DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu menerapkan prinsip
kesehatan kerja untuk mengendalikan risiko K3.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi menerapkan
prinsip kesehatan kerja untuk mengendalikan risiko K3 guna memfasilitasi peserta
latih sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Mengenali hazards di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan efek
kesehatan yang merugikan yang meliputi sumber informasi dan data eksternal
diakses untuk membantu identifikasi hazards kesehatan di tempat kerja, sumber
informasi dan data di tempat kerja ditinjau ulang untuk mengakses informasi
untuk membantu dalam mengidentifikasi hazards kesehatan di tempat kerja,
peran dari perbedaan individu dalam kepekaan terhadap penyakit akibat kerja
atau cidera dipertimbangkan dalam mengidentifikasi efek kesehatan yang
merugikan, dan situasi di mana membutuhkan profesional kesehatan dikenali;
2. Identifikasi/mengenali potensi efek kesehatan yang merugikan terkait pada
interaksinya dengan hazards kesehatan yang bersumber dari tempat kerja dan
manusia yang meliputi pengetahuan mengenai sumber penyakit dan cidera
akibat kerja diterapkan dalam menganalisis karakteristik pekerjaan dan sifat
pekerjaan serta konteks dari kerja untuk mengenali situasi yang memiliki potensi
menimbulkan efek kesehatan yang merugikan baik fisik maupun mental pekerja,
tempat kerja dan sumber informasi dan data internal diakses, memperhatikan
kebutuhan privasi, untuk membantu mengidentifikasi situasi dengan suatu
potensi merugikan kondisi fisik atau psikologis pekerja, peran dari perbedaan
individu dalam kepekaan dipertimbangkan dalam menilai lingkup yang potensial
dan dampak dari situasi dengan efek kesehatan yang merugikan;
3. Memudahkan pengendalian risiko kesehatan di tempat kerja yang meliputi
hirarki pengendalian diterapkan dalam mengendalikan risiko terhadap kesehatan
Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan
Risiko K3 Halaman: 6 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01
kerja, kebijakan di tempat kerja, prosedur dan jadwal kerja diuji untuk
meminimalisasi situasi yang berpotensi kurang baik dan dapat menyebabkan
kerugian fisik atau psikologis pekerja, proses komunikasi organisasi diuji untuk
memaksimalkan kejelasan peran dan keterlibatan pekerja;
4. Partisipasi dalam pengembangan strategi untuk mengkomunikasikan informasi
dan data kesehatan kerja yang meliputi kelompok target komunikasi diteliti dan
diidentifikasi, efek kesehatan yang merugikan yang dapat muncul dari pekerjaan
dan lingkungan kerja diinterpretasikan dan didiskusikan dengan pemangku
kepentingan, strategi komunikasi diimplementasikan sesuai dengan syarat
hukum dan etika, efektifitas dari proses komunikasi kesehatan dievalusi dan
dipantau;
5. Memantau dan memfasilitasi promosi kesehat-an pekerja termasuk pendidikan
dan pelatihan kesehatan kerja yang meliputi kebutuhan akan informasi dan data
kesehatan, promosi kesehatan pekerja termasuk pendidikan dan pelatihan
diidentifikasi saat berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan di tempat
kerja, personil termasuk para profesional kesehatan dan sumber daya yang akan
melaksanakan promosi memberikan pelatihan kesehatan kerja diidentifikasi,
Peran dan tanggungjawab untuk menyelenggarakan promosi kesehatan pekerja
dan pelatihan dikenali dan dialokasikan, informasi dan data kesehatan, serta
pendidikan disediakan kepada para manajer dan pekerja dengan suatu cara
yang memudahkan pemahaman dan pengambilan keputusan, promosi
kesehatan pekerja termasuk pelatihan, evaluasi dan proses pemantauan
dilaksanakan;
6. Mengevaluasi dan meninjau ulang program kesehatan kerja yang meliputi hasil
dari program kesehatan kerja dievaluasi dengan menggunakan rencana
evaluasi, dampak keseluruhan dari program kesehatan kerja dievaluasi dan
didokumentasikan, rekomendasi dibuat untuk program selanjutnya.
BAB II
MENGENALI HAZARDS DAN POTENSI EFEK KESEHATAN YANG MERUGIKAN
DI TEMPAT KERJA
Di tempat kerja selalu memiliki berbagai jenis sumber bahaya yang menimbulkan
efek kesehatan yang merugikan bagi tenaga kerja atau dapat menyebabkan
timbulnya penyakit akibat kerja (PAK). Sumber bahaya (hazards) adalah sumber,
situasi atau tindakan yang berpotensi mencederai badan atau mengganggu
kesehatan manusia. Sementara menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pada pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap tempat kerja
berupa ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja memiliki potensi bahaya yang dapat
mencederai badan atau mengganggu kesehatan manusia.
1. Sumber informasi dan data eksternal diakses untuk membantu identifikasi hazards
kesehatan di tempat kerja
Sumber informasi dan data dapat diakses dari berbagai sumber baik dari
sumber convensional maupun dari elektronik seperti textbook, website, e-book,
dll. Potensi bahaya (hazards) memiliki potensi untuk mengakibatkan kerugian
dan kerusakan bagi :
2. Sumber informasi dan data ditempat kerja ditinjau ulang untuk mengakses
informasi untuk membantu dalam mengidentifikasi hazards kesehatan di tempat
kerja
FISIK KIMIA
PSIKOLOGI BIOLOGI
FISIOLOGI
a. Bahaya Fisik (Physical hazard), bahaya ini dapat dikategorikan dalam bebe-
rapa kategori, seperti: kebisingan, getaran, penerangan, suhu, radiasi, dll.
1). Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi yang sangat tidak dikehendaki manusia,
seperti mesin dan peralatan kerja yang menimbulkan suara (noise) di
tempat kerja. Setiap bunyi sangat ditentukan oleh frekuensi dan
intensitasnya. Intensitas bunyi dapat dilihat dari besarnya tekanan yang
dipindahkan oleh bunyi yang dinyatakan dalam satuan desi-Bell (dB).
Menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 tahun 1999 tentang nilai
ambang batas faktor fisika di tempat kerja antara lain yaitu : nilai ambang
batas untuk kebisingan dalam waktu tidak lebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu adalah 85 dBA.
a). Efek noise tersebut diantaranya :
• Mengganggu komunikasi
• Mengganggu konsentrasi
• Tidak nyaman dalam bekerja
• Tuli konduktif, terjadi karena gangguan hantaran suara dari daun
telinga ke foramen ovale
• Tuli perspektif disebut juga dengan istilah tuli sensori neural.
b). Jenis kebisingan di tempat kerja :
Kebisingan kontinyu dengan frekuensi luas, contoh: mesin, kipas
angin, dll.
Kebisingan kontinyu dengan frekuensi sempit, contoh: katup gas.
Kebisingan terputus-putus (intermitten), contoh: lalu lintas, suara
pesawat terbang di bandara
Kebisingan impulsif, contoh: pukulan tukul, tembakan bedil/meriam.
c). Gangguan Extra Auditory
Gangguan komunikasi seperti berbicara harus teriak, suara orang
sulit dimengerti.
Gangguan tidur, seperti presentase seseorang akan bangun tidur
pada tingkat kebisingan tertentu
Gangguan psikologis, seperti mudah marah, mengganggu
kenyamanan
d). Alat mengukur intensitas kebisingan disebut “Sound Level Meter”
e) Pengendalian Kebisingan
Pengendalian secara teknik
Pada sumbernya, contoh :
- Pemeliharaan (pelumasan, perbaikan mesin).
- Penggantian mesin (press mekanik diganti dengan press hidrolik).
- perubahan metode dan proses kerja
Pada daerah sebaran, contoh :
- Mengurangi kecepatan / gerak mesin
- Menggunakan peredam suara
- Mengisolasi sumber kebisingan
- Memperjauh jarak sumber kebisingan dengan pekerja.
Pada penerima, contoh :
- Menggunakan alat pelindung telinga
- Perubahan waktu kerja
- Mengisolasi pekerja dari sumber bising
Pengendalian secara administratif
Rotasi kerja, memindahkan pekerja dari tempat yg bising ke
tempat yg kurang bising.
Pengaturan waktu pengoperasian mesin.
Pengaturan waktu kerja berdasarkan peraturan
perundangan/standard yang berlaku.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) : Ear plug (sumbat telinga),
Ear muff (tutup telinga), Safety helmet
2). Getaran
Getaran adalah suatu faktor fisik yang bekerja pada manusia dengan
penjalaran (transmission) dari pada tenaga mekanik dari sumber
goyangan (osilator). Getaran kerja dihasilkan oleh : mesin, kendaraan,
traktor, truk, bus, tank, alat kerja tangan, pengebor, dll.
a). Jenis Getaran
Getaran Umum / Whole Body Vibration, getaran berpengaruh pada
tubuh. Misalnya: traktor, kendaraan.
Getaran setempat/ Hand Arm Vibration, getaran yang merambat
melalui tangan atau lengan. Misalnya:Bor tangan, Chain Saw, bor
pneumatic.
b). Pengaruh Getaran secara umum adalah, diantaranya :
Gangguan kenyamanan, Kelelahan, penglihatan kabur, sakit kepala,
gemetar, kesemutan, gangguan tidur
Kerusakan organ dalam
Sakit persendian dan otot lengan
Penurunan fungsi indra perasa pada jari-jari, hilangnya ketangkasan
Noda putih pada telapak tangan (white finger sindrom-mati rasa
permanen)
c). Pengendalian Getaran :
Eliminasi, substitusi mesin, penggunaan remote control
Rekayasa Engineering terhadap sumber untuk menurunkan getaran
dengan bantalan anti vibrasi/isolator, penyekat, peredam, membalut
pegangan dan pemeliharaan mesin yang baik
Pengendalian administrasi : dilakukan dengan pengaturan jadwal
kerja sesuai TLV (Treshold Limit Value) atau NAB (Nilai Ambang
Batas), rotasi kerja, atur waktu istirahat, genggam dengan longgar,
ganti posisi, olahraga, dll.
Pemeriksaan kesehatan, pemantauan getaran
Dianjurkan menggunakan APD seperti sarung tangan yang
dilengkapi peredam getar (busa) untuk menghangatkan tangan dan
perlindungan terhadap gangguan vascular.
3). Penerangan
Penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja
atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat,
nyaman dan aman. Penerangan juga dapat mengurangi risiko kecelakaan
serta meningkatkan produktifitas kerja.
a). Efek penerangan :
Membuat kesulitan melihat dan mengenali bahaya di tempat kerja
Kontribusi pada EYE STRAIN
Menyebabkan orang melongok (stressful posture) untuk melihat
secara jeli.
Secara langsung/ tidak menyebabkan problem kesehatan dan
keselamatan lain meningkat
Lelah mata, mental, pegal, kerusakan mata meningkatkan
kecelakaan
b). Alat ukur. Intensitas penerangan dapat diukur dengan menggunakan
“Lux Meter”. Alat ini bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya
menjadi energi listrik oleh sel foto elektrik.
Bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat
kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga
kerja, instalasi dan lingkungan.
1). Kriterian bahan kimia berbahaya :
a) bahan beracun
b) bahan sangat beracun
c) cairan mudah terbakar
d) cairan sangat mudah terbakar
e) gas mudah terbakar
f) bahan mudah meledak
g) bahan reaktif
h) bahan oksidator
2). Bahan Kimia Berbahaya dapat diklasifikasikan secara umum diantaranya
adalah :
a) Bahan Kimia beracun (toxic), yaitu bahan kimia yang dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau
menyebakan kematian apabila terserap dalam tubuh.
b) Bahan Kimia Korosif (Corrosives), yaitu bahan kimia yang karena
reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan
jaringan tubuh atau bahan lain.
c) Bahan mudah terbakar (Flammable substances), yaitu bahan kimia
yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran.
d) Bahan Peledak (Explosives), yaitu bahan yang karena suatu reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar
serta suhu tinggi
4). Pengendalian
a) Enginering control : elimination, substitution, isolation
b) Administration control : job rotation
c) APD : safety glass, safety shoes, masker.
Virus
Jamur
Tempat
kerja
Protozoa
Bakteri
Cacing
c) Kesegaran Jasmani
Pekerja yang segar jasmaninya tidak akan cepat lelah setelah
istirahat kelelahan akan cepat hilang
Pekerja yang sehat dan segar menurunkan biaya pengobatan, angka
sakit dan kecelakaan
d) Musik Di tempat Kerja
Musik diperlukan untuk pekerjaan monoton, berulang, dan aktivitas
mental.
Kebisingan tinggi, musik tidak dianjurkan
Musik yg keras tdk dianjurkan, Tempo musik tidak terlalu cepat atau
lambat, sebaiknya instrumentalia.
e) Stress Kerja
Ialah suatu ketidak seimbangan yang dihayati antara tuntutan
pekerjaan dengan kemampuan, bila kegagalan yang terjadi
berdampak penting.
Merupakan dampak negatif dalam bekerja dan dapat dialami oleh
setiap pekerja, apapun jabatan dan kedudukannya.
Corak Kepribadian yang relatif mudah mengalami stress :
Kepribadian bersifat hati-hati, takut gagal, takut mendapat hinaan
Seorang yang memiliki ambisi yang cukup tinggi
Kaku dalam proses berpikir, workaholic, dll.
c. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Mengenali Hazards dan Potensi Efek
Kesehatan yang Merugikan di Tempat Kerja
1. Harus dilakukan dengan cermat
2. Menggunakan APD yang dibutuhkan seperti: masker, helmet, ear plug, dll.
BAB III
MEMUDAHKAN PENGENDALIAN RISIKO KESEHATAN
DI TEMPAT KERJA
Eliminasi
Substitusi
Rekayasa Teknis
Rekayasa Administratif
penjelasan
Eliminasi yaitu menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya.
Substitusi yaitu mengganti dari yang berbahaya dengan yang tidak
berbahaya.
Rekayasa Engineering yaitu melakukan perubahan atau modifikasi secara
teknis sehingga sumber bahaya hilang.
Rekayasa administrasi yaitu menghilangkan perubahan terhadap
penempatan pekerja.
APD (Alat Pelindung Diri) yaitu suatu bentuk pemberian isolasi yang
diterapkan kepada manusia
2. Kebijakan di tempat kerja, prosedur dan jadwal kerja diuji untuk meminimalisasi
situasi yang berpotensi kurang baik dan dapat menyebabkan kerugian fisik atau
psikologis pekerja
a. Prosedur dalam menentukan jadwal di tempat kerja
1) Jam Kerja : Jam kerja sebaiknya 8 jam sehari bila lebih, perlu shift baru
Kerja lembur sebaiknya ditiadakan, bila lebih 2 jam tidak akan melindungi
tenaga kerja
2) Istirahat, ada empat jenis istirahat yaitu :
a) istirahat curian
b) istirahat spontan
c) istirahat yg berhubungan dengan proses kerja
d) istirahat yg ditentukan.
b. Pengelolaan stress kerja untuk menghindari kerugian fisik atau psikologis kerja
1) Pendekatan Individu :
a) upaya untuk merubah persepsi
b) upaya untuk meningkatkan daya tahan terhadap stress (meditasi,
relaksasi)
c) upaya psikoterapi.
2) Pendekatan ke lingkungan kerja :
a) perbaiki kondisi kerja
b) alat2 pengaman dan keselamatan yang cukup
c) penugasan yg tak berlebih
d) penempatan Tenaga (TK) yg tepat
e) mutasi TK (pekerjaan sangat sederhana & spesialisasi)
f) peran yg jelas
g) penanaman kesadaran akan tanggung jawab
h) program promosi yg terbuka
i) hubungan antar TK yang serasi
j) kebijaksanaan & peraturan perusahaan yang bermanfaat bagi TK
k) sistem manajemen yg konsultatif.
Komunikasi antara atasan dan bawahan menjadi faktor yang penting bagi
keberhasilan suatu organisasi dan mempertegas peran dan keterlibatan setiap
pekerja. Dennis (1975), menemukan lima faktor yang dianggap paling penting
oleh anggota organisasi dalam berkomunikasi. Kelima faktor tersebut adalah
Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan
Risiko K3 Halaman: 23 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01
komunikasi atasan dan bawahan. Komunikasi dari atasan ini akan menjadi lebih
efektif
bila antara atasan dengan bawahan dapat menjalin hubungan kepercayaan
dan saling mendukung.
Komunikasi kebawah yaitu penyampaian pesan dari atasan kepada pekerja.
Dapat berupa tatap muka, memberikan memo dan lain sebgainya.
Komunikasi ke atas adalah penyampaian pesan dari bawahan kepada
atasan, biasanya berupa laporan kerja baik secara lisan maupun tertulis.
Komunikasi horisontal, yaitu komunikasi yang terjadi antara pekerja pada
tingkat struktur yang sama, dapat berupa informasi tidak resmi (gosip,
selentingan)
Komunikasi nonformal, dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan
diluar bentuk formal seperti rapat
Jadi komunikasi antara atasan dan bawahan sangat diperlukan untuk memudahkan
pengendalian risiko kesehatan di tempat kerja. Sehingga peran masing-masing pekerja
dalam organisasi dapat berjalan secara optimal.
BAB IV
PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN STRATEGI UNTUK
MENGKOMUNIKASIKAN INFORMASI DAN DATA KESEHATAN KERJA
2. Efek kesehatan yang merugikan yang dapat muncul dari pekerjaan dan
lingkungan kerja diinterpretasikan dan didiskusikan dengan pemangku
kepentingan
Efek kesehatan yang merugikan yang dapat muncul dari pekerjaan dan
lingkungan kerja seperti Penyakit akibat kerja (PAK) disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja.
a. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
1) Penyakit / kelainan yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau pekerjaan
2) Penyakit Akibat hubungan kerja (Work Related Diseases ) yaitu penyakit
yang dicetuskan, dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan. Penyakit ini
disebabkan secara tidak langsung oleh pekerjaan dan biasanya
penyebabnya adalah berbagai jenis atau multi faktor.
b. Peraturan Perundangan berkaitan dengan PAK :
1) U.U. No.1 tahun 1970
2) Permenakertrans No.Per.01/Men/1981
3) Keppres No.22 tahun 1993
c. Alasan-alasan tidak dilaporkannya PAK ini karena :
1) ketidak tahuan dalam menegakkan diagnosanya
2) perusahaan khawatir terhadap ganti rugi yang harus dibayar
Dalam Perusahaan
Bentuk ini merupakan pelayanan yang terbaik. Disini semua tenaga kerja
bekerja full time dan semua sarana ada di dalam perusahaan. Pekerja dan
perusahaan tidak kehilangan waktu dalam mencari pelayanan kesehatan dan
semua upaya kesehatan akan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dan
murah.
BAB V
MEMANTAU DAN MEMFASILITASI PROMOSI KESEHATAN PEKERJA
TERMASUK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEHATAN KERJA
2. Personil termasuk para profesional kesehatan dan sumber daya yang akan
melaksanakan promosi memberikan pelatihan kesehatan kerja diidentifikasi
BAB VI
MENGEVALUASI DAN MENINJAU ULANG
PROGRAM KESEHATAN KERJA
Untuk mendapatkan program kesehatan kerja yang lebih baik dapat diberikan
beberapa rekomendasi diantaranya :
a. Kondisi lingkungan kerja
1) Menyusun dan menyimpan barang-barang yang berbahaya pada
tempatnya
2) Ruang kerja diatur agar tidak terlalu padat dan sesak
3) Membuang kotoran dan limbah pada tempatnya
Judul Modul : Menerapkan Prinsip Kesehatan Kerja Untuk Mengendalikan
Risiko K3 Halaman: 40 dari 44
Buku Informasi Versi: 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja KKK.00.02.012.01
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
1. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Keppres Nomor 22 tahun 1993, tentang Penyakit Timbul Karena Hubungan Kerja
3. Permenakertrans Nomor Per.01/MEN/1981, tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
4. Permennaker Nomor Per.03/MEN/1982, Penyelenggaraaan Pelayanan Kesehatan
Kerja
5. Kepmenaker Nomor Kep. 13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
6. Keputusan DirjenBinawas Nomor Kep.157/M/BW/1989 tentang Tata Cara dan
Bentuk Laporan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
B. Buku Referensi
1. Amri Ir., AK, MM, Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Ditjen PPK dan K3 Kemnaker RI, Penerapan K3 Melalui Pendekatan Prilaku Dalam
Menghadapi Globalisasi dan Perdagangan Bebas, Pelatihan Calon Ahli K3 Umum,
Bogor, 2015.
2. Febriansah92.blogspot.co.id, Komunikasi dalam Organisasi, 2013.
3. Nur Kamri, Identifikasi Faktor Bahaya di Tempat Kerja, 2012.
4. PT. Katindo Megah Utama, Modul Pelatihan Calon Ahli K3 Umum, Norma K3
Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya.
5. Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja DKI Jakarta, Materi Pelatihan Slide
Presentasi Pelatihan Calon Ahli K3 Umum, Bogor, 2015.
6. Sigitsafety.wordpress.com, Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja, 2010
D. Referensi Lainnya
1. Browsing Internet
A. Daftar Peralatan
B. Daftar Bahan