Anda di halaman 1dari 50

HALAMAN JUDUL

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER


MATA KULIAH PARIWISATA BUDAYA
“KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG”

Disusun Oleh :
1. Adimas Raka T 16054000048
2. Maria Tersa C 16054000049
3. Ali Mahfudz 16054000057
4. Apriani Riati 16054000059
5. Sri Prabowo S 16054000060
6. Singgih Adi Pratama 16054000062
7. Galuh Windanti 19054000071
8. Stivent Louis Grateful 16054000003
9. Elisabet Andriani R 16054000006
10. Ruci Kusuma Yani 16054000009
11. Devika Putri Anastasia 16054000010
12. Sofiah 16054000012
13. Sindi Imanta Putri 16054000016
14. Ilham Dwi Arinta 16054000017
15. Nabila Diamona 16054000021
16. Farras Nur Faradilla 16054000045
17. Moh. Hidayat 15054000054

PROGRAM DIPLOMA KEPARIWISATAAN


UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................iv
A. PROFIL KECAMATAN LOWOKWARU .............................................................. 1
B. SEJARAH KECAMATAN LOWOKWARU .......................................................... 2
C. LETAK GEOGRAFIS KECAMATAN LOWOKWARU ...................................... 3
D. DEMOGRAFI KECAMATAN LOWOKWARU.................................................... 6
E. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KECAMATAN LOWOKWARU ............. 7
F. DAFTAR KELURAHAN KECAMATAN LOWOKWARU ................................. 8
1. Kelurahan Merjosari ............................................................................................ 8
a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Merjosari ............................... 8
b) Potensi Wisata dan Budaya ............................................................................... 10
2. Kelurahan Tlogomas .......................................................................................... 11
a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Tlogomas ............................. 12
b) Potensi Wisata dan Budaya ............................................................................... 16
3. Kelurahan Sumbersari ....................................................................................... 20
a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Sumbersari........................... 20
4. Kelurahan Ketawanggede .................................................................................. 23
a) Sejarah & Kelurahan Ketawanggede ................................................................ 23
b) Potensi Wisata dan Budaya ............................................................................... 24
5. Kelurahan Dinoyo ............................................................................................... 25
a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Dinoyo ................................. 26
b) Potensi Wisata dan Budaya ............................................................................... 27
6. Kelurahan Tunggulwulung ................................................................................ 28
a) Administrasi pemerintahan Kelurahan Tunggulwulung ................................... 28
b) Potensi Wisata dan Budaya ............................................................................... 29
7. Kelurahan Jatimulyo .......................................................................................... 30
a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Jatimulyo ............................. 30
b) Potensi Wisata dan Budaya ............................................................................... 31
8. Kelurahan Mojolangu ........................................................................................ 33

ii
a) Administrasi pemerintahan Kelurahan Mojolangu ........................................... 33
b) Potensi Wisata dan Budaya ............................................................................... 34
9. Kelurahan Tunjungsekar ................................................................................... 36
a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Tunjungsekar ....................... 36
b) Potensi Wisata dan Budaya ............................................................................... 38
10. Kelurahan Tasikmadu .................................................................................... 38
a) Administrasi pemerintahan Kelurahan Tasikmadu ........................................... 39
b) Potensi Wisata dan Budaya ............................................................................... 40
11. Kelurahan Tulusrejo ...................................................................................... 41
a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Tulusrejo ............................. 41
12. Kelurahan Lowokwaru................................................................................... 43
a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Lowokwaru ......................... 43
b) Potensi Wisata dan Budaya ............................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 46

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga tugas akhir semester ini bisa selesai pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas akhir
pada bidang studi Pariwisata Budaya. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Kecamatan Lowokwaru Kota Malang” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Irwan Yulianto.SST.Par


selaku dosen bidang studi Pariwisata Budaya yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni .

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga tugas ini bisa disusun dan
diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa tugas akhir yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan bagi kami agar lebih baik lagi dimasa yang akan
datang.

Semoga tugas akhir ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan
kedapannya.

iv
A. PROFIL KECAMATAN LOWOKWARU
Lowokwaru adalah sebuah kecamatan di Kota Malang, Jawa Timur.
Kecamatan Lowokwaru ini menjadi pusat pendidikan di Kota Malang dengan
banyaknya kampus-kampus yang berdiri di wilayah administratifnya. Mulai
dari kampus Universitas Negeri seperti Universitas Brawijaya, Universitas
Negeri Malang (dahulu IKIP), Politeknik Negeri Malang, Universitas Islam
Negeri Malang, hingga kampus Universitas Swasta, seperti Institut Teknologi
Nasional, Universitas Islam Malang, Universitas Muhammadiyah Malang,
Universitas Gajayana Malang, STIE Malangkucecwara (ABM), Universitas
Tribhuwana Tungga Dewi, Universitas Widyagama, dan Stikes Widyagama
Husada.

Selain kampus, di wilayah Kecamatan Lowokwaru juga terdapat fasilitas


umum seperti Malang Town Square (Matos), salah satu mall terbaru di Kota
Malang. Ada pula Taman Singha Merjosari sebagai pusat lingkungan hijau bagi
warganya. Tiga Rumah Sakit besar juga ada di wilayah Kecamatan Lowokwaru,
yaitu Rumah Sakit Islam Malang di Jalan MT Haryono, Rumah Sakit Permata
Bunda di Jalan Soekarno-Hatta, Rumah Sakit Ibu dan Anak Galeri Candra di
Jalan Bunga Andong dan Rumah Sakit Anak dan Bersalin Gajayana di Jalan
Gajayana.

1
(Balai Kota Malang) Sumber: malang.go.id

(Kantor Kecamatan Lowokaru) sumber: keclowokwaru.go.id

B. SEJARAH KECAMATAN LOWOKWARU


Kecamatan Lowokwaru merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara
wilayah Kota Malang. Lowokwaru merupakan satu dari dua wilayah kecamatan
yang tergolong baru di Kota Malang. Disebut baru, karena sejak tahun 1942, 28
tahun setelah ditunjuk sebagai Kotapraja, Kota Malang hanya dibagi menjadi 3
Kecamatan, yaitu Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing dan Kecamatan
Kedungkandang. Sementara Lowokwaru masih merupakan bagian dari
Kecamatan Blimbing.

2
Baru pada tahun 1988, atas dasar pelaksanaan program pemekaran
kecamatan, Kota Malang menambah 2 kecamatan baru menjadi 5 kecamatan.
Dua kecamatan baru itu adalah Kecamatan Sukun dan Kecamatan Lowokwaru.
Dari pemekaran wilayah tersebut, barulah Lowokwaru resmi memisahkan diri
dari Kecamatan Blimbing.

Untuk mengurus administrasi kependudukan, warga setempat bisa datang


ke Kantor Kecamatan Lowokwaru Kota Malang yang beralamatkan di Jalan
Cengger Ayam I Nomor 12 Kota Malang. Saat ini, Kecamatan Lowokwaru
memiliki total 12 kelurahan. Mulai dari Kelurahan Lowokwaru, Kelurahan
Tasikmadu, Kelurahan Tunggulwulung, Kelurahan Tunjungsekar, Kelurahan
Tlogomas, Kelurahan Merjosari, Kelurahan Dinoyo, Kelurahan Sumbersari,
Kelurahan Ketawanggede, Kelurahan Tulusrejo, Kelurahan Jatimulyo, dan
Kelurahan Mojolangu.

Kecamatan Lowokwaru memiliki luas area 2.089,51 Ha. Kecamatan ini


terletak di daerah dengan ketinggian antara 200-499 meter dari permukaan air
laut. Tingkat kemiringan di dataran tinggi cukup bervariasi, di beberapa tempat
merupakan suatu daerah dataran dengan kemiringan 2-50, sedang dibagian
lembah perbukitan rata-rata kemiringan 8-15 persen. Daerah ini memiliki suhu
minimum 20 derajat Celcius dan maksimum 28 derajat Celcius dengan curah
hujan rata-rata 2.71 mm.

Kecamatan Lowokwaru memiliki beberapa lembaga kemasyarakatan yang


dibawahi. Mulai dari PKK, LPMK, BKM, Karang Werda, Karang Taruna,
Forum Kecamatan dan Kelurahan Sehat, hingga Forum Anak. Selain itu, pihak
kecamatan ini juga mewadahi puluhan UKM (Usaha Kecil dan Menengah).

C. LETAK GEOGRAFIS KECAMATAN LOWOKWARU


Letak Geografis Kecamatan Lowokwaru, terletak di bagian barat wilayah
Kota Malang dengan luas wilayah 22,60 km2 yang sebagian wilayahnya dilalui
oleh sungai Brantas. Suhu udara minimum 20 derajat C dan maksimum 28
derajat C dengan curah hujan rata-rata 2.71 mm, dengan ketinggianrata-rata

3
antara 400-525 meter dari pemukaan air laut. Terletak pada koordinat UTM :
680355 (Easting) ; 9123883 (Northing).

Secara administratif, di sebelah utara, Kecamatan Lowokwaru berbatasan


langsung dengan Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Sedangkan di
sebelah timur berbatasan langsung dengan Kecamatan Blimbing. Sementara di
sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kecamatan Klojen. Lalu, di sebelah
barat berbatasan langsung dengan Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Kecamatan Lowokwaru juga menjadi perlintasan beberapa sungai, di


antaranya Sungai Brantas, Sungai Bango, Sungai Amprong, Sungai Mewek,
Sungai Kajar dan Sungai Metro. Selain itu, di beberapa titik juga masih terdapat
area persawahan, tegalan dan perkebunan.

 Sumber air

Kebutuhan air di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang disuplai dari Sumber


air yang berasal dari sumber Polowijen I, Polowijen II dan Polowijen III dengan
debit maksimum 25 l/dt, dan debit minimum 10 l/dt, sumber air debit
maksimum 5 l/dt, dan minimum 3 l/dt.

Penampungan air untuk Kecamatan Lowokwaru pada umumnya terdapat di


Dinoyo dengan kapasitas masing-masing 3.000 m3 berasal dari Sumber Wendit
Kecamatan Pakis dan Sumber Karangan kecamatan Karangploso,
Sumberbinangun, Kecamatan Batu serta Sumbersari, Kecamatan Karangploso.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang yang memproduksi


air minum untuk kebutuhan Kota Malang dengan produksi air minum selama
tahun 2004 sebesar 40.730.933 m3 dengan jumlah pelanggan sebanyak 79.465
pelanggan sedangkan yang didistribusi menurut jenis pelanggan sebesar
24.941.661 m3 terbagi untuk kebutuhan rumah tangga, niaga, industri, sosial,
perkantoran, pelabuhan dan lain-lain.

 Sumur

4
Sumur yang ada di wilayah Kecamatan Lowokwaru hampir tersebar di
setiap kecamatan dengan kedalaman 5 – 25 m dengan warna air pada
umumnya jernih.

 Pemanfaatan Lahan.

Lahan di wilayah Kecamatan Lowokwaru berupa perkebunan, tegalan,


sawah. Penggunaan lahan dipengaruhi oleh kondisi medan dan jenis
tanahnya.

 Perkebunan

Jenis perkebunan yang terdapat di Kota Malang adalah perkebunan


swadaya masyarakat sendiri yang memanfaatkan pekarangan ataupun lahan
rumah. Jenis tumbuhan perkebunan yang ditanam yaitu kelapa, kopi, dan
cengkeh. Pengelolaan perkebunan pada umumnya dikelola oleh Pemerintah
bersama rakyat serta perkebunan traditional yang dilakukan oleh
masyarakat dengan bimbingan dari Pemda setempat. Pemanfaatan
perkebunan yang ada dapat dimanfaatkan sebagai sumber logistik wilayah
Kota Malang dan untuk meningkatkan penghasilan masyarakat serta
pendapatan daerah.

 Tegalan

Jenis tanaman yang ada, yaitu berupa tanaman sayur mayur, padi,
jagung, ubi jalar serta tanaman keras berumur pendek. Fungsinya,
digunakan untuk menanam tanaman pangan dan untuk tanaman lainnya
yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tegalan
umumnya ditanam berbagai ragam tumbuhan berupa padi, jagung, ubi jalar.
Pemanfaatan hasil dari lahan tegalan dapat digunakan sebagai sumber bahan
pangan masyarakat setempat.

 Sawah

Jenis sawah yang dominant adalah sawah irigasi tehnis seluas 1.523,343
ha dan sederhana non tehnis seluas 6.918,156 ha. Sawah dapat difungsikan

5
sebagai lahan pertanian dengan hasil utama padi. Lokasi persawahan
terdapat di wilayah Merjosari, Tunggulwulung, Tasikmadu.

Tanaman yang ada di persawahan berupa tanaman padi, dan sayur


mayur. Mengingat adanya sistim pengairan tehnis yang intensif maka lahan
pertanian yang ada cukup baik. Ada persawahan yang dapat dikembangkan
dengan penanganan secara intensif terutama di sepanjang aliran sungai
(DAS).

 Daerah Perbukitan.

Daerah dengan ketinggian antara 500 – 999 m dari permukaan laut.


Daerah Perbukitan Rendah adalah daerah yang reliefnya relatif datar,
dengan beda ketinggian antara 5 – 25 m, yang terdapat pada ketinggian 200
– 499 m dpal.

Penyebaran daerah perbukitan wilayah Kecamatan Lowokwaru dengan


ketinggian + 500 m di atas permukaan air laut. Daerah perbukitan rata-rata
mempunyai kemiringan lereng antara 15 – 40º. Daerah perbukitan beriklim
tropis dengan type iklim tropis AW.

D. DEMOGRAFI KECAMATAN LOWOKWARU


Luas Wilayah: 2,089.513 Ha
Kelurahan: 12 Kelurahan
Kelurahan Jumlah RT Jumlah RW
1. Kelurahan
104 15
Lowokwaru
2. Kelurahan
30 6
Tasikmadu
3. Kelurahan
49 6
Tunggulwulung
4. Kelurahan
73 8
Tunjungsekar

6
5. Kelurahan
49 9
Tlogomas
6. Kelurahan
82 12
Merjosari
7. Kelurahan
50 7
Dinoyo
8. Kelurahan
40 7
Sumbersari
9. Kelurahan
32 5
Ketawanggede
10. Kelurahan
74 16
Tulusrejo
11. Kelurahan
74 16
Jatimulyo
12. Kelurahan
114 19
Mojolangu
Jumlah penduduk data tahun 2015 :
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin :
Jumlah Laki-laki = 93.261 orang
Jumlah Perempuan = 88.456 orang
Total = 181.717 orang

E. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KECAMATAN


LOWOKWARU
Administrasi Pemerintahan Kecamatan Lowokwaru:
Kecamatan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008
yang merupakan perangkat daerah yang terdiri dari:
 Camat: Imam Badar, SE., MSI.
 Sekretaris Camat yang terbagi menjadi 3 sub bagian :
Kepala Sub Bagian Penyusunan Program
Kepala Sub Bagian Keuangan

7
Kepala Sub Bagian Umum
 Kepala Seksi Pemerintahan
 Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban
 Kepala Seksi Pemberdayaan dan Masyarakat Kelurahan
 Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial
 Kepala Seksi Pelayanan Umum

F. DAFTAR KELURAHAN KECAMATAN LOWOKWARU


1. Kelurahan Merjosari

a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Merjosari


 Sejarah Kelurahan Merjosari

Pada tahun 1994 Rt 01 bergabung dengan RT 03 pada saat itu ketua RT


masih dipimpin Drs Sagiyo kemudian 2001 terjadi pemisahan administratif Rt
01 dibagi menjadi Rt 01 dan Rt 02. Ketua RT sudah digantikan Bapak Andik
Aryanto yang seluruh cakupannya Jl Joyo Tambaksari yang berjumlah 50 kk.

 Administrasi Pemerintahan Kelurahan Merjosari

Kelurahan Merjosari merupakan kelurahan yang terletak di wilayah


Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Kelurahan ini terdiri dari 12 RW (Rukun
Warga) dan 81 RT (Rukun Tetangga). Merjosari merupakan kelurahan paling
barat di Kota Malang.

8
Secara administratif, Kelurahan Merjosari dikelilingi oleh kelurahan
lainnya yang ada di Kota Malang. Di sebelah utara, Kelurahan Merjosari
berbatasan langsung dengan Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru.
Sedangkan di sebelah timur, kelurahan ini berbatasan langsung dengan
Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru. Di sebelah selatan, Kelurahan
Merjosari berbatasan dengan Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun.
Lalu, di sebelah barat, Kelurahan ini berbatasan dengan Desa Tegalweru
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Merjosari dipimpin oleh seorang Lurah. Dalam mengemban tugasnya


sehari-hari, Lurah Merjosari dibantu oleh staf dengan jumlah personel 10 orang.
Untuk mengurus administrasi kependudukan, warga setempat bisa datang ke
Kantor Kelurahan Merjosari yang beralamatkan di Jl. Kertojoyo, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang 65144.

Dalam menjalankan tugas pemerintahan di wilayahnya, Kelurahan


Merjosari memiliki mitra kerja. Mulai dari bidang pendidikan, kesehatan
masyarakat, ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban, partisipasi
masyarakat, pemerintahan, lembaga masyarakat, hingga pemberdayaan
kesejahteraan keluarga. Selain itu, ada organisasi sosial kemasyarakatan seperti
karang taruna, karang werda, kader lingkungan, PSM (Pekerja Sosial
Masyarakat), Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani dan Nelayan), KKB (Kader
Keluarga Berencana), BKB (Bina Keluarga Balita), WKSBM (Wahana
Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat), Tokoh Masyarakat, Gerdu Taskin,
PLKB, Dasawisma, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK, Modin, Satgas
Linmas, dan lain-lain.

Di Kelurahan ini terdapat Taman Merjosari, sebuah taman baru yang saat
ini mulai menjadi idola bagi masyarakat sekitar. Taman ini terletak di depan
Pasar Mojosari. Selain tanaman hijau yang menjadi sumber oksigen, terdapat
pula beberapa gazebo yang biasa dipakai sebagai tempat nongkrong. Ada pula
track untuk lari pagi atau sekedar jalan santai di sekeliling taman ini.

9
Untuk mendukung misi Kota Malang sebagai salah satu kota pendidikan di
Jawa Timur, pendidikan juga digalakkan di Kelurahan Merjosari. Sekolah-
sekolah yang ada di kelurahan ini antara lain adalah SMP Satu Atap Merjosari
dan SMP Sunan Giri.

b) Potensi Wisata dan Budaya

1) Taman Singha Merjosari

Taman Singha Merjosari merupakan taman yang terletak di Jalan


Mertojoyo Selatan, kelurahan Merjosari, Malang. Dapat dikatakan
bahwa taman ini memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Keberadaannya
yang sangat dekat dengan pemukiman warga membuat taman ini selalu
ramai dikunjungi khususnya pada hari-hari libur.
Taman Singha Merjosari merupakan taman kota yang dibangun
dengan konsep kriteria taman kota hijau. Taman yang rencananya
mencapai luas 29.012 m2 ini, bertujuan untuk memenuhi amanat UU
Penataan Ruang, sebagai sarana interaksi sosial budaya, tempat bermain
dan belajar bersama menuju kehidupan lestari. Menjadikan taman
memiliki keseimbangan fungsi ekologis, hidrologis, kesehatan, sosial,
ekonomi dan kesehatan.
2) Situs Pertirtaan Merjosari

10
Sumber: malangpost
Sumber ini dulunya adalah petirtaan peninggalan Kerajaan
Kanjuruhan yang usianya lebih dari 1200 tahun. Untuk mencapai lokasi
ini harus melewati Jalan Joyosuko Metro. Berjalan kaki kurang lebih
500 meter, untuk menuju ke lokasi diduga petirtaan. Lokasi diduga
petirtaan ini, tepat berada di dasar dinding tanah setinggi kurang lebih
10 meter. Dari sela-sela tanah, muncul air bening yang mengalir ke arah
kali Metro. Di dekat dinding tanah, terdapat sebuah satu area seperti
kolam, yang diduga kuat menjadi pusat petirtaan.
Kolam ini tidak dalam, hanya sedalam kurang lebih 1 meter dengan
panjang dan lebar 1,5 meter. Tapi, kolam tersebut terlihat seperti buatan
manusia, dan tidak terbentuk secara alami dari erosi air terhadap batuan
cadas di sekitar sumber tersebut. Area yang berada di sekitar kawasan
diduga petirtaan, memiliki luas kurang lebih 50 meter kali 50 meter.
kawasan ini sangat mirip dengan petirtaan Ngawonggo Nanasan
Tajinan. Selain itu, kawasan ini juga memiliki satu batu besar yang
berada tidak jauh dari sumber air. Batu besar ini diduga umpak, karena
terdapat satu cekungan seukuran kepalan tangan.
lokasi ini sudah disebut benda cagar budaya dengan meninjau
usianya. Umurnya sudah sangat tua. Kawasan ini diduga ada koneksi
dengan kerajaan Dinoyo dan kerajaan Kanjuruhan.

2. Kelurahan Tlogomas

11
a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Tlogomas
 Sejarah Kelurahan Tlogomas

Pada Masa Pemerintahan Belanda, Desa Tlogomas yang awalnya


bernama Desa Guyangan masuk dalam District Dau Afdeling Malang sesuai
dengan staatblad No.16 tahun 1819. Perubahan nama dari nama
“Guyangan” menjadi “Telogomas” yang kemudian perkembangannya
dikenal dengan “Tlogomas” tanpa huruf “e”. Hal tersebut dapat di ketahui
dalam peta yang dibuat oleh Bosch pada tahun 1923/1924, berkenaan
dengan daerah Dinoyo-Merjosari, nama Tlogomas belum ada. Dalam peta
tersebut hanya tertera nama-nama Ngelo, Karuman, Guyangan,
Pelandungan (nama-nama ini sekarang merupakan wilayah di kelurahan
Tlogomas), Marjoyo, Merjosari, Dinoyo, dan Ketawanggede. Diduga nama
Tlogomas terbentuk sekitar tahun 1930-an, ketika masyarakat sering
menemukan benda-benda dari emas di sekitar telaga (sekarang tandon air
atau PDAM Tlogomas), sehingga daerah temuan tersebut dekenal dengan
nama “Telogo Mas”.

Nama-nama dukuh karuman, Guyangan, Pelandungan ternyata


merupakan dukuh kuno (tercantum dalam prasasti), kecuali dukuh Ngelo
berasal dari nama sebuah pohon yang ada di wilayah tersebut. Dari sekian
nama dukuh yang ada di wilayah Tlogomas, ternyata dukuh Wurandungan
atau Pelandungan bahkan sekarang disebut sebagai Kelandungan adalah
sebuah wilayah desa yang zaman dahulu pernah mendapat Hak Swatantra

12
dari Raja. sedangkan dukuh yang lain hanya diberikan sebatas sebagai saksi
dalam penetapan sebuah tanah perdikan.

Pada masa kerajaan Mataram kuno di Jawa Timur yaitu pada masa
pemerintahan Raja Sindok, Desa Wurandungan dijadikan tempat suci yang
utama. Disebutkan dalam prasasti Wurandungan tahun 948 M bahwa Raja
Sindok menetapkan Desa Wurandungan sebagai daerah swatantra secara
administratif, Prasasti Wurandungan secara lengkap tertulis sebagai berikut
TAHUN 869 SAKA BULAN PHALGUNA WUKU KULAWU
SWATIDEWATA KUWERAMANDALA WAWAKARANA
INDRAPARWWESA BHARANINAKSATRA atau ekuivalen dengan
tanggal 23 Februari 948 M hari Rabu Wage Tungle. Atas dasar hal tersebut
dapat dikatakan bahwa Desa Wurandungan secara administratif
melaksanakan pengelolaan desa secara otonom/swatantra sejak tanggal 23
Februari 948 M hari Rabu Tungle. Berdasarkan Prasasti tersebut akhirnya
disepakati oleh masyarakat bahwa tanggal 23 februari ditetapkan sebagai
hari jadi Desa Tlogomas.

Dalam wilayah Desa Tlogomas ada bagian wilayah tertentu yang


dikenal dengan istilah “Lingkungan “. Dalam satu lingkungan bisa terdiri
dari beberapa wilayah RW. Secara geografis Desa Tlogomas terbagi atas
tiga lingkungan, yaitu lingkungan Guyangan meliputi RWI, RW II, RW III,
dan RW VIII lingkungan Karuman meliputi RW IV, RW V dan RW VI,
sedangkan lingkungan Ngelo meliputi RW VII dan RW IX. Di setiap
lingkungan tersebut terdapat lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan
seperti Rukun Kematian, Paguyuban RTdan RW yang setiap bulannya
mengadakan pertemuan secara bergilir di rumah-rumah anggota paguyuban.
Sarana pertemuan tersebut sering di jadikan media komunikasi antara warga
dengan perangkat Pemerintah Desa. Sedangkan di Tingkat Desa terdapat
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat Desa,
seperti Lembaga Keswadayaan Masyarakat Desa (LKMD), Pemberdayaan
Kesejahtraan Keluarga (PKK) dan Karang Taruna sebagai mitra kerja

13
Pemerintah Desa dalam menjalankan program.
Berikut ini nama-nama Kepala Desa Tlogomas sebelum dan sesudah masuk
ke wilayah Kotamadya Tingkat I Malang.

o Lasimun Karyonoto (masa jabatan sampai tahun 1980).


o Sapawi (masa jabatan tahun 1980-1990)
o Supriyanto, S. Sos (masa jabatan tahun 1990-2000).

 Administrasi Pemerintahan Kelurahan Tlogomas


Gambaran umum Kelurahan Tlogomas meliputi batas administrasi,
kondisi fisik dasar dan kondisi fisik binaan. Kedudukan Kelurahan
Tlogomas terletak di sebelah utara Kota Malang, tepatnya berbatasan
dengan Kabupaten Malang. Jarak pusat pemerintahan Kelurahan
Tlogomas dengan Kecamatan Lowokwaru sejauh 4 km, sedangkan
dengan pusat Kota Malang sejauh 10 km, dan jarak dengan Pusat
Propinsi Jawa Timur sejauh 100 km.
Kelurahan Tlogomas mempunyai luas 1807945,83 m2 dengan
batasan administrasi wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Kelurahan Tunggul Wulung
• Sebelah Selatan : Kelurahan Merjosari
• Sebelah Barat : Desa Landungsari Kecamatan Dau
• Sebelah Timur : Kelurahan Dinoyo

Kelurahan Tlogomas merupakan salah satu kelurahan yang terletak


di kawasan Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Kawasan Kelurahan
Tlogomas memiliki 9 RW yang dilalui oleh Sungai Metro dan Sungai
Brantas. Saluran drainase yang dimiliki oleh tiap-tiap RW di Kelurahan
Tlogomas mengalir ke Sungai Metro dan ke Sungai Brantas. Untuk RW
1, RW 2, RW 3, RW 6, RW 8, dan RW 9 saluran drainasenya mengalir
ke Sungai Metro. Untuk RW 4, RW 5, dan RW 7 saluran drainasenya
mengalir ke Sungai Brantas. Sistem saluran drainase di kawasan

14
Kelurahan Tlogomas menggunakan dua tipe saluran yaitu, saluran
terbuka dan saluran tertutup. Untuk air di dalam saluran drainasenya
sendiri dibedakan menjadi campuran dan terpisah. Pengertian campuran
dalam hal ini, antara air limbah rumah tangga dan limpasan air hujan
dialirkan dalam satu saluran. Selain itu, pengertian terpisah dalam hal
ini, antara air limbah rumah tangga dan limpasan air hujan dialirkan ke
dalam saluran yang berbeda.
Tlogomas dipimpin oleh seorang Lurah. Dalam mengemban
tugasnya sehari-hari, Lurah Tlogomas dibantu oleh staf dengan jumlah
personel 10 orang. Untuk mengurus administrasi kependudukan, warga
setempat bisa datang ke Kantor Kelurahan Tlogomas yang beralamatkan
di Jl. Raya Tlogomas No. 56, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang
65144.
Dalam menjalankan tugas pemerintahan di wilayahnya, Kelurahan
Tlogomas memiliki mitra kerja. Mulai dari bidang pendidikan,
kesehatan masyarakat, ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban,
partisipasi masyarakat, pemerintahan, lembaga masyarakat, hingga
pemberdayaan kesejahteraan keluarga. Selain itu, ada organisasi sosial
kemasyarakatan seperti karang taruna, karang werda, kader lingkungan,
PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), Gapoktan (Gabungan Kelompok
Tani dan Nelayan), KKB (Kader Keluarga Berencana), BKB (Bina
Keluarga Balita), WKSBM (Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
Masyarakat), Tokoh Masyarakat, Gerdu Taskin, PLKB, Dasawisma,
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK, Modin, Satgas Linmas, dan
lain-lain.
Berikut Struktur Organisasi Kelurahan Tlogomas Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang

• Lurah: Aryadi Wardoyo, S.STP., M.Si.

• Jabatan Fungsional Kartiko Dwiantoro, SH.

15
• Sekretaris: Suprobo, S.Sos.

• Kasi Pemerintahan Ketentraman dan Ketertiban Umum: Edi


Eko Widodo

• Staf Pemerintahan Ketentraman dan Ketertiban Umum:


Tarmuji

• Kasi Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan: Tri


Suciati, ST., M.AP.

• Staf Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan:


Setiyowati

• Kasi Kesejahteraan Masyarakat: Darwanti

• Staf Kesejahteraan Masyarakat: Tutil Minarti

• Kasi Pelayanan Umum: Dewi Herawati Agustin

• Staf Pelayanan Umum: Budi Tri Parwani

b) Potensi Wisata dan Budaya


1) Situs Watugong

16
Situs Watugong. Batu mirip gong ini ditemukan dipekarangan
rumah penduduk. Jumlah waktu ditemukan 13 buah. Disamping itu
ditemukan pula bejana batu. Fungsi batu gong sebagai umpak dari
sebuah bangunan rumah besar. Karna disekitar batugong ditemukan
bata merah tebal yang membentuk struktur lantai. Adapun bejana
batu digunakan untuk menampung air. Dengan demikian dikatakan
bahwa Situs Watugong ini merupakan situs keagamaan.
2) Situs Karuman

17
Merupakan situs punden desa yang di dalamnya terdapat fragmen arca
yaitu yoni, lembu nandi serta beberapa lingga semu yang sekarang
digunakan sebagai nisan. Juga bata merah yang tampak terpendam. Situs
Karuman diduga sudah dimanfaatkan penduduk sejak abad ke VII M
jaman kerajaan Kanjuruhan, hingga berlanjut masa Majapahit.
Pararaton menyebut daerah Karuman sebagai tempat pemukiman,
bahkan Ken Arok pernah bermukim di Karuman. Situs Karuman
merupakan bangunan candi yang ada hubungannya dengan pertirtaan
sebab disekitar situs terdapat sumber air artesis.

18
3) Pemandian Tlogomas

Tlogomas Park, atau biasa dikenal dengan Taman Rekreasi


Tlogomas Malang. Taman Rekreasi Tlogomas menawarkan wisata yang
seru dengan berbagai spot foto unik. Tidak hanya itu, pengunjung juga
dapat menikmati wahana air yang menyenangkan. Sangat cocok
tentunya untuk wisata keluarga ataupun remaja.

Tiket masuk Taman Rekreasi Tlogomas Malang sangatlah murah.


Semua pengunjung di segala golongan usia dikenakan harga yang sama.
Harga tiket per orang adalah Rp20.000. Taman Rekreasi ini tidak
memiliki waktu libur. Objek wisata ini buka setiap hari dalam satu
minggu. Buka pukul 7 pagi dan tutup pukul 04.30 sore.

Wahana Permainan Air di Tlogo Mas Park Malang. Foto: Gmap/Gisela


Aulia Taman Rekreasi Tlogomas Malang adalah taman rekreasi tertua di
Malang. Lokasinya berada di Jalan Baiduri Pandan, Tlogomas. Nama taman
rekreasi ini sesuai dengan nama kelurahannya, yaitu Tlogomas.

Di tengah maraknya wisata modern, Taman Rekreasi ini tetap juara di


hati penggemarnya. Buktinya, menjadi taman rekreasi tertua tidak
menjadikan objek wisata ini ditinggalkan. Hingga saat ini, masih banyak
pengunjung yang datang berlibur bersama keluarga di sini. Alam yang

19
masih asri dengan banyak pepohonan rindang, menjadi ciri khasnya. Oleh
karena itu, udara di sekitar pun terasa sejuk. Tentu pengunjung akan betah
berada di sini. Apalagi, terdapat berbagai wahana wisata. Ada spot foto
miniatur landmark dunia, kolam renang, serta taman. Ada juga patung tokoh
dongeng yang pasti akan membuat anak – anak senang. Di pintu masuk,
pengunjung akan disambut dengan pemandangan kolam ikan. Kolam ini
dihias indah dengan bunga teratai di atasnya. Apalagi ketika bunga berdaun
lebar ini sedang mekar, menambah keindahan kolam dan seisinya.

3. Kelurahan Sumbersari

a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Sumbersari


 Sejarah Kelurahan Sumbersari

Sumbersari sebagai salah satu kelurahan di Kecamatan Lowokwaru


Kota Malang sangat populer di telinga masyarakat. Namun tidak banyak
yang tahu sejarah Sumbersari serta apa saja yang kini tersisa di kelurahan
yang tergolong sangat padat di kota pendidikan ini.

Kelurahan Sumbersari pada zaman dahulu merupakan rawa-rawa yang


sangat luas sekali. Daerah ini sangat terkenal akan lahan pertaniannya yang
melimpah. Tanahnya pun sangat subur. Bahkan bermulanya nama dusun
Pilang ini pun terbilang unik. Lantaran cerita rakyat yang beredar
menyebutkan bahwa kata tersebut diambil dari “Sapi Ilang” yang kemudian
disingkat menjadi Pilang.

20
Cerita rakyat yang beredar menyebutkan, bahwa dulu ada sebuah
sumber air yang sangat besar yang merupakan tempat untuk memandikan
sapi setelah membajak sawah. Memang dulunya daerah ini merupakan
persawahan yang luas, sebelum sekarang menjadi perumahan dan
pemukiman padat penduduk.

‘’Sumber air ini, selain besar juga sangat dalam airnya, sehingga
seringkali setelah sapi dimandikan dan dilepas, sapi-sapi ini berjalan
menuju ke tengah dan tenggelam tidak muncul lagi. Peristiwa ini sering
terjadi yang akhirnya muncullah sebutan daerah ini menjadi dusun Pilang
alias Sapi Ilang. Itu karena seringnya kejadian sapi ilang di sumber air
tersebut,’’ terang Eko, yang juga asli warga Sumbersari.

Dari tujuh sumber air yang ada di Kelurahan Sumbersari, lanjutnya, saat
ini tinggal satu sumber yang masih bisa dijumpai serta berfungsi bagi
penduduk sekitar. Sumber air ini berada di dalam SMKN 2 Malang Jl.
Veteran.

 Administrasi Pemerintahan Kelurahan Sumbersari

Secara administratif, Kelurahan Sumbersari dikelilingi oleh kelurahan


lainnya yang ada di Kota Malang. Di sebelah utara, Kelurahan Sumbersari
berbatasan langsung dengan Kelurahan Ketawanggede dan Kelurahan
Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru. Sedangkan di sebelah timur, kelurahan ini
berbatasan langsung dengan Kelurahan Oro-oro Dowo dan Kelurahan
Penanggungan, Kecamatan Klojen. Di sebelah selatan, Kelurahan
Sumbersari berbatasan dengan Kelurahan Gadingkasri, Kecamatan Klojen
dan Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun. Lalu, di sebelah barat,
Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Dinoyo, Kecamatan
Lowokwaru dan Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun.

Sumbersari dipimpin oleh seorang Lurah. Dalam mengemban tugasnya


sehari-hari, Lurah Sumbersari dibantu oleh staf dengan jumlah personel 10
orang. Untuk mengurus administrasi kependudukan, warga setempat bisa

21
datang ke Kantor Kelurahan Sumbersari yang beralamatkan di Jl. Bend
Sigura-gura No. 31, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang 65145.

Dalam menjalankan tugas pemerintahan di wilayahnya, Kelurahan


Sumbersari memiliki mitra kerja. Mulai dari bidang pendidikan, kesehatan
masyarakat, ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban, partisipasi
masyarakat, pemerintahan, lembaga masyarakat, hingga pemberdayaan
kesejahteraan keluarga. Selain itu, ada organisasi sosial kemasyarakatan
seperti karang taruna, karang werda, kader lingkungan, PSM (Pekerja Sosial
Masyarakat), Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani dan Nelayan), KKB
(Kader Keluarga Berencana), BKB (Bina Keluarga Balita), WKSBM
(Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat), Tokoh Masyarakat,
Gerdu Taskin, PLKB, Dasawisma, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini),
TK, Modin, Satgas Linmas, dan lain-lain.

Awalnya, Kelurahan Sumbersari masuk dalam wilayah Kecamatan


Klojen. Saat ada pemekaran wilayah Kota Malang, tepatnya pada April
1988, Sumbersari bergabung dengan Kecamatan Lowokwaru, bersama 11
kelurahan lainnya.

Kelurahan Sumbersari memiliki luas 1,28 Km2, dan berada pada


ketinggian 440 m dari atas permukaan laut. Suhu temperatur maksimum di
wilayah kelurahan ini berkisar antara 25 derajat hingga 32 derajat celsius.
Jumlah penduduk yang tercatat di kelurahan ini sekitar 14.661 jiwa, yang
mayoritasnya memiliki usaha kos-kosan dan kuliner (warung makanan dan
Minuman).

Untuk mendukung misi Kota Malang sebagai salah satu kota pendidikan
di Jawa Timur, pendidikan juga digalakkan di Kelurahan Sumbersari.
Sekolah-sekolah menengah yang ada di kelurahan ini antara lain SMA
Negeri 8, SMA Muhammadiyah 02, SMK Muhammadiyah 03, SMP Negeri
4, SMP Laboratorium UM, dan SMP Muhammadiyah 06.

22
4. Kelurahan Ketawanggede

a) Sejarah & Kelurahan Ketawanggede

Kelurahan Ketawanggede merupakan kelurahan yang terletak di


wilayah Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Kelurahan ini terdiri dari
lima RW (Rukun Warga) dan 32 RT (Rukun Tetangga). Situs
Ketawanggede terletak di tengah kota yang sangat padat penduduknya,
letaknya berada di samping Universitas Brawijaya Malang. Lokasinya tepat
berada di halaman parkir restoran cepat saji Mc Donald yang ada di Jalan
MT Haryono.

Di sebuah tempat yang ada pagarnya ini, situs Ketawanggede terkumpul


dan terdiri dari beberapa batu andesit yang berbentuk seperti batu gong,
potongan miniatur candi, dan dua buah Yoni yang terbuat dari batu andesit
yang sudah rusak. Yoni yang berbentuk kotak itu oleh masyarakat setempat
lebih sering disebut sebagai lumpang kotak.

Meski berita keberadaan situs Ketawanggede baru hadir di era tahun


2012, nyatanya situs tersebut sudah ada di catatan Belanda di tahun 1907
dan 1927, menurut catatan itu batu-batu itu dulu berserakan di pinggir jalan
sebelum dikumpulkan dan disimpan dalam sebuah cungkup.

23
Kabarnya, dulu di sana juga terdapat tiga buah lingga, arca Ganesha dan
arca lembu Nandi. Kini keberadaannya sudah tidak ada karena sudah
disimpan di Museum maupun Gedung Kelurahan Ketawanggede.
Sayangnya, ketidaktahuan masyarakat dulu tentang benda sejarah juga
membuat batu-batu sebesar gong dihancurkan kemudian digunakan untuk
membuat rumah, dan yang ada di sana adalah sisa saja. Sementara itu, pihak
Disbudpar Malang menyatakan jika keberadaan situs Ketawanggede sudah
diteliti. Namun, pihak pemkot Disbudpar tidak memindahkannya ke
Museum Mpu Purwa karena pihak pemilik resto cepat saji menyatakan
ingin melakukan perawatan.

b) Potensi Wisata dan Budaya

24
Situs Ketawanggede adalah peninggalan agama Hindu, Batu Gong yang
kemudian menjadi nama kampung Watu Gong tersebut lebih berbentuk
umpak yang digunakan untuk menahan tiang bangunan yang biasanya
terbuat dari kayu. Diperkirakan, keberadaan situs Ketawanggede
merupakan peninggalan dari Kerajaan Kanjuruhan. Sebuah kerajaan yang
diperkirakan tertua di Jawa Timur dengan penguasa yang terkenal bernama
Raja Gajayana. Para ahli memperkirakan jika di sekitar tersebut masih ada
peninggalan yang lain misalnya Candi, namun pencarian itu urung
dilakukan karena tanah yang ada di sana sudah sepenuhnya milik restoran
cepat saji tersebut.

5. Kelurahan Dinoyo

25
a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Dinoyo

sekitar tahun 1960-an sampai awal 1980-an awal, Dinoyo adalah


wilayah agraris. “Mayoritas penduduk di sini petani padi, sementara lahan
lain digunakan sebagai perkebunan tebu. Itu sebabnya dahulu di Desa
Dinoyo terdapat jalur lori yang mengangkut tebu-tebu penduduk ke pabrik
gula Kebon Agung dan Krebet. Seiring perkembangan zaman, terutama
ketika perubahan status desa menjadi kelurahan, terjadi pembangunan
besar-besaran di wilayah Dinoyo. Banyak sawah-sawah dan perkebunan
penduduk berubah menjadi pertokoan dan pusat perbelanjaan. Daerah ini
semakin ramai dan terjadilah perubahan wilayah yang dahulunya pedesaan
asri menjadi kawasan padat penduduk seperti sekarang ini.

Asal-Usul Nama Dinoyo Sebagai Toponimi

Situs Kanjuruhan yang meliputi wilayah Karang Dinoyo


(Dyanayana), Karang Besuki (Vasuki), Mertojoyo (Amerthajaya), dan
Merjosari (Amrtha-Jaya-Sri) menunjuk pada nama-nama
bersifatVaisynava (Waisnawa, salah satu sekte Hindu pemuja Wisnu
sebagai Dewa terteinggi, red).

Sayangnya, belum ada info yang menjelaskan arti kata dari


Dyanayana. Seakan hanya memberitahukan bahwa kata ‘Dinoyo’ itu adalah
kata serapan dari Bahasa Sanskerta yang di Jawa-kan, serta berkaitan
dengan salah satu sekte keagaaman Hindu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wilayah Dinoyo adalah


salah satu pusat dari Kerajaan Kanjuruhan, juga saat Kerajaan Kanjuruhan
yang merdeka itu, berubah status menjadi Watak Kanuruhan, yaitu daerah
bawahan dari Kerajaan Medang atau Mataram Hindu. Bahkan pernah
ditemukan prasasti yang disebut sebagai prasasti Dinoyo I dan juga prasasti
Dinoyo II (prasasti Dang Hyang Guru Candik) di wilayah Ini.

26
b) Potensi Wisata dan Budaya

Kampung Kramik Dinoyo

Cikal-bakal Kampung Wisata Keramik Dinoyo ini ternyata telah ada


sejak tahun 1957. Semula, warga sekitar hanya memproduksi gerabah
sederhana serta perlengkapan rumah tangga. Lambat laun, pengaruh keramik
dari Cina mulai masuk ke Indonesia, termasuk di Malang. Bahan pembuatan
keramik Cina mulai dipadukan dengan keramik berbahan lokal, dan
melahirkan jenis keramik semi porselen. Hingga saat ini, perpaduan ini masih
digunakan oleh para pengrajin keramik.

Sebenarnya, proses pembuatan keramik membutuhkan empat bahan


utama, yakni bahan pengikat, bahan pelebur, bahan pengisi dan bahan
tambahan. Kaolin, fire clay, ball clay, dan red clay merupakan bahan pengikat
yang dibutuhkan untuk pembuatan keramik. Sedangkan untuk bahan pelebur,
perajin biasanya menggunakan kapur dan fespal. Sebagai bahan pengisi,

27
perajin menggunakan silika dan samot, serta talk, water glass dan pyrophilit
sebagai bahan tambahan.

6. Kelurahan Tunggulwulung
a) Administrasi pemerintahan Kelurahan Tunggulwulung

Kelurahan Tunggulwulung merupakan kelurahan yang terletak di


wilayah Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Kelurahan ini terdiri dari
enam RW (Rukun Warga) dan 49 RT (Rukun Tetangga).

Secara administratif, Kelurahan Tunggulwulung dikelilingi oleh


kelurahan lainnya yang ada di Kota Malang. Di sebelah utara, Kelurahan
Tunggulwulung berbatasan langsung dengan Desa Kepuharjo, Kecamatan
Karangploso, Kabupaten Malang. Sedangkan di sebelah timur, kelurahan ini
juga berbatasan langsung dengan Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan
Lowokwaru. Di sebelah selatan, Kelurahan Tunggulwulung berbatasan
dengan Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru. Lalu, di sebelah
barat, Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Tlogomas, Kecamatan
Lowokwaru.

Tunggulwulung dipimpin oleh seorang Lurah. Dalam mengemban


tugasnya sehari-hari, Lurah Tunggulwulung dibantu oleh staf dengan
jumlah personel 10 orang. Untuk mengurus administrasi kependudukan,
warga setempat bisa datang ke Kantor Kelurahan Tunggulwulung yang

28
beralamatkan di Jl. Arumba No. 6 (d/h Jl. Raya Bawang No. 1) Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang 65143. Untuk informasi lebih lanjut bisa
menghubungi nomor telepon kantor 0341-484160, mengirimkan faks ke
0341-484160, mengirimkan email ke kel-
tunggulwulung@malangkota.go.id, atau melihat laman resminya di
http://keltunggulwulung.malangkota.go.id

b) Potensi Wisata dan Budaya

Pada era zaman colonial belanda di Indonesia, banyak sekali


perkembangan modern yang terjadi, terlebih lagi untuk wilayah Kota
Malang. Khususnya pada daerah Kota Malang yaitu kawasan
Tunggulwulung. Yang mana disana peradaban yang kian pesat akibat
system kerja paksa yang didirikan oleh pemerintah koloni Belanda serta
maraknya juga bisnis industry yang didirikan oleh sang pemerintah
Belanda.

Seperti pembangunan jalan rel untuk Kereta Llori. Kereta Llori merupakan
kereta kecil dan memiliki gerbong – gerbong bermuatan khusus dengan
kapasitas sedang. Dimana kereta ini difungsikan untuk mengangkut hasil
perkebunan masyarakat setempat untuk dibawa menuju pabrik. Adapun
hasil kebun yang dimuat di Kereta Llori seperti tebu, jagung, ubi , padi dll.

29
Dan di kawasan Tunggulwulung lah salah satu kawasan di Kota Malang
yang memiliki salah satu peninggalan sejarah tersebut. Terbukti dengan
adanya jalur kereta Llori di beberapa tempat di kawasan Tunggulwulung.
Masyarakat setempat menjelaskan bahwa, dahulu jalur tersebut merupakan
jalur dimana kereta Llori membawa hasil pertanian tebu masyarakat untuk
dibawa menuju Pabrik Gula Kebon Agung. Namun sekarang karena sudah
tergiling usia, sehingga banyak jalur rel yang sudah rapuh serta termakan
oleh padatnya pemukiman.

7. Kelurahan Jatimulyo

a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Jatimulyo


Sebelum peraturan disahkan Kelurahan Jatimulyo masih berstatus
desa yang masuk wilayah Kecamatan Blimbing sesuai Peraturan daerah
Nomor 4 Tahun 1967. Peraturan ini meneruskan peraturan ‘Gemeenteblad
No. 108 Tahun 1937’. Baru kemudian tahun 1987, ketika Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 1987 dikeluarkan, terjadi pemekaran.

30
Kecamatan yang semula berjumlah tiga kecamatan menjadi lima
kecamatan. Tiga kecamatan awal itu adalah Kecamatan Klojen,
Kecamatan Blimbing, dan Kecamatan Kedungkandang yang kemudian
mengalami pemekaran menjadi Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing,
Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Lowokwaru, dan Kecamatan
Sukun.
Kelurahan Jatimulyo masuk ke dalam wilayah Kecamatan Lowokwaru
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1987.
Menurut toponiminya, Kelurahan Jatimulyo sama seperti
kelurahan/dukuh/desa lain yang banyak menggunakan nama tumbuhan.
Nama “Jatimulyo” terdiri dari dua kata yaitu “jati” dan “mulyo”. “Jati”
adalah nama pohon, sedangkan “mulyo” atau “mulya” berasal dari kata
“mulia” (Prawiroatmojo, 1988: 179 dan 384). Berdasarkan arti kata tersebut
bisa jadi pada zaman dahulu di wilayah Kelurahan Jatimulyo banyak sekali
tumbuh pohon jati yang berkualitas atau memberi manfaat yang baik
(mulya).

b) Potensi Wisata dan Budaya

Pada era zaman colonial belanda di Indonesia, banyak sekali


perkembangan modern yang terjadi, terlebih lagi untuk wilayah Kota
Malang. Khususnya pada daerah Kota Malang yaitu kawasan
Tunggulwulung. Yang mana disana peradaban yang kian pesat akibat
system kerja paksa yang didirikan oleh pemerintah koloni Belanda serta
maraknya juga bisnis industry yang didirikan oleh sang pemerintah
Belanda.
Seperti pembangunan jalan rel untuk Kereta Llori. Kereta Llori
merupakan kereta kecil dan memiliki gerbong – gerbong bermuatan khusus
dengan kapasitas sedang. Dimana kereta ini difungsikan untuk mengangkut
hasil perkebunan masyarakat setempat untuk dibawa menuju pabrik.

31
Adapun hasil kebun yang dimuat di Kereta Llori seperti tebu, jagung, ubi ,
padi dll.
Dan di kawasan Tunggulwulung lah salah satu kawasan di Kota Malang
yang memiliki salah satu peninggalan sejarah tersebut. Terbukti dengan
adanya jalur kereta Llori di beberapa tempat di kawasan Tunggulwulung.
Masyarakat setempat menjelaskan bahwa, dahulu jalur tersebut merupakan
jalur dimana kereta Llori membawa hasil pertanian tebu masyarakat untuk
dibawa menuju Pabrik Gula Kebon Agung. Namun sekarang karena sudah
tergiling usia, sehingga banyak jalur rel yang sudah rapuh serta termakan
oleh padatnya pemukiman.

Situs Menjing (Punden Mbah Bul)

Situs terakhir di Kelurahan Jatimulyo yaitu Situs Menjing (Punden


Mbah Bul). Situs ini terletak ± 300 meter dari Situs Sumber Menjing, yang
terletak di areal pemakaman umum di atas tanah membukit ± 200 m dari
aliran sungai.

32
Situs ini berlokasi di Jl. Pisang Kipas depan tempat pembuangan sampah
(TPA). Latar kesejarahan Situs Menjing kurang begitu jelas. Namun
Artebianz kesejarahan situs ini bermula dari Masa Hindu-Buddha dan masa
perkembangan Islam. Peninggalan arkeologi yang didapati hanya berupa
bata-bata kuno dan pecahan gerabah non-glasir. Selain itu, terdapat dua
makam Islam dinaungi cungkup. Warga setempat meyakini sebagai pusara
dari “Mbah Bul” dan istrinya. Tradisi lisan mengisahkan bahwa Mbah Bul
adalah sosok “sing mbabad, atau sing mbedah krawang (pembuka)” daerah
Menjing dan sekitarnya.
Belum diperoleh kepastian apakah kedua makam itu merupakan makam
yang sesungguhnya ataukah “makam semu”. Kendati jirat dan lantai makam
telah dilapisi keramik, tapi nisan Mbah Mbul menggunakan bata besar yakni
bata-bata kuno yang bisa jadi berasal dari masa Pra-Islam. Bata-bata
demikian banyak terdapat di sekitar cungkup makam. Ada yang berupa
pecahan, ada pula yang masih utuh, bahkan membentuk struktur.
Selain itu, tidak sedikit terdapat pecahan gerabah tua nonglasir di
permukaan tanah. Adanya bata-bata besar-tebal dan matang dalam
pembakaran serta fragmen gerabah menjadi petunjuk bahwa Situs Menjing
berasal dari masa Hindu-Buddha, yang berlanjut ke masa perkembangan
Islam. Jika benar demikian Situs Menjing adalah situs lintas masa

8. Kelurahan Mojolangu

a) Administrasi pemerintahan Kelurahan Mojolangu

33
Secara administratif, Kelurahan Mojolangu dikelilingi oleh kelurahan
lainnya yang ada di Kota Malang. Di sebelah utara, Kelurahan Mojolangu
berbatasan langsung dengan Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan
Lowokwaru. Sedangkan di sebelah timur, kelurahan ini juga berbatasan
langsung dengan Kelurahan Purwodadi dan Kelurahan Blimbing,
Kecamatan Blimbing. Di sebelah selatan, Kelurahan Mojolangu
berbatasan dengan Kelurahan Tulusrejo, Kecamatan Lowokwaru. Lalu, di
sebelah barat, Kelurahan Mojolangu berbatasan dengan Kelurahan
Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru.

Mojolangu dipimpin oleh seorang Lurah. Dalam mengemban tugasnya


sehari-hari, Lurah Mojolangu dibantu oleh staf dengan jumlah personel 10
orang. Untuk mengurus administrasi kependudukan, warga setempat bisa
datang ke Kantor Kelurahan Mojolangu yang beralamatkan di Jl.
Sudimoro No. 17, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang 65142. Untuk
informasi lebih lanjut bisa menghubungi nomor telepon kantor 0341-
474320, mengirimkan faks ke 0341-474320, mengirimkan email ke kel-
mojolangu@malangkota.go.id, atau melihat laman resminya di
http://kelmojolangu.malangkota.go.id

b) Potensi Wisata dan Budaya

Kawasan Wisata Kuliner

Adapun kawasan wisata kuliner di daerah desa Sudimoro, yaitu


“kawasan kopi – kopi an”. Itu berlokasikan di sebelah utara Patung Pesawat
Jl. Soekarno Hatta. Di kawasan tersebut berdiri kurang lebih 40 coffee shop,
baik kelas nya café maupun kedai biasa. Setiap harinya kawasan tersebut
selalu ramai dipadati pengunjung khususnya anak – anak muda.

34
Pada era ini dimana maraknya segala macam bisnis kuliner salah
satunya yaitu bisnis kopi. Indonesia merupakan salah satu Negara yang
mana sebagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, salah
satunya bertanam kopi. Karena lokasi geografinya yang memungkinkan dan
sangat cocok untuk menanam kopi dengan kualitas biji kopi yang amat
jempol membuat para wirausahawan kopi menjadi lebih cekatan dan giat
dalam meraih benefit / keuntungan.

Termasuk masyarakat Kota Malang yang memilih mendirikan bisnis


kopinya di daerah Sudimoro. Mulai bermodalkan 50 jt – 500 jt an berdiri
kokoh di kawasan “ kopi – kopi an Sudimoro” tersebut. Uniknya kawasan
perkopian tersebut tentu menjadi daya tarik bagi wisatawan luar kota yang
berkunjung ke kota Malang, bahkan wisatawan luar negeri yang doyan
banget menikmati kopi juga sering berdatangan ke kawasan “ kopi – kopi
an Sudimoro “.

Pertunjukan Budaya

Seni Jaran Kepang ialah salah satu pertunjukan budaya yang sering
dilaksanakan oleh masyarakat Mojolangu. Biasanya acara ini di gelar di
Lapangan Sudimoro pada bulan agustus. Acara ini rutin dilakukan
masyarakat setempat setahun sekali dalam rangka memperingati hari
kemerdekaan, dan disisi lain sudah merupakan tradisi turun – temurun dari
petuah adatnya. Konon katanya demi menjaga kelancaran rezeki masyarakat
setempat dan kelancaran sumber mata air untuk kebutuhan utama warga
setempat, maka perlu diadakannya acara syukuran berupa seni pertunjukan

35
yaitu Jaran Kepang. Maka dari itulah pagelaran Seni Jaran Kepang selalu
diadakan masyarakat Mojolangu dan acara ini dilakukan oleh kaum pria
yang sudah beranjak menuju dewasa / sudah baligh.

Dalam pagelaran acara ini disertai juga acara makan bebarengan dan
biasanya juga ada pertunjukan lainnya yang disediakan panitia / masyarakat
setempat, sehingga acara ini cukup meriah untuk dihadiri banyak
pengunjung.

9. Kelurahan Tunjungsekar

a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Tunjungsekar


Tunjungsekar berasal dari rangkaian kata tunjung berarti nama pohon
bunga dan sekar yang berarti kembang/bunga,jadi dapat dimaknai
Tunjungseka radalah Desa dengan Ikon/maskotnya berupaTanaman
Bunga Tunjung/Tanjung. Filosofinya bahwa Tunjungsekar ini adalah
suatu desa/kelurahan yang penduduknyaselalu ceria, mencintai keindahan,
kedamaian dan kebahagiaan.

36
Kelurahan Tunjungsekar merupakan kelurahan yang terletak di
wilayah Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Kelurahan ini terdiri
dari delapan RW (Rukun Warga) dan 73 RT (Rukun Tetangga). Secara
administratif, Kelurahan Tunjungsekar dikelilingi oleh kelurahan
lainnya yang ada di Kota Malang. Di sebelah utara, Kelurahan
Tunjungsekar berbatasan langsung dengan Kelurahan Ketawanggede
dan Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru. Sedangkan di sebelah
timur, kelurahan ini berbatasan langsung dengan Kelurahan Oro-oro
Dowo dan Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen. Di sebelah
selatan, Kelurahan Tunjungsekar berbatasan dengan Kelurahan
Gadingkasri, Kecamatan Klojen dan Kelurahan Karangbesuki,
Kecamatan Sukun. Lalu, di sebelah barat, Kelurahan ini berbatasan
dengan Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru dan Kelurahan
Karangbesuki, Kecamatan Sukun. Tunjungsekar dipimpin oleh seorang
Lurah. Dalam mengemban tugasnya sehari-hari, Lurah Tunjungsekar
dibantu oleh staf dengan jumlah personel 10 orang. Untuk mengurus
administrasi kependudukan, warga setempat bisa datang ke Kantor
Kelurahan Tunjungsekar yang beralamatkan di Jl. Ikan Piranha Atas,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang 65142.
Dalam menjalankan tugas pemerintahan di wilayahnya, Kelurahan
Tunjungsekar memiliki mitra kerja. Mulai dari bidang pendidikan,
kesehatan masyarakat, ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban,
partisipasi masyarakat, pemerintahan, lembaga masyarakat, hingga
pemberdayaan kesejahteraan keluarga. Selain itu, ada organisasi sosial
kemasyarakatan seperti karang taruna, karang werda, kader lingkungan,
PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), Gapoktan (Gabungan Kelompok
Tani dan Nelayan), KKB (Kader Keluarga Berencana), BKB (Bina
Keluarga Balita), WKSBM (Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
Masyarakat), Tokoh Masyarakat, Gerdu Taskin, PLKB, Dasawisma,
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK, Modin, Satgas Linmas, dan
lain-lain.

37
Untuk mendukung misi Kota Malang sebagai salah satu kota pendidikan
di Jawa Timur, pendidikan juga digalakkan di Kelurahan Tunjungsekar.
Sekolah-sekolah menengah yang ada di kelurahan ini antara lain SMK
Negeri 5, SMP Negeri 11, dan SMP Islam Sabilillah.
b) Potensi Wisata dan Budaya
BAMBOO MEEEK PARKS

Mengusung konsep alam dengan berbagai wahana menarik di


dalamnya, Semarak Bamboo Mewek Park menjadi destinasi wisata
edukatif di tengah padatnya Kota Malang. Diacara Semarak Bamboo
Mewek Park, tersedia camping ground, flying fox, ban air, edukasi
green house, area sawahan, serta permainan tradisional, yang dapat
dinikmati oleh masyarakat. Lokasinya ada di RT 9 RW 4, Kelurahan
Tunjung Sekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Acara ini
digagas oleh Tim Exsto, yakni sekumpulan mahasiswa Public Relations,
Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
dengan bimbingan dari dosen pembimbing, Arum Murtikasari. Semarak
Bambo Mewek ini, digagas dari adanya lokasi Bamboo Mewek Park
yang sempat menyabet juara satu dalam lomba kampung tematik 2016,
dan memiliki potensi untuk menjadi lokasi wisata alam
10. Kelurahan Tasikmadu

38
a) Administrasi pemerintahan Kelurahan Tasikmadu

Kelurahan Tasikmadu kecamatan lowokwaru merupakan salah satu


kawasan yang memiliki potensi serta masalah dalam pemanfaatan lahan,
sehingga masyarakat secara umum serta pemerintah perlu menganalisis
arahan rencana, khususnya rencana dalam tata guna lahan agar dapat
tercapai kesejahteraan bersama, Baik dalam hal sosial, ekonomi hingga
lingkungan. Berdasarkan Undang-undang dasar pasal 33 tahun 1945
menjelaskan bahwa semua komponen alam baik itu udara, air, dan tanah
merupakan milik bersama, sehingga semaksimal mungkin masyarakat dan
pemerintah berkerja sama dalam menjaga kelestarian serta keseimbangan
dalam perencanaan pembangunan kota agar terwujud permukiman yang
layak tinggal.

SUMBER DAYA ALAM


Kelurahan Tasikmadu adalah kelurahan yang kaya akan hasil
sumber daya alamnya. Lokasi yang berada di ujung utara Kota Malang ini
bisa dibilang menjadi lumbung padi untuk daerah sekitarnya, ruang terbuka

39
hijau yang masih sangat luas dan juga jauhnya kelurahan ini dari pusat kota
menjadikan Kelurahan Tasikmadu ini cocok untuk memaksimalkan sumber
daya alamnya. Adapun umber daya yang terdapat dalam Kelurahan ini
dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

 Pertanian
 Perkebunan
 Peternakan
 Sumber Daya Air

SUMBER DAYA MANUSIA

Kelurahan Tasikmadu memiliki beraneka ragam sumber daya manusia


yang kemudian dapat dilihat dari berbagai kategori data berikut:

 Jumlah Penduduk
 Penduduk Musiman
 Usia Penduduk
 Mata Pencaharian
 Agama

b) Potensi Wisata dan Budaya


Pemerintah hendak membuat Kampung Arema di kawasan
Kelurahan Tasikmadu dan Kelurahan Polowijen. Kampung Arema
konsepnya digadang-gadang akan menjadi kampung yang
merepresentasikan keseluruhan budaya dan adat khas Kota Malang.
Kelurahan Tasikmadu dan polowijen menjadi kawasan pintu masuk
orang yang datang dari luar kota sehingga berpotensi untuk disinggahi
kalau ada tempat wisatanya.
Dalam konsep Kampung Arema nanti, akan ada pagelaran budaya yang
lebih besar dan sering. Bahkan dapat menghidupkan kembali Malang
Tempoe Doeloe atau MTD.

40
11. Kelurahan Tulusrejo

a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Tulusrejo

Kelurahan Tulusrejo merupakan kelurahan yang terletak di wilayah


Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Kelurahan ini terdiri dari 16 RW
(Rukun Warga) dan 75 RT (Rukun Tetangga).
Secara administratif, Kelurahan Tulusrejo dikelilingi oleh kelurahan
lainnya yang ada di Kota Malang. Di sebelah utara, Kelurahan Tulusrejo
berbatasan langsung dengan Kelurahan Mojolangu, Kecamatan
Lowokwaru. Sedangkan di sebelah timur, kelurahan ini juga berbatasan
langsung dengan Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing. Di
sebelah selatan, Kelurahan Tulusrejo berbatasan dengan Kelurahan
Lowokwaru, Kecamatan Lowokwaru. Lalu, di sebelah barat, Kelurahan
Tulusrejo berbatasan dengan Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan
Lowokwaru.
Tulusrejo dipimpin oleh seorang Lurah. Dalam mengemban
tugasnya sehari-hari, Lurah Tulusrejo dibantu oleh sejumlah staf. Untuk
mengurus administrasi kependudukan, warga setempat bisa datang ke
Kantor Kelurahan Tulusrejo yang beralamatkan di Jl. Bantaran Barat II,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang 65141.

41
Dalam menjalankan tugas pemerintahan di wilayahnya, Kelurahan
Tulusrejo memiliki mitra kerja. Mulai dari bidang pendidikan,
kesehatan masyarakat, ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban,
partisipasi masyarakat, pemerintahan, lembaga masyarakat, hingga
pemberdayaan kesejahteraan keluarga. Selain itu, ada organisasi sosial
kemasyarakatan seperti karang taruna, karang werda, kader lingkungan,
PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), Gapoktan (Gabungan Kelompok
Tani dan Nelayan), KKB (Kader Keluarga Berencana), BKB (Bina
Keluarga Balita), WKSBM (Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
Masyarakat), Tokoh Masyarakat, Gerdu Taskin, PLKB, Dasawisma,
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK, Modin, Satgas Linmas, dan
lain-lain.
Pelestarian adat dan budaya berupa paguyuban garuda putih dan
dengan kegiatan pencak silat dan bentengan merupakan salah satu
potensi besar yang dimiliki oleh kelurahan Tulusreja,dimana ini bisa
menjadi daya Tarik wisata baik local maupun mancanegara yang sangat
senang menyaksikan kebudayaan baru yang belum pernah ditemui di
negara mereka
Program berikutnya adalah Juminten dan Juminto. Yakni, program
kesenian berupa pelatihan gerak dan tari. Juminten dan Juminto diikuti
34 ibu-ibu dan 22 bapak-bapak .Ketua Badan Keswadayaan Masyarakat
Bebarengan Ndandani Ekonomi Tulusrejo (BKM Betul) Sugeng
Prajitno menyatakan, warga berlatih setiap satu bulan sekali. ”Kami
membentuk Juminten dan Juminto sebagai bagian dari upaya pelestarian
budaya,” ujar Sugeng.Di samping Juminten dan Juminto, ada pula
Jumini. Yakni, program edukasi untuk anak-anak Kelurahan Tulusrejo
di bidang edukasi. Setiap Sabtu malam, anak-anak Kelurahan Tulusrejo
belajar bahasa Inggris dan bahasa Jawa.
Adapun untuk produk UKM, Kampung Kebangsaan mengandalkan
Keripik Menjes. Keripik produksi kampung ini sudah dipasarkan hingga

42
ke Hongkong dan Taiwan. Melalui warga Kelurahan Tulusrejo yang
menjadi TKI/TKW di dua negara itu.

12. Kelurahan Lowokwaru

a) Sejarah & administrasi pemerintahan Kelurahan Lowokwaru

Pada sub-das Huli,Bangawan Brantas empat kali mengalami


perubahan Aliran. Terhitung dari tuk-nya di desa Sumber Brantas
hingga Desa Sidomulyo Kota Batu, Brantas mengalir dari utara menuju
ke selatan. Lantaran membentur lereng utara Panderman (anak G.kawi)
maka aliranya berubah menjadi barat-timur hingga Desa Jodipan di Kota
Malang. Kembali alirannya terbentur lereng, yakni lereng barat G.
Buring, sehingga berbelok dengan arah utara-selatan hingga
Senggguruh di bagian seletan Kab. Malang. Sesudah itu arah alirannya
membelok ke barat, lantaran membentur lereng utara Peg. Kapur Selatan
. Di seberang utara aliran barat-timur Brantas itulah terletak Jatimulyo ,
Samaan dan Lowokwaru.
Wilayah ini diapit oleh dua jalan besar, yaitu Jl. Soekarno-Hatta di
barat dan Jl. Jaksa Agung Suprapto di sisi timur. Permukaan tanahnya
relatif datar, meski ada cekungan-cekungan tanah di sana-sini, yang jika
turun hujan tergenang air. Untuk mempercepat pengeringan, dibuatlah
saluran pemutus di bawah tanah (arung) ke arah alliran Brantas. Pada
tahun 1998, dari jembatan Jl. Soekarno-Hatta hingga ±1.5 Km ke arah
timur dijumpai mulut dan ujung arung. Kecuali mulut arung yang

43
disumbat oleh warga sekitar – lantaran menjadi sarang musang, ada dua
ujung arung yang ditemukan secara tidak sengaja [ketka menggali
sumur], Kini di atasnya dibangun rumah tinggal, sehinga lenyap abadi.
Arung berada dikedalaman ± 6 m di bawah tanah. Salura air ini
diketemukan di areal perumahan, dia sebelah timur jembatan. Air
didalamnya masih mengalir. Pada bagian tertentu dari dindding arung
dilengkapi bagian tatanan batu kerakal. Dimungkinkan masih ada arung
lainnya, karena memperlihatkan adanya percabangan, dengan orientasi
ke aliran Brantas (Cahyono, 1999).
Salah satu tempat di Kelurahan Samaan, yang pada masa Hindu-
Buddha menduduki posisi penting adalah Tembalangan. Toponimi
“Tembalangan” dapat diidentifikasikan sebagai “Tamwlang”, yakni
nama ibukota Mataram pada masa pemerintahan Pu Sindok. Sayang
sekali, sejak tahun 1980-an Dusun Tembalangan menjadi areal
perumahan, sehingga banyak jejak budaya masa lalu yang rusak atau
bahkan hilang. Yang tersisa hanyalah peninggalan purbakala di cungkup
Mbah Tugu, Jl. Jaksa Agung Suprapto I-E. Kelurahan Samakan Kec.
Lowokwaru Kota Malang.
Permukaan tanah pada Punden Tugu lebih tinggi dari tanah
disekitarnya. Kesan sakral oleh adanya pohon besar yang menaungi
situs . Jarak situs dan aliran Brantas tak seberapa jauh (± 400 m) di
sebelah utaranya. Dengan demikian, secara ekologis terdapat relasi
antara jejak budaya yang diketemukan dan aliran Brantas. Hal ini kian
memperkuat simpulan bahwa DAS Brantas adalah tempat terpilih bagi
areal hunian manusia, tidak terkecuali manusia Prasejarah di Kota
Malang..
b) Potensi Wisata dan Budaya

44
Peninggalan arkeologis juga perah dijumpai di halaman Biara
Ursulin atau sekolah Cor jessu menghadap ke jalan poros kuno, yang
konon populer dengan nama “Celaket”. Nama ini ini hingga kini masih
dikenal sebagai nama jalan dan nama kampung yang padat
permukiman, dimana Punden Mbah Tugu berada. Oleh karena posisi
Celaket di lintasan jalan poros dan dekat dengan lokasi benteng Belanda
yang pertama, maka dapat difahami bila arsitektur bergaya India
pertama kali hadir disini.

45
DAFTAR PUSTAKA

https://ngalam.co/2016/05/26/profil-kelurahan-sumbersari-kecamatan-lowokwaru-
kota-malang/

https://www.malangpostonline.com/Malang-Raya/Kota-Malang/2019-10/24721/bpcb-
trowulan-temukan-situs-petirtaan-merjosari

https://www.jalanbareng.com/taman-singha-merjosari-malang-wisata-murah-di-taman-
multifasilitas/

http://keltunjungsekar.malangkota.go.id
https://travelspromo.com/htm-wisata/taman-rekreasi-tlogomas-malang/

http://aremamedia.com/dinoyo-pusat-pemerintahan-di-zaman-hindu-hingga-mataram/

https://keltunggulwulung.malangkota.go.id/sekilas/

https://www.artebia.com/wisata/detail.php?id=818&title=misteri-serta-sejarah-
jatimulyo-dan-mojolangu-malang-bag-1-

https://jatim.sindonews.com/read/14143/1/mahasiswa-umm-bersama-warga-hadirkan-
semarak-bamboo-mewek-park-1567397394

keltlogomas.go.id

kelmerjosari.go.id

kelsumbersari.go.id

46

Anda mungkin juga menyukai