Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

Dyan Kunthi Nugrahaeni1 dan Triane Indah Fajari


STIKES A. Yani Cimahi

ABSTRAK

Latar Belakang Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi remaja. Berbagai permasalahan kesehatan reproduksi remaja antara lain:
kehamilan tidak dikehendaki, kehamilan dan persalinan usia muda, ketergantungan napza dan resiko
terkena penyakit menular seksual. Permasalahan tersebut disebabkan kurangnya informasi, pemahaman
dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi.
Tujuan Mengetahui bagaimana pengaruh konseling kesehatan remaja (KRR) terhadap pengetahuan dan
sikap seksual remaja.
Metodologi Rancangan penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, yaitu pretest and posttest
design with non equivalent group. Jumlah sampel sebanyak 58 orang yang diberikan konseling KRR dan
58 orang yang tidak diberikan konseling KRR. Analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat
untuk mengetahui adanya perbedaan dengan Mann-Whitney Test. Besarnya pengaruh perlakuan dihitung
dari mean hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok pembanding.
Hasil Pada kelompok eksperimen, hasil pretest pengetahuan seksual remaja dengan kategori baik 15,5%,
setelah mendapatkan konseling menjadi 86,2%. Pada kelompok pembanding, hasil pretest dengan
pengetahuan baik 5,2% dan posttest 3,4%. Pada kelompok eksperimen, sikap mendukung 44,8% setelah
mendapat konseling menjadi 53,4%, pada kelompok pembanding, sikap mendukung hasil pretest dan
posttest sebesar 50%. Hasil uji Mann Whitney test, didapatkan bahwa konseling KRR berpengaruh
terhadap pengetahuan (Pvalue 0,0005), dan sikap seksual remaja (Pvalue 0,0005). Konseling KRR
berpengaruh terhadap pengetahuan dengan skor 7 point lebih tinggi sedangkan sikap 5 point lebih tinggi
pada kelompok eksperimen daripada kelompok pembanding.
Simpulan Konseling KRR berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap seksual remaja. Diharapkan
pihak sekolah memberikan bimbingan dan konseling KRR secara rutin kepada siswa SMA.

Kata Kunci : KRR, Pengetahuan, Sikap, kuasi eksperimen


Kepustakaan : 2004-2009 : 25

A. PENDAHULUAN

Kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan tetapi sehat secara mental, sosial dan kultural. Konseling
kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah suatu proses konsultasi dimana seorang konselor
memberikan informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja. Tujuan konseling KRR
adalah untuk memberikan informasi dan fakta kepada remaja agar mereka memiliki pengetahuan yang
cukup untuk mengambil suatu keputusan mengenai tindakan yang akan diambil. Muatan pendidikan
yang disarankan dalam materi pemberian konseling KRR antara lain: seksualitas, penyakit menular
seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan napza.

Jurnal Kesehatan Kartika 34


Masalah kesehatan reproduksi selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh
terhadap kesehatan mental, emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Permasalahan
kesehatan reproduksi remaja antara lain: kehamilan tidak dikehendaki (KTD), kehamilan dan
persalinan usia muda, masalah ketergantungan napza yang meningkatkan resiko penyakit menular
seksual (termasuk infeksi HIV/AIDS), dan kekerasan seksual.
Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi berasal dari kurangnya
informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Orang tua
yang diharapkan remaja dapat dijadikan tempat bertanya atau dapat memberikan penjelasan tentang
masalah kesehatan reproduksi, ternyata tidak banyak berperan karena masalah tersebut masih
dianggap tabu untuk dibicarakan dengan anak remajanya. Guru, yang juga diharapkan oleh orang tua
dan remaja dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap kepada siswanya tentang kesehatan
reproduksi, ternyata masih menghadapi banyak kendala dari dalam dirinya, seperti: tabu, merasa tidak
pantas, tidak tahu cara menyampaikannya, tidak ada waktu, dan lain sebagainya. Solusi yang tepat
untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan pemberian pendidikan mengenai kesehatan
reproduksi.
Penelitian PKBI pada tahun 2005 yang dilakukan di 4 kota besar yaitu Jabotabek, Bandung,
Surabaya, dan Medan tentang perilaku seksual remaja menyatakan remaja yang telah melakukan
hubungan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52% dengan
kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur 13-18 tahun, 60% tidak
menggunakan alat kontrasepsi, dan 85% dilakukan di rumah sendiri. Berdasarkan data PKBI (2006),
didapatkan 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% dilakukan oleh remaja,
sebagian besar dilakukan dengan cara tidak aman, 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian
ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR).
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap seksual
remaja yang mendapat dan tidak mendapatkan konseling KRR dan mengetahui pengaruh pemberian
konseling terhadap pengetahuan dan sikap remaja.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, yaitu
eksperimen yang dalam mengontrol situasi penelitian dengan penunjukan subjek secara nir-acak
untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian (Murti, 1997). Jenis desain
eksperimen kuasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain sesudah dan sebelum dengan
kontrol ( pretest and posttest design with non equivalent group). Skema rancangan adalah sebagai
berikut:

PRETEST PERLAKUAN POSTEST


(KRR)
Eksperimen
(X) (X)

PRETEST POSTEST Pembanding


(X) (X)

Gambar 1. Skema Penelitian

Jurnal Kesehatan Kartika 35


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi
siswa siswi kelas X dan XI SMA Negeri 1
Margahayu Kabupaten Bandung yang berjumlah765 siswa. Siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler kesehatan reproduksi adalah
adalah 61 siswa dijadikan sebagai eksperimen dan sebagai
pembanding menggunakan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler sebanyak 61 siswa.
Uji statistik menggunakan statistik non parametrik, yaitu Mann-Whitney
Mann Whitney Test. Pengaruh
perlakuan dihitung menggunakan
menggunakan perhitungan mean hasil pretest dan posttest pada kelompok
eksperimen dan kelompok pembanding, dengan rumus :

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan dan sikap seksual remaja pada kelompok
eksperimen antara pretest
st dan postest ada perubahan yang cukup besar dibandingkan pada kelompok
pembanding. Dari hasil pretest kelompok eksperimen, pengetahuan baik hanya 15,50%, setelah
mendapatkan konseling meningkat menjadi 86,20%. Hasil pretest variabel sikap, responden yangyan
memiliki sikap mendukung hanya 44,8%, setelah mendapatkan konseling meningkat menjadi 53,40%.
Untuk selengkapnya dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Hasil Pretest-Postest
Postest Pengetahuan dan Sikap Seksual Remaja yang mendapat Konseling dan
Tidak Mendapat
pat Konseling KRR di SMA N 1 Margahayu Bandung Tahun 2010

Pre test Post test


Variabel
Jumlah % Jumlah %
Pengetahuan Seksual
1. Kelompok Eksperimen
a. Kurang 49 84,5 8 13,8
b. Baik 9 15,5 50 86,2
Jumlah 58 100 58 100
2. Kelompok Pembanding
a. Kurang 55 94,8 56 96,6
b. Baik 3 5,2 2 3,4
Jumlah 58 100 58 100
Sikap Seksual
1. Kelompok Eksperimen 32 55,2 27 46,6
a. Tidak Mendukung 26 44,8 31 53,4
b. Mendukung
Jumlah 58 100 58 100
Pre test Post test
Variabel
Jumlah % Jumlah %
2. Kelompok Pembanding 29 50 29 50
a. Tidak Mendukung
dukung 29 50 29 50
b. Mendukung
Jumlah 58 100 58 100

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata


rata rata (mean) skor jawaban
responden mengenai pengetahuan dan sikap seksual remaja, yaitu mean postest lebih tinggi pada

Jurnal Kesehatan Kartika 36


kelompok eksperimen di bandingkan pada kelompok pembanding. Mean pengetahuan dan sikap,
untuk selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1 Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Postes Pengetahuan Remaja

Gambar 1. Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Postes Pengetahuan Remaja

Gambar 2. Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Postes Pengetahuan Remaja

Analisis data menggunakan uji Mann Whitney Test dan diperoleh hasil bahwa konseling
kesehatan reproduksi remaja berpengaruh terhadap pengetahuan dengan p-value 0,0005 dan sikap
seksual remaja dengan p-value 0,0005.

Besarnya pengaruh untuk variabel pengetahuan sebesar 7, yang berarti bahwa remaja yang
mendapatkan konseling KRR pengetahuannya akan lebih tinggi 7 poin dibandingkan dengan remaja
yang tidak mendapatkan konseling KRR. Sedangkan besarnya pengaruh variabel sikap adalah
sebanyak 5, yang berarti bahwa remaja yang mendapatkan konseling KRR sikapnya akan lebih tinggi
5 poin dibandingkan dengan remaja yang tidak mendapatkan konseling KRR.

Jurnal Kesehatan Kartika 37


Pengetahuan remaja adalah hal-hal yang harus diketahui remaja terkait seksualitas. Pentingnya
pengetahuan seksual akan mendorong remaja untuk melakukan tindakan preventif atau promotif
dalam kesehatan reproduksi. Sikap merupakan perasaan mendukung atau memihak (positif) maupun
kurang mendukung atau tidak memihak (negatif) pada objek tertentu. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, dapat dikatakan bahwa
kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi atau bertindak apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan diberikannya konseling pada siswa secara rutin
mengenai kesehatan reproduksi remaja akan berdampak pada peningkatan pengetahuan sehingga
siswa lebih mengetahui kesehatan reproduksi secara benar dan bertanggungjawab. Dengan
pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi, diharapkan siswa akan bersikap positif
mengenai perilaku seksual, dan diharapkan tidak terjerumus pada masalah-masalah remaja mengenai
seksual, diantaranya kehamilan tidak diinginkan, pernikahan di usia dini, aborsi, infeksi menular
seksual, HIV-AIDS dan perilaku penyimpangan seksual lainnya.

D. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa dengan adanya konseling KRR dapat
meningkatkan pengetahuan disertai sikap yang mendukung terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
seksualitas. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung
terhadap suatu stimulus, dalam hal ini adalah hal-hal terkait seksualitas dapat dimanifestasikan
kedalam bentuk perilaku. Terbentuknya perilaku baru dimulai pada domain kognitif, dimana subjek
tahu terlebih dahulu stimulus berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek
tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap dan menimbulkan respon
yang lebih jauh berupa tindakan yang berhubungan dengan objek tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka cipta

Athar, et, al. (2004). Bimbingan Seks Bagi Kaum Muda Muslim. Cetakan 2. Jakarta : Pustaka Zahra

BKKBN. (2002). Pemenuhan kebutuhan Remaja dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
Family health international

Brink, J, Pamela., &Wood, J, Marilynn. (2000). Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset Keperawatan.
Edisi ke 4. Jakarta : EGC

Departemen keseharan RI. (2001). Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di Tingkat
Pelayanan Dasar. Jakarta : Bakti husada

Jurnal Kesehatan Kartika 38


Format referensi elektronik direkomendasi oleh Achjar. (2006) Pengaruh Penyampaian Pendidikan
Kesehatan Reproduksi oleh Kelompok Sebaya (peer group) terhadap Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Remaja, http://jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Februari 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh BKKBN. (2003) Proses Belajar Aktif Kesehatan
Reproduksi Remaja, http://www.ceria.bkkbn.go.id, diperoleh tanggal 19 Februari 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh BKKBN. (2008) Panduan Pengelolaan Pusat Informasi
dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja, http://www.ceria.bkkbn.go.id, diperoleh tanggal
19 Februari 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh Eha. (2000) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMU Di Kabupaten Serang Banten,
http://www.jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Maret 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh PKBI. (2003) PIK KRR, http://www.ceria.bkkbn.go.id,
diperoleh tanggal 17 Februari 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh Resnayati. (2000) Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa SLTPN dan SMUN di wilayah Jakarta Timur,
http://www.jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Maret 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh Sekarningsih, Dwiati. (2001) Pengaruh Pembimbingan
terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMU SF
Asisi, http://www.jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Maret 2010

Gulo. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT.Grasindo

Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers

Hidayat, A. Azis Alimul. (2007). Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Moelino, L, et al. (2006). Multi Media Materi KRR. Bandung : TP-UKS Jabar

Murti, Bhisma. (1997). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjahmada university press

Notoadmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

_____________. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

_____________. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

_____________. (2007). Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta : Rineka cipta

Rasyid, M. (2007). Pendidikan Seks : Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang Lebih Bermoral.
Semarang : Syiar Media Publishing

Jurnal Kesehatan Kartika 39


Riyanto, A. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Media

Sarwono, S (2008). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soetjiningsih (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto

Sulaeman. (2000). Psikologi Remaja : Dimensi-dimensi Perkembangan. Bandung : Mandar maju

Surjadi, C, at, el (2001). Kesehatan Reproduksi, Narkoba dan Kota Sehat. Jakarta: JEN

Jurnal Kesehatan Kartika 40

Anda mungkin juga menyukai