“TRAUMA SERVIKAL”
1. ALAWIYAH M. ABDULLAH
2. PEBRIANA P DAMISI
3. APRILANI HIDUPA
4. POITON KOGOYA
5. AYU MAARISI
6. CRISTINE SINUBU
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya
tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulang servikalis terdiri dari
7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila cidera pada
bagain servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di mana trauma servikal
merupakan keadaan cidera pada tulang bekalang servikal dan medulla spinalis yang
disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau frakutur vertebra servikalisdan di tandai
kompresi pada medulla spinal daerah servikal (Muttaqin, 2011).
Trauma medula spinalis terjadi pada 30.000 pasien setiap tahun di Amerika
serikat. Insidensi pada negera berkembang berkisar antara 11,5 hingga 53,4 kasus dalam
1.000.000 populasi. Umumnya terjadi pada remaja dan dewasa muda.2 Penyebab
tersering adalah kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%) dan cedera yang berhubungan
dengan olahraga (10%). Sisanya akibat kekerasan dan kecelakaan kerja. Hampir 40%-
50% trauma medulla spinalis mengakibatkan defisit neurologis, sering menimbulkan
gejala yang berat, dan terkadang menimbulkan kematian. Walaupun insidens pertahun
relatif rendah, tapi biaya perawatan dan rehabilitasi untuk cedera medulla spinalis
sangat besar, yaitu sekitar US$ 1.000.000 / pasien. Angka mortalitas diperkirakan 48%
dalam 24 jam pertama, dan lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian (Emma,
2011).
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
2. Bagi akademik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal dan
medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur vertebra
servikalis dan ditandai dengan kompresi pada medula spinalis daerah servikal.
B. Etiologi
1. Kecelakaan lalulintas
2. Kecelakaan olahraga
3. Kecelakaan industri
5. Luka tusuk
6. Luka tembak
Anatomi Cervikal
secara otomatis, tulang vertebra servikalis terbagi atas dua bagian yaitu bagian
atas (CV1 dan CV2) dan bagian bawah (CV3-CV7). Ada tiga tulang vertebra
servikalis yang memiliki struktur anatomi yang unik dan memiliki nama khusus.
Vertebra servikal yang pertama disebut dengan atlas, yang kedua disebut axis
dan yang ketujuh disebut vertebra prominens.
Tulang belakang cervikal terdiri dari tujuh buah. Dimulai tepat di bawah
tengkorak dan berakhir di bagian atas tulang thorakalis. Tulang belakang
cervikal memiliki backward "C" bentuk (lordotic kurva) dan jauh lebih mobile
dari tulang thorakal atau lumbal.
Struktur vertebre secara umum memiliki corpus, arcus, dan 7 prosesus yang
berada di arcus. Sehingga secara umum vertebre cervikal memiliki bagian-
bagian tulang seperti:
yang rata.
• Pedikel/pedicle terletak di kedua bagian lateral corpus,tebal dan membulat.
• Prosesus transverses ada 2 kanan dan kiri, terletek pada pertemuan antara
corpus dan arcus,mencuat kearah lateral.
a. Cervikal I (Atlas)
Tulang vertebra servikalis yang pertama disebut dengan atlas karena ruas tulang
yang pertama mendukung keseluruhan tengkorak kepala. Atlas tidak memiliki korpus
sehingga bentuknya hampir menyerupai cincin. Atlas juga tidak mempunyai prosessur
spinosus, namun mempunyai tuberkulum arterior dan tuberkulum pasterior.
Tidak mempunyai corpus, mempunyai 2 arcus (anterior dan posterior), arcus
anterior bersendi dengan prosesus odontoideus (dens epistrofeus) gerakan rotasi kepala,
massa lateral atlas mempunyai facies articularis (superior dan inferior), facies articularis
superior atlas bersendi dengan condilus occipitalis disebut articulation occipitoatlantal
(occipitocervikal) gerakan kepala fleksio/ekstensio,facies articularis inferior atlas
bersendi dengan facies articularis superior axis.
b. Cervikal II (Axis)
Tulang vertebra servikalis yang kedua Tulang vertebra servikalis yang kedua
disebut dengan axis atau epistripheus karena membentuk poros diatasnya dan kepala
berputar disekitar tulang axis. Axis merupakan bagian yang paling besar dari tulang
vertebra servikalis. Ciri khas dari tulang ini adalah prosesur odontoid yang kuat dan
tegak lurus dari permukaan atas korpus (dens).
Anatomi tulang vertebra servikal ketiga hingga keenam dianggao memiliki ciri
yang sama, yaitu memiliki procesus spinosus yang bercabang (bifida), pada prosesus
transversus terdapat foramen transversarium pada setiap sisi yang dilewati oleh
pembuluh arteri dan vena serta pleksus saraf simpatik. Prosessus transversus terdiri atas
bagian arterior dan posterior yang bergabung diluar foramen.
Memiliki nama lain vertebra prominens karena memiliki ciri khas yaitu adanya
prosesus spinosus yang panjang dan menonjol serta tidak bercabang, memiliki prosesus
transversum yang cukup besar dan foramen transveriumnya tidak selalu ada atau
umumnya memiliki ukuran yang lebih kecil pada suatu atau kedua sisi.
Mempunyai prosesus spinosus yang panjang, dapat dijadikan patokan (localizer)
untuk menentukan letak tulang vertebre yang lain.
C. Patofisiologi
Pada cidera hiperekstensi servikal, pukulan pada wajah atau dahi akan memaksa
kepala kebelakang dan tidak ada yang menyangga oksiput dan diskus dapat rusak atau
arkus saraf mengalami kerusakan. Pada cidera yang stabil dan merupakan tipe frakutur
vertebra yang paling sering di temukan. Jika ligamen posterior robek, cedera, bersifat
tidak stabil dan badan vertebra bagian atas dapat miring ke depan di atas badan vertebra
di bawahnya. Trauma servikal dapat menyebabkan cedera yang komponen vertebranya
tidak akan tergeser oleh gerakan normal sehingga sumsum tulang tidak rusak dan resiko
biasanya lebih rendah (Muttaqin, 2011).
Cedera yang tidak stabil adalah cedera yang dapat mengalami pergeseran lebih
jauh dan perubahan struktur oseoligamentosa posterior (pedikulis, sendi permukaan,
arkus tulang posterior, ligamen interspinosa, dan supraspinosa), komponen pertengahan
(sepertiga bagian posterior badan vertebra, bagian posterior diskus intervertebra, dan
ligamen longitudinal posterior), dan kolumna anterior (duapertiga bagian anterior
korpus vertebra, bagian anterior diskus intervertebra dan ligamen longitudinal anterior)
(Muttaqin, 2011).
Cedera spinal tidak stabil menyebabkan resiko tinggi cedera pada korda
sehingga menimbulkan masalah aktual atau resiko ketidakefektifan pola napas dan
penurunan curah jantung akibat kehilangnya kontrol organ viseral. Kompresi saraf dan
spasme otot servikal memberikan stimulasi nyeri. Kompresi diskus menyebabkan
paralisis dan respons sistemik dengan munculnya keluhan mobilisasi fisik, gangguan
defekasi akibat penurunan peristaltik usus, dan ketidak seimbangan nutrisi (Price,
2002).
F. Manifestasi Klinis
Menurut Hudak & Gallo, (1996) menifestasi klinis trauma servikal adalah sebagai
berikut :
1. Lesi C1-C4
Pada lesi C1-C4. Otot trapezius, sternomastoid dan otot plastisma masih
berfungsi. Otot diafragma dan otot interkostal mengalami partalisis dan tidak
ada gerakan (baik secara fisik maupun fungsional0 di bawah transeksi spinal
tersebut. Kehilangan sensori pada tingkat C1 malalui C3 meliputi daerah
oksipital, telinga dan beberapa daerah wajah. Kehilangan sensori diilustrasikan
oleh diagfragma dermatom tubuh.
2. Lesi C5
3. Lesi C6
4. Lesi C7
a. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya
spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarny
b. Bengkak/edama
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada
daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya
c. Memar/ekimosis
d. Spasme otot
e. Penurunan sensasi
f. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot.
paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf
g. Mobilitas abnormal
h. Krepitasi
i. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan
pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya
j. Shock hipovolemik
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges, (2000) ada pun pemeriksaan penunjang trauma servikal yaitu:
1) Sinar X spinal
Menentukan loksi dan jenis cedera tulang (fraktur, disloksi) untuk kesejajaran,
reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.
2) CT scan
3) MRI
4) Mielografi
6) GDA
a. Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatik yang desending
pada medulla spinalis. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan tonus vasomotor
dan kehilangan persarafan simpatis pada jantung sehingga menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah maka terjadi
penumpukan darah dan konsekuensinya terjadi hipotensi
b. Syok spinal
Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat setelah
terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan tampak
seperti lesi komplit walaupun tidak seluruh bagian rusak.
c. Hipoventilasi
Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan hasil dari
cedera yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah servikal bawah atau
torakal atas.
d. Hiperfleksia autonomic
I. Penatalaksanaan
2. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : headtil, chin lip, jaw
thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi),
mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring
3. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal collar,
imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang
4. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 - C7) dengan
menggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi), member lipatan
selimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya
8. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari
hipotensi dan bradikardi
15. Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi gejala
bradikardi
J. Pengkajian Teoritis
a. Pengkajian primer
Data Subyektif
Penyakit Kronis
Data Obyektif
1. Airway
Adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal sehingga
mengganggu jalan napas
2. Breathing
3. Circulation
4. Disability
5. Exposure
b. Pengkajian Sekunder
1. Five Intervensi
Hasil AGD menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi, CT
Scan untuk menentukan tempat luka atau jejas, MRI untuk mengidentifikasi
kerusakan saraf spinal, foto Rongen Thorak untuk mengetahui keadaan paru,
sinar – X Spinal untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
(Fraktur/Dislokasi)
2. Give Comfort
3. Head to Toe
Pelvis dan Perineum : Kehilangan control dalam eliminasi urin dan feses,
terjadinya gangguan pada ereksi penis (priapism)
c. Diagnosa keperawatan
dengan pembedahan.
3. Lakukan log rolling c. Membantu ROM
ortostatik.
2. Kekuatan otot 5. Kolaborasi dengan
analgesic
3. Klien mampu e. Berguna untuk
yang berhubungan
dengan spastisitas.
Fraktur servikal
Kerusakaan kerusakaan
Kerusakan kerusakaan nervus frenikus tulang servikal Pengaruh pada
Fungsi atlanto batang otak otot napas
Oksipitasis penjepitan (interkostal
Hilang inervasasi medulla spinalis
parasternal
Ketidakmampuan gangguaan otot pernapasan aksesori oleh ligamentum
Menggerakan kepala regulasi pusat & interkosta flavum posterior scalenus & otot
Pernapasan abdominal
Penurunaan compliance kompresi material (diafragma
Paru diskusi anterior trapezius
Kerusakaan pectoralis mayor
mobilitas fisik
Pola napas
tidak efektif
Gangguan ventilasi
Spontan Pola napas
tidak efektif
Stimulasi pelepasa mediator
kimia
Adanya refluks kebutuhan
Gastrointestinal penggunaan ventilator
Kerusakaan myelin
& akson
Resiko aspirasi
Gangguan saraf sensorik &
Pemasangan intubasi motorik
Resiko
/trakeostomi
infeksi
Kerusakan
mobilitas fisik
Kerusakaan Ketidakefektifan
komunikasi verbal bersihan jalan napas
Defesit
DAFTAR PUSTAKA
Resiko kerusakaan perawatan diri
intergritas
Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem kulit
Apley, Jakarta : Widya
Medika
Black, J.M, et al. 1995. Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing Process
Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawaan. Jakarta :
EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M, L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Bahasa Indonesia
Edisi Keenam. Singapore: Elsevier.
Smeltzer 7 Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart, Jakarta: EGC
Reksoprodjo, Soelarto. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara