Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PAPER

SIKLUS HIDROLOGI DAN SETATUS AIR DALAM TANAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : Jumai Widodo

NPM : 161110015009051

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS 1945

SAMARINDA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari
merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus
menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk
hujan air ataupun hujan salju. Pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang
kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda :

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi


 Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di
tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu
akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation)
dalam bentuk hujan, salju, es.
 Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air
dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal
atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki
kembali sistem air permukaan.
 Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan
aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori
tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah
dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu
sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air
permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,


waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu
terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem
Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap,
yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Tempat terbesar terjadi di laut.

B. Rumusan Masalah
Dalam hal ini terdapat beberapa rumusan masalah sebagai batasan
batasan dari masalah yang akan disampaikan, diantaranya :
1. Apakah pengertian dari aliran air bawah tanah atau Base Flow ?
2. Bagaimanakah proses adanya aliran air bawah tanah atau Base Flow?
3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi aliran air bawah tanah atau Base
Flow?
4. Apakah pengaruh yang diterima oleh lingkungan sekitar dari adanya aliran air
bawah tanah atau Base Flow

BAB II

ISI

A. Pembahasan Teori
Air bawah tanah (Base Flow) adalah aliran air yang terjadi di bawah tanah
atau keluaran dari equiper air tanah yang dihasilkan dari air perkolasi vertikal
melalui profil tanah ke air tanah, dan ditopang oleh aliran perlahan- lahan dari
zona aerasi (zone of aeration) pada daerah miring.

Gambar 2.1 Aliran Air Bawah Tanah


Dalam hal ini Base Flow merupakan proses penting dalam siklus hidrologi
adapun proses terbentuknya dari Base Flow tersebut dimulai dari air laut,
sungai, waduk, dan danau menguap (evaporasi). Ditambah tumbuh-tumbuhan
yang menguap (transpirasi) naik keatas berkumpul menjadi awan karena adanya
perubahan suhu maka air yang sudah menjadi awan kemudian berubah lagi
menjadi titik titik air atau hujan yang kemudian jatuh ke bumi. Air yang jatuh atau
hujan ada yang jatuh langsung ke laut, sungai, waduk, dan danau, ada juga yang
jatuh ke tumbuh-tumbuhan dan ada juga yang jatuh kedalam tanah yang dimana
semua air yang turun atau hujan akan bermuara ke laut, sungai, danau dan
waduk.

Dalam hal ini Base Flow adalah air hujan yang jatuh kedalam tanah, dimana
air hujan ini masuk melalui permukaan tanah, karena banyaknya air yang masuk
ke tanah sehingga terjadi aliran dalam tanah atau Base Flow, dari sinilah awal
proses aliran bawah tanah atau Base Flow itu bermula, namun hampir semua air
tanah dapat dianggap sebagai bagian dari siklus hidrologi, termasuk air
permukaan dan air atmosfir. Sejumlah kecil air tanah yang berasal dari sumber
lain dapat pula masuk kedalam daur tersebut seperti air connate, air connate
adalah air yang terperangkap dalam rongga batuan sedimen pada saat
diendapkan lalu ada juga yang disebut dengan air juvenil, yaitu air yang berasal
dari magma gunung berapi atau kosmik yang bercampur dengan air terestik dan
walau dalam jumlah sedikit jenis air tersebut masuk kedalam aliran air tanah.

Base Flow memiliki peran penting dalam siklus hidrologi atau proses air, oleh
karena itu objek yang berperan penting adalah air. Air adalah faktor yang utama
dalam siklus hidrologi maupun dalam Base Flow, sehingga jika tidak ada air
maka tidak ada siklus hidrologi dan Base Flow. Dan dikarenakan sumber
terbesar dari air tanah ialah air yang berasal dari siklus hidrologi yaitu air yang
berasal dari hujan, sehingga curah hujan yang menjadi faktor terbesar dari
sumber air yang dibutuhkan suatu aliran air bawah tanah. Tidak hanya air, ada
juga yang mempengaruhi aliran air tanah, diantaranya adalah batuan- batuan
yang ada di dalam aliran itu sendiri. Karena air tanah berada dalam formasi
batuan geologi yang tembus air (permeable) yang dinamakan akuifer, yaitu
formasi-formasi batuan yang mempunyai struktur yang memungkinkan adanya
gerakan air melaluinya dalam kondisi medan (field condition) biasa. Sebaliknya
formasi batuan yang sama sekali tidak tertembus oleh air (impermeable)
dinamakan aquiclude.

Formasi batuan tersebut mengandung air, teteapi tidak memungkinkan adanya


gerakan air yang melaluinya, sebagai contoh air dalam tanah liat. Ada juga
Aquifuge adalah formasi batuan kedap air yang tidak mengandung atau
mengalirkan air, dan batuan yang yang termasuk dalam ini adalah batuan granit
yang keras. Dan juga jika suatu lapisan yang kedap yang mengalasi sebuah
penghantar dan lapisan itu tersingkap di permukaan, maka air tanah dapat
muncul di permukaan pada jalur rembasan atau sebagai mata air. Bagian
batuan yang tidak terisi oleh bagian padatnya (butirnya) akan diisi oleh air tanah.
Ruang tersebut dinamakan rongga-rongga atau juga pori-pori. Karena rongga-
rongga tersebut dapat bekerja sebagai pipa aliran air tanah, maka rongga-
rongga tersebut ditandai oleh besarnya, bentuknya, ketidakaturannya
(irregularity) dan distribusinya.

Rongga-rongga primer terbentuk selama proses geologi yang didapatkan


dalam pembentukan batuan beku dan batuan sedimen. Rongga-rongga
sekunder terjadi setelah batuan terbentuk ; sebagai contoh joints (kekar pada
batuan), fractures(rekahan pada batuan), lubang-lubang yang dibuat oleh
binatang atau tumbuh-tumbuhan. Dilihat dari besarnya rongga tersebut dapat di
klarifikasikan sebagai kapiler, sub kapiler, dan super kapiler. Tergantung kepada
hubungan rongga-rongga tersebut dapat di golongkan dengan rongga
berhubungan dan tertutup.
B. Studi Kasus
Dalam hal ini Base Flow sangat andil melakukan peran sebagai perantara air
yang akan bermuara ke laut, sungai, danau, dan waduk. Kondisi hidrologis
daerah pengaliran sungai yang mengalami perubahan (menjadi kritis)
berpengaruh terhadap keseimbangan antara besarnya curah hujan dengan
peresapan air kedalam tanah. Limpasan air permukaan(surface runoff)
bertambah besar sehingga memperbesar debit di sungai dan intensitas banjir
bertambah pula. Berkurangnya air hujan yang meresap ke dalam tanah
menyebabkan air tanah yang membentuk aliran dasar (base flow) pada sungai
berkurang pula. Peristiwa ini terjadi pada musim kemarau dimana jumlah air
sungai yang tersedia tersebut lebih kecil dari jumlah yang dibutuhkan oleh
manusia, dan timbulah kekeringan (drought). Masalah ini menjadi semakin berat
berkembang seiring jumlah air yang dibutuhkan cenderung meningkat dan dilain
pihak kondisi hulu daerah pengaliran sungai cenderung semakin rusak.
Oleh karena itu Base Flow juga memiliki pengaruh terhadap lingkungan
sekitar misalnya pada daerah rawan kekeringan di Kabupaten Kendal, dimana
pada daerah tersebut memiliki masalah terhadap Base Flow atau aliran air dalam
tanah yang kekurangan air sehingga berdampak langsung kepada tanah yang
menjadi kering. Berikut adalah data beberapa daerah yang mengalami
kekeringan akibat dari menipisnya air yang berada di aliran bawah tanah atau
Base Flow di Kabupaten Kendal.
Berdasarkan data daerah yang mengalami masalah kekeringan pada
dasarnya disebabkan oleh iklim, dimana iklim sangat mempengaruhi siklus
hidrologi, sehingga pada musim kemarau terjadi penurunan intensitas air, maka
terjadi gangguan pada siklus hidrologi. Pada musim kemarau intensitas curah
hujan juga berkurang dan hal ini juga menyebabkan berkurangnya jumlah
intensitas air pada daerah tersebut baik itu air di permukaan tanah, maupun
aliran di bawah tanah atau Base Flow. Hal ini yang menyebabkan daerah
tersebut kekeringan karena tidak adanya air yang masuk atau melewati daerah
tersebut yang seharusnya dialiri air permukaan tanah, dan juga aliran air yang
berada di bawah tanah di daerah atau Base Flow.
Menurut data yang ada bahwa Kondisi hidrogeologis di daerah tersebut
berupa daerah Bukan CAT (Cekungan Air Tanah) yang menyebabkan semua air
hujan akan menjadi air permukaan dan aliran antara, dengan tidak adanya
bangunan air yang menampung limpasan air permukaan maupun aliran antara
dari infiltrasi air hujan, maka besar kemungkinan dimusim penghujan akan
terjadi banjir dan ketika musim kemarau terjadi kekeringan.
Berdasarkan identifikasi masalah sebagaimana yang telah dikemukakan,
maka perumusan masalah yang diteliti dalam studi ini adalah bagaimana cara
mengoptimalkan potensi sumber daya air yang ada untuk menanggulangi
masalah potensi kekeringan dan banjir, sehingga dengan kondisi tersebut baik
secara teoritis maupun fakta penunjang di lapangan, maka perlu
dipertimbangkan adanya konstruksi bendungan sebagai salah satu solusi
bangunan air yang dapat menampung air limpasan ketika musim hujan dan
menjadikannya sebagai cadangan air ketika musim kemarau. Selain untuk
mengatasi masalah kekeringan, bendungan tersebut juga diharapkan mampu
menjadi salah satu bangunan yang berfungsi sebagai pengendali banjir.
BAB III

PENUTUP KESIMPULAN

Dari pembahasan tentang diatas dapat disimpulkan bahwa : Dalam siklus


hidrologi masing masing memiliki tugas yang penting dan saling berhubungan.
Siklus Hidrologi memiliki peran yang sangat penting bagi lingkungan. Siklus
hidrologi akan bergerak secara terus menerus.

Air bawah tanah atau Base Flow merupakan salah satu bagian yang sangat
penting dalam siklus hidrologi. Batu- batuan dan tanah sangat mempengaruhi
sistem kerja Base Flow, dimana itu meliputi jenis dan susunan geologisnya.

Anda mungkin juga menyukai