Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASPEK ETIK DAN LEGAL


DALAM KEPERAWATAN BENCANA

Disusun Oleh:
KELOMPOK II

Krisna W Saruni
Iren Boky
Grazelin Lumi
Ingka K Luma

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana


Dosen Mata Kuliah :
Ns Olvin Manengkey S.Kep.,M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
2019

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Aspek Etik
dan Legal Dalam Keperawatan Bencana” .
Terima kasih untuk kelompok II atas kerjasamanya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Manado 15 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap wilayah tempat tinggal manusia memiliki resiko bencana. Seringkali resiko
tersebut tidak terbaca oleh komunitas dan karenanya tidak dikelola dengan baik. Hal
ini menyebabkan terkadang, dan mungkin juga sering, bencana terjadi secara tak
terduga-duga. Dampak paling awal dari terjadinya bencana adalah kondisi darurat,
dimana terjadi penurunan drastis dalam kualitas hidup komunitas korban yang
menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dengan
kapasitasnya sendiri. Kondisi ini harus bisa direspons secara cepat, dengan tujuan
utama pemenuhan kebutuhan dasar komunitas korban sehingga kondisi kualitas hidup
tidak makin parah atau bahkan bisa membaik.
Bencana harus ditangani secara menyeluruh setelah situasi darurat itu direspons.
Setiap akibat pasti punya sebab dan dampaknya, maka bencana sebagai sebuah akibat
pasti punya sebab dan dampaknya, agar penanganan bencana tidak terbatas pada
simpton simpton persoalan, tetapi menyentuh substansi dan akar masalahnya. Dengan
demikian kondisi darurat perlu dipahami sebagai salah satu fase dari keseluruhan resiko
bencana itu sendiri. Penanganan kondisi darurat pun perlu diletakkan dalam sebuah
perspektif penanganan terhadap keseluruhan siklus bencana. Setelah kondisi darurat,
biasanya diikuti dengan kebutuhan pemulihan (rehabilitasi), rekonstruksi (terutama
menyangkut perbaikan-perbaikan infrastruktur yang penting bagi keberlangsungan
hidup komunitas), sampai pada proses kesiapan terhadap bencana, dalam hal ini proses
preventif.
Perbedaan mendasar ditemukan antara kerja dalam kondisi darurat dengan kerja
penguatan kapasitas masyarakat secara umum. Dalam kondisi darurat, waktu
kerusakan terjadi secara sangat cepat dan skala kerusakan yang ditimbulkan pun
biasanya sangat besar. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam karakteristik respon
kondisi darurat. Komitmen, kecekatan dan pemahaman situasi dan kondisi bencana
(termasuk konflik) dalam rangka memahami latar belakang kebiasaan, kondisi fisik
maupun mental komunitas korban dan karenanya kebutuhan mereka, sangat

4
dibutuhkan. Selain itu, sebuah kondisi darurat juga tidak bisa menjadi legitimasi kerja
pemberian bantuan yang asal-asalan. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa sumber daya
sebesar apapun yang kita miliki tidak akan cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan
komunitas korban bencana. Di sisi lain, sekecil apapun sumber daya yang kita miliki
akan memberikan arti bila didasarkan pada pemahaman kondisi yang baik dan
perencanaan yang tepat dan cepat, mengena pada kebutuhan yang paling mendesak.
Bencana, apapun sebabnya, merupakan hal yang menganggu tatanan masyarakat
dalam segala aspeknya, baik psikologis, ekonomi, sosial budaya maupun material. Jika
kita mengamini faktum bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup layak maka
komunitas manapun yang mengalami bencana berhak atas bantuan kemanusiaan dalam
batas-batas minimum

B. Tujuan
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan bencana.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bencana
1. Definisi Bencana (disaster)
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana adalah
peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian
kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Pengertian bencana atau disaster menurt Wikipedia: disaster is the impact of a natural
or man-made hazards that negatively effects society or environment (bencana adalah
pengaruh alam atau ancaman yang dibuat manusia yang berdampak negatif terhadap
masyarakat dan lingkungan).
Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah
peristiwa atau masyarakat rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakanlingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan olehalam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanahlongsor.
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Sedangkan definisi bencana (disaster)
menurut WHO adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan
ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau

6
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat
atau wilayah yang terkena.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari kondisi
kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan
jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan
kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).

2. Jenis Bencana
Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu:
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-
kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai,
kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya.
Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:
a. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan
disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti
kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.
b. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai,
banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.

7
3. Fase-fase bencana
Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana,
yaitu fase preimpact, fase impact dan fase postimpact.
1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya
pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga,
dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-
saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup
(survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan
bantuan-bantuan darurat dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari
fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada
fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para
korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah,
tawar-menawar, depresi hingga penerimaan.

4. Evolusi pandangan terhadap bencana


a. Pandangan Konvensional
Bencana merupakan sifat alam.
Terjadinya bencana:
 kecelakaan (accident);
 tidak dapat diprediksi;
 tidak menentu;
 tidak terhindarkan;
 tidak terkendali.
Masyarakat dipandang sebagai ‘korban’ dan ‘penerima bantuan’ dari
pihak luar.

8
b. Pandangan Ilmu Pengetahuan Alam
Bencana merupakan unsur lingkungan fisik yang membahayakan
kehidupan manusia. Karena kekuatan alam yang luar biasa, proses geofisik,
geologi dan hidrometeorologi tidak memperhitungkan manusia sebagai
penyebab bencana.
c. Pandangan Ilmu Terapan
Besaran (magnitude) bencana tergantung besarnya ketahanan atau
kerusakan akibat bencana. Pengkajian bencana ditujukan pada upaya
meningkatkan kekuatan fisik struktur bangunan untuk memperkecil
kerusakan.
d. Pandangan Progresif
Menganggap bencana sebagai bagian dari pembangunan masyarakat yang
‘normal’. Bencana adalah masalah yang tidak pernah berhenti. Peran
sentral dari masyarakat adalah mengenali bencana itu sendiri.
e. Pandangan Ilmu Sosial
Fokus pada bagaimana tanggapan dan kesiapan masyarakat menghadapi
bahaya. Ancaman adalah alami, tetapi bencana bukan alami. Besaran
bencana tergantung perbedaan tingkat kerawanan masyarakat.
f. Pandangan Holistik
Menekankan pada ancaman (threat) dan kerentanan (vulnerability), serta
kemampuan masyarakat dalam menghadapi risiko. Gejala alam menjadi
ancaman jika mengancam hidup dan harta-benda.
Ancaman akan berubah menjadi bencana jika bertemu dengan
kerentanan.

Hal-hal yang Mendorong Pergeseran Paradigmatik


 Kesadaran akan beragamnya postur bencana
 Ukuran spektakular atau kecil
 Meluas atau local
 Homogen atau kompleks

9
Pendekatan konvensional tidak lagi mampu menjelaskan fenomena
bencana Infus pelajaran dari berbagai lapangan termasuk dari disiplin
studi pembangunan.

5. Paradigma-paradigma Penanggulangan Bencana


a. Daur Penanggulangan Bencana
Memandang bencana sebagai rentetan kejadian dengan fokus ketika,
sebelum dan sesudah bencana.
b. Model Kue-marmer
Upaya penanggulangan bencana dapat dilaksanakan setiap saat, masing-
masing meluas atau menyempit, tergantung pada risiko yang dihadapi.
c. Tabrakan Unsur
Upaya mengatasi (melepaskan tekanan) kerentanan (tekanan) yang
berakar pada proses-proses sosial ke arah masyarakat yang aman, berdaya
tahan, dan berkesinambungan.
d. Pengurangan Risiko
Upaya-upaya untuk mengatasi secara komprehensif dan terpadu untuk
mengurangi risiko bencana.

B. Etika
1. Definisi Etika
Secara Etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti sikap, cara
berfikir, watak kesesuaian atau adat. Ethos identik dengan Moral, yang dalam Bahasa
Indonesia berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau
tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.
Etika merupakan cabang dari filsafat etika mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah
laku manusia. Etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan
dengan kebiasaan baik atau buruk yang diterima umum mengenai sikap, perbuatan,
kewajiban dan sebagainya.

10
Etika adalah merupakan suatu cabang ilmu filsafat, tujuannya adalah mempelajari
perilaku, baik moral maupun immoral dengan tujuan membuat pertimbangan yang
cukup beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai yang dapat
diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga
etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku
profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

2. Macam-macam Etika
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan
kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral(mores). Manusia
disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat
hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak
yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri
sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-
norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23),
sebagai berikut:

a. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai
fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai
suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat
disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai
dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.

11
b. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan
norma - norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1) Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2) Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang
membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan
bersama. Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada
keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat,
akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat
sosiologik.
3) Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya
terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan
adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan.
Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.
3. Tipe Tipe Etik dalam Bidang Kesehatan
a. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut,
bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan
antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theology.

12
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan
pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik
mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan
nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan
dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika
lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik
terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan
b. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan
pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical
ethics: adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang
sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
c. Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk
mendapatkan keputusan etik.

Regulasi Penanggulangan bencana di Indonesia


• UU no 24 Th 2007
• Peraturan presiden no 8 thn 2008
• Peraturan pemerintah no 21 Tahun 2008
• Peraturan kepala BNPB no 4 thn 2008
• UU no 36 thn 2009
• Peraturan Kepala BNPB no 7 thn 2008 Pedoman Komando tanggap
darurat bencana

13
14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana. Dengan
banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus dilakukan
dengan baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah sederhana, maka
penanganan korban bencana harus dilakukan dengan terkoordinasi dengan baik
sehingga korban yang mengalami berbagai sakit baik fisik, sosial, dan emosional dapat
ditangani dengan baik dan manusiawi.
Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan
dapat melakukan berbagai tindakan tanggap bencana. Seharusnya modal itu
dimanfaatkan oleh mahasiswa keperawatan agar secara aktif turut melakukan tindakan
tanggap bencana.

B. Saran
Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompeten untuk melakukan
pelayanan kesehatan di daerah yang sedang mengalami bencana, oleh karena itu
diharapkan bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat yang sudah berpengalaman
dalam praktik pelayanan kesehatan mau untk berperan dalam penanggulangan bencana
yang ada di sekitar kita. Karena ilmu yang didapat di bangku perkuliahan sangat
relevan dengan yang terjadi di masyarakat, yaitu fenomena masalah kesehatan yang
biasanya muncul di tempat yang sedang terjadi bencana.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Blackwell, Wiley,2015-2017. Nanda International, Inc. Nursing Diagnoses :


Definitions & Classification. 10th Ed. The atrium, shouter Gate, Chichester,
West Sussex
2. Bencana, Pujiono. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Paragdima Penanggulangan.
3. Blogspot.
2010. Bencana. http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/04/bencana.
html. Diakses Pada Tanggal 2 September 2016. Pukul 08.45 WIB.
4. Bulechek, Gloria M & Butcher, Howard, K, 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC). 6th Ed. St Louis : Missouri
5. Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
6. Keliat,B.A, dkk. 2006. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa Dalam
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : Modul IC CMHN.FIKUI
7. Moorhead, Sue & Johnson Marion. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC). 5th Ed. St Louis :Missouri
8. Munawar. 2011. Pengertian dan Istilah-istilah Bencana.
www. kangmunawar.com/bencana/pengertian-dan-istilah-istilah-bencana.
Diakses Pada Tanggal 2 September 2016. Pukul 08.15 WIB
9. Suliswati. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
10. Weenbee. 2011. Peran Perawat Dalam Manajemen
Bencana.http://weenbee.wordpress.com/2011/08/23/peran-perawat-dalam-
manajemen-bencana/#more-94. Diakses Pada Tanggal 2 September 2016.
Pukul 09.00 WIB.
11. Wikipedia. 2011. Bencana. www.id.wikipedia.org/wiki/bencana. Diakses Pada
Tanggal 21 Maret 2012. Pukul 08.30 WIB.
12. Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

16

Anda mungkin juga menyukai