Anda di halaman 1dari 5

Wellem B.

Kairoa

1704195297

Budidaya Perairan

1. Laut Indonesia, Surga Perikanan Dunia

Kawasan laut Indonesia merupakan surga perikanan dunia. Sekitar 37 persen


spesies ikan di seluruh dunia hidup di perairan Indonesia. Besarnya jumlah
tersebut berdampak pada besarnya potensi sumber daya perikanan tangkap
hingga 6,5 juta ton per tahun.

"Sekitar 8.500 spesies ikan atau sekitar 37 persen jenis ikan di dunia itu berada
di Indonesia," kata Sekretaris Departeman Perikanan Tangkap Universitas
Diponegoro Abdul Kohar Mudzakir. Kohar mengatakan, setidaknya ada empat
produk dunia hasil perdagangan dari sektor perikanan, yakni rumput laut,
udang, tuna, dan cakalang.

"Ini merupakan ikan-ikan komersial, selain itu juga ada kepiting dan rajungan,"
katanya.

Ia menyebutkan produksi rumput laut Indoneia nomor satu di dunia, tetapi


beberapa negara mengambil di Indonesia.

Kohar mengatakan Jawa Tengah menghasilkan kepiting, rajungan, dan udang,


juga tuna di bagian selatan di daerah Cilacap. Bobot ikan tuna yang dihasilkan
minimal 50 kilogram per ekor dengan harga sekitar Rp50 ribu per kilogram.
Dia menyayangkan begitu besarnya potensi perikanan tersebut, belum
semuanya dikelola dengan baik, terutama di daerah-daerah perbatasan, antara
lain kawasan Pulau Natuna, Papua, dan Rote.

"Di kawasan tersebut kapal-kapal asing menangkap ikan di sana. Banyak sekali
sumber daya kita yang hilang percuma yang diambil oleh kapal-kapal asing,"
katanya.

Ia menuturkan di daerah Batam ada stasiun pengawas sumber daya perikanan


dan kelautan, maka di sana banyak nelayan dari China, Vietnam yang
tertangkap karena mencuri ikan.

Kemudian kalau di daerah Sulawesi nelayan dari Vietnam dan Filipina. Banyak
dari mereka yang menangkap atau mengambil ikan yang ada di Indonesia itu
kemudian diolah dan dijual kembali ke Indonesia.

"Pemerintah sekarang melakukan penegakan hukum dengan melakukan


penenggelaman kapal asing yang sudah ditangkap tersebut setelah melalui
proses pengadilan dan harus ditenggelamkan," katanya.

2. Gelombang di Perairan NTT Tinggi, Kapal Kecil


Diimbau Tak Melaut

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi El


Tari Kupang memprediksi gelombang di wilayah perairan Nusa Tenggara Timur
(NTT) masih cukup tinggi dalam beberapa hari ke depan.
"Kondisi perairan NTT saat ini belum terlalu aman untuk dilalui kapal-kapal
bertonase kecil seperti kapal feri yang melayani lintasan penyeberangan antarpulau
di NTT," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi
El Tari Kupang, Ota Welly Jenni Thalo di Kupang, Selasa (20/2/2018).
Atas dasar itu, pihaknya juga memberi peringatan kepada kapal-kapal feri untuk
menghentikan sementara seluruh lintasan penyeberangan di NTT sambil menunggu
situasi membaik atau normal kembali.
Menurut dia, wilayah-wilayah perairan laut yang dianggap belum aman untuk
pelayaran itu adalah di bagian selatan dan barat daya Laut Sawu, Sumba bagian
selatan serta di Samudera Hindia bagi NTT.
"Jadi untuk cuaca pelayaran dalam tiga hari ke depan sudah cukup kondusif,
kecuali untuk wilayah perairan tertentu seperti yang disebutkan di atas," katanya.
Hanya saja, ia mengingatkan agar perusahan pelayaran tetap melakukan update
informasi cuaca setiap hari karena cuaca wilayah perairan sangat cepat berubah.
Welly menambahkan, ketinggian gelombang hari ini sejak pukul 08.00 Wita hingga
pukul 20.00 Wita diperkirakan berkisar dua meter terjadi di Selat Sumba, perairan
selatan Kupang Pulau Rote. Sementara tinggi gelombang berkisar 2,5 meter terjadi
di perairan Laut Sawu, perairan selatan Pulau Sumba, Samudera Hindia di selatan
NTT dan Laut Timor di bagian selatan NTT.
"Tinggi gelombang di wilayah perairan laut selalu berubah-ubah sehingga kami
tidak bisa mengeluarkan prakiraan tinggi gelombang untuk beberapa hari ke
depan," tandasnya.
3. Ambisi Tiongkok di Laut China Selatan Bisa
Berimbas Internasionalisasi Perairan Indonesia
Pengamat Intelijen dan Militer, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati melihat
adanya korelasi antara ambisi Tiongkok menguasai Laut China Selatan dan kedaulatan
maritim Indonesia. Ambisi China sendiri bisa terlihat dari sudah didirikannya
pangkalan militer di atas gugusan kepulauan di LCS.
Kehadirannya, menurut Nuning menunjukkan kesungguhan dan kesiapan Negeri
Panda menggunakan Hard Power di zona irisan teritorial dengan negara-negara
ASEAN. Meskipun Indonesia tidak ikut dalam perebutan kedaulatan wilayah di sana,
bukan mustahil perairan dalam negeri juga terancam.Menurutnya, bahaya penguasaan
China di LCS bagi Indonesia terbuka amat lebar. Beberapa faktor yang menunjang
terjadinya imbas tersebut ialah berkat letak Nusantara yang strategis, baik secara
geografis maupun astronomis.“Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.499 pulau. Luas perairan
kita 3,2 juta kilometer persegi,” urainya kepada Okezone, Kamis (27/4/2017).Untuk
diketahui, Indonesia juga berada di persimpangan antara Samudera Pasifilk dan
Hindia, serta di tengah jalur pelayaran dari Benua Asia dan Benua Australia. Secara
geopolitik, terdapat empat dari sembilan selat sempit jalur utama perdagangan dunia,
yaitu Selat Malaka, Sunda, Lombok dan Makassar.Mantan anggota DPRD RI tersebut
melihat ambisi China di LCS bisa jadi malah mengancam keamanan maritim
Indonesia. Sebab kepentingan di perairan sengketa itu sangat besar.Bagaimana tidak?
Kawasan yang terkenal dengan julukan Maritime Silk Road (jalur pelayaran sutra)
tersebut telah lama menjadi perebutan hegemoni negara-negara maju di dunia,
termasuk Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan maupun Korea Utara. Walaupun
secara teritori, tidak semuanya berhak atas perairan tersebut.“Letaknya yang ada di
kawasan Asia Pasifik, sudah lama dipandang sebagai jalur penting perdagangan
dunia,” terangnya.Ia memprediksi, permasalahan yang mungkin muncul dengan terus
bergulirnya sengketa kedaulatan di Laut China Selatan, meliputi illegal fishing,
penyelundupan barang, manusia, senjata dan narkoba. Perempuan yang akrab disapa
Nuning Kertapati itu bahkan mengatakan, bukan tidak mungkin bahwa Indonesia lama
kelamaan juga akan terseret dalam pusaran konflik di sana.Sebagaimana kepentingan-
kepentingan yang ada berpotensi mendorong keamanan maritim Indonesia diintervensi
dunia internasional.“Pembajakan dan perompakan secara terus menerus juga mungkin
terjadi. Tindakan-tindakan itu dapat mengarah pada upaya menginternasionalisasi
perairan Indonesia,” tandasnya.

Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/11/15/337/1814762/laut-indonesia-
surga-perikanan-dunia
https://news.okezone.com/read/2018/02/20/340/1862009/gelombang-di-perairan-ntt-
tinggi-kapal-kecil-diimbau-tak-melaut,
https://news.okezone.com/read/2017/04/28/337/1678312/ambisi-tiongkok-di-laut-
china-selatan-bisa-berimbas-internasionalisasi-perairan-indonesia.

Anda mungkin juga menyukai