Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan, menurut Notoatmodjo (2012), yaitu :

2.1.2.1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2.2. Memahami (comprehesion)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

7
8

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,dan sebagainya

terhadap objek yang telah dipelajari (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2.3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya) (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2.4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya (Notoatmodjo,

2012).

2.1.2.5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi – formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2.6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarka pada
9

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada (Notoatmodjo, 2012).

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

2.1.3.1. Faktor internal

1. Umur

Transformasi dari masukan sensori bersifat aktif melalui proses seleksi

dimasukkan ke dalam instan atau memori. Memori seseorang salah satunya

dipengaruhi oleh umur. Umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya (Notoatmojo, 2012).

2. Intelegensi

Intelegensi diaratikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir

abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi

merupakan salah satu factor hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang

merupakan salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi

secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula

tehadap tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

3. Alat indera

Seseorang akan tahu, mengerti dan memahami suatu objek apabila ia

memiliki alat indera yang baik. Sebab pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan

ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2012).


10

2.1.3.2. Faktor Eksternal

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo, 2012). Tingkat pendidikan

turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan yang mereka peroleh. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan

seseorang maka akan semakin baik pula pengetahuannya (Notoatmodjo, 2012).

2. Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan. Meskipun

seseorang mempunyai pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapat informasi

yang baik bari berbagai media, misalnya: TV, radio, surat kabar maka hal itu akan

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2012).

3. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan

bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. (Notoatmodjo,

2012).

4. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh social pertama bagi seseorang,


11

dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang

buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Pengalaman yang berpengaruh pada

cara berpikir seseorang (Notoatmodjo, 2012).

2.1.4. Kriteria Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan

dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

2.1.5. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,

yakni :

2.1.5.1. Cara tradisional

1. Cara coba salah (trial and error).

Metode ini digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk

menyelesaikan dan memecahkan berbagai masalah. Metode ini telah banyak

jasanya, terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam

berbagai cabang ilmu pengetahuan. Disamping itu, pengalaman yang diperoleh

melalui penggunaan metode ini banyak membantu perkembangan berpikir dalam

kebudayaan manusia ke arah yang lebih sempurna (Notoatmodjo, 2012).

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh

orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan
12

kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan penalaran

sendiri (Notoatmodjo, 2012).

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman ini merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2012).

4. Melalui jalan pikir

Metode memperoleh pengetahuan dengan melakukan peralatan baik melalui

induksi maupun deduksi yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak

langsung melalui pernyataan-pernyataan kemudian dicari hubungannya sehingga

dapat dibuat kesimpulan dari pernyataan umum ke khusus disebut deduksi,

apabila pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada

yang umum disebut induksi (Notoatmodjo, 2012).

5. Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut ‘metode penelitian ilmiah’, atau

lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology)

(Notoatmodjo, 2012).
13

2.2. Konsep Posyandu Lansia

2.2.1. Definisi Posyandu lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di

wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia adalah bentuk pelayanan

kesehatan bersumber daya masyarakat atau UKBM yang dibentuk oleh

masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat, khususnya pada

penduduk lanjut usia (Alfin, 2012).

Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional

Lanjut Usia dalam Kemenkes RI (2012), disebutkan bahwa pos pelayanan terpadu

(Posyandu) lanjut usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di

masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh

masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor

pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan

menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.

Disamping pelayanan kesehatan, di posyandu lanjut usia juga dapat diberikan

pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta

pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan

kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain

itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri (Kemenkes RI,

2012).
14

2.2.2. Tujuan Posyandu Lansia

Menurut Kemenkes RI (2012), tujuan dari pelaksanaan Posyandu lansia

adalah :

1. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

2. Mendekatkan keterpaduan pelayanan lintas program dan lintas sektor serta

meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan.

3. Mendorong dan memfasilitasi lansia untuk tetap aktif, produktif, dan mandiri

serta

4. Meningkatkan komunikasi di antara masyarakat lansia.

2.2.3. Manfaat Posyandu Lansia

Menurut Azizah (2011), manfaat dari posyandu lansia adalah :

1. Meningkatkan status kesehatan lansia

2. Meningkatkan kemandirian pada lansia

3. Memperlambat aging proses.

4. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia.

5. Meningkatkan usia harapan hidup (Effendi, 2009).

2.2.4. Pelayanan di Posyandu Lansia

Pelayanan kesehatan pada posyandu lansia meliputi kesehatan fisik dan

mental emosional, dengan KMS mencatat dan memantau untuk mengetahui lebih

awal penyakt atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan

perkembangannya (Effendi, 2009).


15

Menurut Kemenkes (2012), 10 jenis pelayanan di posyandu lansia adalah

sebagai berikut :

1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi

kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum, berjalan, mandi,

berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil dan besar.

2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental

emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit (bisa dilihat KMS

usia lanjut)

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh

4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop

serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat.

6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adannya

penyakit gula.

7. Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai deteksi

awal adanya penyakit ginjal.

8. Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan

kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.

9. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka

kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah

kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.

10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang

tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.


16

2.2.5. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia hanya menggunakan sistem

pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Meja I, meliputi kegiatan pendaftaran lansia, pengukuran tinggi badan dan

penimbangan berat badan.

2. Meja II, meliputi kegiatan pencatatan berat badan, tinggi badan, Indeks

Massa Tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seerti pengobatan sederhana dan

rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.

3. Meja III, meliputi kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa

dilakukan pelayanan pojok gizi (Kemenkes RI, 2012).

2.2.6. Kegiatan lain Posyandu Lansia

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat

seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek

kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia,

gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Untuk kelancaran pelaksanaan

kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu:

tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis,

buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan,

stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu

Menuju Sehat (KMS) lansia (Effendi, 2009).


17

2.2.7. Syarat lokasi Posyandu Lansia

Berdasarkan aspek lokasi, menurut Effendi (2009). syarat lokasi yang harus

dipenuhi meliputi menurut antara lain:

1. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat

2. Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri

3. Dapat merupakan lokal tersendiri

4. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai

rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya (Effendi, 2009).

2.2.8. Isu strategis Posyandu lansia

Menurut Effendi (2009), Persoalan yang ada dalam posyandu lansia yang

mendesak adanya pemecahan dan pengembangan didalamnya yaitu:

1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari

pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan

posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup

sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada

mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang

menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi

mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia (Effendi, 2009).

2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau

posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena

penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau

lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
18

lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi

posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius,

maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti

kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal

dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia (Effendi, 2009).

3. Kurangnya dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan

lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi

motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi

atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal

posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia

(Effendi, 2009).

4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar

atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan

sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti

kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap

seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek.

Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara

tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya

suatu respons (Effendi, 2009).

2.2.9. Upaya promotif di posyandu lansia

Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif


19

juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien,

tenaga profesional, dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif

menjadi norma-norma sosial (Kemenkes RI 2012).

Penyampaian perilaku yang baik bagi lansia, baik perorangan maupun

kelompok lansia adalah dengan cara sebagai berikut.

1. Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan rasa

percaya diri dengan melakukan kegiatan sesuai kemampuan.

3. Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama.

4. Olahraga ringan setiap hari.

5. Makan sedikit tapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan banyak

minum (sebanyak air putih).

6. Berhenti merokok dan meminum minuman keras (Kemenkes RI 2012).

2.3. Konsep Motivasi

2.3.1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata lain “movere” yang berarti dorongan atau bahasa

Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri

organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri

sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal,

maupun faktor internal (Rini, 2015).

Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada

diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan

tertentu. Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha - usaha yang dapat menyebabkan
20

seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin

mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan

perbuatannya (Rini, 2015).

2.3.2. Teori Motivasi

Teori motivasi menurut Rini (2015), menyatakan bahwa, Setiap manusia

mempunyai needs (kebutuhan, dorongan, intrinsic, dan extrinsic factor), yang

pemunculannya sangat tergantung dari kepentingan individu. Dengan kenyataan

ini, kemudian Abraham Maslow membuat “needs hierarchy theory” untuk

menjawab tentang tingkatan kebutuhan manusia tersebut”.

Kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow dalam Rini (2015),

diklasifikasi menjadi lima hierarki kebutuhan, yang merupakan unsur motivasi

yaitu:

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs).

Perwujudan dari kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok manusia

yaitu sandang, pangan, papan, dan kesejahteraan individu. Kebutuhan ini

dipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar, karena tanpa pemenuhan

kebutuhan tersebut, seseorang tidak dapat dikatakan hidup normal. Meningkatnya

kemampuan seseorang cenderung mereka berusaha meningkatkan pemuas

kebutuhan dengan pergeseran dari kuntitatif ke kualitatif (Rini, 2015).

2. Kebutuhan rasa aman (Safety Needs).

Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya diartikan

dalam arti keamanan fisik semata, tetapi juga keamanan psikologis dan perlakuan

yang adil dalam pekerjaan. Karena pemuas kebutuhan ini terutama dikaitkan

dengan kekaryaan seseorang, artinya keamanan dalam arti fisik termasuk


21

keamanan seseorang didaerah tempat tinggal, dalam perjalanan menuju ke tempat

bekerja, dan keamanan di tempat kerja (Rini, 2015).

3. Kebutuhan Sosial (Social Needs).

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, tidak dapat memenuhi

kebutuhan sendiri dan pasti memerlukan bantuan orang lain, sehingga mereka

harus berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

4. Kebutuhan akan harga diri (Esteem Needs).

Semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan statusnya oleh orang

lain. Situasi yang ideal adalah apabila prestise itu timbul akan menjadikan prestasi

seseorang. Akan tetapi tidak selalu demikian, karena dalam hal ini semakin tinggi

kedudukan seseorang, maka akan semakin banyak hal yang digunakan sebagai

simbol statusnya itu (Rini, 2015).

5. Aktualisasi diri (Self Actualization).

Hal ini dapat diartikan bahwa dalam diri seseorang terdapat kemampuan

yang perlu dikembangkan, sehingga dapat memberikan sumbangsih yang besar

terhadap kepentingan organisasi. Melalui kemampuan kerja yang semakin

meningkat akan semakin mampu memuaskan berbagai kebutuhannya dan pada

tingkatan ini orang cenderung untuk selalu mengembangkan diri serta berbuat

yang lebih baik (Rini, 2015).

2.3.3. Klasifikasi Motivasi

Menurut Rini (2015), klasifikasi motivasi meliputi :

1. Motivasi Kuat

Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan-

kegiatan sehari-hari memiliki harapan yang positif, mempunyai harapan yang


22

tinggi, dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penderita akan menyelesaikan

pengobatannya tepat pada waktu yang telah ditentukan.

2. Motivasi Sedang

Motivasi dilakukan sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan

yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki keyakinan yang

rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu menyelesaikan persoalan

yang dihadapi.

3. Motivasi Lemah

Motivasi dikatakan lemah apabila di dalam diri manusia memiliki harapan

dan keyakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat berprestasi. Misalnya bagi

seseorang dorongan dan keinginan mempelajari pengetahuan dan keterampilan

baru merupakan mutu kehidupannya maupun mengisi waktu luangnya agar lebih

produktif dan berguna (Rini, 2015).

2.3.4. Jenis Motivasi

1. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi

aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang

yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia

sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi

tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang

dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang

terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri (Rini, 2015).


23

Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-

betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah

tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. “intrinsik

motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and

purposes”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan

suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas

belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar

ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran

(Rini, 2015).

2. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu

besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga

akan dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar

ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau agar

mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya,

tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannyn itu. Oleh

karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang

didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari

luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Rini, 2015).

2.3.5. Manfaat dan Tujuan Motivasi

Seseorang akan merasa sangat dihargai atas kerja keras yang dilakukannya

sebab pegawai yang telah merasa termotivasi akan menganggap suatu pekerjaan
24

menjadi sangat berharga dan mengerjakannya dengan senang hati serta bekerja

keras. Artinya suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan senang hati

sesuai dengan standar yang benar dan skala waktu yang telah ditentukan.

Kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Dalam kebanyakan hal, motivasi seorang individu akan timbul karena pengaruh

pemimpin yang efektif. Jadi Efektifitas kepemimpinan akan tampak bagaimana

dapat memotivasi anggotanya secara efektif (Sedarmayanti, 2007).

2.4. Konsep hubungan pengetahuan dan motivasi lansia

Pengetahuan terhadap kesehatan sangat penting, hal ini dapat

mempengaruhi apakah ia akan ikut serta dalam kesehatan atau sebaliknya.

Dengan pengetahuan yang baik, tentunya orang akan lebih mudah memahami

pentingnya kesehatan dan ikut serta di dalamnya. Sebaliknya, ketika seseorang

memiliki pengetahuan yang sedikit akan kesehatan, maka ia akan acuh dan tidak

peduli terhadap kesehatan (Mimik & Endang, 2013).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan terdiri dari 2 faktor yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal meliputi jasmani dan rohani sedangkan faktor eksternal

meliputi pendidikan, paparan media massa atau informasi, ekonomi, hubungan

social dan pengalaman. Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 Domain yaitu

domain kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk mengetahui secara kualitas

tingkat pengetahuan seseorang, dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu tingkat

pengetahuan baik, cukup dan kurang (Cahyono, 2016).


25

Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk berperilaku

dalam pencapaian tujuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah

faktor fisik dan proses mental, faktor lingkungan dan usia, situasi dan kondisi,

fasilitas dan faktor intrinsik. Fungsi motivasi yaitu mendorong manusia untuk

berbuat/bertindak, menentukan arah perbuatan dan menyeleksi perbuatan. Ada

interaksi antara belajar dan motivasi dalam tingkah laku. Semakin banyak

seseorang mempelajari sesuatu maka dia akan lebih termotivasi untuk bertingkah

laku sesuai dengan yang pernah dipelajarinya. Pengetahuan yang meningkat akan

menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong motivasi mereka untuk

selalu mengikuti kegiatan posyandu (Cahyono, 2016).


26

2.5. Kerangka konsep

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


1. Internal : umur, IQ
2. Eksternal : pendidikan, pekerjaan, informasi,
pengalaman, dan lingkungan

Pengetahuan lansia tentang Tingkat pengetahuan


posyandu lansia
1. Tinggi : skor  76%
1. Definisi Posyandu lansia 2. Cukup : skor 56-75%
2. Tujuan Posyandu Lansia 3. Rendah : skor 40-55%
3. Manfaat Posyandu Lansia 4. Sangat rendah : skor
4. Pelayanan di Posyandu Lansia <40%
Lansia di 5. Kegiatan lain Posyandu Lansia (Arikunto, 2010)
Desa
Tempursari

Motivasi Lansia Mengikuti Kegiatan Klasifikasi motivasi :


Posyandu Lansia 4. Motivasi Kuat :
1. 67 – 100% Kuat
Motivasi :
Unsur-unsur dalam motivasi : 5. 67 – 100%Sedang
Motivasi :
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological 2. 34 – 66% Sedang
Motivasi :
Needs). 6. – 66% Lemah
Motivasi
34 :
2. Kebutuhan rasa aman (Safety Needs). 3. 0 – 33% Lemah
Motivasi :
3. Kebutuhan Sosial (Social Needs). – 33% 2009)
0(Hidayat,
4. Kebutuhan akan harga diri (Esteem (Hidayat, 2009)
Needs).
5. Aktualisasi diri (Self Actualization).

. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi


1. Faktor fisik dan proses mental,
2. Faktor lingkungan dan usia,
3. Situasi dan kondisi,
4. Fasilitas
5. Faktor intrinsik

Keterangan :

= Diteliti

= tidak diteliti

Bagan 2.1. Kerangka Konsep


27

2.5.1. Penjelasan kerangka konsep

Kerangka konsep diatas menggambarkan pengetahuan lansia tentang

posyandu lansia meliputi : definisi posyandu lansia, tujuan posyandu lansia,

manfaat posyandu lansia, pelayanan di posyandu lansia, dan kegiatan lain

posyandu lansia. Pengetahuan lansia tentang posyandu lansia berhubungan

dengan motivasi lansia mengikuti kegiatan posyandu. Motivasi seseorang terdiri

atas beberapa unsur meliputi : kebutuhan fisiologis (physiological needs),

kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan

akan harga diri (esteem needs). Pengetahuan dibagi dalam 4 tingkatan yaitu :

tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah. Sedangkan motivasi dibagi dalam 3

kategori meliputi : motivasi kuat, sedang, dan lemah.

2.2. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pengetahuan

tentang posyandu lansia dengan motivasi lansia mengikuti kegiatan posyandu

lansia di Desa Tempursari Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang.

Anda mungkin juga menyukai