961 2750 1 PB
961 2750 1 PB
Kata Kunci : Mutu Rumah Sakit, Indikator Kinerja Kunci (KPI), BOR, ALOS.
ABSTRACT
1
PENDAHULUAN kinerja yang diukur dengan
Jurnal Hospital Performance indikator yang tepat. Adapun
Improvement: Trend in Quality and dimensi yang ditugaskan
Efficiency a Quantitativ analysis of tergantung visi yang harus
Performance Improvement in U.S, dipertimbangkan untuk sistem
melakukan study kasus terhadap pelayanan kesehatan (efisiensi
beberapa RS di berbagai negara, klinis, Efisiensi Produksi, personal,
diikuti selama 3 tahun menyatakan akuntabilitas sosial dan reaktifitas,
bahwa Length of Stay and safety, focus terhadap pasien).2
Readmission sangat berkorelasi Rumah sakit di Indonesia
dengan pengeluaran rumah sakit berdiri sesuai dengan undang-
untuk setiap pasien, undang tentang Rumah sakit
kecenderungan untuk sebagai pelayanan kesehatan bagi
menurunkan biaya rumah sakit masyarakat. Akreditasi rumah
yang meningkat. Namun, tidak sakit adalah pengakuan yang
hanya ALOS saja yang diberikan kepada rumah sakit oleh
mempengaruhi kualitas dan Pemerintah melalui badan yang
efisiensi RS, namun juga diikuti berwenang (KARS) karena rumah
kasus morbiditas, mortalitas, sakit telah memenuhi standar
komplikasi serta pengobatan awal pelayanan yang telah ditentukan.3
jika pasien terdiagnosa secara Dewasa ini, globalisai menuntut
awal dari suatu penyakit.1 pengembangan mutu pelayanan
Jurnal hubungan Key dan fasilitas yang harus
Performance Indicator (KPI) pada dilaksanakan secara arif dan
model manajemen kinerja rumah berkelanjutan. Sistem Akreditasi
sakit, menyatakan model kinerja yang telah banyak dilaksanakan.
menggunakan siklus PIMAR Rumah sakit seharusnya tetap
(Planning, Implementing, melakukan pelaporan tentang
Measuring, Analysing, Readjusting) indikator-indikator pelayanan
akan menentukan proses tujuan rumah sakit dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, Anjuran akreditasi oleh
mutu, dan efisiensi pelayanan Depkes RI beresensi peningkatan
rumah sakit. Indikator-indikator mutu pelayanan dilakukan untuk
berikut bersumber dari sensus pengendalian mutu melalui 7
harian rawat inap BOR (Bed (tujuh) standar Self Assessment
Occupancy Rate), ALOS (Average dari Komisi Akreditasi Rumah
Length of Stay), TOI (Turn Over Sakit (KARS). Pada Juni 2011,
Interval), BTO (Bed Turn Over), Kementrian Kesehatan Republik
GDR dan NDR (Gross Death Rate Indonesia bersama dengan KARS
dan Nett Death Rate). menyusun standar akreditasi
Adapun Key Performance rumah sakit yang dijakan sebagai
Indicator (KPI) atau indikator acuan bagi rumah sakit. Tujuan
kinerja kunci adalah ukuran yang penyelenggaraan dari akreditasi
mencerminkan bagaimana suatu adalah mengukuhkan budaya
organisasi rumah sakit customer focused di rumah sakit.
melaksanakan suatu aspek yang Manfaat lain yang diharapkan
spesifik dari kinerja. KPI juga adalah terjadinya peningkatan
merupakan salah satu representasi mutu pelayan rumah sakit.4 Bila
dari Critical Success Factors (CSF) rumah sakit semakin bermutu, jasa
yang merupakan aktivitas kunci pelayanan mereka menjadi lebih
utama yang dibutuhkan dalam disukai oleh pelanggan. Persentase
mencapai tujuan dalam rencana utilisasi fasilitas (satu diantaranya
strategis rumah sakit. Matrik Key persentasi hunian rawat inap yaitu
Performance Indicators BOR) akan menjadi lebih tinggi,
menjelaskan performa kinerja nilai efisiensi akan bertambah.
yang hendak dicapai oleh rumah Muhammadiyah & ‘Aisyiyah
sakit disertai langkah-langkah apa memiliki visi 2020 yaitu menjadi
saja yang harus dilakukan untuk sebagai penggerak utama
merealisasikan objek strategi dari terwujudnya jejaring antar
suatu rumah sakit. kelompok sosial yang mendukung
1
masyarakat sehat dan mandiri harapan bagi masyarakat untuk
serta visi 2015, maka peran dan membantu meningkatkan status
tanggungjawab pelayanan kesehatan melalui kemudahan
kesehatan di lingkungan organisasi akses dan kualitas pelayanan.
Muhammadiyah menjadi jelas. Sepengetahuan peneliti belum
Keberadaan amal usaha pernah diadakan penelitian
Muhammadiyah di bidang tentang Mutu Rumah Sakit,
kesehatan (AUMAKES) diharapkan hubungannya dengan indikator
dapat memberikan nilai tambah kinerja kunci atau Key Performence
bagi masyarakat. Fasilitas yang Indikator (KIP), kinerja pelayanan
tersedia dan kemampuan personel (BOR) dan (ALOS). Namun telah
kesehatan yang bekerja di dilakukan penelitian, yaitu:
AUMAKES dapat memberikan
Evaluasi Manajemen Mutu Rumah delapan prinsip sistem manajemen mutu yang
Sakit Roemani Muhammadiyah terkandung dalam ISO 9001:2008 sudah dapat
Semarang tahun 2010.6 dipenuhi oleh RS Roemani Muhammadiyah
Semarang walaupun masih terdapat beberapa
kekukangan, tetapi dapat segera untuk
diperbaiki.
2
Pengaruh Mutu Pelayanan Hasil yang diperoleh pada Importance
terhadap Tingkat kepuasan Pasien Performance Anayisis (IPA) 55,66%, tangible,
Rawat Inap Kelas III di Rumah 60%, reliability, 50 %, responsiveness, 57,14% ,
Sakit Roemani Muhammadiyah assurance, 66,67% merasa puas terhadap
Semarang.7 dimensi emphaty. Hasil Uji-T tidak ada
perbedaan antar tingkat kepentingan dengan
kinerja. Hasil uji-F 5 variabel mutu signifikan.
Pada uji regresi, tangible pengaruh paling kuat
terhadap kepuasan pasien rawat inap
(koefisien regresi 0,313) dan responsiveness
pengaruh paling lemah (koefisien sebesar
0,055).
1
untuk mengetahui apakah mutu rs hubungan antara mutu rs dengan
berupa standar rs berpengaruh ALOS, Ha: Terdapat hubungan
terhadap indikator kinerja kunci mutu rs dengan ALOS.
atau key perormance indicator
(KPI); dan apakah mutu RS HASIL
berpengaruh terhadap BOR dan Penelitian ini menganalisis
ALOS dengan menggunakan hubungan antara mutu rs dengan
program statistic SPSS correlation indikator kinerja kunci RS,
bivariate. hubungan antara mutu rs dengan
Hipotesis dari penelitian kali BOR dan hubungan antara mutu
ini adalah 1). H0: Tidak terdapat dengan ALOS. Adapun hasil
hubungan antara mutu rs dengan penelitian yang diperoleh dari 40
indikator kinerja kunci, Ha: RS dibawah naungan Aumakes
Terdapat hubungan antara mutu sebagian besar berada diwilayah
RS dengan indikator kinerja kunci. Jawa timur yaitu sebesar 57,5%,
2) H0: tidak terdapat hubungan kemudian Jawa tengah 22,5%, DIY
antara mutu rs dengan BOR, Ha: Jogja 10%, DKI Jakarta 7,5% dan
Terdapat hubungan antara mutu rs yang paling sedikit dibandung
dengan BOR. 3). H0: tidak terdapat yaitu 2,5%.
1
RSU PKU Muhammadiyah Bantul Kab. Bantul D.I.Yogyakarta
RSU PKU Muhammadiyah Nanggulan Kab.Kulon Progo D.I.Yogyakarta
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Kota Yogyakarta DI Yogyakarta
RS Ibu dan Anak PKU Muhamadiyah Kotagede Kota Yogyakarta DI Yogyakarta
RSIA PKU Muhammadiyah Rogojampi Kab. Banyuwangi Jawa Timur
RS Islam Fatimah Banyuwangi Kab. Banyuwangi Jawa Timur
RSI Muhammadiyah Sumberrejo - Bojonegoro Kab. Bojonegoro Jawa Timur
RS 'Aisyiyah Bojonegoro Kab. Bojonegoro Jawa Timur
Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik Kab. Gresik Jawa Timur
RSM Surya Melati Kediri Kab. Kediri Jawa Timur
RSU Muhammadiyah Siti Khodijah Kab. Kediri Jawa Timur
RS Muhammadiyah Lamongan Kab. Lamongan Jawa Timur
RS Muhammadiyah Babat Kab. Lamongan Jawa Timur
RS Islam 'Aisyiyah Nganjuk Kab. Nganjuk Jawa Timur
RSU 'Aisyiyah Ponorogo Kab. Ponorogo Jawa Timur
RSAB Siti Fatimah Kraksaan, Probolinggo Kab. Probolinggo Jawa Timur
RS Siti Khodijah Sepanjang Kab. Sidoarjo Jawa Timur
RSAB Muhammadiyah Tuban Kab. Tuban Jawa Timur
RSM Saras Mulya Bandung Tulungagung Kab.Tulungagung Jawa Timur
RSU Aminah Blitar Kota Blitar Jawa Timur
RS Muhammadiyah Kediri Kota Kediri Jawa Timur
RSI Siti Aisyah Madiun Kota Madiun Jawa Timur
RS Islam Aisyiyah, Malang Kota Malang Jawa Timur
RSI Hasanah Muhammadiyah Mojokerto Kota Mojokerto Jawa Timur
RSAB Muhammadiyah Kota Probolinggo Kota Probolinggo Jawa Timur
RSIA Siti Aisyiyah Surabaya Kota Surabaya Jawa Timur
RS Muhammadiyah Surabaya Ko7ta Surabaya Jawa Timur
1
Tipe RS Jumlah RS Persentase
Rumah Sakit Khusus 3 7,5
Tipe B 1 2,5
Tipe C 17 42,5
Tipe D 17 42,5
Tidak ada keterangan 2 5
Total 40 100
1
Tempat Tidur Kelas Utama 2,10
Tempat Tidur Kelas VIP 6,25
Tempat Tidur Kelas Khusus 5,75
Jumlah Poliklinik 9,48
1
Tabel 4.6. Data Statistik Korelasi Bivariate
Korelasi p value (sig) Nilai korelasi
Mutu-KPI 0,000 0,719
Mutu-BOR 0,016 0,394
Mutu-ALOS 0,831 0,039
Adapun hubungan antara Jurnal hubungan KPI pada
mutu rs dengan key performance model manajemen kinerja rumah
indicator (KPI) dengan sakit, menyatakan model kinerja
menggunakan data statistik menggunakan siklus PIMAR
Correlasi bivariate didapatkan (Planning, Implementing,
bahwa nilai signifikasi sebesar Measuring, Analysing, Readjusting)
0,000 yang artinya adalah adanya akan menentukan proses tujuan
hubungan yang signifikan antara kinerja yang diukur dengan
mutu dengan KPI, dengan pearson indikator yang tepat.2
correlation sebesar 0,719 yang Hubungan Mutu RS dengan
artinya adanya korelasi kuat BOR berdasarkan uji statistik
antara mutu RS dengan KPI. Mutu korelasi menunjukan angka
sangat berkaitan dengan key signifikansi sebesar 0,016 dengan
performance indokator, dimana key nilai pearson correlation 0,394
performance indokator merupakan yang artinya bahwa adanya
ukuran yang mencerminkan suatu hubungan yang signifikan antara
organisasi rumah sakit mutu RS dengan BOR. Menurut
melaksanakan suatu aspek yang penelitian Triwahyuni, dkk, 2012
spesifik dari kinerja.9 adanya pengaruh mutu pelayanan
Hubungan system mutu dan terhadap pasien rawat inap yang
kinerja (quality and performance signifikan tentang pelayanan
indicator) berkaitan juga dengan dokter dan pelayanan perawat
visi dan misi suatu rumah sakit terhadap kepuasan pasien
karena mutu akan menurunkan berkaitan dengan rawat inap,
manajemen.10 dengan rentang BOR tiap bulannya
selama satu tahun 62-71%.
1
Hubungan signifikan tentang analisis swot, dan memiliki RS
BOR 5 rumah sakit di Eropa pesaing ditiap daerah masing-
(Romania). Berdasarkan data RS masing. Adapun faktor yang
Aumakes terdapat 55% RS memungkinkan dengan mutu RS
Aumakes yang memiliki BOR dibawah rata-rata dengan BOR
optimal.2 yang optimal dikarenakan RS
Adapun, BOR yang memiliki memiliki letak yang strategis, atau
tingkat optimalisasi tinggi seperti masyarakat yang berada disekitar
RSM Jatim 14, memiliki BOR 83% rumah sakit lebih percaya
dan nilai standar mutu diatas rata- “Muhammadiyah” ketika mereka
rata yaitu 12. RS Jatim 14 yang ada berobat di RSM atau di PKU.
di kabupaten tersebut terdapat 5 Namun, hal ini butuh dilakukan
RS, dengan RS Pesaing berupa penelitian lebih lanjut lagi agar
RSUD, RS NU dan RS Khusus, data dan hipotesa yang didapatkan
namun BOR di RS Jatim 14 oprimal lebih valid.
dengan mutu RS diatas rata-rata. Hubungan Mutu RS dengan
Hal ini mendukung bahwasanya ALOS berdasarkan uji statistik
mutu rs yang baik maka akan korelasi menunjukan angka
mengoptimalisasi BOR. Dari jurnal signifikansi sebesar 0,831 dengan
yang saya dapatkan, bahwanya tingkat korelasi 0,039 yang artinya
mutu RS akan mempengaruhi tidak terdapat hubungan yang
kinerja pelayanan. Namun, dari signifikan antara mutu rs dengan
data yang ada ternyata terdapat ALOS. Hal ini disebabkan karena
ketidaksesuaian antara mutu rs rata-rata ALOS di 40 RS Aumakes
dengan BOR, hal itu terbukti ada 3,776 hari, sehingga dibawah nilai
41% RS yang memiliki mutu standar ALOS berdasarkan Depkes
dibawah rata-rata namun BOR nya RI.4
optimal (60-85%). Data yang Adapun jurnal yang
diperoleh dari 40 RS Aumakes menyatakan tidak hubungan ALOS
Setiap rumah sakit memiliki antara 5 RS yang ada d Eropa
1
(Rumania) dengan data statistic 2,5% BOR tidak optimal.
menggunakan perhitungan Annova Sedangkan, 7,5% RS Aumakes
Univariate F=1,41, sig=0,24>0,05.2 tidak memiliki data BOR dan ALOS
Jurnal Hospital Performance namun memiliki rawat inap, yaitu
Improvement: Trend in Quality and RSM Jatim 15, RSI Jakarta 3 dan
Efficiency a Quantitativ analysis of PKU Jateng 8. Data tersebut tidak
Performance Improvement in U.S, terdapat hubungan yang signifikan
melakukan study kasus terhadap antara mutu RS dengan ALOS, hal
beberapa RS di berbagai negara ini bisa dikarenakan nilai ALOS
yang diikuti selama 3 tahun tidak ada yang memenuhi standar
menyatakan bahwa Length of Stay Depkes 6-9 hari. Adapun
and Readmission sangat kemungkinan penyebab ALOS
berkorelasi dengan pengeluaran yang kurang dari 6 hari
rumah sakit pada setiap pasien, disebabkan pendeteksian dini dari
adanya kecenderungan ALOS suatu penyakit, baik itu karena
mempengaruhi keuangan, kualitas ketepatan diagnosa ataupun
dan efisiensi RS, diikuti kasus karena alat laboratorium yang
morbiditas, mortalitas, komplikasi memadai sehingga
serta pengobatan awal jika pasien penatalaksanaan sedini mungkin
terdiagnosa secara awal dari suatu dan sembuh, atau pasien yang
penyakit.1 rawat inap terlalu banyak dan
Data yang ada menunjukkan kurang tempat tidurnya sehingga
17,5 % rumah sakit yang tidak pasien dipulangkan cepat. Hal ini
memiliki data ALOS dan sisanya berkaitan dengan mutu rs, jika
82,5% ALOS tidak ada yang mutu rs bagus maka ALOS juga
memenuhi standar. Dari ALOS mungkin akan mengecil, hanya
17,5% yang tidak memiliki data saja belum ada penelitian yang
ALOS tetapi BOR yang optimal mendukung hal tersebut, dan
sebesar 7,5% yaitu RS PKU DIY 3, standar ALOS 6-9 hari. ALOS yang
RSM Jatim 3 dan RSM Jatim 1 dan <6 hari bisa juga disebabkan
2
jumlah pasien yang keluar karena mutu RS dengan ALOS, dengan
meninggal akibat penyakit kronis, menggunakan statistik correlation
atau dirujuk tanpa pencatatan bivariate nilai signifikansi 0,831
maupun pulang paksa. Penelitian dan tidak terdapat korelasi yaitu
lain bahwasanya ALOS terlalu 0,039.
pendek sehingga beliau
menyarankan untuk adanya DAFTAR PUSTAKA
penelitian lebih lanjut penyebab 1. Kronch, E.A dan Duan, M,
2007, jurnal Hospital
ALOS yang pendek atau terlalu Performance Impovement:
lama.11 Trends in Quality and
Efficiency a Quantitative
analysis of Performance
KESIMPULAN Improvemence in U.S Hospital.
http://www.commonwealthfu
Dari hasil penelitian yang
nd.org/Publications/Fund-
telah dilakukan dapat diambil reports/2007/Apr/Hospital-
kesimpulan bahwa terdapat performance-Improvement--
Trends-in-Quality-and-
hubungan yang signifikan antara Efficiency-A-Quantitative-
mutu rumah sakit dengan Analysis-of-Perfor.aspx
2. Loan, B, et al. 2012. Journal of
indikator kinerja kunci atau key easter Europe research in
performance indicator (KPI), Business and Economic:
Relevance of Key Performance
dengan menggunakan statistik Indicator (KPI) in a Hospital
correlation bivariate nilai performace manajement
Model.
signifikansi 0,000 dan korelasi 3. Komisi Akreditasi Rumah
0,719 menunjukan hubungannya Sakit. (2002). Pedoman
Survei Akreditasi, Instrumen
kuat. Terdapat hubungan yang 5 pelayanan Versi 2002,
signifikan antara mutu Rumah Dirjen Yan Med Departemen
Kesehetan RI. Jakarta.
sakit dengan BOR, dengan 4. Kementrian Kesehatan
menggunakan statistik correlation Republik Indonesia. (2011).
Standar Akreditasi Rumah
bivariate, nilai signifikansi 0,016 Sakit edisi I.
dengan korelasi lemah yaitu 0,394. 5. Jamaludin, 2009. Penerapan
Strategi Manajemen
Tidak terdapat hubungan antara Pengembangan Mutu dan
Hubungannya dengan Kinerja
3
Utilisasi Fasilitas serta
Kinerja keuangan di RS Haji
Medan.
6. Prasetya, AB. 2011. Evaluasi
Manajemen Mutu Rumah
Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang
tahun 2010.
7. Purbananto, A. 2010.
Pengaruh Mutu Pelayanan
terhadap Tingkat Kepuasan
Pasien Rawat Inap Kelas III di
Rumah Sakit Roemani
MUhammadiyah Semarang.
8. Ardiansyah, J. 2010. Profil
Rumah Sakit dibawah
naungan Aumakes. PSKK
UGM.
9. Firmanda, D. 2010. Key
Performance Indikator (KPI)
disampaikan di Workshop di
RSUD Fatmawati-Jakarta
10. Firmanda, D. 2009. Hospital
Bussiness Excellence
Framework. disampaikan di
acara Round Table Discussion
di selenggarakan oleh PT
Krakatau Medika.
11. Fatmanelly, 2010. Analisis
Kinerja RSUD dr. Adnan WD
tahun 2010 dengan Metode
Balance Score