-
pola tertentu. Baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat.
Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu.
Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang digunakan berupa bunyi,
maka yang di anggap primer di dalam bahasa adalah bahasa yang di ucapkan, atau
yang disebut bahasa lisan. Karena itu pula,bahasa tulisan, yang walaupun dalam dunia
sangat penting,hanyala bersipat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya tidak lain
adalah rekaman visual, dalam bentuk huruf-hurup dan tanda-tanda baca dari bahasa
lisan. Dalam dunia modren, penguasaan terhadap bahasa lisan dan Bahasa tulisan
sama pentingnya.Jadi, kedua macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari dengan
sungguh-sungguh.
1.1 Pengertian bahasa
Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Kajian ilmiah
bahasa disebut ilmu linguistik. Perkiraan jumlah bahasa di dunia beragam antara
6.000-7.000 bahasa.
1.2 Ciri-ciri Bahasa Baku
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang di
jadikan pokok, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam
bahasa baku ini lazim digunakan dalam:
(a) Komunikasi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat-menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman, penanaman dan peristilahan resmi, perundang-
undangan, penanaman dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
(b) Wawacara teknis, seperti dalam laporan resmi, karangan ilmiah, buku
pelajaran, dan sebagainya.
(c) Pembicaraan di depan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, kotbah, dan
sebagainya.
(d) Pembicaraan dengan orang yang di hormati, dan sebagainya.

Pemakaian (a) dan (b) didukung oleh ragam bahasa baku tertulis, sedangkan
pemakaian (c) dan (d) didukung oleh ragam bahasa baku lisan. Ragam bahasa baku
dapat ditandai dengan ciri-cirinya, yang antara lain sebagai berikut:

1.2.1 Penggunaan Kaidah Tata Bahasa Normatif


Kaidah tata bahasa normatif selalau digunakan secara eksplisit dan konsisten.
Misalnya, dengan jalan:
(1) Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara eksplisit dan konsisten,
misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- Gubernur meninjau - Gubernur tinjau daerah
Daerah kebakaran. Kebakaran.
- Pintu pelintasan kereta - Pintu pelintasan kereta itu
itu bekerja secara otomatis. Kerja secara otomatis
- Anaknya bersekolah di Bandung. - Anaknya sekolah di bandung.

(2) Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk
secara eksplisit dan konsisten, misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- Ia tidak tahu bahwa anaknya - Ia tidak tahu anaknya sering
Sering bolos. Bolos.
- Ibu guru marah kepada Sudin - Ibu guru marah kepada Sudin,
Karena ia sering bolos ia sering bolos.

(3) Pemakaian pola frase untuk predikat aspek + pelaku + kata kerja secara
konsisten, misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- Surat Anda sudah saya terima. - Surat Anda saya sudah terima.
- Acara berikutnya akan kami - Acara berikutnya kami akan
putarkan lagu-lagu perjuangan. putarkan lagu-lagu perjuangan.
- Rencana itu sedang kami garap. - Rencana itu kami sedang garap.

(4) Pemakaian konstruksi sintetis, misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- anaknya - dia punya anak
- membersihkan - bikin bersih
- memberitahukan - kasih tahu
- mereka - dia orang

(5) Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsur


gramatikal bahasa daerah, misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- Dia mengontrak rumah - Dia ngontrak rumah di
Di Kebayoran di Kebayoran lama.
- Mobil paman saya baru - Paman saya mobilnya baru.

1.2.2 Penggunaan Kata-kata Baku


Maksudnya, kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim
digunakan atau yang frekuensi penggunaannya cukup tinggi. Kata-kata yang belum
lazim atau yang masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan
pertimbangan khusus, misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- Cantik sekali - cantik banget
- Lurus saja - lempeng saja
- Masih kacau - masih semrawut
- Uang - duit
- Tidak mudah - enggak gampang
- Diikat dengan kawat - diikat sama kawat
- Bagaimana kabarnya - gimana kabarnya

1.2.3 Penggunaan Ejaan Resmi dalam Ragam Tulis


Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan
bahasa indonesia yang disempurnakan (disingkat EYD ). EYD mengatur mulai dari
penggunaan huruf, penulisan kata (dasar, berimbuhan, gabungan, ulang, dan serapan),
penulisan partikel penulisan angka, penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan
tanda baca, misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- Bersama- sama - bersama2
- Melipatgandakan - melipat-gandakan
- Pergi ke pasar - pergi kepasar
- Ekspres - ekpres, espres
- Sistem - sistim

1.2.4 Penggunaan Lafal Baku dalam Ragam Lisan


Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah
ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia
adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau ciri-ciri lafal bahasa
daerah, misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- [ atap ] - [ atep ]
- [ menggunakan ] - [ menggunaken ]
- [ kalaw ] - [ kalo ], [ kalo’ ]
- [ habis ] - [ abis ]
- [ dengan ] - [ de’ngan ], [ dengen ]
- [ subuh ] - [ subueh ]
1.2.5 Penggunaan Kalimat Secara Efekti

Maksudnya, kaliamat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan


pesan pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang
dimaksud oleh si pembicara atau si penulis.
Keefektifan kaliamat ini dapat dicapai, anatara lain dengan:

(1) Susunan kalimat menurut aturan tata bahasa yang benar.


Misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- Pulau Buton banyak mengha- - Di Pulau Buton banyak
silkan aspal. Menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan kekerasan - Tindakan-tindakan keke-
itu menyebabkan penduduk rasan itu menyebabkan
dan keluarganya merasa tidak aman penduduk merasa tidak
o aman dan keluarganya.
(2) Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis di dalam kalimat.
Misalnya :

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- Dia datang ketika kami - Ketika kami sedang makan
sedang makan. Dan dia datang.
- Loket belum dibuka walaupun - Loket belum dibuka walaupun
hari sudah siang. hari ini tidak hujan.

(3) Penggunaan kata secara tepat dan efisien. Misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku


- Korban kecelakaan lalu - Korban kecelakaan lalu lintas
lintas bulan ini bertambah. bulan ini naik.
- Panen yang gagal memaksa - Panen yang gagal memung-
kita mengimpor beras. Kinkan kita mengimpor beras.
- Nama gadis yang berbaju - Nama gadis yang mengenakan
merah itu Siti Aminah. baju berwarna merah itu Siti
 Aminah.
- Bayarlah dengan uang pas. - Kepada para penumpang di-
 harapsupaya membayar dengan
uang pas.

(4) Penggunaan variasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang
ingin ditonjolkan. Misalnya :

Kalimat Biasa Kalimat Bertekanan


- Dia pergi dengan diam-diam. - Pergilah dia dengan diam-diam.
- Dengan pisau dikupasnya mangga - Dengan pisaulah dikupasnya
Itu. mangga itu.
- Karena dia tidak datang - Karena dia tidak datang kami pun
kami segera berangkat. segera berangkat.

Disamping itu masih banyak upaya kebahasaan lainnya yang dapat digunakan
untuk mendapatkan bentuk-bentuk kalimat yang efektif dan komunikatif.

1.3 Fungsi Bahasa


Fungsi bahasa yang terutama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau
berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk berkomunikasi
sebenernya dapat juga digunakan cara lainnya, misalnya isyarat, lambang-lambang
gambar atau kode-kode tertentu lainnya. Tetapi dengan bahasa komunikasi dapat
berlangsung lebih baik dan lebih sempurna.
Bahasa Indonesia sendiri, yang mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional
dan bahasa resmi negara di tengah-tengah berbagai macam bahasa daerah,
mempunyai fungsi sebagai berikut:
(1) Alat untuk menjalankan administrasi negara. Ini berarti, segala kegiatan
administrasi kenegaraan, seperti surat-menyurat dinas, rapat-rapat dinas,
pendidikan dan sebagainya harus diselenggarakan dalam bahasa Indonesia.
(2) Alat pemersatu berbagai suku bangsa di Indonesia. Komunikasi di antara
anggota suku bangsa yang berbeda kurang mungkin dilakukan dalam salah satu
bahasa daerah dari anggota suku bangsa itu. Komunikasi lebih mungkin
dilakukan dalam bahasa Indonesia. Karena komunikasi antara suku ini dilakukan
dalam bahasa Indonesia, maka akan terciptalah perasaan “satu bangsa” di
antara anggota suku-suku bangsa itu.
(3) Media untuk menampung kebudayaan nasional. Kebudayaan daerah dapat
ditampung dengan media bahasa daerah. Tetapi kebudayaan nasional
Indonesia dapat dan harus ditampung dengan media bahasa Indonesia.

1.4 Ragam Bahasa


Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalam hal tata
bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat, dan tata makna. Tetapi karena berbagai
faktor yang terdapat di dalam masyarakat pemakai bahasa itu, seperti usia,
pendidikan, agama, bidang kegiatan dan profesi, dan latar belakang budaya daerah,
maka bahasa itu menjadi tidak seragam benar. Bahasa itu menjadi beragam. Mungkin
tata bunyinya menjadi tidak persis sama, mungkin tata bentuk dan tata katanya, dan
mungkin juga tata kalimatnya.
Keragaman bahasa ini terjadi juga dalam bahasa Indonesia. Akidah berbagai faktor
seperti yang disebutkan diatas, maka bahasa Indonesia pun mempunyai ragam bahasa.
Ragam bahasa Indonesia yang ada antara lain:

(1) Ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Biasa di sebut dengan istilah
idiolek. Setiap orang tentu mempunyai ragam atau gaya bahasa sendiri yang
tidak di sadarinya. Perbedaan idiolek ini dapat kita lihat, sebagai contoh,
gaya bahasa Sutan Takdir Alisyabana, dan tidak sama dengan gaya bahasa
Pramudya Ananta Toer.
(2) Ragam bahasa yang di gunakan oleh kelompok anggota masyarakat dari
wilayah tertentu, biasanya di sebut dengan istilah dialek. Misalnya ragam
bahasa indonesia di Jakarta, yang jelas tidak sama dengan ragam bahasa
masyarakat di Medan, di Yogyakarta ataupun Denpasar.
(3) Ragam bahasa yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari
golongan sosial tertentu, biasanya di sebut sosial. Misalnya ragam bahasa
golongan terdidik, jelas tidak sama dengan ragam bahasa dari golongan
buruh kasar, ataupun golongan masyarakat umum.
(4) Ragam bahasa yang di gunakan dalam kegiatan suatu bidang tertentu,
seperti kegiatan ilmiah, jurnalistik, sartra, hukum, matematika, dan militer.
Ragam bahasa ini biasanya di sebut dengan istilah fungsiolek. Ragam
bahasa ilmiah biasa bersifat logis dan eksak, tetapi ragam bahasa sastra
penuh dengan kiasan dan ungkapan.
(5) Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi formal atau situasi resmi,
kaidah-kaidah dalam ragam bahasa baku, baik dalam bidang fonologi,
morfologi, sintaktis, maupun kosa kata, biasanya digunakan secara
konsisten.
(6) Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi informal atau situasi tidak
resmi, biasanya disebut dengan istilah ragam nonbaku atau nonstandar.
Dalam ragam bahasa nonbaku ini kaidah-kaidah tata bahasa biasanya tidak
digunakan secara konsisten, sering kali dilanggar.
(7) Ragam bahasa yang digunakan secara lisan yang biasa disebut bahasa lisan
lawannya, ragam bahasa yang digunakan secara tertulis. Ragam bahasa
lisan tidak sama dengan bahasa tulisan. Bahasa lisan dalam realisasinya
sering dibantu dengan mimik, gerak-gerik anggota tubuh, dan intonasi
ucapan. Sedangkan dalam bahasa tulisan, mimik, gerak-gerik anggota
tubuh, dan intonasi tidak dapat di wujudkan. Karna itu, agar komunikasi
dalam bahasa tulisan dapat mencapai sasaranya dengan baik, maka harus di
upayakan menyusun setruktur kalimat dan penggunaan tanda-tanda baca
sedemikian rupa, agar pembaca dapat menangkap bahasa tulisan itu
dengan baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hakikat bahasa adalah ilmu yang mempelajari suatu sistem lambang
berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur
untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.
Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan,
kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk,
maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah atau pola ini di langgar, maka
komunikasi dapat terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2006. Hakikat Bahasa. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA


https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa

Anda mungkin juga menyukai