Tanaman ubijalar dapat dikembangbiakan dengan mudah menggunakan stek pucuk/batang, umbi, dan biji.
Stek pucuk/batang paling efisien digunakan untuk tujuan produksi (komersial) namun setelah empat
generasi berturut-turut produksi akan menurun, sedangkan umbi digunakan sebagai bahan persediaan bibit
yang dapat disimpan lama.
Bibit turunan pertama asal umbi yang disemai memiliki kualitas terbaik. Adapun bahan perbanyakan
berupa biji digunakan untuk kegiatan penelitian pemuliaan tanaman guna merakit varietas unggul baru.
Bahan perbanyakan tanaman ubijalar berupa stek paling cocok untuk tujuan produksi umbi. Pertumbuhan
tanaman ubijalar asal stek pucuk/batang lebih seragam, selain itu kemampuan untuk menghasilkan umbi
relatif lebih baik jika dibandingkan dengan stek dari umbi atau biji.
Stek dapat diambil dari tanaman produksi yaitu tanaman yang dibudidayakan untuk memproduksi umbi
atau dari tanaman persemaian yang khusus ditanam untuk menghasilkan stek.
Stek dapat mulai diambil ketika tanaman berumur antara 2−3 bulan, yaitu ketika laju pertumbuhan
tanaman kuat dan cepat. Jumlah stek yang diambil dari masing-masing tanaman muda cukup satu atau dua
saja agar tidak berpengaruh terhadap penurunan hasil dan kualitas umbi. Menurut Stathers et al. (2005),
apabila jumlah stek yang diambil terlalu banyak, maka hasil umbi akan berkurang. Interval pengambilan
stek dapat dilakukan setiap dua minggu, tergantung pada macam varietas yang dibudidayakan.
Pembibitan dilakukan pada lahan yang sudah diolah dan dibentuk bedengan-bedengan dengan lebar 1 m.
Bahan tanam yang disemai berupa stek pucuk sepanjang 20−30 cm. Penggunaan stek mini (1−3 ruas)
dapat dilakukan jika ketersediaan stek terbatas. Pada saat memotong, gunakan pisau atau gunting yang
bersih dan tajam. Jarak tanam pembibitan 10 x 20 cm. Stek ditanam tegak yaitu satu ruas dibenamkan ke
dalam tanah. Bedengan pembibitan disiram dua kali sehari untuk menjaga kelembaban.
Panen stek pada bedengan pembibitan dapat dimulai setelah tanaman persemaian berumur 3−4 minggu.
Pada umur tersebut stek pertama sudah cukup panjang. Stek batang dipotong 5 cm di atas permukaan
tanah, dengan meninggalkan beberapa ruas untuk memastikan pertumbuhan tunas berikutnya yang akan
dapat dipanen lagi setelah 4 minggu.
Gambar 1. Keragaan stek: (A) Stek pertama pucuk, (B) Stek kedua dan (C) Stek ketiga
1. Siapkan alat pemotong stek (pisau atau gunting) yang tajam dan bersih
2. Potong stek dengan ukuran panjang antara 20−30 cm (minimal 7 ruas)
3. Stek yang telah terkumpul disatukan dalam satu ikatan. Tiap ikatan berisi sekitar 100 stek dan
diberi label nama varietas dan tanggal panen.
2. Umbi
Dua alasan penggunaan umbi untuk bibit yaitu: (1) Ubijalar harus dirotasi dengan komoditas lain sehingga
petani harus menyimpan umbi untuk bibit pada musim tanam berikutnya, dan (2) Berkaitan dengan
kualitas bibit.
Penggunaan stek pucuk/batang yang diambil dari tanaman produktif setelah empat kali tanam atau lebih
akan mengalami penurunan kualitas bibit yang berpengaruh terhadap penurunan hasil dan kualitas umbi.
Untuk mengembalikan kualitas bibit adalah menggunakan stek yang berasal dari umbi. Tunas yang
tumbuh dari umbi inilah yang kemudian dijadikan bibit berupa stek pucuk/batang turunan pertama dan
tingkat hasil umbinya tertinggi (Anonim 2011a, Anonim2011b).
Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Sulistyowati dan Suwarto (2009) terhadap Varietas Sukuh,
Emen dan Ayamurasaki. Penelitian De Silva et al. (1990) menunjukkan bahwa penurunan produktivitas
mulai terjadi pada generasi keempat atau lebih.
Kelemahan stek asal umbi adalah mengurangi jatah umbi untuk dijual atau dikonsumsi dan membutuhkan
biaya dan tenaga kerja lebih banyak. Sedangkan keuntungan adalah:
Gambar 2. Keragaan tunas dari umbi selama penyimpanan dan setelah transplanting. (A) Disimpan 12 bulan, (B)
Disimpan 15 bulan, (C) Disimpan 17 bulan (saat transplanting), (D) 15 hari setelah transplanting.
Gambar 3. Persemaian umbi menggunakan media polibag. Gambar kiri menunjukan pertumbuhan tunas ubijalar
normal, sedangkan gambar kanan menunjukan pertumbuhan tunas ubijalar yang belum normal.
3. Biji
Biji ubijalar dapat dihasilkan secara alami oleh tanaman produksi atau sengaja diproduksi melalui
persilangan oleh para pemulia agar diperoleh keturunan yang beragam untuk tujuan seleksi.
Sebagian besar tanaman yang dibiakkan dari biji akan memiliki karakter yang berbeda dengan tetuanya,
namun demikian masih terdapat peluang untuk mendapatkan keturunan yang sama persis dengan
induknya, bahkan berpeluang untuk memiliki karakter yang lebih baik dari kedua induknya (segregan
transgresif). Oleh karena itu perbanyakan ubijalar menggunakan biji tidak disarankan untuk tujuan
produksi.
Gambar 4. Buah dan biji ubijalar.
Kemampuan berbunga dan menghasilkan biji dari setiap klon ubijalar bervariasi. Terdapat klon yang
secara alami mampu menghasilkan bunga dan biji dalam jumlah banyak, sedang maupun sedikit, namun
juga terdapat klon yang sama sekali tidak mampu berbunga dan menghasilkan biji.
Biji ubijalar terdapat dalam buah berbentuk kapsul dengan diameter 5−8 mm. Dalam satu buah terdapat
empat ruang (Gambar 4). Setiap ruang memiliki satu biji, tetapi biasanya hanya satu atau dua ruang yang
berisi biji.
Warna biji ubijalar yang telah kering bervariasi dari coklat hingga hitam. Ukuran biji sebesar kepala korek
api, dengan panjang biji sekitar 3 mm. Kulit biji sangat keras dan hampir kedap air dan oksigen.
Keberadaan kulit biji yang impermeable menyebabkan dormansi biji cukup lama, oleh karena itu untuk
mengecambahkan biji secara langsung agak sulit. Dilaporkan bahwa biji ubijalar dapat bertahan hidup
lebih dari 20 tahun jika disimpan pada temperatur 18°C dan kelembaban udara relatif 45−50%.
Perkecambahan dapat dipercepat dengan skarifikasi biji secara mekanik dengan memotong atau
mengamplas kulit biji atau dengan perlakuan asam Sulfat (Huaman dan Asmat 2015). Perkecambahan biji-
biji yang telah diskarifikasi terjadi dalam 1−2 hari.
Gambar 5. Keragaan tanaman dari biji (kiri), dan umbi dari tanaman asal biji yang terseleksi (gambar tengah dan
kanan).
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/penyiapan-bahan-perbanyakan-tanaman-ubijalar-
yang-baik/