Anda di halaman 1dari 44

BUKU INFORMASI

MENERAPKAN PRINSIP KESEHATAN KERJA


UNTUK MENGENDALIKAN RISIKO K3
KKK.00.02.012.01

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I.


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS
DIREKTORAT BINA STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PELATIHAN KERJA
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan
2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------------------- 2


BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------ 6
A. Tujuan Umum --------------------------------------------------------------------- 6
B. Tujuan Khusus -------------------------------------------------------------------- 6
BAB II MENGENALI HAZARDS DAN POTENSI EFEK KESEHATAN YANG
MERUGIKAN DI TEMPAT KERJA ----------------------------------------------------- 8
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengenali Hazards dan Potensi
Efek Kesehatan yang Merugikan di Tempat Kerja --------------------------- 8
1. Sumber Informasi dan Data Eksternal diakses untuk membantu
identifikasi hazards kesehatan di tempat kerja ------------------------ 8
2. Sumber Informasi dan data di tempat kerja ditinjau ulang untuk
mengakses informasi untuk membantu dalam mengidentifikasi
hazards kesehatan di tempat kerja --------------------------------------- 9
3. Bahaya Fisik ------------------------------------------------------------------ 9
4. Bahaya Kimia ----------------------------------------------------------------- 14
5. Bahaya Biologi---------------------------------------------------------------- 16
6. Bahaya Ergonomi ------------------------------------------------------------ 17
7. Bahaya Psikologis ------------------------------------------------------------ 19
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengenali Hazards dan Potensi
Efek Kesehatan yang Merugikan di Tempat Kerja --------------------------- 21
C. Sikap Yang Diperlukan Dalam Mengenali Hazards dan Potensi Efek
Kesehatan yang Merugikan di Tempat Kerja---------------------------------- 21
BAB III MEMUDAHKAN PENGENDALIAN RISIKO KESEHATAN DI TEMPAT KERJA --- 22
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam memudahkan pengendalian risiko
kesehatan di tempat kerja ----------------------------------------------------- 22
1. Hirarki pengendalian diterapkan dalam mengendalikan risiko
terhadap kesehatan kerja -------------------------------------------------- 22
2. Kebijakan di tempat kerja, prosedur dan jadwal kerja diuji untuk
meminimalisasi situasi yang berpotensi kurang baik dan dapat
menyebabkan kerugian fisik atau psikologis pekerja ------------------ 22

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 2 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

3. Proses komunikasi organisasi diuji untuk memaksimalkan kejelasan


peran dan keterlibatan pekerja -------------------------------------------- 23
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam memudahkan pengendalian risiko
kesehatan di tempat kerja ----------------------------------------------------- 24
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam memudahkan pengendalian risiko
kesehatan di tempat kerja ------------------------------------------------------- 24
BAB IV PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN STRATEGI UNTUK MENGKOMUNI-
KASIKAN INFORMASI DAN DATA KESEHATAN KERJA--------------------------- 25
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Partisipasi dalam pengembangan
strategi untuk mengkomunikasikan informasi dan data kesehatan kerja 25
1. Kelompok target komunikasi diteliti dan diidentifikasi ----------------- 25
2. Efek kesehatan yang merugikan yang dapat muncul dari pekerjaan
dan lingkungan kerja diinterpretasikan dan didiskusikan dengan
pemangku kepentingan ----------------------------------------------------- 26
3. Strategi komunikasi diimplementasikan sesuai dengan syarat
hukum dan etika ------------------------------------------------------------- 27
4. Efektifitas dari proses komunikasi kesehatan dievalusi dan
dipantau ----------------------------------------------------------------------- 28
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Partisipasi dalam pengembangan
strategi untuk mengkomunikasikan informasi dan data kesehatan kerja 29
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Partisipasi dalam pengembangan
strategi untuk mengkomunikasikan informasi dan data kesehatan kerja 30
BAB V MEMANTAU DAN MEMFASILITASI PROMOSI KESEHATAN PEKERJA TER-
MASUK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEHATAN KERJA -------------------- 31
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam memantau dan memfasilitasi
promosi kesehatan pekerja termasuk pendidikan dan pelatihan
kesehatan kerja ------------------------------------------------------------------- 31
1. Kebutuhan akan informasi dan data kesehatan, promosi kesehatan
pekerja termasuk pendidikan dan pelatihan diidentifikasi saat
berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan di tempat kerja 31

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 3 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

2. Personil termasuk para profesional kesehatan dan sumber daya


yang akan melaksanakan promosi memberikan pelatihan
kesehatan kerja diidentifikasi ---------------------------------------------- 32
3. Peran dan tanggung-jawab untuk menyelenggarakan promosi
kesehatan pekerja dan pelatihan dikenali dan dialokasikan ---------- 33
4. Informasi dan data kesehatan, serta pendidikan disediakan kepada
para manajer dan pekerja dengan suatu cara yang memudahkan
pemahaman dan pengambilan keputusan ------------------------------- 34
5. Promosi kesehatan pekerja termasuk pelatihan, evaluasi dan
proses pemantauan dilaksanakan ----------------------------------------- 35
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam memantau dan memfasilitasi
promosi kesehatan pekerja termasuk pendidikan dan pelatihan
kesehatan kerja ------------------------------------------------------------------- 36
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam memantau dan memfasilitasi
promosi kesehatan pekerja termasuk pendidikan dan pelatihan
kesehatan kerja ------------------------------------------------------------------ 37
BAB VI MENGEVALUASI DAN MENINJAU ULANG PROGRAM KESEHATAN KERJA ---- 38
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam mengevaluasi dan meninjau
ulang program kesehatan kerja ----------------------------------------------- 38
1. Hasil dari program kesehatan kerja dievaluasi dengan
menggunakan rencana evaluasi ------------------------------------------- 38
2. Dampak keseluruhan dari program kesehatan kerja dievaluasi dan
didokumentasikan ----------------------------------------------------------- 39
3. Rekomendasi dibuat untuk program selanjutnya ----------------------- 40
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam mengevaluasi dan meninjau
ulang program kesehatan kerja ------------------------------------------------ 41
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam mengevaluasi dan meninjau ulang
program kesehatan kerja -------------------------------------------------------- 41
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------------- 42
A. Dasar Perundang-undangan ---------------------------------------------------- 42
B. Buku Referensi ------------------------------------------------------------------- 42
C. Majalah atau Buletin -------------------------------------------------------------- 42

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 4 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

D. Referensi Lainnya ----------------------------------------------------------------- 42


DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN --------------------------------------------------- 43
A. Daftar Peralatan/Mesin ----------------------------------------------------------- 43
B. Daftar Bahan----------------------------------------------------------------------- 43
DAFTAR PENYUSUN ----------------------------------------------------------------------------- 44

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 5 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu menerapkan prinsip
kesehatan kerja untuk mengendalikan risiko K3.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi menerapkan
prinsip kesehatan kerja untuk mengendalikan risiko K3 guna memfasilitasi peserta
latih sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Mengenali hazards di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan efek
kesehatan yang merugikan yang meliputi sumber informasi dan data eksternal
diakses untuk membantu identifikasi hazards kesehatan di tempat kerja, sumber
informasi dan data di tempat kerja ditinjau ulang untuk mengakses informasi
untuk membantu dalam mengidentifikasi hazards kesehatan di tempat kerja,
peran dari perbedaan individu dalam kepekaan terhadap penyakit akibat kerja
atau cidera dipertimbangkan dalam mengidentifikasi efek kesehatan yang
merugikan, dan situasi di mana membutuhkan profesional kesehatan dikenali;
2. Identifikasi/mengenali potensi efek kesehatan yang merugikan terkait pada
interaksinya dengan hazards kesehatan yang bersumber dari tempat kerja dan
manusia yang meliputi pengetahuan mengenai sumber penyakit dan cidera
akibat kerja diterapkan dalam menganalisis karakteristik pekerjaan dan sifat
pekerjaan serta konteks dari kerja untuk mengenali situasi yang memiliki potensi
menimbulkan efek kesehatan yang merugikan baik fisik maupun mental pekerja,
tempat kerja dan sumber informasi dan data internal diakses, memperhatikan
kebutuhan privasi, untuk membantu mengidentifikasi situasi dengan suatu
potensi merugikan kondisi fisik atau psikologis pekerja, peran dari perbedaan
individu dalam kepekaan dipertimbangkan dalam menilai lingkup yang potensial
dan dampak dari situasi dengan efek kesehatan yang merugikan;
3. Memudahkan pengendalian risiko kesehatan di tempat kerja yang meliputi
hirarki pengendalian diterapkan dalam mengendalikan risiko terhadap kesehatan
Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan
Risiko K3 Halaman: 6 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

kerja, kebijakan di tempat kerja, prosedur dan jadwal kerja diuji untuk
meminimalisasi situasi yang berpotensi kurang baik dan dapat menyebabkan
kerugian fisik atau psikologis pekerja, proses komunikasi organisasi diuji untuk
memaksimalkan kejelasan peran dan keterlibatan pekerja;
4. Partisipasi dalam pengembangan strategi untuk mengkomunikasikan informasi
dan data kesehatan kerja yang meliputi kelompok target komunikasi diteliti dan
diidentifikasi, efek kesehatan yang merugikan yang dapat muncul dari pekerjaan
dan lingkungan kerja diinterpretasikan dan didiskusikan dengan pemangku
kepentingan, strategi komunikasi diimplementasikan sesuai dengan syarat
hukum dan etika, efektifitas dari proses komunikasi kesehatan dievalusi dan
dipantau;
5. Memantau dan memfasilitasi promosi kesehat-an pekerja termasuk pendidikan
dan pelatihan kesehatan kerja yang meliputi kebutuhan akan informasi dan data
kesehatan, promosi kesehatan pekerja termasuk pendidikan dan pelatihan
diidentifikasi saat berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan di tempat
kerja, personil termasuk para profesional kesehatan dan sumber daya yang akan
melaksanakan promosi memberikan pelatihan kesehatan kerja diidentifikasi,
Peran dan tanggungjawab untuk menyelenggarakan promosi kesehatan pekerja
dan pelatihan dikenali dan dialokasikan, informasi dan data kesehatan, serta
pendidikan disediakan kepada para manajer dan pekerja dengan suatu cara
yang memudahkan pemahaman dan pengambilan keputusan, promosi
kesehatan pekerja termasuk pelatihan, evaluasi dan proses pemantauan
dilaksanakan;
6. Mengevaluasi dan meninjau ulang program kesehatan kerja yang meliputi hasil
dari program kesehatan kerja dievaluasi dengan menggunakan rencana
evaluasi, dampak keseluruhan dari program kesehatan kerja dievaluasi dan
didokumentasikan, rekomendasi dibuat untuk program selanjutnya.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 7 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

BAB II
MENGENALI HAZARDS DAN POTENSI EFEK KESEHATAN YANG MERUGIKAN
DI TEMPAT KERJA

A. Pengetahuan yang Diperlukan Dalam Mengenali Hazards dan Potensi Efek


Kesehatan yang Merugikan di Tempat Kerja

Di tempat kerja selalu memiliki berbagai jenis sumber bahaya yang menimbulkan
efek kesehatan yang merugikan bagi tenaga kerja atau dapat menyebabkan
timbulnya penyakit akibat kerja (PAK). Sumber bahaya (hazards) adalah sumber,
situasi atau tindakan yang berpotensi mencederai badan atau mengganggu
kesehatan manusia. Sementara menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pada pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap tempat kerja
berupa ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja memiliki potensi bahaya yang dapat
mencederai badan atau mengganggu kesehatan manusia.

1. Sumber informasi dan data eksternal diakses untuk membantu identifikasi hazards
kesehatan di tempat kerja

Sumber informasi dan data dapat diakses dari berbagai sumber baik dari
sumber convensional maupun dari elektronik seperti textbook, website, e-book,
dll. Potensi bahaya (hazards) memiliki potensi untuk mengakibatkan kerugian
dan kerusakan bagi :

a. Manusia, kerugian tersebut dapat bersifat secara langsung maupun secara


tidak langsung terhadap pekerjaan
b. Properti seperti peralatan kerja, mesin-mesin, dll.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 8 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

c. Lingkungan, baik lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan


eksternal perusahaan
d. Kualitas produk barang dan jasa
e. Nama baik perusahaan

2. Sumber informasi dan data ditempat kerja ditinjau ulang untuk mengakses
informasi untuk membantu dalam mengidentifikasi hazards kesehatan di tempat
kerja

Identifikasi atau pengenalan bahaya kesehatan menjadi langkah awal untuk


membuat manajemen risiko kesehatan di tempat kerja.
Ada lima potensi bahaya di tempat kerja.

FISIK KIMIA

PSIKOLOGI BIOLOGI

FISIOLOGI

a. Bahaya Fisik (Physical hazard), bahaya ini dapat dikategorikan dalam bebe-
rapa kategori, seperti: kebisingan, getaran, penerangan, suhu, radiasi, dll.

1). Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi yang sangat tidak dikehendaki manusia,
seperti mesin dan peralatan kerja yang menimbulkan suara (noise) di
tempat kerja. Setiap bunyi sangat ditentukan oleh frekuensi dan
intensitasnya. Intensitas bunyi dapat dilihat dari besarnya tekanan yang
dipindahkan oleh bunyi yang dinyatakan dalam satuan desi-Bell (dB).
Menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 tahun 1999 tentang nilai
ambang batas faktor fisika di tempat kerja antara lain yaitu : nilai ambang

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 9 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

batas untuk kebisingan dalam waktu tidak lebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu adalah 85 dBA.
a). Efek noise tersebut diantaranya :
• Mengganggu komunikasi
• Mengganggu konsentrasi
• Tidak nyaman dalam bekerja
• Tuli konduktif, terjadi karena gangguan hantaran suara dari daun
telinga ke foramen ovale
• Tuli perspektif disebut juga dengan istilah tuli sensori neural.
b). Jenis kebisingan di tempat kerja :
 Kebisingan kontinyu dengan frekuensi luas, contoh: mesin, kipas
angin, dll.
 Kebisingan kontinyu dengan frekuensi sempit, contoh: katup gas.
 Kebisingan terputus-putus (intermitten), contoh: lalu lintas, suara
pesawat terbang di bandara
 Kebisingan impulsif, contoh: pukulan tukul, tembakan bedil/meriam.
c). Gangguan Extra Auditory
 Gangguan komunikasi seperti berbicara harus teriak, suara orang
sulit dimengerti.
 Gangguan tidur, seperti presentase seseorang akan bangun tidur
pada tingkat kebisingan tertentu
 Gangguan psikologis, seperti mudah marah, mengganggu
kenyamanan
d). Alat mengukur intensitas kebisingan disebut “Sound Level Meter”

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 10 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

e) Pengendalian Kebisingan
 Pengendalian secara teknik
 Pada sumbernya, contoh :
- Pemeliharaan (pelumasan, perbaikan mesin).
- Penggantian mesin (press mekanik diganti dengan press hidrolik).
- perubahan metode dan proses kerja
 Pada daerah sebaran, contoh :
- Mengurangi kecepatan / gerak mesin
- Menggunakan peredam suara
- Mengisolasi sumber kebisingan
- Memperjauh jarak sumber kebisingan dengan pekerja.
 Pada penerima, contoh :
- Menggunakan alat pelindung telinga
- Perubahan waktu kerja
- Mengisolasi pekerja dari sumber bising
 Pengendalian secara administratif
 Rotasi kerja, memindahkan pekerja dari tempat yg bising ke
tempat yg kurang bising.
 Pengaturan waktu pengoperasian mesin.
 Pengaturan waktu kerja berdasarkan peraturan
perundangan/standard yang berlaku.
 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) : Ear plug (sumbat telinga),
Ear muff (tutup telinga), Safety helmet

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 11 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

2). Getaran
Getaran adalah suatu faktor fisik yang bekerja pada manusia dengan
penjalaran (transmission) dari pada tenaga mekanik dari sumber
goyangan (osilator). Getaran kerja dihasilkan oleh : mesin, kendaraan,
traktor, truk, bus, tank, alat kerja tangan, pengebor, dll.
a). Jenis Getaran
 Getaran Umum / Whole Body Vibration, getaran berpengaruh pada
tubuh. Misalnya: traktor, kendaraan.
 Getaran setempat/ Hand Arm Vibration, getaran yang merambat
melalui tangan atau lengan. Misalnya:Bor tangan, Chain Saw, bor
pneumatic.
b). Pengaruh Getaran secara umum adalah, diantaranya :
 Gangguan kenyamanan, Kelelahan, penglihatan kabur, sakit kepala,
gemetar, kesemutan, gangguan tidur
 Kerusakan organ dalam
 Sakit persendian dan otot lengan
 Penurunan fungsi indra perasa pada jari-jari, hilangnya ketangkasan
 Noda putih pada telapak tangan (white finger sindrom-mati rasa
permanen)
c). Pengendalian Getaran :
 Eliminasi, substitusi mesin, penggunaan remote control
 Rekayasa Engineering terhadap sumber untuk menurunkan getaran
dengan bantalan anti vibrasi/isolator, penyekat, peredam, membalut
pegangan dan pemeliharaan mesin yang baik
 Pengendalian administrasi : dilakukan dengan pengaturan jadwal
kerja sesuai TLV (Treshold Limit Value) atau NAB (Nilai Ambang
Batas), rotasi kerja, atur waktu istirahat, genggam dengan longgar,
ganti posisi, olahraga, dll.
 Pemeriksaan kesehatan, pemantauan getaran
 Dianjurkan menggunakan APD seperti sarung tangan yang
dilengkapi peredam getar (busa) untuk menghangatkan tangan dan
perlindungan terhadap gangguan vascular.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 12 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

3). Penerangan
Penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja
atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat,
nyaman dan aman. Penerangan juga dapat mengurangi risiko kecelakaan
serta meningkatkan produktifitas kerja.
a). Efek penerangan :
 Membuat kesulitan melihat dan mengenali bahaya di tempat kerja
 Kontribusi pada EYE STRAIN
 Menyebabkan orang melongok (stressful posture) untuk melihat
secara jeli.
 Secara langsung/ tidak menyebabkan problem kesehatan dan
keselamatan lain meningkat
 Lelah mata, mental, pegal, kerusakan mata meningkatkan
kecelakaan
b). Alat ukur. Intensitas penerangan dapat diukur dengan menggunakan
“Lux Meter”. Alat ini bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya
menjadi energi listrik oleh sel foto elektrik.

c). Pengendalian penerangan secara umum :


 penggunaan cahaya matahari (daylight)
 Gunakan warna yang cerah
 Sediakan penerangan yang cukup bagi pekerja,
 Sediakan pencahayaan lokal untuk pekerjaan yang memerlukan
ketepatan & pekerjaan pemeriksaan.
 sediakan penutup/selubung untuk mengurangi pantulan langsung.
 Singkirkan permukaan yang mengkilat

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 13 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

 Pemilihan latar belakang yang sesuai


 Bersihkan jendela, dan peliharalah sumber cahaya.

b. Bahaya Kimia (Chemical hazard), merupakan bahaya yang ditimbulkan


oleh bahan kimia seperti toksisitas bahan kimia, daya ledak bahan kimia,
penyebab kanker, oksidasi, bahan kimia mudah terbakar.

Bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat
kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga
kerja, instalasi dan lingkungan.
1). Kriterian bahan kimia berbahaya :
a) bahan beracun
b) bahan sangat beracun
c) cairan mudah terbakar
d) cairan sangat mudah terbakar
e) gas mudah terbakar
f) bahan mudah meledak
g) bahan reaktif
h) bahan oksidator
2). Bahan Kimia Berbahaya dapat diklasifikasikan secara umum diantaranya
adalah :
a) Bahan Kimia beracun (toxic), yaitu bahan kimia yang dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau
menyebakan kematian apabila terserap dalam tubuh.
b) Bahan Kimia Korosif (Corrosives), yaitu bahan kimia yang karena
reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan
jaringan tubuh atau bahan lain.
c) Bahan mudah terbakar (Flammable substances), yaitu bahan kimia
yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran.
d) Bahan Peledak (Explosives), yaitu bahan yang karena suatu reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar
serta suhu tinggi

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 14 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

e) Bahan Kimia Oxidator (Oxidation agents), yaitu bahan kimia yang


mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen
yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.
f) Bahan kimia yang reaktif terhadap air (Water sensitivity
substances), yaitu bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan
air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
g) Bahan Kimia reaktif terhadap asam (Acid sensitivity subsatnces),
yaitu bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam
menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar ataupun gas
yang beracun dan korosif.
h) Gas bertekanan (Compressed gases), yaitu gas yang disimpan di
bawah tekanan
i) Bahan radioaktif (Radioaktif substances), yaitu bahan kimia yang
mempunyai kemampuan memancarkan sinar-sinar radioaktif.

3). Berdasarkan Wujudnya bahan Kimia ditempat kerja dapat dikategorikan


sebagai berikut:
a) Gas, yaitu bentuk wujud zat, yang tidak mempunyai bangun
sendiri, melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan
tekanan normal. Sifat-sifat gas pada umumnya dalam konsentrasi
rendah tidak terlihat, tidak berbau dan berdiffusi mengisi seluruh
ruangan.
b) Uap, yaitu bentuk gas dari zat-zat, yang dalam keadaan biasa
berbentuk zat padat atau zat cair.
c) Debu, yaitu partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh
kekuatan-kekuatan alami atau mekanis. Umumnya debu tidak
berflokulasi.
d) Kabut, yaitu titik cairan halus dalam udara yang terjadi dari
kondensasi bentuk uap atau dari pemecahan zat cair.
e) Fumes, yaitu partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena
kondensasi dari bentuk gas, biasanya sesudah penguapan benda

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 15 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

padat yang dipijarkan dan biasanya disertai dengan oksidasi


kimiawi, sehingga terjadi zat-zat seperti PbO, ZnO, dll.
f) Awan, yaitu partikel-partikel cair sebagai hasil kondensasi dari fase
gas. Sifat-sifat “fume” dan awan adalah berflokulasi; kadang-
kadang bergumpal; ukuran partikel-partikel dibawah 1 mikron yaitu
antara 0,1-1 mikron.
g) Asap, biasanya dianggap partikel-partikel zat karbon yang
ukurannya kurang dari 0,5 mikron sebagai akibat dari pembakaran
tak sempurna bahan-bahan mengandung karbon.

4). Pengendalian
a) Enginering control : elimination, substitution, isolation
b) Administration control : job rotation
c) APD : safety glass, safety shoes, masker.

c. Bahaya Biologi (Biological hazard), bahaya ini dapat dikategorikan kedalam


seperti : virus, bakteri, jamur, tanaman, burung, binatang yang dapat
menginfeksi atau memberikan reaksi negatif kepada manusia.

1) Faktor biologis di tempat kerja yang dapat mengakibatkan gangguan


kesehatan bagi tenaga kerja biasanya disebabkan oleh makhluk hidup.

Virus
Jamur

Tempat
kerja

Protozoa
Bakteri

Cacing

a) Bakteri : Organisme bersel tunggal berdiameter 1-2 mikron. Beberapa


bakteri menyebabkan penyakit, seperti tetanus. Yang lain berguna,

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 16 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

sebagai sumber antibiotika, contoh: Antraks pada tenaga kerja


berhubungan dengan wol, tetanus pada tenaga kerja pertanian.
b) Virus : merupakan partikel hidup yang paling kecil yang berdiameter
antara 0,025 s/d 0,25 mikron. Virus merupakan parasit yang
menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan dan bakteri, contoh:
hepatitis pada petugas laboratorium
c) Jamur : Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni. Contoh: Infeksi
jamur kulit pada pekerja sektor peternakan.
d) Parasit : Beberapa macam parasit (mis: protozoa dan cacing) banyak
ditemukan di tempat kerja, contoh: malaria pada tenaga kerja
kehutanan, cacing tambang pada pekerja pertanian.
2) Route of Entry :
a) Menembus kulit utuh, misalnya: antraks dan leptospirosis
b) Menembus kulit yang rusak, misalnya: rabies, tetanus, virus hepatitis B
c) Beberapa patogen protozoa masuk ke tubuh melalui gigitan serangga,
misalnya malaria
d) Melalui inhalasi percikan (droplet), spora atau debu tercemar, misalnya:
histoplasmosis
e) Melalui makanan tercemar, misalnya disentry
3) Pengendalian faktor biologi di tempat kerja
Tenaga kerja : Imunisasi, sanitasi dan hygiene perorangan, APD.
Tempat kerja : Desinfeksi, perbaikan sistem ventilasi

d. Bahaya Ergonomi (Ergonomic hazard), bahaya ini dapat dikategorikan


kedalam seperti: desain tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang
salah saat melakukan aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan
yang berulang-ulang.

Ergonomi adalah : Ilmu yang dalam penerapannya berusaha untuk


menyerasikan pekerjaan dan lingkungan kerja terhadap tenaga kerja atau
sebaliknya dengan tujuan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya.
1) Ruang lingkup yang dimilikinya diantaranya :
Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan
Risiko K3 Halaman: 17 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

a) Sikap tubuh dan sarana / alat kerja


b) Mengangkat dan mengangkut
c) Kesegaran jasmani
d) Musik di tempat kerja

a) Sikap tubuh dalam bekerja :


 Pekerjaan dilakukan dalam sikap duduk atau duduk-berdiri
bergantian
 Sikap yang tidak alami dihindari, atau beban statik diperkecil
 Tempat duduk dapat memberikan relaksasi pada otot yang tidak
dipakai
 Posisi dan sikap tubuh harus diusahakan untuk menghindari upaya
yang tidak perlu.

b) Mengangkat dan Mengangkut. Faktor-faktor yang mempengaruhi :


 Beban, jarak angkut, intensitas pembebanan
 Kondisi lingkungan
 Ketrampilan
 Peralatan kerja dan keamanannya
Prinsip kinetik
 Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat, otot
tulang belakang dibebaskan dari beban
 Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 18 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

c) Kesegaran Jasmani
 Pekerja yang segar jasmaninya tidak akan cepat lelah  setelah
istirahat kelelahan akan cepat hilang
 Pekerja yang sehat dan segar menurunkan biaya pengobatan, angka
sakit dan kecelakaan
d) Musik Di tempat Kerja
 Musik diperlukan untuk pekerjaan monoton, berulang, dan aktivitas
mental.
 Kebisingan tinggi, musik tidak dianjurkan
 Musik yg keras tdk dianjurkan, Tempo musik tidak terlalu cepat atau
lambat, sebaiknya instrumentalia.

e. Bahaya Psikologis (Psychological hazard), yang termasuk kategori ini adalah


stress kerja yang diakibatkan oleh beberapa hal seperti jam kerja yang terlalu
lama.
1) Ada beberapa aspek psikologi kerja diantaranya :
a) Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja
b) Seleksi dan Penempatan Pegawai
c) Pelatihan dan Pengembangan
d) Produktivitas Kerja
e) Stres Kerja

a) Motivasi dan Kepuasan Kerja


 Termotivasi: bekerja untuk memenuhi kebutuhannya
 Motivasi Tinggi: bekerja untuk mendapat kesenangan dan kepuasan.
 Setelah bekerja  orang melakukan penilaian.
 Bila hasil pekerjaan telah sesuai dengan harapan dan tujuan 
Kepuasan Kerja
 Bila belum  timbul dorongan untuk mencapainya.
b) Seleksi dan Penempatan Pegawai
 Seleksi: Proses dalam penerimaan pegawai dengan tujuan
mengetahui sejauh mana calon tenaga kerja memiliki ciri

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 19 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

kepribadian yang disyaratkan oleh perusahaan  ditaksir sejauh


mana keberhasilan dalam bekerja.
 Penempatan: Mencocokan kualifikasi calon dengan persyaratan yang
telah ditetapkan dari setiap jenis pekerjaan yang tersedia.
c) Pelatihan dan Pengembangan
 Pelatihan ialah proses pendidikan jangka pendek dgn prosedur yang
sistimatis dan terorganisir, dimana tenaga kerja non managerial
mempelajari pengetahuan dan ketrampilan teknis.
 Pengembangan ialah proses pendidikan jangka panjang, dengan
prosedur sistimatis dan terorganisir, dimana tenaga kerja manajerial
mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis.
d) Produktivitas Kerja
 Produktivitas : Perbandingan antara hasil atau keluaran (Output)
dengan masukan (Input). Artinya: Menghasilkan lebih banyak dan
berkualitas (Output) dengan usaha yang sama (Input).
 Produktivitas Tenaga Kerja: ialah efisiensi proses menghasilkan
sumber daya yang digunakan, bukan dengan tenaga kerja bekerja
lebih berat tetapi dengan perencanaan yang tepat, teknologi dan
manajemen yang baik.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah :
 Pekerjaan yang menarik
 Upah yang baik
 Keamanan dan perlindungan kerja
 Penghayatan atas arti pekerjaan
 Lingkungan dan suasana kerja yang baik
 Promosi dan pengembangan diri
 Rasa terlibat dalam organisasi
 Pengertian dan simpati atas persoalan pribadi
 Kesetiaan pimpinan pada diri pekerja

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 20 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

e) Stress Kerja
 Ialah suatu ketidak seimbangan yang dihayati antara tuntutan
pekerjaan dengan kemampuan, bila kegagalan yang terjadi
berdampak penting.
 Merupakan dampak negatif dalam bekerja dan dapat dialami oleh
setiap pekerja, apapun jabatan dan kedudukannya.
 Corak Kepribadian yang relatif mudah mengalami stress :
 Kepribadian bersifat hati-hati, takut gagal, takut mendapat hinaan
 Seorang yang memiliki ambisi yang cukup tinggi
 Kaku dalam proses berpikir, workaholic, dll.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengenali Hazards dan Potensi


Efek Kesehatan yang Merugikan di Tempat Kerja

1. Mengakses sumber informasi dan data eksternal untuk membantu identifikasi


hazards kesehatan di tempat kerja.
2. Meninjau ulang sumber informasi dan data di tempat kerja untuk mengakses
informasi untuk membantu dalam mengidentifikasi hazards kesehatan di tempat
kerja.
3. Mempertimbangkan peran dari perbedaan individu dalam kepekaan terhadap
penyakit akibat kerja atau cidera dalam mengidentifikasi efek kesehatan yang
merugikan
4. Mengenali situasi dimana membutuhkan profesional kesehatan
5. Menerapkan pengetahuan mengenai sumber penyakit dan cidera akibat kerja
dalam menganalisis karakteristik pekerjaan dan sifat pekerjaan serta konteks dari
kerja untuk mengenali situasi yang memiliki potensi menimbulkan efek kesehatan
yang merugikan baik fisik maupun mental pekerja.
6. Mengakses tempat kerja dan sumber informasi dan data internal memperhatikan
kebutuhan privasi untuk membantu mengidentifikasi situasi dengan suatu potensi
merugikan kondisi fisik atau psikologis pekerja
7. Mempertimbangkan peran dari perbedaan individu dalam kepekaan dalam menilai
lingkup yang potensial dan dampak dari situasi dengan efek kesehatan yang
merugikan.

c. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Mengenali Hazards dan Potensi Efek
Kesehatan yang Merugikan di Tempat Kerja
1. Harus dilakukan dengan cermat
2. Menggunakan APD yang dibutuhkan seperti: masker, helmet, ear plug, dll.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 21 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

BAB III
MEMUDAHKAN PENGENDALIAN RISIKO KESEHATAN
DI TEMPAT KERJA

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam memudahkan pengendalian risiko


kesehatan di tempat kerja
1. Hirarki pengendalian diterapkan dalam mengendalikan risiko terhadap kesehatan
kerja
a. Hirarki Pengendalian

Eliminasi

Substitusi

Rekayasa Teknis

Rekayasa Administratif

Alat Pelindung Diri

penjelasan
 Eliminasi yaitu menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya.
 Substitusi yaitu mengganti dari yang berbahaya dengan yang tidak
berbahaya.
 Rekayasa Engineering yaitu melakukan perubahan atau modifikasi secara
teknis sehingga sumber bahaya hilang.
 Rekayasa administrasi yaitu menghilangkan perubahan terhadap
penempatan pekerja.
 APD (Alat Pelindung Diri) yaitu suatu bentuk pemberian isolasi yang
diterapkan kepada manusia
2. Kebijakan di tempat kerja, prosedur dan jadwal kerja diuji untuk meminimalisasi
situasi yang berpotensi kurang baik dan dapat menyebabkan kerugian fisik atau
psikologis pekerja
a. Prosedur dalam menentukan jadwal di tempat kerja
1) Jam Kerja : Jam kerja sebaiknya 8 jam sehari bila lebih, perlu shift baru

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 22 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

Kerja lembur sebaiknya ditiadakan, bila lebih 2 jam tidak akan melindungi
tenaga kerja
2) Istirahat, ada empat jenis istirahat yaitu :
a) istirahat curian
b) istirahat spontan
c) istirahat yg berhubungan dengan proses kerja
d) istirahat yg ditentukan.
b. Pengelolaan stress kerja untuk menghindari kerugian fisik atau psikologis kerja
1) Pendekatan Individu :
a) upaya untuk merubah persepsi
b) upaya untuk meningkatkan daya tahan terhadap stress (meditasi,
relaksasi)
c) upaya psikoterapi.
2) Pendekatan ke lingkungan kerja :
a) perbaiki kondisi kerja
b) alat2 pengaman dan keselamatan yang cukup
c) penugasan yg tak berlebih
d) penempatan Tenaga (TK) yg tepat
e) mutasi TK (pekerjaan sangat sederhana & spesialisasi)
f) peran yg jelas
g) penanaman kesadaran akan tanggung jawab
h) program promosi yg terbuka
i) hubungan antar TK yang serasi
j) kebijaksanaan & peraturan perusahaan yang bermanfaat bagi TK
k) sistem manajemen yg konsultatif.

3. Proses komunikasi organisasi diuji untuk memaksimalkan kejelasan peran dan


keterlibatan pekerja

Komunikasi antara atasan dan bawahan menjadi faktor yang penting bagi
keberhasilan suatu organisasi dan mempertegas peran dan keterlibatan setiap
pekerja. Dennis (1975), menemukan lima faktor yang dianggap paling penting
oleh anggota organisasi dalam berkomunikasi. Kelima faktor tersebut adalah
Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan
Risiko K3 Halaman: 23 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

komunikasi atasan dan bawahan. Komunikasi dari atasan ini akan menjadi lebih
efektif
 bila antara atasan dengan bawahan dapat menjalin hubungan kepercayaan
dan saling mendukung.
 Komunikasi kebawah yaitu penyampaian pesan dari atasan kepada pekerja.
Dapat berupa tatap muka, memberikan memo dan lain sebgainya.
 Komunikasi ke atas adalah penyampaian pesan dari bawahan kepada
atasan, biasanya berupa laporan kerja baik secara lisan maupun tertulis.
 Komunikasi horisontal, yaitu komunikasi yang terjadi antara pekerja pada
tingkat struktur yang sama, dapat berupa informasi tidak resmi (gosip,
selentingan)
 Komunikasi nonformal, dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan
diluar bentuk formal seperti rapat

Jadi komunikasi antara atasan dan bawahan sangat diperlukan untuk memudahkan
pengendalian risiko kesehatan di tempat kerja. Sehingga peran masing-masing pekerja
dalam organisasi dapat berjalan secara optimal.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam memudahkan pengendalian risiko


kesehatan di tempat kerja

1. Menerapkan hirarki pengendalian dalam mengendalikan risiko terhadap kesehatan


kerja
2. Menuguji kebijakan ditempat kerja, prosedur dan jadwal kerja untuk
meminimalisasi situasi yang berpotensi kurang baik dan dapat menyebabkan
kerugian kerugian fisik atau psikologis pekerja
3. Menguji proses komunikasi organisasi untuk memaksimalkan kejelasan peran dan
keterlibatan pekerja

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam memudahkan pengendalian risiko kesehatan di


tempat kerja

1. Harus dilakukan dengan cermat


2. Menggunakan APD yang dibutuhkan seperti: masker, helmet, ear plug, dll.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 24 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

BAB IV
PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN STRATEGI UNTUK
MENGKOMUNIKASIKAN INFORMASI DAN DATA KESEHATAN KERJA

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam partisipasi dalam


pengembangan strategi untuk mengkomunikasikan informasi dan
data kesehatan kerja

1. Kelompok target komunikasi diteliti dan diidentifikasi


Kelompok target komunikasi dalam pengembangan strategi untuk
mengkomunikasikan informasi dan data kesehatan kerja diantaranya adalah
pelayan kesehatan kerja.
a. Pelayanan Kesehatan Kerja
1) Dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Peraturan yang
terkait adalah Permennaker No, 03/Men.1982 dan Keputusan DirjenBinawas
No. Kep.157/M/BW/1989 tentang Tata Cara dan Bentuk Laporan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja dimana Pengurus wajib
menyampaikan laporan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja .
2) Dokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja
diperusahaan yang bertugas atau bertanggung jawab atas higiene
perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja
3) Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja diperusahaan harus / telah
mengikuti training Hiperkes dan Keselamatan Kerja dan mendapat
pengesahan oleh DIRJEN BINAWAS KEMNAKER.
4) Paramedis perusahaan adalah tenaga paramedis yang ditunjuk atau
ditugaskan untuk melaksanakan atau membantu penyelenggaraan tugas-
tugas higiene perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja diperusahaan
atas petunjuk dokter perusahaan dan telah mengikuti pelatihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 25 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

b. Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja:


1) Meningkatkan dan memelihara derajad kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya baik jasmani ,rohani maupun sosial untuk semua lapangan
pekerjaan
2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan dan melindungi tenaga kerja yang
disebabkan oleh kondisi / lingkungan kerja
3) Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan
kondisi fisik, mental dan faal tubuh.
4) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang menderita.

2. Efek kesehatan yang merugikan yang dapat muncul dari pekerjaan dan
lingkungan kerja diinterpretasikan dan didiskusikan dengan pemangku
kepentingan

Efek kesehatan yang merugikan yang dapat muncul dari pekerjaan dan
lingkungan kerja seperti Penyakit akibat kerja (PAK) disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja.
a. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
1) Penyakit / kelainan yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau pekerjaan
2) Penyakit Akibat hubungan kerja (Work Related Diseases ) yaitu penyakit
yang dicetuskan, dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan. Penyakit ini
disebabkan secara tidak langsung oleh pekerjaan dan biasanya
penyebabnya adalah berbagai jenis atau multi faktor.
b. Peraturan Perundangan berkaitan dengan PAK :
1) U.U. No.1 tahun 1970
2) Permenakertrans No.Per.01/Men/1981
3) Keppres No.22 tahun 1993
c. Alasan-alasan tidak dilaporkannya PAK ini karena :
1) ketidak tahuan dalam menegakkan diagnosanya
2) perusahaan khawatir terhadap ganti rugi yang harus dibayar

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 26 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

3) adanya hambatan teknis dan administratif dalam penyelenggaraan program


Kesehatan Kerja diperusahaan
d. Lima syarat terkena PAK
1) Penyakit disebabkan oleh pekerjaan
2) Timbul selama kerja
3) Biasanya masyarakat tidak terkena
4) Bukan penyakit keturunan , tidak menurun, kronis
5) Terkait dengan pekerjaan

3. Strategi komunikasi diimplementasikan sesuai dengan syarat hukum dan


etika
Berdasarkan Permennaker No. Per.03/MEN/1982, Penyelenggaraaan
Pelayanan Kesehatan Kerja dipimpin dan dijalankan oleh dokter
pemeriksa kesehatan tenaga kerja
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja harus memenuhi ketentuan
dan syarat yang ditentukan dan mendapat pengesahan dari Disnaker
setempat. Dokter pemeriksa dapat didampingi paramedis yang sudah
mengikuti pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja.
Sarana dan prasarana disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat
bahaya yang ada minimal : ruang tunggu, ruang periksa, penanganan
gawat darurat, kamar mandi/WC, dsb.

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja yang ada sesuai dengan


PERMENAKER 03/ th. 1982 pasal 4

 Dalam Perusahaan
Bentuk ini merupakan pelayanan yang terbaik. Disini semua tenaga kerja
bekerja full time dan semua sarana ada di dalam perusahaan. Pekerja dan
perusahaan tidak kehilangan waktu dalam mencari pelayanan kesehatan dan
semua upaya kesehatan akan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dan
murah.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 27 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

 Sebagian Dalam Perusahaan


Pada umumnya berbentuk poliklinik perusahaan dengan dokter part timer
sedang perawat full timer. Segala keperluan lain menyangkut palaksanaan
upaya kesehatan kerja dapat dilaksanakan dengan kerja sama
penyelenggara kesehatan diluar. Pelaksanaan penyelenggaraan ini bisa :
- Dikoordinir oleh perusahaan
Semua tenaga kesehatan mendapat honorarium dari perusahaan, sedang
semua keperluan / kebutuhan akan dipenuhi oleh perusahaan.
- Kontrak / Borongan
Disini dokter bertindak sebagai pemborong pelayanan kesehatan kerja.
Dengan demikian semua kebutuhan dan resiko pengeluaran yang ada
akan ditanggung oleh pemborong tersebut.
 Diluar Perusahaan
Bentuk ini populer dengan istilah dokter langganan. Sebetulnya bentuk ini
kurang bisa melaksanakan upaya kesehatan kerja secara maksimal, karena
pada umumnya dokter yang ditunjuk kurang atau bahkan tidak pernah
mengetahui kondisi tempat kerja.
Bentuk diluar dapat juga dilaksanakan dengan mengadakan kerjasama dengan
perusahaan jasa pemeriksaan / pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan
pengesahan sesuai Permennaker No. Per.04/Men/1995.

4. Efektifitas dari proses komunikasi kesehatan dievalusi dan dipantau


Dalam mengevaluasi efektifitas dari proses komunikasi kesehatan dapat
dilihat dari :
a. Pelayanan Kesehatan Kerja Yang Efektif
1) Agar pelayanan kesehatan kerja dapat berfungsi secara efektif maka semua
staf kesehatan kerja wajib melayani kepentingan semua tempat kerja.
2) Dokter perusahaan harus benar-benar dapat bertindak sebagai
“Occupational Physician” dan merupakan “Key Individual” serta berperan
aktif dalam proses penentuan suatu keputusan tentang program kesehatan
kerja di perusahaan.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 28 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

3) Keterlibatan dokter perusahaan dalam aktivitas manajemen terutama yang


berhubungan dengan kesehatan kerja akan semakin dibutuhkan.
b. Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja Berdasarkan PERMENAKER 03/1982
pasal 2
1) Pemeriksaan Kesehatan
a) Pemeriksaan kesehatan awal (sebelum kerja)
b) Pemeriksaan Kesehatan berkala (periodik )
c) Pemeriksaan kesehatan khusus
2) Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
3) Pembinaan dan Pengawasan terhadap lingkungan kerja
4) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
6) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan PAK
7) Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan .
8) emberikan nasehat mengenai perencana an dan pembuatan tempat kerja
dan gizi serta penyelenggaraan makan diperu sahaan.
9) Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK
10) Latihan dan pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja bagi
semua tenaga kerja.
11) Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya.
12) Memberikan laporan berkala tentang Pelayanan Kesehatan Kerja

B. Keterampilan yang diperlukan dalam partisipasi dalam


pengembangan strategi untuk mengkomunikasikan informasi dan
data kesehatan kerja

1. Mengidentifikasi kelompok target komunikasi


2. Menginterpretasikan dan mendiskusikan efek kesehatan yang merugikan yang
dapat muncul dari pekerjaan dan lingkungan kerja dengan pemangku
kepentingan
3. Mengimplementasikan strategi komunikasi sesuai dengan syarat hukum dan etika
4. Mengevaluasi dan memantau efektifitas dari proses komunikasi kesehatan
Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan
Risiko K3 Halaman: 29 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam partisipasi dalam pengembangan


strategi untuk mengkomunikasikan informasi dan data kesehatan kerja
1. Harus dilakukan dengan cermat
2. Menggunakan APD yang dibutuhkan seperti: masker, helmet, ear plug, dll.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 30 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

BAB V
MEMANTAU DAN MEMFASILITASI PROMOSI KESEHATAN PEKERJA
TERMASUK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEHATAN KERJA

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam memantau dan memfasilitasi


promosi kesehatan pekerja termasuk pendidikan dan pelatihan
kesehatan kerja

1. Kebutuhan akan informasi dan data kesehatan, promosi kesehatan pekerja


termasuk pendidikan dan pelatihan diidentifikasi saat berkonsultasi dengan
para pemangku kepentingan di tempat kerja

Informasi dan data kesehatan dapat diidentifikasi melalui pengumpulan


data primer dan sekunder seperti :
a. Aktivitas untuk memprediksi adanya hazards yang mungkin timbul pada
tempat kerja atau dari tempat kerja
1) Pengumpulan data sekunder
a) Perencanaan & design tempat kerja
b) Alur Proses produksi/kerja
c) Bahan yang digunakan (utama & tambahan)
d) Material handling & storage
e) Unit operasi & unit kerja
f) Deskripsi metoda kerja
g) Prosedur ijin kerja (SIO. Lisensi)
h) Data-data pekerja meliputi: jumlah pekerja, jenis pekerjaan, dll.
i) Pengelolaan limbah/sampah
2) Pengumpulan Data Primer
a) Wawancara
b) Pengawasan tempat kerja /inspeksi :
 Membandingkan isi & nilai infomasi yg ada pd bgn yg akan
diinspeksi

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 31 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

 Menggunakan check list, melakukan survei, interview dll utk


menemukan hal-hal yg berkaitan dgn keselamatan dan
kesehatan kerja
 Siapkan rekomendasi sementara dan diskusikan dgn wakil
bagian yg bersangkutan
 Siapkan rekomendasi akhir
 Bundel dan simpan semua dokumen inspeksi dengan baik

2. Personil termasuk para profesional kesehatan dan sumber daya yang akan
melaksanakan promosi memberikan pelatihan kesehatan kerja diidentifikasi

Dalam mengidentifikasi personil dan sumber daya dapat dikategorikan


sebagai berikut :

a. Pemenuhan peraturan perundangan (minimal requirement):


1) Lembaga, terdiri dari :
a) Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK) RS, Klinik perusahaan, Provider
Kesehatan kerja
b) PJK3 bidang kesehatan kerja
c) P2K3
2) Sumber Daya Manusia (SDM), terdiri dari :
a) Dokter dan paramedis perusahaan,
b) Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja
c) Ahli K3 dan petugas K3
d) Petugas penyelenggara makan di tempat kerja
e) Petugas P3K di tempat kerja
3) Program :
a) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja preventif, promotif,
kuratif, rehabilitatif
b) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
c) P3K di tempat kerja
d) Gizi Kerja & Penyelenggaraan Makan di tempat kerja
e) Pengukuran/pengujian dan pengendalian lingkungan kerja
Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan
Risiko K3 Halaman: 32 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

f) Tata ruang, kebersihan dan kesehatan tempat kerja (House Keeping)


g) APD
b. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3.
Tugas : Memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak
kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah K3.
Kenaggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya
terdiri dari Ketua, Sekertaris, dan Anggota.
Sekertaris P2K3 merupakan Ahli K3, yaitu tenaga tehnis berkeahlian khusus
dari luar Depnaker yang ditunjuk oleh Menaker untuk mngawasi ditaatinya
UUKK.
c. Kewajiban Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Melakukan pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
yang bersangkutan sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
2) Melakukan koordinasi dengan pegawai pengawas ketenagakerjaan
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di instansi pengawas K3 setempat.
3) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi cq. Dirjen Binawas setiap 3 (tiga) bulan sekali.
4) Melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja.

3. Peran dan tanggung-jawab untuk menyelenggarakan promosi kesehatan


pekerja dan pelatihan dikenali dan dialokasikan

Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan


promosi kesehatan pekerja dapat dibagai dalam pengusaha, pekerja dan
personil kesehatan.
a. Peranan & Fungsi Pengusaha & Pekerja Dalam Mensukseskan Program
Kesehatan Kerja Di Perusahaan

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 33 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

1) Pengusaha harus menyadari bahwa usaha peningkatan kesehatan kerja di


perusahaan bukanlah semata-mata untuk kepentingan pekerja, tetapi
juga bertujuan untuk meningkatkan produksi perusahaan. Oleh karena itu
pengusaha harus memiliki tanggung jawab yang besar dalam upaya
meningkatkan kesehatan pekerja.
2) Pekerja wajib mentaati semua peraturan kesehatan kerja yang telah ada
dan harus menyadari pula bahwa peningkatan kesehatan kerja ikut
mengembangkan kehidupan perusahaan. Rasa ikut bertanggung jawab
terhadap keberhasilan kesehatan kerja dapat dibina atau dirangsang
melalui :
a) Pendidikan & latihan
b) Menunjukkan keuntungan (economic value) dari penerapan yang
berhasil
b. Peranan & Fungsi Personil Kesehatan
1) Dokter atau perawat perusahaan yang melayani kesehatan kerja
seharusnya secara langsung bertanggung jawab kepada pimpinan
perusahaan (top manajemen), sedangkan petugas/staf pelayanan
kesehatan kerja lainnya secara profesional bertanggung jawab pada
pimpinan organisasi kesehatan kerja yang ada.
2) Diperusahaan dimana pelayanan kesehatan kerja ditangani oleh
perawat secara full timer dan dokter yang part timer. Peranan
perawat tersebut dalam menerapkan kesehatan kerja sangat
ditentukan oleh pengetahuan dan ketrampilan dibidang K3. Tidak
beralasan bilamana perawat yang terdidik itu tidak dibenarkan
dibenarkan untuk menyelenggarakan secara kompeten program
kesehatan kerja di perusahaan.

4. Informasi dan data kesehatan, serta pendidikan disediakan kepada para


manajer dan pekerja dengan suatu cara yang memudahkan pemahaman
dan pengambilan keputusan

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 34 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

Diperlukan pemahaman/pengetahuan proses produksi mulai bahan baku sampai


produk akhir dan limbah agar informasi dan data kesehatan dapat diterima oleh
para manajer dan pekerja untuk memudahkan mengambil keputusan.
a. Survey jalan lintas (walk through survey)
b. Observasi
1) Pengaturan pekerja
2) Cara kerja
3) Cara penanganan bahan
4) Penggunaan APD
5) Prosedur tanggap darurat
c. Data review
1) Laporan data klinik (penyakit)
2) Tingkat paparan pd tempat kerja
3) Jumlah tenaga terpapar

d. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja perlu didukung sumber-


sumber informasi antara lain :
1) Flow diagram dari kegiatan proses produksi/ operasi.
2) Kondisi tiap tahapan dalam proses produksi/ operasi.
3) Bahan baku, bahan pembantu, hasil antara, hasil samping, hasil ahir
(produk) dan sisa produksi atau bahan buangan/limbah.
4) Penyakit akibat kerja/terkait kerja yang dapat terjadi
5) Buku literatur, jurnal – jurnal teknik dll

5. Promosi kesehatan pekerja termasuk pelatihan, evaluasi dan proses


pemantauan dilaksanakan

Promosi kesehatan pekerja merupakan komponen kegiatan pelayanan


pemeliharaan atau perlindungan kesehatan para pekerja.
Tujuan promosi kesehatan ditempat kerja adalah untuk mempengaruhi sikap
masing-masing pekerja mengenai kesehatannya secara individu, sehingga dari
hari ke hari mereka akan menentukan keputusan atas pilihannya secara personal,
menuju gaya hidup yang sehat dan lebih positif.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 35 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

Perlu dilakukan pemantauan selama program promosi kesehatan di tempat kerja


berlangsung. Setiap perubahan prilaku yang terjadi perlu dipantau, dan
perubahan lingkungan baik yang positif maupun negatif perlu diperhitungkan.
Dengan demikian program promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik dan
mencapai tujuannya.
Manfaat promosi kesehatan di tempat kerja diantaranya :
 Meningkatnya produktivitas
 Menurunnya biaya kesehatan
 Meningkatnya percaya diri
 Menurunnya stress
 Meningkatnya semangat kerja
 Meningkatnya kemampuan mengenali dan mencegah penyakit
 Meningkatnya kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sekitar
 Menurunnya angka kemangkiran karena sakit

Setelah program dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, maka perlu dilakukan


evaluasi. Evaluasi tersebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :
 Apakah proses pelaksanaan telah berlangsung sesuai dengan perencanaan awal?
 Apakah ada peningkatan positif atas perubahan prilaku pekerja?
 Apakah ada perubahan keadaan setelah promosi kesehatan dilakukan?

B. Keterampilan yang diperlukan dalam memantau dan memfasilitasi


promosi kesehatan pekerja termasuk pendidikan dan pelatihan
kesehatan kerja

1. Mengidentifikasi kebutuhan akan informasi dan data kesehatan, promosi


kesehatan pekerja termasuk pendidikan dan pelatihan saat berkonsultasi dengan
para pemangku kepentingan di tempat kerja
2. Mengidentifikasi personil termasuk para profesional kesehatan dan sumber daya
yang akan melaksanakan promosi memberikan pelatihan kesehatan kerja
3. Mengenali dan mengalokasikan peran dan tanggung jawab untuk
menyelenggarakan promosi kesehatan pekerja dan pelatihan
4. Menyediakan informasi dan data kesehatan, serta pendidikan kepada para
manajer dan pekerja dengan suatu cara yang memudahkan pemahaman dan
pengambil keputusan
5. Melaksanakan promosi kesehatan pekerja termasuk pelatihan, evaluasi dan
proses pemantauan

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 36 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam memantau dan memfasilitasi promosi


kesehatan pekerja termasuk pendidikan dan pelatihan kesehatan kerja
1. Harus dilakukan dengan cermat
2. Menggunakan APD yang dibutuhkan seperti: masker, helmet, ear plug, dll.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 37 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

BAB VI
MENGEVALUASI DAN MENINJAU ULANG
PROGRAM KESEHATAN KERJA

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mengevaluasi dan meninjau


ulang program kesehatan kerja

1. Hasil dari program kesehatan kerja dievaluasi dengan menggunakan


rencana evaluasi

Salah satu evaluasi kesehatan pekerja adalah pemeriksaan kesehatan


tenaga kerja seperti pemeriksaan medik. Pemeriksaan kesehatan pekerja
yang dilakukan harus berkaitan dengan hubungan kerja yang dihadapinya.
Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan pekerja haruslah memperhatikan
faktor resiko yang ada.
a. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Pemeriksaan Kesehatan Kerja dilakukan untuk memenuhi 2 kebutuhan :
1) untuk memberikan diagnosa dan terapi bagi tenaga kerja yang menderita
penyakit umum.
2) untuk mengadakan pencegahan dan mendiagnosa PAK serta menentukan
derajad kecacatan .
b. Jenis Pemeriksaan dan tujuan
1) Pemeriksaan Kesehatan Awal : adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk
melakukan pekerjaan. Tujuannya: agar tenaga kerja yang diterima berada
dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai
penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya dan cocok
untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan
kesehatan kerja ybs dan tenaga kerja lainnya dapat dijamin.
2) Pemeriksaan Kesehatan berkala (periodik) adalah pemeriksaan kesehatan
pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan dokter.
Tujuannya : dimaksudkan untuk mempertahankan derajad kesehatan
tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai
Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan
Risiko K3 Halaman: 38 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin


yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.
3) Pemeriksaan Kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap terhadap tenaga kerja
tertentu. Tujuannya : dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh–
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-
golongan tenaga kerja tertentu .
4) Pemeriksaan Kesehatan purna bakti adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter pada 3 (tiga) bulan sebelum tenaga kerja memasuki
masa pensiun. Tujuannya : dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh–
pengaruh dari pekerjaan terhadap tenaga kerja sesudah berada dalam
pekerjaannya.
c. Teknis Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
1) Kesehatan awal meliputi :
a) Anamnese (riwayat penyakit diri dan keluarga, riwayat pekerjaan,
kondisi kesehatan, kebiasaan2, umur, dll)
b) Pemeriksaan klinis (mental, phisik dan laboratorium)
c) Pemeriksaan khusus (Rongent, test alergi, buta warna, dll.)

2) Kesehatan berkala, khusus dan purna bakti menurut ketentuan dalam


peraturan perundangan harus dilaksanakan paling tidak setahun sekali,
sesuai dengan faktor tingkat bahaya yang ada diperusahaan, meliputi :
a) Anamnese (riwayat penyakit diri dan keluarga, riwayat pekerjaan,
kondisi kesehatan, kebiasaan2, umur dll.)
b) Pemeriksaan klinis (mental, phisik dan laboratorium)
c) Pemeriksaan khusus (Rongent, ketajaman penglihtan dan
pendengaran, biological monitoring).

2. Dampak keseluruhan dari program kesehatan kerja dievaluasi dan


didokumentasikan

Mengevaluasi dan mendokumentasikan dampak program kesehatan kerja


secara kontinu. Dampak program kesehatan kerja dapat mempengaruhi

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 39 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

produktivitas kerja para pekerjanya. Kesuksesan program kesehatan kerja


tak lepas dari peran berbagai pihak yang terlibat. Masing-masing pihak
memiliki tanggung jawab bersama untuk saling mendukung agar
keberhasilan kerja di tempat kerjanya dapat tercapai.
Pada penerapan kesehatan kerja diperlukan juga adanya pendidikan dan
pelatihan mengenai prosedur yang benar dalam mengenai pemakaian alat
pelindung diri seperti : pakaian kerja, sepatu kerja, helm, sarung tangan,
masker, kaca mata, dll. Lokasi pekerjaan ikut menentukan produktivitas
kerja para pekerjanya, seseorang bekerja di lingkungan yang bersih tentu
akan mendapatkan kualitas kerja yang lebih baik apabila bekerja di tempat
yang kotor. Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting
dan perlu diperhatikan oleh pihak manajemen. Karena dengan adanya
program kesehatan yang baik akan sangat menguntungkan para pekerja
baik secara material maupun psikologis. Pekerja akan lebih rajin masuk
kerja, bekerja dalam lingkungan yang sehat dan menyenangkan, sehingga
secara keseluruhan para pekerja akan mampu bekerja lebih optimal.
Program kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu
meningkatkan derajad kesehatan kerja semaksimal mungkin. Dalam bekerja
dibutuhkan usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja seperti :
 Mengatur kelembaban, suhu, udara, kebersihan, pengaturan warna
ruangan kerja, penerangan yang cukup dan menghindari kebisingan.
 Mencegah timbunya penyakit
 Memelihara ketertiban, kebersihan dan keserasian di lingkungan kerja

3. Rekomendasi dibuat untuk program selanjutnya

Untuk mendapatkan program kesehatan kerja yang lebih baik dapat diberikan
beberapa rekomendasi diantaranya :
a. Kondisi lingkungan kerja
1) Menyusun dan menyimpan barang-barang yang berbahaya pada
tempatnya
2) Ruang kerja diatur agar tidak terlalu padat dan sesak
3) Membuang kotoran dan limbah pada tempatnya
Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan
Risiko K3 Halaman: 40 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

4) Mengatur suhu udara dengan tepat


5) Membuat sirkulasi udara di ruang kerja dengan baik
b. Pengaturan penerangan
1) Mengatur dan menggunakan sumber cahaya yang tepat
2) Menghindari ruang kerja yang gelap atau remang-remang
c. Pemakaian peralatan kerja
1) Memeriksa pengaman peralatan kerja secara berkala
2) Menggunakan pengaman yang baik saat menggunakan mesin dan alat-alat
elektronik lainnya
d. Kondisi fisik dan mental pekerja
1) Menjaga kondisi fisik dan mental para pekerja
2) Menjaga emosi pekerja agar stabil
3) Memberikan motivasi kerja
4) Mengatur jam kerja, shift, lembur secara baik

B. Keterampilan yang diperlukan dalam mengevaluasi dan meninjau


ulang program kesehatan kerja

1. Mengevaluasi hasil dari program kesehatan kerja dengan menggunakan rencana


evaluasi
2. Mengevaluasi dan mendokumentasikan dampak keseluruhan dari program
kesehatan kerja
3. Membuat rekomendasi untuk program selanjutnya.

C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam mengevaluasi dan meninjau ulang


program kesehatan kerja
1. Harus dilakukan dengan cermat
2. Menggunakan APD yang dibutuhkan seperti: masker, helmet, ear plug, dll.

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 41 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

DAFTAR PUSTAKA

A. Dasar Perundang-undangan
1. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Keppres Nomor 22 tahun 1993, tentang Penyakit Timbul Karena Hubungan Kerja
3. Permenakertrans Nomor Per.01/MEN/1981, tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
4. Permennaker Nomor Per.03/MEN/1982, Penyelenggaraaan Pelayanan Kesehatan
Kerja
5. Kepmenaker Nomor Kep. 13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
6. Keputusan DirjenBinawas Nomor Kep.157/M/BW/1989 tentang Tata Cara dan
Bentuk Laporan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja

B. Buku Referensi
1. Amri Ir., AK, MM, Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Ditjen PPK dan K3 Kemnaker RI, Penerapan K3 Melalui Pendekatan Prilaku Dalam
Menghadapi Globalisasi dan Perdagangan Bebas, Pelatihan Calon Ahli K3 Umum,
Bogor, 2015.
2. Febriansah92.blogspot.co.id, Komunikasi dalam Organisasi, 2013.
3. Nur Kamri, Identifikasi Faktor Bahaya di Tempat Kerja, 2012.
4. PT. Katindo Megah Utama, Modul Pelatihan Calon Ahli K3 Umum, Norma K3
Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya.
5. Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja DKI Jakarta, Materi Pelatihan Slide
Presentasi Pelatihan Calon Ahli K3 Umum, Bogor, 2015.
6. Sigitsafety.wordpress.com, Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja, 2010

C. Majalah atau Buletin


1. –

D. Referensi Lainnya
1. Browsing Internet

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 42 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori
2. Printer
3. Whiteboard
4. Standar chart dan kelengkapannya
5. Peralatan Praktik terkait dgn keahlian
peserta (untuk evaluasi praktik)

B. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Modul Pelatihan (buku informasi, buku kerja, Setiap peserta
buku penilaian)
2. Kertas HVS A4
3. Spidol whiteboard
4. Kertas chart (flip chart)
5. Tinta printer
6. ATK siswa

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 43 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01

DAFTAR PENYUSUN MODUL

NO. NAMA PROFESI

1. Berton Pasaribu, SS, M.Si.  Ahli K3 Umum


 Instruktur BBPLK-Cevest Bekasi,
Kemnaker RI
 Dosen Politeknik Negeri Jakarta
 English Trainer In House
Training
 English Interpreter/Translator

Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan


Risiko K3 Halaman: 44 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016

Anda mungkin juga menyukai