Anda di halaman 1dari 15

1

A. JUDUL PROGRAM
Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus) terhadap
Regenerasi Sel Beta Pankreas pada Tikus dengan Diabetes Mellitus Tipe II.

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Dewasa ini telah terjadi perubahan pola hidup masyarakat dari agraris ke
industri yang cenderung meningkatkan insiden penyakit-penyakit metabolik
seperti diabetes mellitus (DM). DM merupakan kelainan metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia kronis, gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein. Kelainan ini disebabkan oleh penurunan sekresi hormon
insulin, penurunan aktivitas hormon insulin, atau keduanya (Thevenod,
2008). Apabila tidak tertangani secara baik maka pasien DM dapat
menderita berbagai komplikasi hingga kematian.

Dari semua kasus DM, 90% di antaranya adalah DM tipe II (Thevenod,


2008). Pada tahun 2000, menurut World Health Organization (WHO)
terdapat 171 juta orang dengan DM tipe II di dunia dan diperkirakan
meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030. Sementara di Indonesia,
terdapat 8,4 juta orang dengan DM tipe II dan diperkirakan meningkat
menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Ini menempatkan Indonesia pada
peringkat keempat di bawah India, China, dan Amerika Serikat (Wild,
2004). Namun, hingga kini belum ada terapi yang efektif untuk
menyembuhkan penderita DM tipe II.

Metode terapi DM tipe II saat ini hanya terfokus untuk mempertahankan


kadar glukosa darah normal, yaitu 110 mg/dl. Sedangkan penurunan fungsi
sel beta seiring perjalanan penyakit ini tidak dapat dihentikan meski dengan
pengobatan yang intensif (Thevenod, 2008). Oleh karena itu, pengobatan
DM tipe II sebaiknya tidak hanya mempertahankan keadaan kadar glukosa
darah normal, namun juga mempertahankan fungsi dan proliferasi sel beta
pankreas dengan mengatasi glukotoksisitas dan menginduksi proliferasinya.

Berdasarkan kondisi di atas, maka mulai dikembangkan penelitian bahan-


bahan alamiah yang mampu memperbaiki sel beta pankreas. Salah satu
2

diantaranya adalah nanas (Ananas comosus). Nanas ditemukan banyak


mengandung asam ferulat yang memiliki sifat antioksidan (Gokhale, 2011).
Antioksidan mampu menurunkan stres oksidatif pada pankreas yang
membantu proliferasi sel beta dan meningkatkan sekresi insulin (Srinivasan,
2007). Pemanfaatan tanaman nanas di Indonesia sangat potensial. Hal ini
ditandakan dari jumlah panen nanas di Indonesia yang mencapai 1,5 juta ton
pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, 2011). Tanaman nanas juga
bermanfaat sebagai obat sembelit, gangguan saluran kencing, mual, flu,
wasir, dan kurang darah.

Dari uraian tesebut di atas tampaknya nanas dapat berkhasiat dalam


penatalaksanaan DM tipe II. Untuk mengetahui peran nanas lebih dalam,
dilakukan penelitian yang lebih mendetail dalam hal pengaruh ekstrak nanas
terhadap penurunan kadar glukosa darah dan regenerasi sel beta dengan
melakukan uji coba pada tikus yang telah dibuat DM.

C. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ekstrak buah nanas dapat
mempengaruhi regenerasi sel beta pankreas pada tikus dengan diabetes
mellitus tipe II?

D. TUJUAN PENELITIAN
D.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejauh mana ekstrak nanas dapat berpengaruh
terhadap regenerasi sel beta tikus dengan diabetes mellitus tipe II.

D.2 Tujuan Khusus


1. Memeriksa kadar glukosa darah tikus setelah diberi ekstrak nanas.
2. Memeriksa jumlah sel beta pankreas setelah diberi ekstrak nanas.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN


Dari penelitian ini, diharapkan adanya tambahan data ilmiah mengenai
hubungan antara ekstrak nanas dalam mempengaruhi regenerasi sel beta
pankreas. Sehingga dapat dijadikan referensi dalam dunia kedokteran
3

sebagai teknologi baru pengobatan diabetes mellitus tipe II melalui


mekanisme regenerasi sel beta pankreas.

F. KEGUNAAN PENELITIAN
F.1 Kegunaan Ilmiah
Adapun kegunaan ilmiah dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan tambahan pengetahuan mengenai efek regenerasi sel beta
pankreas dari ekstrak buah nanas. Tambahan pengetahuan ini
selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut baik
mengenai efek regenerasi ekstrak ataupun isolasi zat aktifnya.

F.2 Kegunaan Klinis


Adapun kegunaan klinis dari penelitian ini dapat dijadikan teknologi
baru pengobatan diabetes mellitus tipe II.

F.3 Kegunaan Sosial


Adapun kegunaan sosial dari penelitian ini adalah mampu
memberikan kontribusi dalam hal menekan prevalensi diabetes
mellitus tipe II. Dengan berhasilnya peningkatan regenerasi sel beta
pankreas, pasien diabetes mellitus tipe II memiliki harapan sembuh.

G. TINJAUAN PUSTAKA
G.1 Kekerabatan Tanaman Nanas (Ananas comosus)
Tanaman nanas merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika
Selatan dan tumbuh subur pada daerah dengan iklim tropis maupun
subtropis, termasuk Indonesia. Klasifikasi nanas (Ananas comosus)
sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus
4

Kandungan nutrisi Buah Nanas (per 100 gr) meliputi: 13 gr


karbohidrat, 1 gr protein, 80% vitamin C, 1% vitamin A, 1% kalsium
dan 2% zat besi (Valery, 2011). Buah nanas juga mengandung
senyawa fenolik seperti asam galik, catechin, epicatechin dan asam
ferulat sebagai kandungan terpentingnya. Asam ferulat merupakan
turunan dari golongan asam sinamik yang memiliki fungsi sebagai
antioksidan (Hossain, 2010). Sifatnya sebagai antioksidan
memberikan peluang pemanfaatannya dalam regenerasi sel beta.

G.2 Asam Ferulat


Asam ferulat merupakan nama trivial dari senyawa asam 4-hidroksi-3-
metoksisinamik. Asam ferulat berasal dari turunan senyawa asam
sinamik dengan rumus molekul C10H10O4. Asam ferulat memiliki berat
molekul sebesar 194,4 gr/mol dan titik leleh sebesar 168-171 oC
(Olugbenga, 2006). Asam ferulat terdapat pada buah-buahan, seperti
nanas, apel, jeruk, dan tomat. Asam ferulat sering digunakan sebagai
bahan vanillin dan kosmetika.

Penelitan terkait senyawa asam ferulat dalam bidang kesehatan telah


banyak dilakukan. Aktifitas senyawa asam ferulat sebagai antioksidan
memiliki efek yang signifikan dalam menghambat reactive oxygen
species (ROS) (Marimutuhu, 2006). Penelitian pada infark cerebri
juga menunjukkan bahwa senyawa asam ferulat berperan sebagai anti-
inflamasi spesifik terhadap kaskade c-Jun Kinase (JNK) dan NF-β
(Cheng, 2008). Asam ferulat juga diketahui dapat meningkatkan
ekpresi adiponektin yang berfungsi dalam meningkatkan sensitivitas
insulin, regulasi glukosa, dan katabolisme lemak (Ohara, 2009).
Keseluruhan fungsi tersebut menjadikan asam ferulat memiliki potensi
tinggi sebagai anti-diabetes terutama dalam meningkatkan regenerasi
sel beta pankreas.

G.3 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2


Patogenesis DM tipe 2 meliputi dua penyebab utama, yaitu resistensi
insulin dan disfungsi sel beta pankreas (Hirosumi, 2002).
5

G.3.1. Resistensi Insulin


Resistensi insulin merupakan keadaan dimana jaringan tidak sensitif
terhadap insulin (Hawkins, 2002). Resistensi insulin menghambat
mobilisasi glukosa ke dalam jaringan sehingga terjadi hiperglikemia
dan hiperinsulinemia (Yi, 2010). Hiperglikemia diperburuk oleh
peningkatan sintesis glukosa oleh hati melalui glikogenolisis maupun
glukoneogenesis akibat tidak adanya proses regulasi enzim-enzim
insulin (Thenevod, 2008). Mekanisme ini dipicu oleh penurunan
ekpresi adiponektin akibat hipoksia sel adiposa, dimana adiponektin
berperan dalam regulasi sitokin proinflamasi sel adiposa dan glukosa
dalam tubuh (Hosogai, 2007).

Dislipidemia juga dapat menyebabkan resistensi insulin dengan


memproduksi unfolded protein response (UPR) sebagai mekanisme
proteksi (Hirosumi, 2002). UPR akan merangsang respon inflamasi
melalui jalur JNK dan NF-κβ serta produksi ROS (Hotamisligil,
2008). Sel adiposit juga akan mengeluarkan sitokin proinflamasi yang
menyebabkan efek parakrin pada otot dan hati sehingga
mengakibatkan resistensi insulin perifer (Cusi, 2010).

G.3.2.Disfungsi Sel Beta Pankreas


Sel beta pankreas mengatur metabolisme energi dengan
mensekresikan insulin yang bergantung pada kadar glukosa darah.
Laju replikasi sel beta juga dipengaruhi oleh glukosa darah. Disfungsi
sel beta akan menurunkan responnya terhadap peningkatan kadar
glukosa darah. Mekanisme terjadinya disfungsi sel beta pankreas
dapat dikategorikan menjadi empat jenis yakni glukotoksisitas, beban
kerja sel beta pankreas yang berlebih, kelainan pada biosintesis
insulin, serta dislipidemia. Keempat mekanisme tesebut akan berakhir
pada nekrosis dan apoptosis sel beta (Federici, 2001; Cusi, 2010;
Unger, 2001).

Stres retikulum endoplasma (RE) memegang peranan penting dalam


mekanisme disfungsi sel beta pankreas (Hawkins, 2005). Stres RE
6

meningkatkan kerentanan RE terhadap stres oksidatif oleh radikal


bebas yang dapat merusak fosfolipid dan protein membran RE kasar.
Rusaknya membran RE kasar akan mengakibatkan kebocoran protein
ke sitoplasma sehingga dapat diakses oleh radikal bebas. Hal ini akan
menyebabkan kerusakan sel dan berakhir dengan apoptosis sel beta
(Nakatani, 2005).

G.4 Regenerasi Sel Beta pada Diabetes Mellitus Tipe 2


Penurunan fungsi atau jumlah dari sel beta berperan penting dalam
patogenesis DM tipe 2. Penelitian Alan (2011) menemukan bahwa saat
terdiagnosis, penderita DM tipe 2 biasanya telah kehilangan 50% dari
sel beta pankreasnya. Jumlah dan fungsi sel beta akan terus menurun
seiring perjalanan penyakit DM tipe 2 walaupun penderita telah
mendapatkan terapi yang intensif (Thevenod, 2008).

Pada dasarnya sel beta akan terus dibentuk oleh tubuh. Penelitian pada
tikus yang 80% sel betanya telah dihancurkan mendapatkan jumlah sel
beta kembali normal dalam waktu 2-3 minggu (Nakamura, 2011).
Regenerasi sel beta sebenarnya berasal dari duplikasi sederhana sel
beta yang terdiferensiasi, bukan dari sel progenitornya. Begitu pula
regenerasi sel beta pada DM tipe 2 tetap terjadi, namun, jumlah
apoptosis sel beta melebihi jumlah regenerasinya (Alan, 2011).

Masa sel beta di dalam tubuh sangat bergantung dari replikasi sel,
neogenesis, dan apoptosisnya. Masa sel beta juga bertambah pada saat
keadaan-keadaan tertentu, seperti obesitas, kehamilan, dan juga masa
neonatus (Nakamura, 2011). Adiponektin juga didapatkan mampu
meningkatkan survival sel beta sehingga meningkatkan regenerasinya.
Adiponektin bekerja secara spesifik pada endokrin pankreas dan
melindungi sel beta dari apoptosis. Antioksidan juga dapat
menghambat apoptosis sel beta, karena kemampuannya untuk
mengatasi ROS (Scherer, 2008). Pemberian senyawa yang
mengandung adiponektin dan antioksidan diperkirakan mampu
membantu regenerasi sel beta pada penatalaksanaan DM tipe 2.
7

H. METODE PENELITIAN
H.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tahapan penelitian terdiri dari: 1. Pengeringan dan pembuatan ekstrak
buah nanas dilaksanakan di Lab. Biologi Pestisida Unud, 2. Persiapan
dan Perlakuan kepada sampel dilaksanakan di Ruang Penelitian FK
Unud, dan 3. Pembuatan dan Pemeriksaan preparat histologi sel beta
pankreas dilaksanakan di BBVet Denpasar. Keseluruhan proses waktu
penelitian yang dibutuhkan adalah selama 3 bulan.

H.2 Rancangan Penelitian


True Experimental Control Group Design
Populasi
E
Random
Sampling ( K) ( O1)
Perusakan
Sampel: sel beta ( P1 ) ( O2)
Tikus pankreas
Dewasa (P2 ) (O3)

( P3) (O4)

Keterangan:
E = Kelompok pre test, dilakukan pemeriksaan histologi awal sel
beta pankreas untuk menilai keberhasilan perusakan sel beta
K = Kelompok Kontrol, diberikan plasebo
P1 = Kelompok Perlakuan 1, ekstrak buah nanas konsentrasi 2,5%
P2 = Kelompok Perlakuan 2, ekstrak buah nanas konsentrasi 5%
P3 = Kelompok Perlakuan 3, ekstrak buah nanas konsentrasi 7,5%
O1, O2, O3, dan O4 = Post Test 4 kelompok (K, P1, P2, dan P3)
setelah dilakukan pemberian ekstrak
Semua kelompok penelitian diberikan perlakuan awal berupa injeksi
intraperitonium senyawa aloksan untuk merusak sel beta pankreas.
8

H.3. Besar Sampel


Sesuai rancangan penelitian, sampel dialokasikan ke dalam 4
kelompok perlakuan, yaitu K, P1, P2, dan P3. Rumus sampel yang
digunakan adalah rumus Federer: (p-1)(n-1)15, dengan nilai p
(perlakuan) adalah 4, dan didapat n (jumlah sampel) adalah 6. Pada
kelompok pre test (E) juga digunakan sampel minimal 6 ekor. Jadi,
jumlah minimal sampel adalah 30 ekor. Untuk antisipasi tikus mati
selama penelitian maka jumlah sampel ditambah 30%, sehingga
jumlah sampel yang diperlukan 40 ekor.

H.4 Kriteria Sampel


H.4.1 Kriteria inklusi
Tikus dewasa, normoglikemia, umur 1,5 bulan, berat antara 150-200
gram, dan dalam kondisi sehat.

H.4.2Kriteria eksklusi:
Dalam pelaksanaan penelitian tikus mati.

H.5 Variabel Penelitian


H.5.1Variabel bebas (independent variable)
Dosis perlakuan ekstrak buah nanas 2,5%, 5%, 7,5%.

H.5.2 Variabel tergantung (dependent variable)


 Kadar glukosa darah tikus.
 Gambaran mikroskopis jumlah sel beta pankreas tikus.

H.6 Definisi Operasional Variabel


 Ekstrak buah nanas dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dibuat dari
buah nanas, dengan prosedur dijelaskan selanjutnya.
 Kadar glukosa darah adalah glukosa yang beredar di darah tikus
akibat tidak bisa diambil jaringan karena kurangnya jumlah insulin.
Sel beta pankreas adalah sel pankreas yang mengandung granula
insulin apabila dilihat dengan pengecetan aldehyde fuchsin.
9

H.7 Instrumen Penelitian


 Kandang tikus, terbuat dari jaring-jaring kawat, di dalamnya
terdapat sekam, tempat makanan, dan botol minum.
 Semprit disposibel 1cc yang telah dilepas jarumnya kemudian
disambungkan selang karet untuk pemberian ekstrak atau plasebo.
 Alat pengambilan pankreas: gunting kecil, pinset anatomis, pinset
sirurgik, dan pisau silet.
 Eter untuk mematikan tikus.

H.8 Prosedur Penelitian


H.8.1 Pembuatan ekstrak buah nanas
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan tahapan pengeringan
menggunakan angin, penghalusan dengan blender, maserasi bertingkat
dengan n-heksana kemudian etanol 96%, inkubasi selama 72 jam,
pemisahan dan penyaringan dengan kain kasa 3 lapis serta kertas
whatman No. 2, evaporasi filtrat dengan rotari evaporator untuk
mendapatkan crude extract. Kemudian dibuat larutan dengan
konsentrasi volume ekstrak buah nanas per 100 ml pelarut etanol
menjadi 2,5%, 5% dan 7,5%.

H.8.2 Persiapan hewan percobaan


Empat puluh ekor tikus jantan dewasa strain Wistar, berumur 1,5
bulan dengan berat badan 150-200 gram didapat dari lab farmakologi
FK Unud. Tikus diberi makan berupa makanan standar dan minum (ad
libitum), selama 2 minggu awal untuk penyetaraan.

H.8.3 Perusakan sel beta pankreas


Untuk membuat pankreas tikus sesuai dengan kriteria pankreas pada
penyakit diabetes mellitus tipe II, maka tikus diinjeksikan senyawa
aloksan secara intraperitonium dengan dosis 50mg/kgBB (1/3 dari
dosis perusakan total), agar hanya terjadi kerusakan pankreas secara
parsial. Selanjutnya tikus diberikan glukosa tambahan per oral dan
pakan tinggi kolesterol selama 2 minggu awal agar kondisi tikus
10

masuk sebagai kriteria Diabetes Mellitus tipe II yang ditandai dengan


peningkatan kadar glukosa darah tikus lebih dari 200mg/dL dan
jumlah kerusakan sel beta pankreas lebih dari 50%.

H.8.4 Pemberian ekstrak buah nanas


Ekstrak buah nanas dengan dosis yang telah ditentukan seperti di atas
diberikan secara oral sebanyak 1cc/ekor setiap harinya dengan
menggunakan semprit khusus yang sudah dipersiapkan. Pemberian
dilakukan selama satu fase regenerasi sel beta yaitu selama 30 hari.

H.8.5 Pembuatan sediaan histologis pankreas


Sebelum pankres diambil, terlebih dahulu tikus dibunuh dengan eter.
Pankreas kemudian dimasukkan ke dalam fiksatif (formalin 10%)
selama 24 jam. Setelah itu secara berturut-turut dilakukan dehidrasi
dengan alkohol, kemudian dimasukkan kedalam toluen hingga
jernih dan diblok dengan parafin. Sayatan histologi dibuat dengan
mikrotom, tebal 6 mikron, dan diwarnai dengan aldehyde fuchsin.

H.8.6 Pengambilan sampel glukosa darah tikus


Tikus akan diambil sampel serum darahnya untuk menghitung kadar
glukosa darahnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan menusuk
pada vena di sekitar daerah mata tikus. Selanjutnya dengan
menggunakan alat ukur glokusa otomatis dilakukan pengecekan kadar
glukosa darah tikus.

H.9 Prosedur Pengumpulan Data


Data diambil dan dikumpulkan, berupa data kuantitatif gambaran
mikroskopik pankreas dan serum darah tikus dengan menghitung
kadar jumlah sel beta pankreas dan glukosa darah tikus. Penghitungan
dimulai pada kelompok pre test, untuk mengetahui keberhasilan
penurunan kuantitas sel beta pankreas sesuai dengan kriteria Diabetes
Mellitus tipe II, Apabila tikus sudah bisa dinyatakan masuk dalam
kondisi Diabetes Mellitus tipe II, maka dilanjutkan pemberian placebo
dan ekstrak. Setelah itu dilakukan penghitungan penurunan kadar
11

glukosa darah dan peningkatan sel beta pada kelompok K, P1, P2, dan
P3 untuk melihat kemampuan regenerasi sel beta pankreas.

H.10 Teknik Analisa Data


Analisa data yang akan dipergunakan adalah :
1. Uji Normalitas dengan Kolmogorov - Smirnov test
2. Uji Homogenitas antar kelompok dengan Levenne test.
3. Jika data berdistribusi normal dan homogen dilanjutkan dengan
melakukan uji statistic parametric, dengan Anova satu arah,
kemudian dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
4. Dalam penelitian ini derajat kemaknaan ditetapkan :  = 0, 0

I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM


NO KEGIATAN BULAN

1. Persiapan Proposal ++
2. Refleksi Awal
3. Implementasi Kegiatan
3.1 Persiapan Tikus
3.2 Pembuatan Ekstrak Buah Nanas
3.3 Pemberian Aloksan 2 hari
kemudian Glukosa 1 minggu
3.4 Pembuatan dan Pemeriksaan
Sediaan Histologi (pre test)
3.3 Perlakuan ke Tikus
3.4 Pembuatan dan Pemeriksaan
Sediaan Histologi (post test)
3.5 Analisa Data SPSS
5. Penyusunan Draft Laporan
6. Penyelesaian Laporan
7. Pengiriman Laporan

J. RANCANGAN BIAYA
J.1 Bahan Habis Pakai
1. 40 ekor tikus @Rp 40.000,00 = Rp 1.600.000,00
2. 5kg buah nanas @Rp 40.000,00 = Rp 200.000,00
3. 5 buah Kandang Tikus @Rp 150.000,00 = Rp 750.000,00
12

4. Makanan tikus 5 kandang (10hari) @Rp 3.000,00 = Rp 150.000,00


5. Makanan tikus 4 kandang (30 hari) @Rp 3.000,00 = Rp 360.000,00
6. Bahan larutan ekstrak (selain buah nanas) = Rp 200.000,00
7. Pembuatan sediaan oral ekstrak buah nanas = Rp 300.000,00
8. 100 Semprit (terumo) @Rp 3.000,00 = Rp 300.000,00
9. 4gr Senyawa aloksan @Rp 300.000,00/gr = Rp 1.200.000,00
10. l liter larutan glukosa @Rp 20.000,00 = Rp 20.000,00
11. 1 kg pakan tikus tinggi kolesterol @Rp 50.000,00 = Rp 50.000,00
12. Selang untuk modifikasi semprit = Rp 50.000,00
13. Peralatan antiseptik selama perlakuan = Rp 100.000,00
14. Peralatan pembedahan tikus = Rp 200.000,00
15. 1 Alat hitung otomatis kadar glukosa darah tikus = Rp 500.000,00
16. 100 stik ukur alat hitung glukosa @Rp 10.000,00 = Rp 1.000.000,00
17. 40 preparat sediaan histologi testis @Rp 30.000,00 = Rp 1.200.000,00
Subtotal = Rp 8.180.000,00

J.2 Peralatan Penunjang PKM


1. Biaya Pembuatan Laporan dan Penjilidan = Rp 50.000,00
2. Pembelian ATK (pelaksanaan dan arsip data) = Rp 150.000,00
3. Cetak Poster dan Frame = Rp 500.000,00
4. Cetak Pamflet Glossy 200eks @Rp 1.000,00 = Rp 300.000,00
Subtotal = Rp 1.000.000,00

J.3 Rekapitulasi Biaya Kegiatan


1. Biaya Habis Pakai = Rp 8.180.000,00
2. Peralatan Penunjang PKM = Rp 1.000.000,00
TOTAL = Rp 9.180.000,00
(Sembilan Juta Seratus Delapan Puluh Ribu Rupiah)

K. DAFTAR PUSTAKA
Alan Garber. 2011. Incretin Effects on β-Cell Function, Replication, and
Mass. Diabetes Care 34: 258-263.
Badan Pusan Statistik. 2010. Produksi Buah-buahan di Indonesia 1995-
2010. Available at:
13

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=3 (Akses: 21 September
2011).
Cheng CY, Ho TY, Lee EJ, Su SY, Tang NY, Hsieh CL. 2008. Ferulic acid
reduces cerebral infarct through its antioxidative and anti-inflammatory
effects following transient focal cerebral ischemia in rats. Am J Chin
Med 36(6):1105-19.
Cusi, K. 2010. The Role of Adipose Tissue and Lipotoxicity in the
Pathogenesis of Type 2 Diabetes. Curr Diab Rep 10: 306–315.
Federici, M., Hribal, M., Perego, L. 2001. High Glucose Causes Apoptosis
in Cultured Human Pancreatic Islets of Langerhans: A Potential Role
for Regulation of Specific Bcl Family Genes toward An Apoptotic Cell
Death Program. Diabetes 50: 1290–1301.
Gokhale Kunal. 2011. New Method for Synthesis of 3-(4-hydroxy-3-
methoxyphenyl) prop-2-enoic acid and 1-feruloyl-β-D-glucose. Int. J.
Pharm. Phytopharmacol. Res 1(1): 17-22.
Hawkins, M., Rosseti L. 2005. Insulin Resistance and Its Role in the
Pathogenesis of Type 2 Diabetes. New York: Lippincott Williams dan
Wilkins.
Hirosumi, J., Tuncman G., ChangL., Cem Z. Görgün, Teoman, K. Uysal,
Kazuhisa Maeda, Michael Karin. 2002. A central role for JNK in
obesity and insulin resistance. Nature 420: 333–336.
Hosogai, N., Fukuhara, A., Oshima, K., Miyata Y, Tanaka, S., Segawa K,
Furukawa S., Tochino, Y., Komuro, R., Matsuda M. 2007. Adipose
tissue hypoxia in obesity and its impact on adipocytokine
dysregulation. Diabetes 56:901–11.
Hossain, Amzad and S.M. Mizanur Rahman. 2010 Total phenolics,
flavonoids and antioxidant activity of tropical fruit pineapple. Food
Research International ISSN 0963-9969.
Hotamisligil, G. S., Erbay, E. 2008 Nutrient Sensing and Inflammation in
Metabolic Diseases. Nat Rev Immunol 8: 923–934.
Nakamura Korefumi, Minami Kohtaro, Tamura Kanako. 2011. Pancreatic β-
Cells are Generated by Neogenesis from non-β-cells after birth.
Biomedical Research 32(2): 167-174.
Nakatani, Y., Kaneto, H., Kawamori, D., Yoshiuchi, K., Hatazaki, M.,
Matsuoka, TA., Ozawa, K., Ogawa, S., Hori, M., Yamasaki, Y.,
Matsuhisa M. 2005. Involvement of endoplasmic reticulum stress in
insulin resistance and diabetes. J Biol Chem 280:847– 851.
Ohara K, Uchida A, Nagasaka R, Ushio H, Ohshima T. 2009. The effects of
hydroxycinnamic acid derivatives on adiponectin secretion.
Phytomedicine 16(2-3):130-7.
Olugbenga, Adebawo, Bamidele Salau, Esther Ezima1, Olamilekan
Oyefuga, Emmanuel Ajani, Gbolahan Idowu, Adekunle Famodu and
14

Odutola Osilesi. 2006. Fruits and vegetables moderate lipid


cardiovascular risk factor in hypertensive patients. Lipids in Health and
Disease 2006, 5:14.
Rutkowski, J. M., Davis, K. E., Scherer, P. E. 2009. Mechanisms of Obesity
and Related Pathologies: The Macro and Microcirculation of Adipose
Tissue. FEBS J 2009, 276: 5738–5746.
Scherer Philip. 2008. In Vivo Regeneration of Beta Cell Mass after Targeted
Apoptosis in the Islet. JDRF 16: 21-28.
Srinivasan Marimuthu, Sudheer Adluri, Menon Venugopal. 2007. Ferulic
Acid: Theraupetic Potential Through Its Antioxidant Property. J. Clin.
Biochem. Nutr 40 :92-100.
Thevenod, F. 2008. Pathophysiology of diabetes mellitus: roles of obesity,
insulin resistance and -cell dysfunction. Basel Karger19:1–18.
Unger, R., Zhou, Y. 2001. Lipotoxicity of Beta-cells in Obesity and in Other
Causes of Fatty Acid Spillover. Diabetes 50 (Suppl 1): S118–S121.
Valery, M. Dembitsky, Sumitra Poovarodom. 2011. The multiple nutrition
properties of some exotic fruits: Biological activity and active
metabolites. Food Research International 44 (2011) 1671–1701.
Wild Sarah, Roglic Gojka, Green Anders. 2004. Global Prevalence of
Diabetes. Diabetes Care 27: 1047-1053.
Yi L., Sun, Z. 2010. Current Views on Type 2 Diabetes. Journal of
Endocrinology 204: 1–11.

L. LAMPIRAN
L.1 Nama dan Biodata Ketua serta Anggota
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama : Putu Angga Risky Raharja
b. NIM : 0902005024
c. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Kedokteran Umum
d. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 15 jam/ minggu
Denpasar, 4 Oktober 2011

(Putu Angga Risky Raharja)

2. Anggota Pelaksana terdiri dari 2 orang :


A. Anggota Pertama
a. Nama : I Komang Ana Mahardika
15

b. NIM : 0802005122
c. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Kedokteran Umum
d. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 15 jam/ minggu
Denpasar, 4 Oktober 2011

(I Komang Ana Mahardika)

B. Anggota Kedua
a. Nama : Putu Wisnu Arya Wardana
b. NIM : 1002005005
c. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Kedokteran Umum
d. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
e. Waktu untuk Kegiatan PKM : 15 jam/ minggu
Denpasar, 4 Oktober 2011

(Putu Wisnu Arya Wardana)

L.2 Biodata Dosen Pendamping


Nama dan Biodata Dosen Pendamping
1. Nama Lengkap dan Gelar : dr. Agung Wiwiek Indrayani, M.Kes
2. Golongan Pangkat dan NIP : IIIC dan 19760926 200312 001
3. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
4. Jabatan Struktural : Sekretaris Bagian Farmakologi
5. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Kedokteran Umum
6. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
7. Bidang Keahlian : Farmakologi
8. Waktu untuk kegiatan PKM : 5 jam/ minggu
Denpasar, 4 Oktober 2011

(dr. Agung Wiwiek Indrayani, M.Kes )

Anda mungkin juga menyukai