Anda di halaman 1dari 18

Sirkumsisi

dr. Hitaputra A. Wardhana, SpB. Finacs

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


INDIKASI KONTRAINDIKASI
Fimosis Hipospadia
Teknik 1. Forcep guided method (Guillotine)
Keinginan Epispadia
sirkumsisi 2. Dorsumsisi
Permintaan Webbed penis
3. Sleeve resection method

LANGKAH SIRKUMSISI
Informed Menjelaskan prosedir
Dorsumsisi (Dorsal Slit Method)
consent Persetujuan secara lisan dan tertulis baik untuk pemula
Persiapan Pasien posisi tidur terlentang
langkah :
penderita Membuka celana
Persiapan alat • Meja alat 1. Buka dan lebarkan ujung preputium
dan BHP • Minor set (khitan kit)
– Gunting jaringan 1 buah
– Gunting benang 1 buah
– Klem arteri 4 buah
– Klem duk
– Pinset anatomis dan bedah
– Pemegang jarum (needle holder) 2. Pasang forcep pada jam 6, 11 dan jam 1
– Jarum jahit no 23
– Kom 2 buah
• Korentang & tabungnya
• Bahan habis pakai
 Kassa lipat steril
 Sarung tangan steril
 Povidon iodin 10%
 Alkohol 70%
 Benang cat gut plain 3.0 atau 4.0
 Na Cl 500cc / Aquabidest 1L
 Salep (Bioplacenton cream)
 Plester (perekat)
 Lidokain 2%
 Spuit 3 cc, jarum suntik no 25 atau 26
3. Potong pada sisi dorsal pada jam 12,
Tehnik aseptic  Menggunakan duk untuk mempersempit
lapangan operasi
 Lakukan desinfeksi menggunakan
povidone iodin secara sirkuler dari penis
kea rah luar

4. Jahit vertical matras pada jam 12


5. Potong preputium melingkar mengikuti
sulcus coronaries
Teknik anestesi Ring block technique
6. Jahit horizontal matras pada jam 6

Sleeve Resection Method


7. Jahit semua tepi dengan simple suture

Forceps Giuded Method (Guillotine)


Berisiko terpotongnya glans penis

Langkah :
1. Forcep diletakkan pada preputium di atas
glands penis
2. Potong preputium di atas tepi forcep
3. Kemudian jahit
o Plexus Pampiniformis
o Arteria testicularis

PATOFISIOLOGI
Pergerakan testis yang berlebihan
menyebabkan funikulus spermatikus terpuntir,
berakibat :
MEDIKAMENTOSA  Obtruksi vena  edema testis
Antibiotik : amoxicillin  Obstruksi arteri  hipoksia, iskemia,
Analgesic : Paracetamol nekrosis testis
 Funikulus menebal
EDUKASI  Testis terangkat horisontal
 Kontrol jika terjadi perdarahan
 Tidak ada pantangan makanan, kecuali ada
alergi, dianjurkan menambah protein
 Tidak boleh terkena air, setelah kencing
dilap menggunakan tissue kering
 Kontrol hari ke-5

Surgical intervention of Male


Reproduction Emergency Cases
Hitaputra Agung Wardhana, dr.,SpB., Finacs

Torsio Testis
ANATOMI

ETIOLOGI
Testis bergerak dengan sangat bebas
 Mesorchium yang panjang.
 Kecenderungan testis untuk berada pada
posisi horizontal.
 Epididimis yang terletak pada salah satu
kutub testis

Pergerakan testis yang berlebihan


 perubahan suhu yang mendadak (seperti
 Testis dibungkus oleh lapisan visceral dari saat berenang),
tunica vaginalis  ketakutan, latihan yang berlebihan,
 Struktur dalam funikulus spermatikus:  batuk, celana yang terlalu ketat,
o Muskulus Cresmaster  defekasi atau trauma yang mengenai
o Duktus deferen scrotum
DIAGNOSIS  Bila tidak ada perubahan  detorsi ke arah
Anamnesis medial
 Nyeri hebat yang mendadak pada salah satu  Bila masih tidak ada perubahan  Rujuk ke
testis Spesialis Bedah
 Pembengkakan Scrotum pada salah satu sisi
 Mual atau muntah Operatif
 Sakit kepala ringan Explorasi cito dengan tujuan :
Pemeriksaan Fisik  Untuk memastikan diagnosis torsio testis
 Pembengkakan scrotum  Melakukan detorsi testis yang torsio
 Testis membesar, letaknya lebih tinggi dan  Memeriksa apakah testis masih viable
horisontal  Orchidopexi atau Orchidectomy
 Teraba adanya lilitan atau penebalan  Orchidopecsi testis kontralateral
funikulus spermatikus
 Reflex cremaster hilang
 Perubahan warna kulit scrotum
Pemeriksaan Penunjang
 Ultrasonografi Doppler berwarna dapat
menilai aliran darah, dan dapat
membedakan aliran darah intratestikular
dan aliran darah dinding scrotum
 Pemeriksaan sedimen urin tidak
menunjukkan adanya leukosit dalam urin

Priapismus
DEFINISI
Ereksi penis yang berkepanjangan tanpa diikuti
hasrat seksual dan seringkali disertai dengan
rasa nyeri.

ANATOMI

DIAGNOSIS BANDING
 Orchitis
 Epididimitis akut
 Hernia scrotalis incarserata / strangulata
 Tumor testis ETIOLOGI
 Hidrokel testis  Kelainan pembekuan darah
 Edema scrotalis  Trauma pada perineum / genetalia
 Gangguan neurogen (regional anestesi)
TATALAKSANA  Penyakit keganasan
Non Operatif  Pemakaian alkohol, psikotropik dan anti
 Detorsi manual ke arah lateral  nyeri akan hipertensi
berkurang atau menghilang
TIPE PRIAPISMUS
 Ischemic : priapismus tipe veno oklusif /
low-flow priapism. terjadi ketika darah tidak
mampu mengalir ke v. Emisaria
 Recurrent : priapismus tipe iskemik yang
berulang. Jarang dan biasanya terjadi pada
pria dengan sickle cell anemia.
 Non-ischemic: priapismus tipe arterial /
high-flow priapism. Ini disebabkan jeleknya
pengaturan aliran darah pada penis

KOMPLIKASI
 Jika tidak ditangani dengan penanganan
yang cepat dan tepat dapat terjadi
kerusakan saraf dan disfungsi ereksi yang  Tergantung pada tipe, penyebab dan onset-
permanen. nya
 Kerusakan jaringan dapat terjadi mulai 4-6  Jika < 4 jam diberikan obat dekongestan
jam setelah onset : (Ereksi 4-6 jam dari onset biasanya efektif)
o Sampai 6 jam terjadi perubahan fisiologis  Setelah 6 jam atau pemberian obat tidak
o Sampai 24 jam terjadi kerusakan sel berhasil, lanjutkan tindakan di bawah :
o Sampai 36 jam terjadi fibrosis (disfungsi  Ice pack
ereksi permanen)  Aspirasi, irigasi dan instilasi

DIAGNOSIS
Anamnesis & Pemeriksaan Fisik
Tipe Iskemik/ Tipe Non Iskemik/
Veno oklusif Arterial
Onset Saat tidur Setelah trauma
Nyeri Mula-mula ringan Ringan sampai
menjadi sangat sedang
nyeri
Ketegangan Sangat tegang Tidak terlalu
penis tegang
Langkah-langkah :
Pemeriksaan Penunjang 1. Disinfeksi peno-scrotal
Tipe Iskemik/ Tipe Non Iskemik/ 2. Blok N. Dorsalis penis dengan 2 ml
Veno oklusif Arterial Lidocaine 2 %
Darah
3. Insersi jarum no. 19 atau yang lebih besar
kavernosa
Warna pada jam 2 dan atau jam 10, kemudian
Hitam Merah
pO2 < 30 mmHg >50 mmHg aspirasi sebanyak 10-20 ml darah
pCO2 > 80 mmHg < 50 mmHg intrakavernosa
pH < 7,25 > 7,5 4. Instilasi dengan 10-20 gr epinefrin atau 100-
200 mcg fenilefrin yang dilarutkan dalam 1
Color Dopler Tidak ada aliran Ada aliran & ml larutan garam fisiologis (NaCl 0,9 %)
Fistula setiap 5 menit hingga penis mengalami
Arteriografi Pembuluh darah Malformasi detumesensi
utuh arterio-Vena
(Jangan lupa menekan tempat jarum setelah
jarum dilepas untuk menghindari hematom)
TATALAKSANA
 Pembedahan
Parafimosis
DEFINISI
Prepusium penis yang diretraksi sampai di
sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan
pada keadaan semula dan timbul jeratan pada
penis di belakang sulkus koronarius.

PATOFISIOLOGI
 Jeratan pada penis  gangguan aliran balik
vena superfisial sedangkan aliran arteri
tetap berjalan normal  edema glans penis
dan dirasakan nyeri
 Jika dibiarkan, distal jeratan makin bengkak
 aliran arteri terganggu  hipoksia 
Distal corpora-glandular shunt (Winter)
iskemik  nekrosis glans penis

Open distal corpora-glandular shunt (Al


Ghorab)
DIAGNOSIS
Diagnosis cukup dari klinis (Anamnesis &
Pemeriksaan Fisik)

Open proximal corpora-spongiosal shunt


(Quckles)

Foto Klinis

TATALAKSANA
 Reposisi secara manual : memijat glans
penis 3-5 menit (edema berkurang) lalu
prepusium dikembalikan perlahan lahan
 Dorsum insisi bila reposisi secara manual
tidak berhasil
Shunt anastomosis vena (Grayhack)
 Sirkumsisi bila edema dan proses inflamasi extravasation
menghilang 3 Cortical laceration > 1 cm without urinary
extravasation
4 Laceration : through corticomedullary
junction into collecting system
atau
Vascular : segmental renal artery or vein
injury with contained haematoma

DIAGNOSIS
Reposisi Manual Anamnesis
 Riwayat trauma abdomen, flank, thoraks
 Riwayat akselerasi-deselerasi mendadak
Pemeriksaan Fisik
 Hematuria (tidak berbanding lurus dengan
drajat trauma ginjal)
 Jejas di abdomen, flank, thoraks
Dorsum Insisi Pemeriksaan Penunjang
 CT-Scan Abdomen Kontras + One Shot IVP
(GOLD STANDARD)
Emergensi Urologi
dr. Wibisono, SpU

Trauma Ginjal
KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan American Association
for the Surgery of Trauma (AAST)
Grade Description of injury INDIKASI PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1 Contusion or non-expanding subcapsular  Anak dengan trauma tumpul + Hematuria
haematoma
 Trauma tumpul yang berhubungan dengan
No laceration
gross hematuria
2 Non-expanding parirenal haematoma
 Hematuria mikroskopis dan hipotensi
Cortical laceration < 1 cm deep without
 Trauma tembus dan hematuria  Hipotensi
 Trauma tumpul pada pasien dengan trauma  Late :
lain yang diketahui berhubungan dengan  Hidronefrosis
trauma renal  Hipertensi
 Formasi kalkulus
KOMPLIKASI  Pyelonefritis kronis
 Early :
 Ekstravasasi Urin TATALAKSANA
 Formasi urinoma  Prinsip ATLS
 Delayed bleeding  Non Operatif (Sebagian besar)
 Infected Urinoma  Operatif  Mayoritas Nefrektomi
 Abses perinefrik  Renoraphy
 Sepsis
 Fistula arterio-venosa EVALUASI TRAUMATUMPUL RENAL DEWASA
 Pseudoaneurisme
Trauma Buli ANATOMI
 Pada laki-laki, uretra dibagi oleh diafragma
KLASIFIKASI
urogenital menjadi : segmen proksimal
(posterior) dan segmen distal (anterior)
 Posterior urethral injury : Paling sering
dikarenakan fraktur pelvis
 Anterior urethral injury (bulbous &
pendulous) :
 straddle-type (e.g. bicycles, skateboards)
 penetrating (often self-inflicted) injuries
DIAGNOSIS
Anamnesis KLASIFIKASI
Grade Discription
 Riwayat trauma daerah pelvis
Grade I Contusion : blood at urethral meatus;
 Tidak bisa kencing (retentio urin) urethrography normal
 Gross Hematuria (80%) Grade II Stretch injury : elongation of urethra
Pemeriksaan Fisik without extravasation on
urethrography
 Nyeri tekan perut (Abdominal Tenderness) Grade III Partial disruption : extravasation on
Pemeriksaan Penunjang urethrogrphy, contrast at injury site
 Sistografi with contrast visualization in the
bladder
Grade IV Complete disruption : extravasation on
urehtrography, contrast at injury site
without visualization in the bladder; < 2
cm of urethral separation
Grade V Complete disruption : complete
transaction with > 2 cm urethral
separation or extension into the
prostate or vagina
DIAGNOSIS
Anamnesis
 TRIAS disrupsi uretra :
Ekstraperitoneal : Kontras Ekstravasasi  Darah pada meatus uretra
Perivesikal  Tidak bisa mengosongkan kandung
Intraperitoneal : Kontras di sekeliling lengkung kemih
usus (bowel loops)  Bladder penuh terpalpasi
Pemeriksaan Fisik
KLASIFIKASI  Hematoma penis, perineal
 Ekstraperitoneal :  DRE : Floating prostate
 Kateterisasi  86% sembuh dalam 10
hari, 100% dalam 3 minggu
 Repair (+Debridement)  Pada Bladder
neck rupture atau jika ada fragmen
tulang
 Intraperitoneal :
 Surgical repair
 Penetrating :
 Eksplorasi emergensi + Repair
Butterfly Hematoma pada Ruptur Uretra
Trauma Uretra Anterior
Pemeriksaan Penunjang
 Uretrografi

TATALAKSANA
KONTRAINDIKASI KATETERISASI
 Dismenorea bukan suatu penyakit, namun
gejala
 Dismenorea ditimbulkan akibat kontraksi
Penile Fracture disritmik myometrium sehingga
DEFINISI menghasilnya nyeri pada perut baguan
Dikarenakan trauma pada ruptur corpus bawah, bokong dan nyeri spasmodic pada
cavernosus saat ereksi sisi medial paha

KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI
Produksi prostaglandin berlebih di
endometrium 
 Uterus hiperkontraktilitas
 Aliran darah ke uterus menurun
 Peningkatan hipersensitivitas syaraf perifer
Hal di atas menyebabkan nyeri

Dismenore Primer
ETIOLOGI
intrinsik uterus, berhubungan dengan siklus
berovulasi dan kontraksi myometrium serta
KOMPLIKASI tidak ditemukan penyakit khusus. Sering
Curvatura penis dimulai saat remaja.

TATALAKSANA MANIFESTASI KLINIS


 Repair penile fracture segera Nyeri haid biasanya dimulai 6 – 12 bulan
 Sub-coronal approach  allows excellent setelah onset menarke. Gejala : nyeri
exposure of the entire penis, as required in suprapubik, pinggang menjalar ke paha dapat
large or bilateral ruptures or associated
disertai mual, muntah, diare.
urethral injury
Diagnosis dismenorea primer
 A high suspicion for associated urethral
1. Singkirkan kelainan patologis
injury must be maintained during open
2. Konfirmasi sifat siklik dari nyeri
inspection of the injury
3. Permeriksaan pelvis bimanual dan USG
dalam batas normal
Dismenorea TATALAKSANA
Dr. Supanji Raharja, SpOG(K)  Lini pertama : NSAID (efektif diberikan 1 – 2
hari sebelum onset haid sampai 2 – 3 hari
DISMENOREA haid, contoh ibuprofen, asam mefenamat,
 Disminorea = gangguan nyeri apda saat celecoxib, naproxen
menstruasi, biasanya berupa rasa kram  Jika NSAID tidak berhasil  pemberian p`il
yang terpusat pada perut bawah oral kontrasepsi, implant, injeksi DMPA,
 Prevalensinya : 50 – 90% remaja, dan 15% LNG-IUS
diantaranya mengalami gangguan aktivitas
sehari-hari
 Dismenore signifikan dan persisten
 Gejala : nyeri haid berat, nyeri saat
senggama, nyeri kronik di luar haid, nyeri
Dismenore Sekunder saat ovulasi, gangguan kesuburan
EPIDEMIOLOGI  Terapi NSAID dan hormonal tidak
Prevalensi : 10% di populaasi umum, 15 – 20% memberikan efek
perempuan infertil, dan lebih dari 30% pada  Tidak ditemukan penyebab lain nyeri pelvik
perempuan dengan nyeri pelvik kronis kronis atau dismenore sekunder

ETIOLOGI Tujuan terapi : mengatasi nyeri, menekan


 Tersering : endometriosis progresivitas penyakit dan memproteksi
kemampuan fertilitas
 Penyebab lain : infeksi, kista ovarium,
mioma uteri, akseptor IUD, stenosis kanalis
TATALAKSANA DISMENORE SEKUNDER
servikalis, polip endometrium
 Lini pertama : terapi supresi hormonal
continue hingga berencana untuk hamil (pil
oral kombinasi, progestin atau LNG-IUS)
 Jika nyeri refrakter  GnRH agonis atau
dienogest  add back therapy EEK 0,625
mg dan norethindrone asetat 5 mg
diberikan sejak awal untuk menghindari
kemungkinan gangguan pada densitas
mineral tulang yang diberikan GnRH agonist
(6 bulan)  setelah terapi GnRH selesai
sebaiknya mulai menggunakan terapi
supresi hormone kontinu
 Terapi bedah : difokuskan untuk
MANIFESTASI KLINIS menghilangkan endometriosis peritoneum/
 Nyeri seringkali dimulai 1- 2 minggu endometrioma/ endometriosis susukan
sebelum darah haid keluar dan menetap dalam dan perlengketan agar tidak terjadi
sampai beberapa hari setelah haid berhenti. infiltasi dan iritasi syaraf. Radikal
 Pemeriksaan fisik pelvis, USG serta (Histerektomi) konservatif (eliminasi lesi
laparoskopi endometriosis). Tehnik operasi : laparoskopi
Endometriosis (terdapatnya jaringin dan laparotomi
endometrium di luar uterus) dicurigai apabila
KESIMPULAN
Riwayat medis Pemeriksaan Fisik
Riwayat dismenorea primer

Patologi pelvis (-) Patologi pelvis (+)


Riwayat Tidak ada Nyeri :
menstruasi riwayat - Onset 6-12 bulan setelah
(kram di patologi pelvis menars Nyeri refrakter
bawah perut) sebelumnya - Pola nyeri bisa diprediksi
(sebelum/saat haid)
- Biasanya 48-72 jam Dismenorea primer
- Menjalar ke pinggang dan paha Dismenorea sekunder
- Bisa disertai diare dan muntah

Tidak ada riwayat dismenore primer


- Onset >2 tahun setelah menars
NSAID
Terapi Hormonal
T
- Siklus haid ireguler ENDOMETRIOSIS
- Diluar siklus haid
- Bisa disertai menoragi dan perdarahan tengah haid Supresi nyeri
Supresi progresi
proteksi fertilitas

Laparoskopi
Terapi hormonal
21
The 4th Bandung Meet The Experts Fertilitas &
Praktik Obgyn Sehari-hari

21 DAMPAK KEKERASAN PADA ANAK 22


Eticomedicolegal Aspects of Sexual  Pada korban perempuan : merokok
(13,2%), mabuk (12%) menggunakan
Abuse
narkoba (6,09%), menyakiti diri sendiri
(13%), terfikir bunuh diri (11%)
dr. Aji Suwandono, Sp.FM, SH  Pada korban laki-laki : merokok (46,6%),
KEKERASAN TERHADAP ANAK mabuk (25,8%) perilaku distruktif lainnya
Menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun (27,6%)
2014 kekerasan terhadap anak adalah setiap
perbuatan terhadap anak yang berakibat FAKTOR KEKERASAN PADA ANAK
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan  Faktor ekonomi : pemenuhan kebutuhan
secara fisik, psikis, seksual, dan atau sehari-hari, pendidikan, kesehatan,
penelataran, termasuk ancaman untuk pembelian pakaian, dapat mempengaruhi
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau jiwa dan tekanan yang sering kali akhirnya
perampasan kemerdekaan dengan cara dilampiaskan terhadap anak-anak.
melawan hukum.  Masalah keluarga : hubungan orang tua
yang kurang harmonis sehingga anak
JENIS KEKERASAN PADA ANAK dijadikan pelampiasan
Jenis kekerasan keterangan  Perceraian dan nikah lagi : biasanya
Kekerasan fisik pukul,tampar, tendang, cubit, dsb
Kekerasan kekerasan berupa kata-kata yang
dilakukan oleh ibu atau ayah tiri
emosional menakut-nakuti, mengancam,  Kelahiran anak di luar nikah : anak merasa
menghina, mencaci dan memaki dengan
kasar dan keras.
disingkirkan, harus menerima perlakuan
Kekerasan pornografi, perkataan-perkataan porno, diskriminatif, tersisih atau disisihkan oleh
seksual tindakan tidak senonoh /pelecehan keluarga
organ seksual anak.
Pengabaian dan Segala bentuk kelalaian yang melanggar  Permasalahan jiwa dan psikologis : Orang
penelantaran hak anak dalam pemenuhan gizi dan tua dalam situasi kecemasan (anxiety) dan
pendidikan.
Kekerasan mempekerjakan anak di bawah umur tertekan akibat mengalami depresi atau
ekonomi dengan motif ekonomi, prostitusi anak. stres.
(eksploitasi)
KEDOKTERAN FORENSIK DALAM KASUS mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan
KEKERASAN SEKSUAL terhadap perempuan termasuk ancaman,
paksaan, pembatasan kebebasan baik yang
Anamnesis
terjadi di area publik maupun Domestik”
“Apakah anak telah merasa disentuh dan
diperlakukan yang tidak mereka inginkan”
JENIS KEKERASAN PADA PEREMPUAN
Pemeriksaan fisik laki-laki 1. Kekeran dalam area Domestik/hubungan
 Genitalia : penis, testis, dan perineum intim personal
(Dalam posisi duduk) 2. Kekerasan dalam area Publik
 Anus (posisi supine, lateral atau prone 3. Kekerasan yang dilakukan oleh lingkup
dengan sedikit tarikan pada liptan gluteal) Negara
Pemeriksaan fisik perempuan
Kebanyakan dalam batas normal, namun Convention on the Elimination of All Forms of
dapat ditemukan Discrimination againts Women (CEDAW)
 hymenal tags, 1. Non diskriminatif. Menghapuskan
 bumps atau pengakuan, penikmatan atau penggunaan
 Adesi labia Clefts/notches pada bagian hak-hak asasi manusia dan kebebasan
setengah depan hymen posisi jam 9- dan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial
jam 3- dari hymen, budaya sipil atau apapun lainnya oleh
 Vaginal discharge, kaum perempuan
 Genital/anal erythema, 2. Persamaan atau keadilan substantif. Setiap
perempuan mendapat persamaan atau
 Perianal skin tags,
keadilan dalam berbagai aspek, terutama
 Anal fissures
aspek budaya, peraturan dan hukum
3. Kewajiban negara. Negara berkewajiban
untuk mencegah, melarang, mengiden-
tifikasi dan melakukan tindakan,
menjatuhkan sanksi terhadap perlakuan
diskriminasi

DAMPAK KEKERASAN PADA PEREMPUAN


 Cedera fisik
 Penggunaan tembakau, obat, alcohol
 Kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi
 Infeksi menular seksual
 Depresi
 Kematian
Pemeriksaan laboratorium
 Post traumatic stress disorder
Bermakna jika dilakukan dalam 72 jam setelah
 Menyakiti diri sendiri
kontak, antara lain darah, cairan semen,
sperma, rambut, kulit FORENSIK DALAM KASUS KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN
KEKERASAN PADA PEREMPUAN  Bukti forensik : Sampel rambut, darah,
Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap semen atau saliva, barang bukti di TKP,
Perempuan (Pasal 1): bukti analisis urin atau racun serta bukti
“Kekerasan terhadap perempuan adalah lainnya
segala bentuk tindak kekerasan yang terjadi
atas dasar perbedaan jenis kelamin yang
 Tugas ahli forensik : melakukan dan o dari beberapa minggu sampai bulan
mengawasi analisis serta menafsirkan hasil, (Hepatitis B, HIV, syphilis)
dan melacak bukti-bukti  Keluar cairan tidak normal dari vagina
 Tantangan pengumpulan barang bukti (keputihan) atau penis
forensic : pengaturan waktu, penyedia o Vaginitis : trikomoniasis, kandidiasis,
layanan kesehatan lini pertama yang bacterial vaginosis
menangani pemeriksaan klinis korban, dan o Servicitis : gonore, klamidiosis
korban yang tidak yakin bagaimana
mengajukan laporan polisi

Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi Menular Seksual

dr Anung Sugihantono M.Kes

DEFINISI Urethritis gonore


Infeksi yang penularannya terutama melalui  Rasa sakit pada vagina atau penis
hubungan seksual, selain itu dapat ditularkan  Luka pada dan sekitar alat kelamin (ulkus)
melalui ibu ke bayi selama kehamilan,
persalinan, menyusui atau melalui kontak
darah/ luka/ alat tembus kulit (darah)

ETIOLOGI
o Bakteri: Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia
trachomatis, Treponema pallidum
o Virus: Herpes simplex, Human papilloma, Ulkus mole
Hepatitis, Cytomegalovirus, HIV
o Protozoa: Trichomonas vaginalis
o Jamur: Candida albicans
o Ektoparasit: Phtirus pubis, Sarcoptes scabei

FAKTOR RISIKO PENULARAN IMS


 Hubungan seks tanpa menggunakan
kondom Herpes simpleks genitalis
 Berganti-ganti pasangan seks
 Hubungan seks anal lebih berisiko karena
lebih mudah menimbulkan luka di banding
vaginal

DIAGNOSIS
Anamnesis
 Asimptomatik (tersering) Ulkus durum pada sifilis
 Masa inkubasi
o dari beberapa hari sampai minggu  Nyeri perut bagian bawah pada
(chlamydia, gonorrhea, genital perempuan
herpes),
Penyakit radang panggul yang disebabkan
N. gonorrhea, C. trachomatis, bakteri HIV/AIDS
anaerob  penyebab infektilitas
 Pembengkakan testis/ skrotum  bisa DEFINISI
disebabkan gonococcus dan klamidia  HIV (Human Immunodeficiency virus) :
 Benjolan di lipat paha (bubo) Virus yang hanya terdapat di dalam tubuh
 Tumbuhan/ vegetasi di alat kelamin, manusia dan menyebabkan turunnya
misalnya condiloma akuminata, genital kekebalan tubuh  tubuh gagal melawan
wartz disebabkan infeksi HPV infeksi
 Radang mata pada bayi baru lahir  AIDS (Acquired Immune Deficienct
(konjungtivitis neonatorum) Syndrome : Kumpulan gejala dan tanda
(infeksi opotunistik) yang disebabkan oleh
penurunan kekebalan tubuh, akibat
tertular virus HIV dari orang lain

PENULARAN
 Hubungan seksual berisiko tanpa
pengaman : heteroseksual, homoseksual
 Darah : transfusi, jarum suntik tidak steril
Pemeriksaan fisik
dan bergantian
Pemeriksaan speculum/ anoskopi
 Ibu HIV positif ke bayi : selama kehamilan,
melahirkan, menyusui
Pemeriksaan penunjang
 HIV tidak ditularkan melalui :makan
Laboratorium sederhana
bersama, berenang, berciuman, berjabat
tangan, berpelukan
TATALAKSANA
 Sesuai Buku Pedoman Tatalaksana IMS
TATALAKSANA
 Pemeriksaan dan pengobatan pasangan
Antiretro viral (ARV)
 Penggunaan kondom untuk mencegah
 Obat yang dapat menekan jumlah virus
penularan dalam darah
 Diminum secara teratur, tepat waktu dan
Hubungan IMS dan HIV
seumur hidup
 IMS merupakan ko-faktor penularan HIV
 Disediakan pemerintah GRATIS, di RS
 Penderita IMS lebih rentan terhadap HIV
Rujukan ARV seluruh Indonesia
 Penderita IMS serta HIV akan lebih mudah
 ARV yang diminum patuh >6 bulan dan
menularkan ke orang lain
diteruskan seumur hidup akan menekan
 Pengidap HIV menjadi rentan terhadap kadar virus dalam darah sampai tidak
berbagai penyakit termasuk IMS terdeteksi, efek penularan ditekan hingga
 Pengidap HIV yang juga IMS akan lebih 96%
cepat menjadi AIDS
Sexually Transmitted Infections, GONORRHEA
 Penyebab : N. gonorrhoeae
Including HIV
 Pada wanita menyebabkan cervisitis
Impact on Women’s Reproductive gnorrhoea
Health  Tatalaksana
a. Ceftriaxone IM 500 mg + Azitromisin PO
dr. Satiti Retno P Sp.KK. 1 gram single dose
b. Cefixime PO 400 mg single dose +
Azitromisin PO 1 gram single dose
DEFINISI c. Spectinomisin 2 gram IM single dose +
 Infeksi menular seksual (IMS) adalah Azitromisin PO 1 gram single dose
infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual dengan penderita IMS. Hubungan CHLAMYDIA
seksual tidak hanya terbatas pada  Penyebab : Chlamydia trachomatis
intercourse, namin juga aktivitas seksual  Menyebabkan cervisitis chlamydia
yang melalui mulut, anus dan vagina.  Terapi :
 karena beberapa penyakit pun dapat a. Azitromisin PO 1 gtam single dose
ditularkan melalui ciuman, seperti sifilis b. Eritromisin PO 4 x 500 mg/hari selama 7
dan herpes hari
 Kondom bermanfaat dalam mencegah c. Amoksisilin  resisten  latent
beberapa penyakit IMS seperti HIV dan d. Tetrasiklin  kontraindikasi,
gonore, namun kurang efektif dalam menyebabkan hiperpigmentasi gigi dan
mencegah herpes, trikomoniasis dan gangguan pertumbuhan tulang
klamidia serta HPV
 Beberapa IMS tidak menimbulkan gejala SIFILIS
(asimptomatik) sebesar 70%  Primer : ulkus durum
 Ibu hamil yang menderita IMS namun tidak  Sekunder : kondilomata lata
diberikan terapi dapat menyebabkan Terapi : Benzatin penicillin G 2,4 juta unit
kelainan kongenital dan infeksi perinatal IM single dose
 Tersier : gumma sifilitica
Terapi : Benzatin penicillin G 2,4 juta unit
IM 1x/minggu selama 3 minggu
ULKUS MOLE
Penyebab : Haemophilus ducreyu
Terapi : Azitromisin PO 1 gram single dose

TRICHOMONIASIS
Penyebab : Trichomonas vaginalis
Terapi : metronidazole

KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS
Penyebab : Candida albicans
Terapi : Nistatin

GENITAL WARTS
Penyebab : HPV strain 6,11
Terapi : pembedahan kimiawi, TCA,
podophylin, eksisi

HERPES SIMPLEX GENITALIS


Penyebab : Herpes simplex virus
Terapi : Acyclovir, Famcyclovir, Valacyclovir

AIDS
Penyebab : HIV
Terapi : ARV

Anda mungkin juga menyukai