Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan mempunyai banyak istilah antara lain, vocational

education, technical education and occupational education. Hamalik (1990: 24)

mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu pendidikan dasar

keterampilan dan pengembangan bakat serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan

dalam dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan. Menurut Walter

dalam Kuswana (2013: 157) pendidikan vokasi adalah pendidikan yang

mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki dunia kerja, baik formal

maupun non formal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pendidikan kejuruan

adalah suatu pendidikan yang mempersiapkan seseorang untuk melakukan

pekerjaan tertentu.

Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pendidikan vokasional di Indonesia terbagi atas tiga jenis,

yaitu pendidikan kejuruan, vokasi dan professional. Pendidikan profesional adalah

pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan

persyaratan keahlian khusus. Pendidikan vokasi adalah pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dengan memiliki keahlian terapan

tertentu, maksimal setara program sarjana. Pendidikian kejuruan adalah

pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang bertujuan untuk

mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu.

9
Sejalan dengan penjelasan di atas, pendidikan menengah kejuruan adalah

pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan

pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.

Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki

lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan

bentuknya, Sekolah Menengah Kejuruan menyelenggarakan program-program

pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan

Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang

sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),

atau bentuk lain yang sederajat (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).

SMK memiliki banyak program keahlian, Program keahlian yang

dilaksanakan di SMK menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada.

Program keahlian pada jenjang SMK juga menyesuaikan pada permintaan

masyarakat dan pasar. Tujuan utama pendidikan kejuruan adalah pendidikan

menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama agar siap bekerja dalam

bidang tertentu. Peserta didik dapat memilih bidang keahlian yang diminati di

SMK. Kurikulum SMK dibuat agar peserta didik siap untuk langsung bekerja di

dunia kerja. Muatan kurikulum yang ada di SMK disusun sedemikian rupa sesuai

dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak

10
mengalami kesulitan yang berarti ketika masuk di dunia kerja. Dengan masa studi

sekitar tiga atau empat tahun, lulusan SMK diharapkan mampu untuk bekerja

sesuai dengan keahlian yang telah ditekuni.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan

kejuruan terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan khusus pendidikan

menengah kejuruan adalah sebagai berikut: (a) menyiapkan peserta didik agar

menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan

yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam

program keahlian yang yang dipilihnya, (b) menyiapkan peserta didik agar

mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di

lngkungan kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang dalam

bidang keahlian yang diminatinya, (c) membekali peserta didik dengan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri dikemudian

hari baik secara baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang

lebih tinggi, dan (d) membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi

yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih. Berdasarkan penjelasan di

atas, tuntutan pendidikan kejuruan dalah menciptakan tenaga terampil tingkat

menengah.

2. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kejuruan

Prinsip merupakan suatu hal yang paling mendasar. Dalam hal ini adalah

prinsip pendidikan kejuruan. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan sebagai dasar

atau landasan yang diperlukan untuk pelayanan pendidikan dan pengajaran.

Prinsip pendidikan kejuruan ini dikemukakan oleh seorang akademisi Amerika

11
Serikat bernama Charles Allen Prosser yang dianggap sebagai bapak pendidikan

kejuruan. Charless Prosser cukup dikenal dengan 16 prinsip pendidikan

kejuruannya atau biasa dikenal dengan 16 dalil Prosser.

Berikut ini adalah ke-16 dalil Prosser atau prinsip-prinsip pendidikan

kejuruan yang berasal dari buku “Vocational Education in Democracy”

(Djojonegoro, 1998: 38):

a. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila lingkungan dimana siswa belajar

merupakan replika lingkungan di dunia kerja. Lingkungan tersebut meliputi

ligkungan berupa fisik dan non fisik. Lingkungan berupa fisik yaitu

lingkungan berupa peralatan yang sesuai dengan keadaan di industri.

Lingkungan berupa non fisik atau mental, dalam hal ini adalah kedisiplinan,

hubungan antara bawahan dengan atasan. Dengan kondisi lingkungan yang

seperti apapun, pekerja harus mampu menyesuaikan diri dengannya. Adanya

pelatihan kerja atau magang dapat menjamin terwujudnya lingkungan

tersebut.

b. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan apabila tugas-tugas

latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang

diterapkan di tempat kerja. Pada keadaan tertentu suatu jenis pekerjaan

tertentu dilaksanakan dengan praktik standar tertentu. Agar siswa siap bekerja

secara efektif, siswa harus sedemikian terlatih sehingga siswa memperoleh

kebiasaan melakukan setiap pekerjaan tertentu. Hal ini dilakukan dengan

latihan mengunakan cara, peralatan dan mesin yang sama. Sangat tidak

12
efektif apabila tuntutan di dunia kerja menggunakan peralatan otomatis,

namun yang diajarkan menggunakan peralatan yang manual. Jadi, bila dalam

pekerjaan aslinya menggunakan peralatan otomatis, maka di sekolah

hendaknya mengajarkan menggunakan peralatan otomatis juga.

c. Siswa harus dilatih dalam kebiasaan pemikiran yang serupa dengan kebiasaan

yang dimiliki orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan tersebut. Semua

kebiasaan dan berpikir harus dikembangkan dalam situasi tertentu. Dengan

demikian, pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam

kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu

sendiri.

d. Setiap siswa memiliki minat dan sikap tertentu dan baragam yang harus

dipertimbangkan jika pelatihan mereka ingin berhasil dan efektif. Perlu

disadari, setiap individu memiliki sikap yang berbeda, minat yang berbeda

dan kecerdasan yang berbeda pula. Pelatihan akan efisien jika pelatihan yang

dilaksanakan sesuai dengan minat, bakat dan sikap individu tersebut sehingga

memungkinkan siswa dapat merasakan manfaat dari kemampuannya dan

kecerdasannya. Sehingga pendidikan kejuruan akan lebih efektif jika

memungkinkan siswa dapat memampukan kecerdasan, minat serta sikap

setinggi mungkin.

e. Pendidikan kejuruan akan efektif untuk setiap profesi, jabatan, atau pekerjaan

hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang

menginginkannya dan yang mendapatkan manfaat dari itu. Hal ini didasari

pada asumsi pendidikan kejuruan bahwa hanya orang-orang tertentu yang

13
diberi pelatihan sehingga mereka dapat memperoleh manfaat penuh dalam hal

ini pengetahuan dan keterampilan.

f. Pendidikan kejuruan dalam pengajarannya, berbasiskan pada psikologi

kebiasaan. Pembentukan kebiasaan ini dapat dilakukan dengan cara

pengulangan. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan kejuruan akan efektif jika

pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir

yang benar diulang-ulang sampai pada titik dimana kebiasaan yang

dikembangkan itu menjadi kebiasaan utuh yang diperlukan di dunia kerja.

g. Pendidikan merupakan kegiatan transformasi ilmu yang dilakukan oleh

seorang guru terhadap siswanya dalam mengembangkan kebiasaan-kebiasaan

tertentu. Dalam pendidikan kejuruan pembentukan kebiasaan-kebiasaan ini

harus dipastikan dengan adanya supervisi, arahan dan pengajaran dari orang

lain (instruktur). Orang yang menjadi instruktur harus mempunyai

kompetensi untuk mengajar dan melatih serta memiliki kebiasaan yang dapat

ditularkan kepada siswa dari pengalaman yang sebelumnya. Berdasarkan hal

tersebut pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai

pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan

pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.

h. Nilai pendidikan kejuruan tergantung pada kemampuan individu dalam

menggunakan pelatihan dan pekerjaannya. Jika tidak dapat bertahan pada

pekerjaannya, maka pelatihan yang telah dilakukan tidak berharga lagi bagi

dirinya. Hal ini dapat dihindari apabila lulusan memiliki asset pengetahan dan

keterampilan yang dapat dijual kepada dunia kerja. Sehingga, pendidikan

14
kejuruan akan efektif jika pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang

harus dipunyai oleh seseorang untuk bertahan dan terus bekerja dalam

pekerjaan tersebut.

i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar. Hal ini

didasarkan pada setiap pekerjaan dilaksanakan dengan cara tertentu dan

perubahan pasar semakin tahun semakin berubah.

j. Pembentukan kebiasaan proses yang efektif pada setiap siswa akan berhasil

bila pelatihan diberikan pada pekerjaan nyata dan tidak pada latihan bekerja

atau pekerjaan pura-pura.

k. Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu

okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.

l. Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda

antara satu dengan yang lain. Hal ini dikarenakan pendidikan kejuruan tidak

hanya perlu menerima teori bahwa muatan harus ditemukan dalam jenis

pekerjaan itu sendiri, tetapi juga menemukan bahwa muatan ini memang

khusus untuk setiap pekerjaan dan bersifat khusus.

m. Pendidikan kejuruan akan mencerminkan layanan sosial yang efisien jika

memenuhi kebutuhan pelatihan khusus dari setiap kelompok pada waktu

mereka memerlukan dan dalam cara yang paling efektif diuntungkan dengan

adanya pembelajaran di pendidikan kejuruan.

15
n. Pendidikan kejuruan akan efisien jka metode pengajaran yang digunakan dan

hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta

didik tersebut.

o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes atau tidak kaku.

Karena tugas administrator sekolah kejuruan adalah mengatur dan mengelola

pekerjaannya agar berjalan secara luwes atau tidak kaku.

p. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi

maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi. Hal ini

dikarenakan unsur pembiayaan merupakan salah satu komponen sistem utama

dalam pelaksanaan pendidikan kejuruan.

3. Pembelajaran pada Pendidikan Kejuruan

Dalam pendidikan kejuruan mempunyai beberapa model untuk

pelaksanaannya. Menurut Hadi dalam A Muliati (2007: 8-9) mengemukakan

bahwa terdapat tiga model pendidikan kejuruan yaitu pemerintah tidak memiliki

peran atau hanya peran marginal dalam kualifikasi pendidikan kejuruan, model

kedua adalah pemerintah sendiri merancanakan, mengorganisir dan mengontrol

pendidikan kejuruan, model ini disebut juga model sekolah (school model)

pelatihan dapat dilaksanakan di perusahaan sepenuhnya.

Model ketiga, pemerintah menyiapkan atau memberikan kondisi yang

relatif komprehensif dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaan-perusahaan

swasta dan sponsor swasta lainnya. Model ini disebut juga model pasar dikontrol

pemerintah (state controlled market) dan model inilah yang disebut dengan model

16
sistem ganda (dual system) suatu sistem pendidikan yang dilaksanakan didua

tempat yaitu perusahaan dan sekolah, dimana keduanya saling bahu membahu

untuk mewujudkan kemampuan kerja yang handal dan professional bagi para

lulusannya.

Menurut Djojonegoro (1998: 79) pendidikan sistem ganda pada dasarnya

merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian

professional yang memadukan secara sistematis dan sinkron antara program di

sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh. Dalam program

sistem ganda ini dilaksanakan di dua tempat yaitu pembelajaran berbasis sekolah

(school based learning) dan berbasis kerja (work based learning), dimana siswa

berstatus sebagai pemagang dan sebagai siswa.

Pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan sistem ganda, menurut

Nurhardjamo (2008: 219), didasarkan pada prinsip dasar yaitu: (1) ada

ketertarikan antara apa yang dilakukan di sekolah dengan institusi pasangan atau

industri pasangan, (2) praktik keahlian di institusi pasangan merupakan proses

belajar yang utuh, bermakna syarat nilai untuk mencapai kompetensi minimal

lulusan, (3) ada kesinambungan proses belajar dengan waktu yang sesuai dalam

mencapai tingkat kompetensi yang dibutuhkan (4) berorientasi pada proses di

samping berorientasi pada produk dalam mencapai kompetensi lulusan secara

optimal.

Dalam pencapaian kompetensi lulusan yang optimal dibutuhkan

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, mengingat tujuan pedidikan SMK

adalah menciptakan lulusan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya. Pembelajaran

17
yang dilaksanakan di SMK menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis

kompetensi yang menganut prinsip pembelajaran tuntas (matery learning), untuk

dapat menuasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan (knowledge) dan keterampilan

(skill) agar dapat bekerja sesuai dengan profesinya seperti yang dituntut oleh suatu

kompetensi. Untuk dapat belajar secara tuntas, dikembangkan prinsip

pembelajaran. Menurut (Rasto: 2012) pengembangan prinsip belajar tuntas antara

lain, (1) learnig by doing (belajar melalui aksi nyata yang dapat memberikan

kesan dan pengalaman belajar yang bermakna) yang dikembangkan menjadi

pembelajaran berbasis produksi, (2) individualized learning (pembelajaran dengan

memperhatikan keunikan setiap individu) yang dilaksanakan dengan sistem

modular.

4. Kerjasama SMK dan Industri

Hanifa (2008: 5) menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu sikap dasar

untuk menjalin suatu hubungan yang hangat dengan orang lain, hubungan yang

penuh kepercayaan. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2017 tentang pedoman pembinaan dan pengembanan Sekolah Menengah

Kejurua berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan industri, pada pasal 2

(a-b) menyatakan bahwa:

a. SMK dalam membangun dan menyelenggarakan pendidikan kejuruan


berbasis kompetensi yang link and match dengan industri, dan
b. Perusahaan Industri dan/atau perusahaan kawasan industri dalam
memfasilitasi pembinaan dan pengembanan SMK untuk menghasilkan
tenaga kerja industri yang kompeten.

Selanjutnya pada Peraturan Menteri perindustrian Republik Indonesia

Nomor 3 tahun 2017 Bab II Pasal 10 Ayat (3) menjelaskan bahwa dalam

18
penyelenggaraan kerjasama SMK dengan Dunia Usaha/Dunia Industri dalam

praktik kerja industri (prakerin), perusahaan industri dan perusahaan kawasan

industri dituntut untuk menyediakan teaching factory workshop,laboratorium

sebagai tempat praktik dan instruktur sebagai tenaga pembimbing dalam

pelaksanaan prakerin.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga

pendidikan, mempunyai visi dan misi mencetak tenaga yang mampu mengisi

lapangan kerja yang profesional. Dengan adanya tenaga yang professional,

diharapkan mampu menjadi keunggulan bagi dunia usaha dan industri di

Indonesia dalam menghadapi persaingan global. Untuk menghasilkan lulusan

yang professional maka pembelajaran harus sedekat mungkin dengan keadaan di

dunia kerja. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas lulusan dengan cara

mempererat kerjasama antara industri dengan sekolah.

Pelaksanaan kerjasama akan optimal jika kerjasama yang dilakukan

relevan dengan kompetensi keahlian yang tertuang dalam MoU. Menurut

Direktorat PSMK Dirjendikdasmen Kemendiknas (2017:74) pelaksanaan

kerjasama dengan dunia industri antara lain berupa :

1) Validasi isi, agar materi kegiatan pembelajaran yang tercakup dalam


struktur kurikulum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Tujuannya
sekolah dapat menyiapkan perangkat kurikulum pada kompetensi
keahlian yang dibuka untuk divalidasi industri, sekolah dapat menyerap
masukan dunia industri untuk diterapkan dalam bentuk kurikulum
implementatif atau kurikulum industri.
2) Kunjungan Industri (KI), dilakukan untuk memberikan wawasan
mengenai dunia kerja yang akan dihadapi oleh peserta didik sebelum
mengikuti program prakerin.
3) Guru Tamu, bertujuan untuk memberikan gambaran tentang profil
perusahaan, membantu menerapkan proses pembelajaran di sekolah agar

19
sesuai dengan kebutuhan industri dan memberikan materi pembelajaran
langsung kepada peserta didik.
Kerjasama antara industri dengan SMK mencakup beberapa hal di atas

antara lain validasi isi, kunjungan industri dan guru tamu. Kerjasama dalam

bentuk validasi isi ini menekankan pada kurikulum yang diterapkan adalah

kurikulum yang relevan dengan kebutuhan di industri.

5. Honda

PT. Astra Honda Motor (AHM) merupakan pelopor industri manufaktur

sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 juni 1971 dengan nama awal PT.

Federal Motor. Pada saat itu PT. Federal Motor hanya merakit, sedangkan

komponennya diimpor dari jepang dalam bentuk CKD (completely knock down).

Tipe sepeda motor yang pertama kali di produksi Honda adalah tipe bisnis, S 90 Z

bermesin 4 tak dengan kapasitas 90 cc, jumlah produksi pada tahun pertama

selama satu tahun sebanyak 1500 unit, namun melonjak menjadi sekitar 30 ribu

unit setiap tahun.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi serta tumbuhnya pasar sepeda

motor terjadi perubahan komposisi kepemilikan saham di pabrikan sepeda motor

Honda ini. Pada tahun 2001 PT. Federal Motor dan beberapa anak perusahaan

demerger menjadi satu dengan nama PT. Astra Honda Motor, yang komposisi

kepemilikan sahamnya menjadi 50% milik PT. Astra Internasional Tbk dan 50%

milik Honda Motor Co. Japan.

Pada tahun 2014 PT. Astra Honda Motor memiliki 4 fasilitas pabrik

perakitan, pabrik pertama berlokasi sunter, Jakarta Utara yang juga berfungsi

sebagai kantor pusat. Pabrik kedua berlokasi di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading.

20
Pabrik ketiga berlokasi di kawasan MM 21 Cikarang Barat, Bekasi. Pabrik

keempat berlokasi di Karawang. Pabrik keempat ini merupakan fasilitas pabrik

perakitan terbaru yang mulai beroperasi sejak tahun 2014.

Keseluruhan fasilitas PT. Astra Honda Motor pada tahun 2015 memiliki

kapasitas produksi 5,8 juta unit sepeda motor per tahunnya. Untuk permintaan

pasar sepeda motor di Indonesia yang terus meningkat. Salah satu puncak prestasi

yang berhasil diraih PT. Astra Honda Motor adalah pencapaian produksi ke 50

juta pada tahun 2015. Prestasi ini merupakan prestasi pertama yang berhasil diraih

oleh industri sepeda motor di Indonesia bahkan untuk tingkat ASEAN sehingga

harus mampu untuk mempertahankan brand-nya.

Usaha dalam mempertahankan brand-nya adalah dengan mengadakan

pendekatan emosional kepada konsumen atau masyarakat, salah satu pendekatan

emosionalnya dalam ranah pendidikan. AHM menaruh perhatian besar pada

pendidikan di Indonesia yang menjadi satu pilar kegiatan Corporate Social

Responsibility (CSR) perusahaan yang meliputi lingkungan, income generating

activity atau pemberdayaan masyarakat dan kesehatan.

Salah satu bentuk kepedulian AHM dalam bidang pendidikan adalah

dengan menggandeng beberapa SMK di Indonesia untuk melakukan kerjasama.

Bentuk kerjasama yang dilakukakn oleh AHM adalah dengan mengadakan

program kelas Honda. Pada program kelas Honda ini bertujuan untuk semakin

intensif mendorong peningkatan mutu pendidikan kejuruan yang berorientasi pada

kebutuhan pasar dunia industri. Dalam pelaksanaannya AHM bekerjasama

21
dengan melakukan pembinaan kepada instruktur dan pengembangan sarana

prasarana pendukung dalam pelaksanaan program tersebut.

Pelaksanaan program kelas Honda tersebut waktu belajar selama 3 tahun

dan mengimplementasikan kurikulum Teknik dan Bisnis Sepeda Motor dalam

bentuk teori, praktik dan magang langsung di dunia industri, sehingga harapannya

adalah dapat meningkatkan kualitas generasi muda yang kompetitif dalam bidang

teknik sepeda motor. Upaya peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya

manusia dari program vokasi industri ini, AHM bersama jaringan main dealer

sepeda motor Honda di seluruh Indonesia secara berkelanjutan melakukan

berbagai pelatihan, sertifikasi dan uji kompetensi yang secara intensif ditunjukan

kepada guru produktif dan peserta didik. Selain kegiatan tersebut, peningkatan

materi ajar yang dibutuhkan selalu diperbarui sesuai dengan perkembangan

teknologi. Proses pemantauan serta peningkatan kualitas ini diselenggarakan di

Training Center yang tersebar di seluruh Indonesia dengan penguji yang telah

tersertifikasi oleh AHM.

6. Kerjasama SMK dan Honda pada Kelas Industri

Kerjasama atau kemitraan yang dilaksanakan antara SMK Muhammadiyah

Prambanan dengan PT. Astra Honda Motor yaitu dalam bentuk program kelas

Honda. Dalam program kelas Honda ini meliputi kegiatan belajar mengajar dan

juga segala sesuatu yang diimplementasikan dalam sebuah program pembelajaran

kelas.

22
1) Implementasi Program Kelas Honda

Menurut KBBI Implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan, dalam

hal ini adalah implementasi atau penerapan dari program kelas Honda. Dalam

melihat implementasi suatu program, maka dibutuhkan pemahaman mengenai

komponen-komponen suatu program kerjasama dalam bentuk kelas Honda

tersebut. Program kelas Honda memiliki komponen-komponen pendukung yang

dapat menunjang kegiatan kerjasama sehingga terwujudnya tujuan dari kerjasama

tersebut. Komponen-komponen yang terdapat dalam program kerjasama tersebut

adalah kurikulum kelas industri, pelaksanaan pembelajaran industri, Ujian

Nasional dan Ujian Sertifikasi Profesi, tamatan bermutu dan penyaluran tamatan

ke industri, pelaksanaan kerjasama ini terdapat hal yang paling penting yaitu

sarana dan prasarana yang digunakan harus sesuai dengan kondisi industri yang

sesungguhnya.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa untuk mengetahui

implementasi program kelas Honda dapat dilihat dari beberapa komponen

dibawah ini:

a. Kurikulum

Menurut KBBI, kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang

diajarkan pada lembaga pendidikan. Nolker (1983: 74) kurikulum adalah sebuah

gambaran proses belajar dengan cara yang menyeluruh serta lebih komplek.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan kurikulum adalah

seperangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

23
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selanjutnya pada pasal 36 ayat 1,

disebutkan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada

standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dalam Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan vol. 24 N0.1 menyatakan,

“The curriculum used in the industry standards class is a competency


based curriculum. All curriculum activities are organized to achive the
competency goals demanded by the work field in accordance with the
expectation, demands and standards of the industry partner.”

Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa kurikulum yang diterapkan pada

kelas industri adalah kurikulum berbasis kompetensi. Segala aktivitas diorganisir

untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dan

standar industri mitra.

Menurut Sofyan (2008: 91) menyatakan bahwa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) memiliki struktur kurikulum yang berbeda dengan sekolah non

kejuruan. Hal ini dikarenakan pendidikan kejuruan memiliki karakter yang

berbeda, dimana kurikulum sekolah kejuruan memuat pelajaran teori dan praktik

yang disesuaikan dengan perkembangan dunia usaha dan dunia kerja.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum program

kelas Honda adalah suatu rancangan pembelajaran teori dan praktik yang

disesuaikan dengan perkembangan dunia usaha dan dunia kerja, yang digunakan

sebagai pedoman dalam pelaksanaan suatu pembelajaran untuk mencapai

kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia industri.

24
b. Proses Pembelajaran

Setelah komponen masukan program kelas Honda telah teridentifikasi,

selanjutnya komponen tersebut diolah dalam sebuah proses pembelajaran.

Menurut KBBI proses merupakan rangkaian tindakan, pembuatan, atau

pengolahan yang menghasilkan produk, sehingga proses pembelajaran berarti

rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang terjadi dalam pembelajaran

untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa program kelas Honda

mendidik siswanya untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Untuk

mempermudah pencapaiannya diperlukan sebuah proses yang baik. Dalam hal ini

pemerintah telah membuat standar proses yang harus ditetapkan oleh setiap jenis

pendidikan. Standar ini dituangkan dalam Permen Nomor 22 Tahun 2016 tentang

standar proses pendidikan.

Berdasarkan peraturan ini maka proses pembelajaran setiap jenis

pendidikan di negara ini termasuk program kelas Honda harus meliputi

perencanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran. Beberapa

hal yang harus ada pada perencanaan proses pembelajaran diantaranya: (1)

kepemilikan dokumen kurikulum, (2) kepemilikan silabus, dan (3) kepemilikan

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) oleh setiap guru.

Pada pelaksanaan proses pembelajaran, terdapat beberapa persyaratan

pembelajaran yaitu : (1) alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran untuk

jenjang SMA/SMK satu kali tatap muka adalah 45 menit, (2) rombongan belajar

untuk jenjag SMK jumlah rombongan belajar adalah 3-72 rombongan belajar

25
dengan minimal siswa 36 setiap rombel, (3) buku teks pelajaran yang digunakan

untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran yang jumlahnya sesuai

dengan jumlah peserta didik, 4) pengelolaan kelas dan laboratorium

Pelaksanaan pembelajaran meliputi: (1) kegiatan pendahuluan, dalam

kegiatan pendahuluan ini guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis,

memberi motovasi belajar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau apersepsi,

menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyampaikan cakupan materi dan

penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus, (2) Kegiatan inti, dalam kegiatan inti ini

penggunaan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan

sumber belajar yang disesuaikan dengan peserta didik dan mata pelajaran yang

disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan: (a) sesuai

dengan karakteristik sikap, (b) Pengetahuan dan (c) keterampilan.

Kegiatan terakhir yaitu kegiatan penutup, dalam kegiatan ini guru bersama

peserta didik melakukan evaluasi, kemudian memberikan umpan balik terhadap

proses dan hasil belajar, melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pemberian tugas, baik individu maupun kelompok dan menginformasikan rencana

kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

c. Guru

Menurut Barnadip dalam Dwi Siswoyo (2013) pendidik adalah setiap

orang yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat

kemanusiaan yang lebih tinggi. Menurut ahli lain dalam buku yang sama

mengatakan bahwa pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap

pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik (Umar Tirta Rahardja dan

26
La Sulo: 1994). Pendidik adalah seseorang yang sengaja mempengaruhi orang

lain dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan. Penyebutan

pendidik mencakup lingkungan luas, dalam keluarga pendidik adalah orang tua,

dalam pesantren disebut ustadz atau kiai, dalam lingkungan pendidikan disebut

dengan tutor atau instruktur, dalam dunia pendidikan sekolah disebut dengan

guru.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,

menyebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar

dan pendidikan menengah. Sehingga peran guru dalam sekolah tidak hanya

berperan sebagai pengajar, melainkan membentuk pribadi siswa ke arah yang

lebih positif baik karakter, Pengetahuan dan keterampilan yang berorientasi pada

perkembangan negara ini.

Guru merupakan salah satu input dari suatu program pembelajaran yang

dapat mengendalikan komponen-komponen yang lainnya. Untuk itu Arikunto

(1993: 225) menyampaikan bahwa faktor-faktor yang ada di dalam diri guru

(karakteristik guru) sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dihasilkan.

Dalam Permen Nomor 16 Tahun 2007 disebutkan karakteristik seorang guru

meliputi standar kualifikasi akademik dapat diperoleh melalui pendidikan formal

maupun uji kelayakan dan kesetaraan yang biasanya ditunjukkan dengan sertifikat

atau ijazah sebagai bukti kelulusannya.

27
Adapun kompetensi guru dapat diketahui melalui kinerja guru yang

meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Kompetensi

pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkaitan dengan sikap mental

sebagai seorang pendidik. Dalam implementasi program pembelajaran ini

kompetensi pedagogik minimal yang harus dimiliki guru adalah penguasaan

karakteristik siswa, kemampuan menerapakan metode pembelajaran yang efektif,

kemampuan penggunaan media pembelajaran dan kemampuan penggunaan

teknologi.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang harus dimiliki guru

yang berupa akhlak mulia, arif, dan berwibawa. Dalam hal ini guru harus mampu

menjadi suri tauladan yang baik untuk siswanya. Sehingga seorang guru harus

baik dalam hal kedisiplinan, kejujuran, ketegasan, kesopanan dan penunjukan

dirinya dapat menjadi contoh yang baik untuk siswanya.

Kompetensi profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh

seorang guru dalam hal penguasaan keilmuan dengan bidang keahliannya.

Kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang guru untuk

dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa, sesama guru, orangtua/wali

peserta didik dan masyarakat sekitar. Sehingga kompetensi sosial adalah

kemampuan guru dalam berhubungan sosial.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan masing-masing kompetensi

memiliki kepentingan. Program link and match lebih mengunggulkan pada

kompetensi profesional. Setiap guru kejuruan harus memiliki pengetahuan, sikap

dan keterampilan yang baik dan harus aktif dalam mencari pengalaman,

28
pengetahuan dan keterampilan tersebut. Pelaksanaan guru magang bisa jadi salah

satu jalan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Magang guru dapat membuat

relevansi antara pendidikan kejuruan dengan dunia industri. Magang dilakukan di

industri atau di dunia kerja, sehingga guru dapat mengamati secara langsung

kompetensi yang dibutuhkan di industri. Sehingga guru mengajarkan materi di

sekolah sesuai dengan kebutuhan industi.

d. Sarana dan prasarana

Sarana dalam KBBI diartikan sebagai sesuatu yang dipakai sebagai alat

untuk mempermudah pekerjaan, sedangkan prasarana merupakan segala sesuatu

yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses, dalam hal ini

pendidikan. Menurut Bafadal (2004: 2) menyatakan sarana pendidikan adalah

semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan

dalam proses pendidikan di sekolah. Selanjutnya dinyatakan bahwa prasarana

pendidikan dapat diartikan sebagai perangkat yang menunjang keberlangsungan

sebuah proses pendidikan.

Mulyasa (2005: 49) menyatakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan

adalah perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses

pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti ruang kelas, meja, kursi,

serta alat-alat media pembelajaran. Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di

atas, bahwa sarana dan prasarana adalah segala perlengkapan yang dibutuhkan

dalam proses pembelajaran yang secara langsung atau tidak langsung dapat

berpengaruh terhadap tujuan pendidikan.

29
Program kelas Honda memiliki pembelajaran khusus yaitu segala fasilitas

sarana dan prasarana yang dibutuhkan sedekat mungkin dengan situasi di industri.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 tentang

sarana dan prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan

(SMK/MAK), disebutkan sarana dan prasarana yang wajib dimiliki setiap satuan

pendidikan. Dalam konteks ini hanya sebatas program pembelajaran, beberapa

sarana yang harus dimiliki adalah perabot, media pendidikan, buku dan sumber

belajar yang lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lainnya yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Prasarana yang harus dimiliki

berupa ruang kelas, ruang praktik dan perpustakaan.

Dari instrumen supervisi kinerja Sekolah Standar Nasional dilihat dari

relevansinya dengan program kelas Honda, beberapa hal yang perlu diperhatikan

pada ruang kelas diantaranya: (1) kebersihan ruang kelas secara keseluruhan, (2)

kesesuaian jumlah perangkat seperti meja, kursi, papan tulis, almari dan

sebagainya, (3) kelengkapan dan kondisi sarana penerangan, pencahayaan dan

sirkulasi udara, (4) kelengkapan pengamanan ruang kelas, dan (5) kelengkapan

media pembelajaran di dalam kelas.

Pada ruang praktik atau bengkel kerja, beberapa hal yang perlu

diperhatikan adalah: (1) area kerja praktik, (2) kelengkapan sarana pada area kerja

mesin, (3) kelengkapan sarana pada area kerja kelistrikan, (4) kelengkapan sarana

pada area kerja chasis dan pemindah tenaga, dan (5) kelengkapan sarana pada

ruang penyimpanan dan instruktur. Adapun ruang perpustakaan beberapa hal yang

perlu diperhatikan adalah: (1) keberadaan buku manual Honda, (2) keberadaan

30
referensi yang relevan dengan kompetensi program kelas Honda, (3) perabot

penyimpanan buku. Untuk melihat implementasi sarana prasarana pada program

kelas Honda ini dengan cara mengetahui beberapa aspek sarana dan prasarana

yang digunakan selama pelaksanaan program kelas Honda tersebut.

2) Kendala Program kelas Honda

Implementasi suatu program pembelajaran tidak selalu berjalan dengan

lancar. Terdapat beberapa kendala yang dialami dalam pelaksanaan terkadang

tidak sesuai dengan perencanaan. Hal ini tidak menutup kemungknan terjadi pada

program kelas Honda. Dalam KBBI, kendala adalah faktor atau keadaan yang

membatasi, menghalangi atau mencegah pencapaian sasaran. Sehingga kendala

berhubungan erat dengan tujuan program tersebut.

Dari penjelasan sebelumnya dijelaskan bahwa program kelas Honda ini

terdiri dari masukan, proses dan hasil atau keluaran dengan masing-masing

komponen-komponen pendukung yang di dalamnya yang saling berkaitan antara

satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini menjelaskan

bahwa keberhasilan suatu tujuan program tergantung pada komponen-komponen

penyusunnya sehingga pencapaian tujuan program ini menjadi terhalang. Dari

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kendala pada program kelas Honda

ini dapat berasal dari komponen-komponen pendukungnya. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Wirojoedo (1985: 41) yang menyatakan bahwa kendala dalam suatu

sistem pendidikan dapat berasal dari komponen-komponen yang menyusun sistem

itu sendiri.

B. Penelitian yang Relevan

31
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan implementasi program

kelas Honda, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Shinta Surya Danutirta

(2018) tentang pengelolaan kelas industri di SMK N 2 Klaten menggunakan

metode wawancara, observasi, dan dokumentasi ditemukan bahwa (1)

perencanaan kelas industri meliputi aspek peserta didk yang dilaksanakan oleh

industri dan sekolah sebagai penyelenggaranya. Aspek sumber daya manusia

dilakukan dengan cara diklat instruktur yang diselenggarakan oleh industri untuk

menambah pengetahuan tentang industri tersebut. Aspek kurikulum dilakukan

dengan sinkronisasi kurikulum sekolah dengan kurikulum industri, selanjutnya

aspek sarana prasarana dilakukan oleh industri dan sekolah dengan keterlibatan

indusrti berupa menetapkan standar kelas industri dan pengadaan sarana prasarana

dan bentuk keterlibatan sekolah berupa pengadaan. (2) pelaksanaan kelas idustri

meliputi pembelajaran yang disesuakan dengan kurikulum yang telah ditetapkan

dan prakerin yang dilaksanakan diindustri. (3) evaluasi yang meliputi evaluasi

hasil belajar. peserta didik, berupa rapat internal dan kunjungan yang dilakukan

sekolah ke industri maupun industri ke sekolah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Shinta Surya Danutirta ini dapat

disimpulkan bahwa komponen dalam pengelolaan kelas industri, terdiri dari

perencanaan yang didalamnya terdapat beberapa komponen masukan,

pelaksanaan dan evaluasi sebagai output. Untuk mencapai tujuan dalam

implementasi program tersebut, maka dibutuhkan peran dari semua komponen di

atas untuk menunjang keberhasilan implementasi tersebut.

32
Penelitian lain dilakukan oleh Daru Eko wicaksono,dkk (2017) tentang

implementasi kurikulum kelas industri yang dilaksanakan di SMK

Muhammadiyah 1 Kepanjen Kabupaten Malang dengan pendekatan penelitian

kalitatif dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian

ini tentang persiapan sekoah dan industri dalam menyelenggarakan kelas industri,

pelaksanaan kelas industri, evaluasi pelaksanaan kurikulum serta faktor

pendukung dan penghambat implementasi pelaksanaan kurikulum kelas industri

(Toyota Astra) di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang. Hasil dari penelitian

ini adalah dengan adanya pelaksanaan kurikulum kelas industri di SMK

muhamadiyah 1 Kepanjen dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dan

sikap kerja yang sangat baik guna menghadapi dunia kerja.

Masih dalam penelitian ini, implementasi kurikulum kelas industri ini

terdiri dari persiapan sekolah dan industri dalam menyusun kurikulum kelas

industri di SMK Muhamadiyah 1 kepanjen kabupaten malang dengan cara

dilakukannya kesepakatan bersama antara sekolah dengan industri melalui MoU

(Memorandum of Understanding). Pada pelaksanaan kurikulum kelas industri di

SMK muhammadiyah 1 Kepanjen Malang, penyusunan kurikulum kelas industri

terdiri dari Wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru produktif, kepala

bengkel, kepala program studi dan pihak industri. Teknis pelaksanaan

implementasi kurikulum menunjukan bahwa : (1) adanya soaialisasi dan seleksi

terhadap siswa yang ingin masuk kelas industri, (2) dalam pelaksanaannya upaya-

upaya teknis yang dilakukan dengan cara memberikan pelatihankepada guru di

kelas industri agar kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Selanjutnya dalam

33
tahap evaluasi, rentang waktu pelaksanaan evaluasi kurikulum kelas industri

dilakukan oleh pihak sekolah bersama pihak industri setiap enam bulan sampai

satu tahun sekali. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Daru Eko

Wicaksono,dkk ini dapat disimpulkan bahwa komponen dalam pelaksanaan suatu

implementasi terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Untuk mencapai

tujuan dalam implementasi program tersebut, maka dibutuhkan peran dari semua

komponen di atas untuk menunjang keberhasilan implementasi tersebut.

C. Kerangka Pikir

Program kelas Honda merupakan salah satu implementasi dari revitalisasi

SMK yaitu program link and match dengan industri. SMK Muhammadiyah

Prambanan melaksanakan salah satu program link and match dengan industri

sepeda motor yang cukup besar yaitu PT. Astra Honda Motor. Program kerjasama

ini telah berjalan selama 4 tahun. Pada program kelas Honda di SMK

Muhammadiyah Prambanan telah meluluskan satu angkatan. Dikarenakan

beberapa masalah yang terjadi, perlu dilihat implementasinya untuk dijadikan

referensi dalam pengembangan dan evaluasi lebih lanjutnya. Program kelas

Honda terdiri dari beberapa komponen pendukung dalam kelaancaran kerjasama

yang dijalin antara SMK Muhammadiyah Prambanan dengan PT. Astra Honda

Motor.

Komponen pendukung dari suatu kerjasama dalam bentuk program kelas

Honda atau kelas Industri terdiri dari Kurikulum, proses pembelajaran, guru

magang industri atau on the job training, praktik kerja industri siswa, sarana dan

prasarana program, monitoring dan evaluasi.

34
Selain komponen pendukung di atas, dalam pelaksanaan kerjasama dalam

bentuk program kelas Honda sangat berkaitan dengan faktor pendukung dan tidak

terlepas pula dari kendala yang dialami. Kerangkaberpikir dalam penelitian ini

dapat digambarkan dengan skema berikut.

SMK Link and match INDUSTRI

AHM
Program Kelas Honda
Faktor pendukung
Faktor penghambat

1. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sebuah lembaga pendidikan kejuruan yang bertujuan dalam mencetak
lulusan yang siap bekerja, ternyata mengalami masalah dalam hal keterserapan kerja bagi lulusannya.
2. Dalam penerapan program kelas Honda, guru masih kesulitan dalam beradaptasi menggunakan kurikulum
yang dilaksanakan.
3. Kurangnya jumlah guru jurusan Otomotif, memaksakan manajemen TKR dan TBSM masih menjadi satu,
sehingga mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Guru tidak dapat fokus pada satu kompetensi keahlian.
4. Minimnya pelatihan yang diberikan oleh pihak mitra, dari 11 guru produktif, baru 1 guru yang telah
diberikan pelatihan oleh pihak Honda. Sehingga menjadikan guru kurang menguasai dalam pelaksanaan
program ini.
5. Kerjasama yang terjalin antara industri dengan sekolah belum berjalan dengan baik,hal ini ditandai dengan
penerimaan siswa praktik kerja industri di industri mitra kurang maksimal, tidak sebanding dengan jumlah
siswa yang mengikuti praktik kerja industri.
6. Serapan lulusan oleh mitra industri belum ada.

Komponen Program Kelas Honda

1) Kurikulum, 2 ) Proses Pembelajaran, 3) Training guru, 4) Praktik Kerja Industi


5) Sarana dan Prasarana, 6) Monitoring dan evaluasi

Gambar 2. Kerangka pikir penelitian

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori da kerangka berfikir, maka

dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai nerikut:

1. Bagaimana kurikulum yang diterapkan pada program kelas Honda SMK

Muhammadiyah Prambanan ?

2. Bagaimana proses pembelajaran pada program kelas Honda SMK

Muhammadiyah Prambanan?

35
3. Bagaimana pelaksanaan kerjasama dalam hal training guru program kelas

Honda SMK Muhammadiyah Prambanan?

4. Bagaimana pelaksanaan kerjasama dalam hal praktik kerja industri ?

5. Bagaimana kelengkapan sarana prasarana program kelas Honda SMK

Muhammadiyah Prambanan ?

6. Bagaimana monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan

program kelas Honda ?

7. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program kelas

Honda SMK Muhammadiyah Prambanan?

36

Anda mungkin juga menyukai