TINJAUAN PUSTAKA Dede Sarfawi Harahap PDF
TINJAUAN PUSTAKA Dede Sarfawi Harahap PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai abad ke-16 dimana para ahli berbeda
pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini disebabkan pada masa lampau Ilmu
Taksonomi maupun ilmu yang berkaitan dengan kelapa sawit belum berkembang seperti
sekarang, dan peralatan yang tersedia masih sederhana. Dalam dunia botani, semua
pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linaeus (Pahan. 2008).
Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Elaeis
pengamatan pohon–pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat,
Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata Guineensis dipilih
berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Pahan. 2008).
berdasarkan tebal cangkang/tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya.
Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas kelapa sawit
dibedakan :
a. Dura
Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 - 8 mm dan tidak
terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu 35 – 50
% terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan minyak sedikit. Untuk
b. Pisifera
Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya
tebal, lebih tebal dari buah dura.Daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa
menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. Untuk lebih
Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozygote tunggal yaitu Dura
bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka akan
menghasilkan varietas baru yaitu Tenera. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar
3.
a. Nigrescens yaitu buah muda bewarna ungu kehitam–hitaman dan buah masak
b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi orange.
c. Albescens yaitu buah muda warna keputih–putihan dan buah masak kekuning-kuningan
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian vegetatif dan
bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan
a. Akar ( Radix )
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara di dalam tanah
dan respirasi tanaman, selain itu juga sebagai penyangga berdirinya tanaman pada
ketinggian yang mencapai puluhan meter sampai tanaman berumur 25 tahun. Sistem
perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder,
tersier dan kuarter. Akar primer umumnya berdiameter 6–10 mm keluar dari pangkal
batang dan menyebar secara horisontal dan menghujam kedalam tanah dengan sudut yang
beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm.
Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2 mm dan
Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan
permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga dapat menjelajah lebih dalam.
Pada areal tanaman kelapa sawit umur 5 tahun seluas 1 ha, permukaan absorpsi dari akar
tersier dan kuarterner 5 kali lebih besar dari pada akar primer dan akar sekunder yang
digolongkan sebagai akar penjelajah (Pahan. 2008). Untuk lebih jelasnya susunan
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak
mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit
berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem
pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis
(fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun
zat makanan. Batang tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm–75 cm. Tanaman
kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun.
Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman berumur empat
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pelepah daun (Frond base)
menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa diameternya dapat mencapai 40 cm–60
cm, bagian bawah batangnya lebih gemuk disebut bongkol bawah (bowl).Kecepatan tumbuh
berkisar35 cm–75 cm/tahun. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat
karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas.Karena sifatnya yang Phototropi dan
Heliotropi (menuju cahaya dan arah matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya
akan lebih cepat akan tetapi diameter (tebal) batang lebih kecil (Mangoensoekarjodan
Semangun. 2005).
Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25 cm–45 cm/tahun. Jika kondisi
lingkungan sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit dapai mencapai 100 cm/tahun.
Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan antara 15 meter–18
meter, sedangkan di alam dapat mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tanaman kelapa
sawit tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat. Untuk lebih
jelasnya batang kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Batang kelapa sawit
c. Daun ( Folium )
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip
genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya
mencapai lebih dari 7,5 m -9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250-
400 helai, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur,
daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis
berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan
meningkat. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur
tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu
pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda (Fauzi
dkk. 2008).
Daun pertama yang keluar pada stadia bibit berbentuk lanset (lanceolate), beberapa
minggu kemudian terbentuk daun terbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan
terbentuk daun seperti bulu (pinnate). Misalnya bibit berumur 12 bulan susunan daun terdiri
atas 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate. Pangkal pelepah daun (petiole) adalah
tempat duduknya helaian daun (leaf let) dan terdiri dari rachis (basis foli), tangkai daun
(petiole) dan duri (spine), helaian anak daun (lamina), ujung daun (apex foli), lidi (nervatio),
tanaman kelapa sawit, karena polanya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas (Rumpang)
daun yang dapat bertahan lama di batang. Primordia dalam pola spiral mulai dari titik
tumbuh (apex). Umumnya spiral genetik tanaman kelapa sawit memutar ke kanan dan
Daun mempunyai rumus kedudukan dengan rumus 3/8 artinya 8 buah pelepah daun
berurutan terdapat pada 3 lingkaran spiral dimana daun kesembilan akan segaris dengan
daun pertama. Daun pertama adalah daun termuda dengan kondisi yang telah membuka
sempurna. Lingkaran ada yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi
kebanyakan berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar dapat
mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran
pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20–30, kemudian akan berkurang sesuai
dengan umur menjadi 18-25 atau kurang (Lubis. 1992). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada tanaman
dewasa. Panjang pelepah dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas dan kesuburan
tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai 125-200. Anak daun
pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat satu pelepah mencapai 4,5 kg berat
a. Bunga ( Flos )
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan
dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu
tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkian bunga
muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang,
bunga dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina dengan melihat bentuknya
(Lubis. 1992).
Tanaman kelapa sawit akan berbunga pada umur ± 14-18 bulan. Pada mulanya
keluar bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina. Terkadang
ditemui bunga banci yaitu bunga jantan dan bunga betina ada pada satu rangkain(Tim
Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah 15–30 hari sebelum
anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100–200 spikelet dan setiap spikelet 15–20
bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari. Pada tandan tanaman dewasa dapat
diperoleh 600–2000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat
Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing
dan garis tengah bunga lebih kecil. Letak bunga jantan yang satu dengan yang lainnya
sangat rapat dan membentuk cabang bunga yang panjangnya antara 10–12 cm.
Pada tanaman dewasa satu tandan mempunyai ± 200 cabang bunga. Setiap cabang
bunga mengandung 700–1200 bunga jantan. Bunga jantan terdiri dari 6 helai benang sari
dan 6 perhiasan bunga. Hari pertama kelopak terbuka dan mengeluarkan tepung sari dari
ujung tandan bunga, pada hari kedua bagian tengah dan hari ketiga di bagian bawah
tandan yang akan keluar serbuk sari. Serbuk sari berwarna kuning pucat dan berbau
spesifik. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25–50 gram tepung sari. Setiap
bunga akan dibuahi dengan serbuk sari yang menghasilkan buah tersusun pada tandan
(Sastrosayono. 2003).
Untuk lebih jelasnya perbedaan bunga jantan dan bunga betina dapat di lihat pada
b. Buah ( Fructus )
Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol
pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong sampai
membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya 15-30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas
kulit buah (exocarp), sabut dan biji (mesocarp). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp
(pericarp). Biji terdiri atas cangkang (endocarp) dan inti (kernel), sedangkan untuk inti
sendiri terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal
daun (plumula), bakal akar (radicula) dan haustorium (Mangoensoekarjo dan Semangun.
2005).
Buah yang ditanam umumnya adalah varietas nigrescens dengan warna buah ungu
kehitaman saat mentah dan buah akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan. Buah yang
matang dibedakan atas matang morfologis yaitu buah telah sempurna bentuknya serta
kandungan minyaknya sudah optimal sedangkan matangfisiologis adalah buah yang sudah
matang sempurna yaitu telah siap untuk tumbuh dan berkembang (Sastrosayono. 2003).
Untuk lebih jelasnya bagian buah kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 8dibawah ini.
Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan
kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit
sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik,
farmasi, serta minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar (Fauzi dkk.
2008)
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Pahan (2008) minyak kelapa sawit
a. Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO menjadi
b. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan minyak kedelai 0,34
ton/ha, lobak 0,51 ton/ha dan minyak bunga matahari 0,53 ton/ha.
c. Sifat interchangeable–nya cukup menonjol dibanding dengan minyak nabati lainnya,
karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan
berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita dari minyak dan lemak terutama minyak
e. Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku minyak bumi ke
bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia yang berbahan baku
CPO, terutama di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa
Barat.
Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam
bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortenig dan bahan untuk membuat
dibandingkan dengan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui
berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E (Fauzi dkk. 2008).
Disamping itu, kandungan asam linoleat dan lenolenatnya rendah sehingga minyak
goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor(Heat stability) yang tinggi
dan tidak mudah teroksidasi. Oleh kerena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat
lebih awet dan makanan yang digoreng menggunakan minyak sawit tidak mudah tengik
Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1 %, antara lain terdiri
dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida. Kandungan minor menjadikan
minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi. Diantara
kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol yang
dapat mencegah kebutaan (Defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang
proses penuaan.
Karoten
Karoten dikenal sebagai pigmen warna jingga. Kandungan dalam minyak sawit
mencapai 0,005-0,18 %. Setiap satu ton minyak mengandung kurang lebih 240 garam
karoten. Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker
paru - paru dan payudara. Selain sebagai obat anti kanker, karoten juga merupakan
sumber vitamin A yang cukup potensial. Karoten terdiri dari 36 % alfakaroten dan 54 %
betakaroten dan tersimpan dalam daging buah kelapa sawit (Fauzi dkk. 2008).
Tokoferol
Tokofenol dikenal sebagai antioksidan alam dan juga sebagai sumber vitamin E.
Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600-1000 ppm dan stearin 250-530 ppm. Minyak
sawit yang bermutu baik mengandung tokoferol berkisar antara 500 -800 ppm (Lubis.
1992).
Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk
diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama yang digolongkan
oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metil ester, dan gliserin.
termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga digunakan sebagai bahan pembuatan
detergen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.
Industri :
-Tekstil
Asam lemak
-Kertas
-Kulit
Lemak
-Kosmetik
-Pelengkap
Penghasil alkohol Penghasil
bangunan
Oleokemikal
-Pestisida
dasar Metil ester derivatif
-Insektisida
-Detergen
Gliserin
-Sabun
-Bahan
pembersih
Gambar 9. Pengolahan oleokimia untuk berbagai industri
-Minyak
mineral
Asam lemak
-
Asam lemak kelapa sawit dihasilkan dari proses hidrolisasi, baik secara kimiawi
Polimerisasi
jamur Aspergillus niger
maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari -Cat
-Lilin
dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu 10-250 C. Asam lemak
-Bahan
digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk produksi
pemadam
makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat (Fauzi dkk. 2008). api
-Vernis
Lemak alkohol
Lemak alkohol merupakan hasil lanjut dari pengolahan asam lemak. Lemak alkohol
adalah bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal dari metil ester asam
laurat. Minyak inti sawit yang kaya asam laurat merupakan bahan dasar pembuatan lemak
Lemak amina
Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai pelumas dan
pemantap. Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam industri tekstil,
Metil ester dihasilkan melalui proses waterfiksasi pada lemak yang diberi metanol
atau etanol, dengan katalisator nametoksi.Unsur ini merupakan hasil dari asam lemak pada
pembuatan lemak alkohol. Metilester dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun
Gliserin
Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama digunakan dalam
industri kosmetik yaitu sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan shampo, pomade,
obat kumur serta pasta gigi. Selain itu, gliserin berfungsi sebagai hemaktan pada industri
rokok, permen karet, minyak pelincir, cat, adesif, plester dan sabun (Lubis. 1992).
Palm biodiesel dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO)
maupun minyak inti sawit (PKO). Produksi palm biodiesel dapat dilakukan melalui
transesterifikasi minyak sawit dengan metanol. Proses ini dianggap lebih efisien dan
ekonomis bila dibandingkan dengan cara esterifikasi hidrolisis dengan metanol (Fauzi dkk.
2008).
Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi
(patroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur
dengan petroleum diesel. Namun, palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu
mengandung oksigen sehingga flash oint-nya lebih tinggi dan tidak mudah terbakar. Selain
itu, palm biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan mudah ditangani karena
tidak mengandung sulfur atau senyawa benzene yang karsinogenik (Lubis. 1992).
Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak sawit terus dilakukan
karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang semakin terbatas, produk
biodiesel termasuk produk yang bahan bakunya dapat diperbaharui dan ramah limgkungan.
Di samping itu, produksi gas karbondioksida (CO2) dari hasil pembakarannya dapat
dimanfaatkan kembali oleh tanaman. Penggunaan palm biodiesel juga dapat mereduksi
efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum
Tandan buah segar yang diolah tidak hanya menghasilkan minyak sawit dan minyak
inti sawit saja, tetapi makanan ternakada beberapa hasil ikutan dari limbah yang masih
dapat dimanfaatkan. Misalnya, sebagai pupuk sampai pemanfaatan sebagai bahan bakar.
MenurutFauzi dkk,(2008) hasil ikutan dari pengolahan TBS selain minyak sawit yang
dapat digunakan sebagai makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit,
serat perasan buah sawit dan lumpur minyak sawit. Bahan-bahan tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, karena di dalamnya masih terkandung zat-
zat makanan yang berguna.Komposisi beberapa hasil ikutan minyak sawit yang dapat
diperoleh antara lain protein kasar, lemak kasar, beta-N, mineral, kalsium (Ca), fosfor (P),
magnesium (Mg), mangan (Mn), tembaga (Cu), besi (Fe), dan seng (Zn).
Sebagai pupuk
MenurutFauzi dkk, (2008) bahwa limbah pabrik adalah produk sampingan yang
dihasilkan pabrik CPO dan PKO dari proses pengolahan TBS. Terdapat dua macam limbah
pabrik yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat adalah tandan kosong, fiber.
cangkang , sampah loading ramp, dan solid decanter. Sementara limbah cair adalah limbah
cair dari kolam limbah. Kedua jenis limbah pabrik tersebut dapat diaplikasikan ke tanaman
lingkungan, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis serta menambah bahan organik di
Cangkang tempurung kelapa sawit dan tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar. Pemanfaatan tempurung sebagai bahan bakar dapat langsung digunakan
atau dibuat arang. Tandan kosong, cangkang dan serat dapat digunakan sebagai bahan
bakar pembangkit tenaga listrik. Dari TBS sebanyak 10.000 ton mampu menghasilkan listrik
sebesar 1.000 KWH. Skema kerjanya adalah limbah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan
bakar untuk menguapkan air, kemudian dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa
sawit yang cukup besar yaitu mencapai 60 % dari produksi minyak. Tempurung buah kelapa
sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dimanfaatkan oleh berbagai
macam industri antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi. Selama ini
diperkebunan, tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari import.
Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif
adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan
sebagai bahan pulp kertas dan papan serat. Di Indonesia sudah mulai banyak industri
kertas memanfaatkan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif bahan baku. Proses
pembuatan pulp kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses dengan NaOH dan
proses dengan sulfat (sulfat tissue). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengolahan dengan sulfat tissue memenuhi Standart Industri Indonesia (SII 1411-85)
Batang kelapa sawit yang sudah tua dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah
tangga seperti mebel, furniture atau sebagai papan partikel. Setiap batang kelapa sawit
dapat diperoleh kayu sebanyak 0,34 m3. Sifat-sifat yang dimiliki kayu kelapa sawit tidak
berbeda jauh dengan kayu-kayu yang biasa digunakan untuk perabot rumah tangga
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya
terdapat 3 cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak yaitu
pengolahan menjadi silase, perlakuan NaOH dan pengolahan dengan menggunakan uap.
Untuk pelepah sawit, pengolahan yang paling efisien adalah dengan membuat silase.
Pengalaman peternak sapi di Malaysia pada usaha penggemukan sapi dengan skala 1.500
2.4.1. Iklim
Faktor - faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas
penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada
kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi (Mangoensoekarjo. dan Semangun.
2005).
2.4.2. CurahHujan
Curah hujan merupakan komponen iklim yang paling terpenting terhadap kriteria
kesesuaian iklim. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar 12o C Lintang Utara-Selatan. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.750–3.000
mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan
berarti kurang dari 1.750 mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya hanya 1.300 - 1.500
mm/tahun(Sastrosayono. 2003).
2.4.3. Temperatur
Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30º C, yang terendah 180
Intensitas penyinaran matahari sekitar 5 - 7 jam/hari. Jika penyinaran matahari kurang dari
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah
satu syarat mutlak bagi proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal
sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik
menunjukkan bahwa di berbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar
batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang juga memadai. Di samping lama
Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan.
Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman akan doyong atau miring
2.4.6. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik,
Latosol, Regosol, Andosol, Organosol dan Aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa
sawit adalah:
Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan
Perkembangan struktur baik, kosistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas
sedang.
pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa
sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah pH 5-6. Tanah yang
biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut
Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-500 meter dari
permukaan laut, tetapi yang terbaik pada ketinggian 0-200 meter dengan kemiringan 0-12º
(21 %). Sedangkan pada kemiringan 13-15º (46 %) kurang baik dan pada kemiringan lebih