Anda di halaman 1dari 4

Sesi Tanya Jawab Materi Kelompok 4

1. Penanya : M. Satyo Pradana


Pertanyaan :
a. Apakah kandungan dari lumpur aktif ?
Jawaban :
Dijawab Oleh SITI SULAEHA

2. Penanya : Nur Awaliah


Pertanyaan :
a. Apakah limbah cair dan padat dibuang ke tempat penampungan sementara yang
sama ?
b. Untuk alat-alat yang digunakan dalam bedah apakah langsung dibuang ?
Jawaban :
Dijawab oleh WILUJENG CAHYA ARUNDINA

3. Penanya : Alicia Anggreini D.


Pertanyaan :
a. Bagaimana kalau RS tidak memiliki incinerator, apakah solusinya ?
b. Bagaimana prinsip kerja dari incinerator ?
Jawaban :
Dijawab oleh ARISMAH

4. Penanya : M. Fajar Atma Dinata


Pertanyaan : Untuk personil yang terlibat dalam pengelolaan limbah, apakah perlu
untuk mengikuti pelatihan tertentu ?
Jawaban :
Dijawab oleh ANNYSA MAULITA DEWI

5. Penanya : M. Rudini
Pertanyaan :
a. Untuk IPAL yang ada di RS Prov. NTB menggunakan sistem apa ?
b. Bagaimanakah proses pembuangan IPAL tersebut ?
Jawaban :
a. Dijawab oleh RISKA OKTAVIANI
Sistem teknologi pengolahan IPAL yang digunakan di RS Prov NTB adalah
teknologi pengolahan secara biologis dengan metode lumpur aktif.

b. Dijawab oleh GITA RIZQI RAMITA


Proses Pembuangan IPAL dengan metode Lumpur Aktif :
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi, proses ini digunakan sebagai pengolahan air limbah domestik
sekunder secara biologi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik
yang mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4, dan sel
biomassa baru.
Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif secara umum terdiri dari
bak pengendap awal, bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta bak khlorinasi
untuk membunuh bakteri patogen.
Secara umum proses pengolahannya adalah sebagai berikut:
1. Air limbah yang berasal dari rumah sakit ditampung ke dalam bak penampung
air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak pengatur debit air
limbah serta dilengkapi dengan saringan kasar untuk memisahkan kotoran
yang besar.
2. Kemudian, air limbah dalam bak penampung di pompa ke bak pengendap
awal. Bak pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi
(Suspended Solids) sekitar 30 - 40 %, serta BOD sekitar 25 % . Air limpasan
dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi.
3. Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembus dengan udara sehingga
mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air
limbah. Energi yang didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut
digunakan oleh mikrorganisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan
demikian didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomasa
dalam jumlah yang besar. Biomasa atau mikroorganisme inilah yang akan
menguaraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
4. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur
aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa
kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air
limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi.
5. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa
khlor untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang
keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran
umum. Dengan proses ini air limbah rumah sakit dengan konsentrasi BOD 250
-300 mg/lt dapat di turunkan kadar BOD nya menjadi 20 -30 mg/lt.

Jawaban Arismah:
a. Bagaimana kalau RS tidak memiliki incinerator, apakah solusinya ?
b. Bagaimana prinsip kerja dari incinerator ?

a. Jika RS tidak memiliki incinerator maka diharuskan memiliki kerjasama dengan


Rumah Sakit yang memiliki incinerator, atau jika di daerah tersebut tidak ada Rumah
sakit yang memiliki incinerator maka mestinya terdapat kontrak dengan pihak ketiga.
b. Prinsip kerja incinerator :
Incenerator adalah metode penghancuran limbah dengan melalui pembakaran dalam
suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungan sekitarnya. insinerasi
material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran,
partikulat dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum
dilepas ke atmosfer. Adapun tahapannya sebagai berikut:
- Limbah atau sampah dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah menjadi
kering dan siap terbakar
- Proses pirolisis yaitu pembakaran tidak sempurna dimana temperature belum
terlalu tinggi
- Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama digunakan
sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan 400-600 oC. Ruang bakar kedua
digunakan sebagai pembakar asap dan bau dengan suhu antara 600-. Ruang bakar
kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau dengan suhu antara 600-
1200oC.

Tambahan cara penggunaan insenerator:


1. Hidupkan switch pompa terlebih dahulu agar sirkulasi air di alat scrubber dapat
berjalan baik dan lancar.
2. Masukkan limbah padat yang sudah dimampatkan dan dibungkus kantong (bukan
bahan dari plastik) kedalam ruang pembakaran. Jarak kantong terhadap ujung burner
paling dekat 30 cm, agar tidak menutup lubang nozzel dari burner.
3. Tutup daun pintu incinerator sampai rapat, sehingga limit switch bisa bekerja dengan
baik dan burner bisa menyala dengan baik.
4. Aturlah timer (waktu kerja) sesuai waktu yang dikehendaki. Secara otomatis,
incinerator akan bekerja sesuai dengan waktu yang telah diatur tersebut.
5. Set pengatur suhu (temperature controler) pada posisi 800 derajat Celcius atau suhu
yang diinginkan. Burner akan secara otomatis menyesuaikan suhu yang telah diset.
6. Selesai operasi pembakaran switch pada stop kontak (sumber listrik ) dimatikan,
supaya tidak ada pengaruh listrik lagi pada incinerator. Juga umur pakai perangkat
otomatis lebih panjang dan tidak cepat rusak.
7. Hasil pembakaran atau abu dikumpulkan dengan kantong untuk di bawa ke TPA
(Tempat Pengolahan Akhir)

Anda mungkin juga menyukai