LANGKAH SIRKUMSISI
Informed Menjelaskan prosedir
Dorsumsisi (Dorsal Slit Method)
consent Persetujuan secara lisan dan tertulis baik untuk pemula
Persiapan Pasien posisi tidur terlentang
langkah :
penderita Membuka celana
Persiapan alat • Meja alat 1. Buka dan lebarkan ujung preputium
dan BHP • Minor set (khitan kit)
– Gunting jaringan 1 buah
– Gunting benang 1 buah
– Klem arteri 4 buah
– Klem duk
– Pinset anatomis dan bedah
– Pemegang jarum (needle holder) 2. Pasang forcep pada jam 6, 11 dan jam 1
– Jarum jahit no 23
– Kom 2 buah
• Korentang & tabungnya
• Bahan habis pakai
Kassa lipat steril
Sarung tangan steril
Povidon iodin 10%
Alkohol 70%
Benang cat gut plain 3.0 atau 4.0
Na Cl 500cc / Aquabidest 1L
Salep (Bioplacenton cream)
Plester (perekat)
Lidokain 2%
Spuit 3 cc, jarum suntik no 25 atau 26
3. Potong pada sisi dorsal pada jam 12,
Tehnik aseptic Menggunakan duk untuk mempersempit
lapangan operasi
Lakukan desinfeksi menggunakan
povidone iodin secara sirkuler dari penis
kea rah luar
Langkah :
1. Forcep diletakkan pada preputium di atas
glands penis
2. Potong preputium di atas tepi forcep
3. Kemudian jahit
o Plexus Pampiniformis
o Arteria testicularis
PATOFISIOLOGI
Pergerakan testis yang berlebihan
menyebabkan funikulus spermatikus terpuntir,
berakibat :
MEDIKAMENTOSA Obtruksi vena edema testis
Antibiotik : amoxicillin Obstruksi arteri hipoksia, iskemia,
Analgesic : Paracetamol nekrosis testis
Funikulus menebal
EDUKASI Testis terangkat horisontal
Kontrol jika terjadi perdarahan
Tidak ada pantangan makanan, kecuali ada
alergi, dianjurkan menambah protein
Tidak boleh terkena air, setelah kencing
dilap menggunakan tissue kering
Kontrol hari ke-5
Torsio Testis
ANATOMI
ETIOLOGI
Testis bergerak dengan sangat bebas
Mesorchium yang panjang.
Kecenderungan testis untuk berada pada
posisi horizontal.
Epididimis yang terletak pada salah satu
kutub testis
Priapismus
DEFINISI
Ereksi penis yang berkepanjangan tanpa diikuti
hasrat seksual dan seringkali disertai dengan
rasa nyeri.
ANATOMI
DIAGNOSIS BANDING
Orchitis
Epididimitis akut
Hernia scrotalis incarserata / strangulata
Tumor testis ETIOLOGI
Hidrokel testis Kelainan pembekuan darah
Edema scrotalis Trauma pada perineum / genetalia
Gangguan neurogen (regional anestesi)
TATALAKSANA Penyakit keganasan
Non Operatif Pemakaian alkohol, psikotropik dan anti
Detorsi manual ke arah lateral nyeri akan hipertensi
berkurang atau menghilang
TIPE PRIAPISMUS
Ischemic : priapismus tipe veno oklusif /
low-flow priapism. terjadi ketika darah tidak
mampu mengalir ke v. Emisaria
Recurrent : priapismus tipe iskemik yang
berulang. Jarang dan biasanya terjadi pada
pria dengan sickle cell anemia.
Non-ischemic: priapismus tipe arterial /
high-flow priapism. Ini disebabkan jeleknya
pengaturan aliran darah pada penis
KOMPLIKASI
Jika tidak ditangani dengan penanganan
yang cepat dan tepat dapat terjadi
kerusakan saraf dan disfungsi ereksi yang Tergantung pada tipe, penyebab dan onset-
permanen. nya
Kerusakan jaringan dapat terjadi mulai 4-6 Jika < 4 jam diberikan obat dekongestan
jam setelah onset : (Ereksi 4-6 jam dari onset biasanya efektif)
o Sampai 6 jam terjadi perubahan fisiologis Setelah 6 jam atau pemberian obat tidak
o Sampai 24 jam terjadi kerusakan sel berhasil, lanjutkan tindakan di bawah :
o Sampai 36 jam terjadi fibrosis (disfungsi Ice pack
ereksi permanen) Aspirasi, irigasi dan instilasi
DIAGNOSIS
Anamnesis & Pemeriksaan Fisik
Tipe Iskemik/ Tipe Non Iskemik/
Veno oklusif Arterial
Onset Saat tidur Setelah trauma
Nyeri Mula-mula ringan Ringan sampai
menjadi sangat sedang
nyeri
Ketegangan Sangat tegang Tidak terlalu
penis tegang
Langkah-langkah :
Pemeriksaan Penunjang 1. Disinfeksi peno-scrotal
Tipe Iskemik/ Tipe Non Iskemik/ 2. Blok N. Dorsalis penis dengan 2 ml
Veno oklusif Arterial Lidocaine 2 %
Darah
3. Insersi jarum no. 19 atau yang lebih besar
kavernosa
Warna pada jam 2 dan atau jam 10, kemudian
Hitam Merah
pO2 < 30 mmHg >50 mmHg aspirasi sebanyak 10-20 ml darah
pCO2 > 80 mmHg < 50 mmHg intrakavernosa
pH < 7,25 > 7,5 4. Instilasi dengan 10-20 gr epinefrin atau 100-
200 mcg fenilefrin yang dilarutkan dalam 1
Color Dopler Tidak ada aliran Ada aliran & ml larutan garam fisiologis (NaCl 0,9 %)
Fistula setiap 5 menit hingga penis mengalami
Arteriografi Pembuluh darah Malformasi detumesensi
utuh arterio-Vena
(Jangan lupa menekan tempat jarum setelah
jarum dilepas untuk menghindari hematom)
TATALAKSANA
Pembedahan
Parafimosis
DEFINISI
Prepusium penis yang diretraksi sampai di
sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan
pada keadaan semula dan timbul jeratan pada
penis di belakang sulkus koronarius.
PATOFISIOLOGI
Jeratan pada penis gangguan aliran balik
vena superfisial sedangkan aliran arteri
tetap berjalan normal edema glans penis
dan dirasakan nyeri
Jika dibiarkan, distal jeratan makin bengkak
aliran arteri terganggu hipoksia
Distal corpora-glandular shunt (Winter)
iskemik nekrosis glans penis
Foto Klinis
TATALAKSANA
Reposisi secara manual : memijat glans
penis 3-5 menit (edema berkurang) lalu
prepusium dikembalikan perlahan lahan
Dorsum insisi bila reposisi secara manual
tidak berhasil
Shunt anastomosis vena (Grayhack)
Sirkumsisi bila edema dan proses inflamasi extravasation
menghilang 3 Cortical laceration > 1 cm without urinary
extravasation
4 Laceration : through corticomedullary
junction into collecting system
atau
Vascular : segmental renal artery or vein
injury with contained haematoma
DIAGNOSIS
Reposisi Manual Anamnesis
Riwayat trauma abdomen, flank, thoraks
Riwayat akselerasi-deselerasi mendadak
Pemeriksaan Fisik
Hematuria (tidak berbanding lurus dengan
drajat trauma ginjal)
Jejas di abdomen, flank, thoraks
Dorsum Insisi Pemeriksaan Penunjang
CT-Scan Abdomen Kontras + One Shot IVP
(GOLD STANDARD)
Emergensi Urologi
dr. Wibisono, SpU
Trauma Ginjal
KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan American Association
for the Surgery of Trauma (AAST)
Grade Description of injury INDIKASI PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1 Contusion or non-expanding subcapsular Anak dengan trauma tumpul + Hematuria
haematoma
Trauma tumpul yang berhubungan dengan
No laceration
gross hematuria
2 Non-expanding parirenal haematoma
Hematuria mikroskopis dan hipotensi
Cortical laceration < 1 cm deep without
Trauma tembus dan hematuria Hipotensi
Trauma tumpul pada pasien dengan trauma Late :
lain yang diketahui berhubungan dengan Hidronefrosis
trauma renal Hipertensi
Formasi kalkulus
KOMPLIKASI Pyelonefritis kronis
Early :
Ekstravasasi Urin TATALAKSANA
Formasi urinoma Prinsip ATLS
Delayed bleeding Non Operatif (Sebagian besar)
Infected Urinoma Operatif Mayoritas Nefrektomi
Abses perinefrik Renoraphy
Sepsis
Fistula arterio-venosa EVALUASI TRAUMATUMPUL RENAL DEWASA
Pseudoaneurisme
Trauma Buli ANATOMI
Pada laki-laki, uretra dibagi oleh diafragma
KLASIFIKASI
urogenital menjadi : segmen proksimal
(posterior) dan segmen distal (anterior)
Posterior urethral injury : Paling sering
dikarenakan fraktur pelvis
Anterior urethral injury (bulbous &
pendulous) :
straddle-type (e.g. bicycles, skateboards)
penetrating (often self-inflicted) injuries
DIAGNOSIS
Anamnesis KLASIFIKASI
Grade Discription
Riwayat trauma daerah pelvis
Grade I Contusion : blood at urethral meatus;
Tidak bisa kencing (retentio urin) urethrography normal
Gross Hematuria (80%) Grade II Stretch injury : elongation of urethra
Pemeriksaan Fisik without extravasation on
urethrography
Nyeri tekan perut (Abdominal Tenderness) Grade III Partial disruption : extravasation on
Pemeriksaan Penunjang urethrogrphy, contrast at injury site
Sistografi with contrast visualization in the
bladder
Grade IV Complete disruption : extravasation on
urehtrography, contrast at injury site
without visualization in the bladder; < 2
cm of urethral separation
Grade V Complete disruption : complete
transaction with > 2 cm urethral
separation or extension into the
prostate or vagina
DIAGNOSIS
Anamnesis
TRIAS disrupsi uretra :
Ekstraperitoneal : Kontras Ekstravasasi Darah pada meatus uretra
Perivesikal Tidak bisa mengosongkan kandung
Intraperitoneal : Kontras di sekeliling lengkung kemih
usus (bowel loops) Bladder penuh terpalpasi
Pemeriksaan Fisik
KLASIFIKASI Hematoma penis, perineal
Ekstraperitoneal : DRE : Floating prostate
Kateterisasi 86% sembuh dalam 10
hari, 100% dalam 3 minggu
Repair (+Debridement) Pada Bladder
neck rupture atau jika ada fragmen
tulang
Intraperitoneal :
Surgical repair
Penetrating :
Eksplorasi emergensi + Repair
Butterfly Hematoma pada Ruptur Uretra
Trauma Uretra Anterior
Pemeriksaan Penunjang
Uretrografi
TATALAKSANA
KONTRAINDIKASI KATETERISASI
Dismenorea bukan suatu penyakit, namun
gejala
Dismenorea ditimbulkan akibat kontraksi
Penile Fracture disritmik myometrium sehingga
DEFINISI menghasilnya nyeri pada perut baguan
Dikarenakan trauma pada ruptur corpus bawah, bokong dan nyeri spasmodic pada
cavernosus saat ereksi sisi medial paha
KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI
Produksi prostaglandin berlebih di
endometrium
Uterus hiperkontraktilitas
Aliran darah ke uterus menurun
Peningkatan hipersensitivitas syaraf perifer
Hal di atas menyebabkan nyeri
Dismenore Primer
ETIOLOGI
intrinsik uterus, berhubungan dengan siklus
berovulasi dan kontraksi myometrium serta
KOMPLIKASI tidak ditemukan penyakit khusus. Sering
Curvatura penis dimulai saat remaja.
Laparoskopi
Terapi hormonal
21
The 4th Bandung Meet The Experts Fertilitas &
Praktik Obgyn Sehari-hari
ETIOLOGI
o Bakteri: Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia
trachomatis, Treponema pallidum
o Virus: Herpes simplex, Human papilloma, Ulkus mole
Hepatitis, Cytomegalovirus, HIV
o Protozoa: Trichomonas vaginalis
o Jamur: Candida albicans
o Ektoparasit: Phtirus pubis, Sarcoptes scabei
DIAGNOSIS
Anamnesis
Asimptomatik (tersering) Ulkus durum pada sifilis
Masa inkubasi
o dari beberapa hari sampai minggu Nyeri perut bagian bawah pada
(chlamydia, gonorrhea, genital perempuan
herpes),
Penyakit radang panggul yang disebabkan
N. gonorrhea, C. trachomatis, bakteri HIV/AIDS
anaerob penyebab infektilitas
Pembengkakan testis/ skrotum bisa DEFINISI
disebabkan gonococcus dan klamidia HIV (Human Immunodeficiency virus) :
Benjolan di lipat paha (bubo) Virus yang hanya terdapat di dalam tubuh
Tumbuhan/ vegetasi di alat kelamin, manusia dan menyebabkan turunnya
misalnya condiloma akuminata, genital kekebalan tubuh tubuh gagal melawan
wartz disebabkan infeksi HPV infeksi
Radang mata pada bayi baru lahir AIDS (Acquired Immune Deficienct
(konjungtivitis neonatorum) Syndrome : Kumpulan gejala dan tanda
(infeksi opotunistik) yang disebabkan oleh
penurunan kekebalan tubuh, akibat
tertular virus HIV dari orang lain
PENULARAN
Hubungan seksual berisiko tanpa
pengaman : heteroseksual, homoseksual
Darah : transfusi, jarum suntik tidak steril
Pemeriksaan fisik
dan bergantian
Pemeriksaan speculum/ anoskopi
Ibu HIV positif ke bayi : selama kehamilan,
melahirkan, menyusui
Pemeriksaan penunjang
HIV tidak ditularkan melalui :makan
Laboratorium sederhana
bersama, berenang, berciuman, berjabat
tangan, berpelukan
TATALAKSANA
Sesuai Buku Pedoman Tatalaksana IMS
TATALAKSANA
Pemeriksaan dan pengobatan pasangan
Antiretro viral (ARV)
Penggunaan kondom untuk mencegah
Obat yang dapat menekan jumlah virus
penularan dalam darah
Diminum secara teratur, tepat waktu dan
Hubungan IMS dan HIV
seumur hidup
IMS merupakan ko-faktor penularan HIV
Disediakan pemerintah GRATIS, di RS
Penderita IMS lebih rentan terhadap HIV
Rujukan ARV seluruh Indonesia
Penderita IMS serta HIV akan lebih mudah
ARV yang diminum patuh >6 bulan dan
menularkan ke orang lain
diteruskan seumur hidup akan menekan
Pengidap HIV menjadi rentan terhadap kadar virus dalam darah sampai tidak
berbagai penyakit termasuk IMS terdeteksi, efek penularan ditekan hingga
Pengidap HIV yang juga IMS akan lebih 96%
cepat menjadi AIDS
Sexually Transmitted Infections, GONORRHEA
Penyebab : N. gonorrhoeae
Including HIV
Pada wanita menyebabkan cervisitis
Impact on Women’s Reproductive gnorrhoea
Health Tatalaksana
a. Ceftriaxone IM 500 mg + Azitromisin PO
dr. Satiti Retno P Sp.KK. 1 gram single dose
b. Cefixime PO 400 mg single dose +
Azitromisin PO 1 gram single dose
DEFINISI c. Spectinomisin 2 gram IM single dose +
Infeksi menular seksual (IMS) adalah Azitromisin PO 1 gram single dose
infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual dengan penderita IMS. Hubungan CHLAMYDIA
seksual tidak hanya terbatas pada Penyebab : Chlamydia trachomatis
intercourse, namin juga aktivitas seksual Menyebabkan cervisitis chlamydia
yang melalui mulut, anus dan vagina. Terapi :
karena beberapa penyakit pun dapat a. Azitromisin PO 1 gtam single dose
ditularkan melalui ciuman, seperti sifilis b. Eritromisin PO 4 x 500 mg/hari selama 7
dan herpes hari
Kondom bermanfaat dalam mencegah c. Amoksisilin resisten latent
beberapa penyakit IMS seperti HIV dan d. Tetrasiklin kontraindikasi,
gonore, namun kurang efektif dalam menyebabkan hiperpigmentasi gigi dan
mencegah herpes, trikomoniasis dan gangguan pertumbuhan tulang
klamidia serta HPV
Beberapa IMS tidak menimbulkan gejala SIFILIS
(asimptomatik) sebesar 70% Primer : ulkus durum
Ibu hamil yang menderita IMS namun tidak Sekunder : kondilomata lata
diberikan terapi dapat menyebabkan Terapi : Benzatin penicillin G 2,4 juta unit
kelainan kongenital dan infeksi perinatal IM single dose
Tersier : gumma sifilitica
Terapi : Benzatin penicillin G 2,4 juta unit
IM 1x/minggu selama 3 minggu
ULKUS MOLE
Penyebab : Haemophilus ducreyu
Terapi : Azitromisin PO 1 gram single dose
TRICHOMONIASIS
Penyebab : Trichomonas vaginalis
Terapi : metronidazole
KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS
Penyebab : Candida albicans
Terapi : Nistatin
GENITAL WARTS
Penyebab : HPV strain 6,11
Terapi : pembedahan kimiawi, TCA,
podophylin, eksisi
AIDS
Penyebab : HIV
Terapi : ARV