Senam Kaki PDF
Senam Kaki PDF
ABSTRAK
Latar Belakang: Kondisi hyperglikemi kronis pada penderita diabetes melitus menyebabkan
komplikasi yang mengenai hampir setiap sistim organ, salah satunya aterosklerotik sehingga
penderita DM akan berisiko mengalami komplikasi Pheriperal Arterial Disease (PAD)
ekstremitas bawah yang berakibat pada kakunya arteri sehingga terjadi peningkatan tahanan
pembuluh darah dan menurunkan tekanan volume pada ekstremitas bawah. Peningkatan
tahanan pembuluh darah arteri dapat terlihat dari nilai Ankle Brachial Pressure Index (ABPI)
>1,2 secara terus menerus dan secara berlahan-lahan turun <0,5 yang berarti arteri sudah
iskemia berat atau kritis
Tujaun: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas frekuensi senam kaki untuk
mengendalikan kadar gula darah dan menurunkan tekanan brachial pada pasien diabetes
melitus
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian merupakan penelitian Quasy Eksperimen dengan
desain time-series yang telah dimodifikasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan
diabetes mellitus yang berjumlah 15 responden. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan pair t-test.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan Tekanan brachial tidak menurun secara signifikan pada
pasien diabetes yang hanya melakukan senam kaki 1-3 kali seminggu p>0,05. Tekanan
brachial menurun secara signifikan pada pasien diabetes yang telah melakukan senam kaki
sebanyak 4 kali seminggu p<0,05. Senam kaki pada pasien diabetes mellitus dengan signifikan
dapat menurunkan kadar gula darah sewaktu sejak pertama kali treatment p<0,05
Kesimpulan: Senam kaki efektif menurunkan kadar gula darah dan menurunkan tekanan
brachial pada pasien diabetes melitus
Kata Kunci: Senam Kaki, Kadar Gula Darah, Tekanan Brachial Indeks
infeksi dan gangren (Amad, Evans, Beng, dan menurunkan tekanan brachial pada
Bloom dan Brown, 2012). pasien diabetes mellitus.
Penelitian yang dilakukan oleh Suzuki,
Egawa, Maegawa dan Kashiwaga (2003) METODE
ditemukan adanya hubungan PAD pada Penelitian ini menggunakan rancangan
penderita DM dengan penurunan volume quasy eksperimen berupa time-series yang
aliran darah di ekstremitas bawah sebesar telah dimodifikasi. Menurut Sugiyono (2013)
16%. Penderita DM mungkin memiliki dalam desain time-series sebelum diberi
kelainan arteri pada ekstremitas (Strandness perlakuan dilakukan pretest sampai 4 kali,
dalam Tsuchiya et al, 2004). Hal itu dengan maksud untuk mengetahui kestabilan
diakibatkan arteri yang kaku sehingga terjadi dan kejelasan keadaan kelompok sebelum
peningkatan tahanan pembuluh darah dan diberi perlakuan, namun dalam rancangan
menurunkan tekanan volume pada penelitian time-series yang telah dimodifikasi
ekstremitas bawah (Tsuchiya, Suzuki, Egawa, ini dilakukan dengan mengukur ABPI pre
Nishio dan Kashiwagi, 2004). kemudian dilakukan intervensi senam kaki
Lebih dari 50% amputasi yang dialami dan diukur lagi ABPI post sampai di dapatkan
oleh penderita DM dianggap dapat dicegah hasil yang signifikan.
dengan mengajarkan perawatan kaki dan Sampel dalam penelitian ini adalah
melakukan latihan fisik (ADA, 2012) serta pasien dengan diabetes di wilayah kerja
mempraktekannya setiap hari (Smeltzer and Puskesmas 1 Kembaran yang berjumlah 15
Bare, 2003). Pamela dan Zucker-Levin responden. Instrument dalam penelitian ini
(2011) juga menyarankan untuk melakukan menggunakan SOP SOP senam kaki,
program senam di rumah yang berfokus pada spygmomanometer dan portabel doppler 8
mempertahankan atau meningkatkan MHz Hi-dop BT 200 untuk mengukuran skor
jangkauan gerak di pergelangan kaki dan ABPI dan alat pengukur gula darah atau
kaki. Menurut Yamashita, Yokoyama, glucometer dengan merk gluko Dr. Data
Kitaoka, Nishiyama, dan Manabe (2005) dalam penelitian ini dianalisis dengan
dengan foot exercise yang dilakukan oleh menggunakan pair t-test.
perawat pada penderita kompresi kaki dapat
meningkatkan kecepatan aliran darah di vena HASIL
femoralis. Hasil penelitian berdasarkan
Oleh sebab itu penting untuk menguji karakteristik responden menemukan sebagian
teori tersebut apakah senam kaki dapat besar responden berusia 60-74 tahun
mengendalikan kadar gula darah dan apakah sebanyak 73.4% sedangkan pada jenis
senam kaki dapat menurunkan tekanan kelamin sebagian besar responden berjenis
brachial pada pasien diabetes mellitus serta kelamin perempuan yaitu 66.7% dan pada
berapakah frekuensi senam kaki yang paling karakteristik lama menderita DM adalah 2-4
efektif untuk mengendalikan kadar gula darah tahun sebanyak 46.5% (Tabel 1).
1,04
O7; 1,0353
1,03 O1; 1,0287
1,02
1,05
O7; 1,0427
1,04
1,03
Hasil analisis pada variabel kadar gula hasi; analisis perbedaan rata-rata penurunan
darah sebelum dan sesudah dilakukan senam kadar gula darah dari intervensi I sampai
kaki diperoleh hasil terdapat penurunan gula intervensi ke IV, menunjukkan bahwa senam
darah sewaktu yang signifikan p<0,05 setelah kaki pada diabetes mellitus dapat
dilakukan senam kaki pada pasien dengan menurunkan kadar gula darah yang signifikan
diabetes mellitus baik pada treatment I seketika sejak treatment pertama
sampai treatment ke IV (tabel 3). Tren line
Tabel 4 . Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Kaki
Treatmen Variabel Mean SD t Sig.
CI 95%
Lower Upper
Treatment I Kadar gula darah 18,667 11,580 12,254 25,079 6,243 ,000
sewaktu
Treatment II Kadar gula darah 11,933 3,826 9,815 14,052 12,080 ,000
sewaktu
Treatment III Kadar gula darah 15,267 12,027 8,607 21,927 4,916 ,000
sewaktu
Treatment VI Kadar gula darah 13,867 23,108 1,070 26,663 2,324 ,036
sewaktu
300
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
pre post pre post pre post pre post
Gambar 3. Grafik Penurunan tekanan Brachial Pre dan Post Senam Kaki
yang dilakukan oleh Fitriyani (2012) pada hal ini didukung oleh penelitian Murasea et
orang yang aktivitas sehari-harinya ringan al (2012) yang menemukan perubahan
memiliki risiko 2,68 kali untuk menderita DM konsentrasi plasma pada penderita DM
tipe 2 dibandingkan dengan orang yang dengan ABI normal yang dihubungkan
aktivitas fisik sehari-hari. Gaya hidup sewaktu dengan aliran darah dan kerusakan sirkulasi
muda dengan banyak makanan instan perifer berupa peningkatan kekakuan dan
dengan kadar lemak juga dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah di ektremitas
kejadian DM, untuk itu perlu dilakukan usaha bawah. Perkembangan penyakit vaskuler
perubahan gaya hidup sejak dini, salah tersebut merupakan akibat tidak berfungsinya
satunya olah raga secara rutin. Karena dapat sel endothel, karena sel tersebut berperan
menjaga kestabilan kadar gula darah dalam homeostatis vaskuler dan memfasilitasi
sekaligus membakar lemak berlebih. aliran darah untuk menyalurkan nutrisi, juga
Tingginya kejadian DM tersebut mencegah otot halus dan migrasi sel darah
didukung penelitian yang dilakukan putih, proliferasi dan trombosis dengan Nitric
Wicaksono (2011) bahwa orang yang berusia Oxide (NO) sebagai mediator fungsi vaskuler.
≥ 45 tahun mempunyai risiko 9 kali terjadinya Kondisi tersebut didukung penelitian yang
DM dibandingkan umur 45 tahun. Dari data dilakukan oleh Allen et al (2014) bahwa pada
hasil Riskesdas (2013) juga menunjukkan penderita DM tipe 2 terjadi ketidakmampuan
prevalensi DM yang meningkat seiring usaha peningkatan NO pada pembuluh darah.
bertambahnya umur. NO merupakan gas radikal bebas dan
Penelitian ini juga ditemukan lama sangat efektif, gas ini berumur pendek
menderita DM 2 – 4 tahun sebesar 46.5%, hal dihasilkan dalam endotelium arteri, yang
ini dimungkinkan mulai terjadi pembentukan dapat mengirimkan sinyal ke sel lain dengan
atherosklerosis dan penurunan ABI, karena menembus membran dan mengatur fungsi sel
pada penderita DM terjadi penurunan rata- sehingga akan mengakibatkan relaksasi
rata ABI sebesar 0,04 per tahun dan dinding arteri dengan cara mengkatalisis
penderita yang mengalami DM selama 2 reaksi dengan mengkonversi L-arginine
tahun dengan ABI normal memiliki menjadi citrulline dan NO serta memerlukan
perkembangan PAD yang signifikan (Hoe et bantuan calmodulin dan
al, 2012). pteridintetrahydrobiopterin sebagai kofaktor
Pada Skor ABI kanan pre dijumpai ABI (Yasa, 2013). Efek biologis dari NO antara
< 1 sebanyak 4 responden dan 11 responden lain; mencegah disfungsi endotel,
lainnya yaitu ≥ 1 dan <1.3 sedangkan pada menghambat beberapa molekul adesi (e-
ABI kiri pre dijumpai ABI < 1 sebanyak 7 selektin, ICAM, VCAM), menghambat
responden dan 8 responden lainnya yaitu ≥ 1 pengikatan monosit maupun PMN,
dan <1. Penelitian ini hanya menjumpai ABI menghambat terjadinya agregasi trombosit
rendah dan ABI normal, akan tetapi pada ABI sehingga mencegah terjadinya hiperkoagulasi
tersebut dimungkinkan adanya perubahan darah, vasodilatasi, mencegah oksidasi LDL
aliran darah dan resistensi pembuluh darah, sehingga dapat menghambat pengikatan
secara kontinyu sangat dianjurkan pada tambahan energi bagi sel-sel otot yang
penderita DM diluar aktivitas rutin sehari-hari. digunakan pada saat senam kaki, juga
Dan pelaksanaan senam kaki tersebut hanya didukung dengan peningkatan tekanan sistolik
dilakukan dengan peneliti dengan frekuensi setelah treatment senam kaki 5 – 10 mmHg.
latihan yang sudah disepakati bersama yaitu Menurut Dr. Nur Anna senam kaki
3 hari sekali dengan waktu sekali senam kaki merupakan gerakan untuk melatih otot kecil
antara 15 - 20 menit dengan tujuan untuk kaki dan memperbaiki sirkulasi darah yang
mengendalikan bias yang terjadi selama dilakukan dalam berbagai posisi seperti
penelitian. duduk, berdiri maupun tiduran (IT Dept RSI
Senam kaki yang dilaksanakan dalam Sultan Agung, 2010), dengan tujuan untuk
penelitian ini selain posisi duduk juga berdiri meningkatkan pemulihan dan mengembalikan
dibelakang kursi dengan berpegangan kursi kapasitas kerja otot (Grunovas et al, 2006),
dengan tujuan mencegah risiko jatuh, karena mempercepat penyembuhan luka (Pamela
mempertimbangkan kondisi fisik lansia yang dan Zucker-Levin, 2011) dan meningkatan
sudah memulai menurun. Selain itu senam kepadatan volume mitokondria dan kapasitas
kaki ini juga dilakukan dengan gerakan slow- oksidatif pada jaringan otot kaki, ekstraksi
strech-hold yang memungkinkan penderita oksigen perifer, vasodilator perifer, kapasitas
untuk menggunakan beban berat badan otot, curah jantung, penurunan kejadian
sebagai body-weightbearing yang dimulai restenosis dan tekanan akhir diastolik
dengan gerakan yang pelan kemudian (Hansen, Dendale, Loon, dan Meeusen,
dengan kekuatan ototnya gerakan tersebut 2010). Olahraga di kursi juga dianjurkan pada
semakin ditingkatkan dan diakhiri dengan pasien DM yang mengalami komplikasi
gerakan penahanan posisi. penyakit pembuluh darah oleh ADA (2013).
Intervensi senam kaki ini merupakan Selain itu olahraga dengan cara
aplikasi tindakan keperawatan berupa melawan tekanan juga dapat meningkatkan
Exercise promoting: Stretching (Bulechek et massa tubuh tanpa lemak dengan demikian
al, 2013) yang dilakukan secara sistematik menambah laju metabolisme istirahat.
dan teratur dengan gerakan slow-strech-hold Sehingga dapat menurunkan berat badan,
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot. mengurangi rasa stress dan mempertahankan
Dalam melakukan gerakan senam kaki kesegaran tubuh. Olah raga juga akan
selama 15 – 20 menit sel-sel otot kaki mengubah kadar lemak darah, yaitu
membutuhkan energi berupa suplai darah meningkatkan kadar HDL-kollesterol dan
yang berasal dari jantung disalurkan melalui menurunkan kadar kolesterol total serta
arteri femoralis menunju ke poplitea dan trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting
dorsalis pedis. Keadaan tersebut terlihat jelas bagi penderita DM mengingat adanya
dengan adanya kenaikan nadi setelah peningkatan risiko untuk terkena penyakit
treatment senam kaki 4 – 10 kali/menit, kardiovaskuler (Smeltzer dan Bare, 2003).
menunjukkan bahwa jantung dalam hal ini Hasil uji paired t test dapat diketahui
sebagai sirkulasi sentral telah memberikan terdapat perbedaan yang signifikan skor ABI
kanan dan kiri setelah treatment senam kaki secara kontinyu dan sistematis setiap harinya,
4 kali dengan nilai signifikansi p < 0,05. Hal sehingga aliran darah di ektremitas bawah
ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan akan lancar dan manifestasi komplikasi kaki
senam kaki 4 kali, maka aliran darah di berupa kesemutan tidak terjadi.
ekstremitas sudah meningkat dan Lancarnya aliran darah tersebut juga
dimungkinkan telah terjadi peningkatan didukung temuan klinis saat pelaksanaan
pertahan antioksidan (oksidatif stress penelitian dijumpai responden yang pada
menurun), kemampuan NO meningkat, awalnya mengalami kesemutan atau rasa
terjadinya peningkatan tekanan pada arteri “ngetipel” di kaki, setelah melakukan senam
sehingga terjadi pelebaran pada dinding arteri kaki 4 kali kesemutan atau rasa “ngetipel” di
dan tekanan pembuluh darah di perifer. kaki tersebut hilang, perubahan ini
Seperti pada tabel 4.2 dan grafik 4.1 disebabkan senam tersebut berpengaruh
serta grafik 4.2 diatas dapat diketahui terjadi pada dinding pembuluh darah, berupa
penurunan skor ABI pada rata-rata ABI > 1.0 peningkatan tekanan pada arteri sehingga
setelah dilakukan senam kaki. Hal ini dapat menyebabkan pelebaran pada dinding
didukung oleh penelitian Kurniarso (2011) arteri dan tekanan pembuluh darah perifer
tentang senam kaki pada pasien ulkus kaki (Thijssen, Cable dan Green, 2012). Dan juga
diabetes di RS Khusus Bedah Jatiwinangun adanya peningkatan kecepatan aliran darah di
pada responden dengan ABI > 1.0 dengan vena femoralis. (Yamashita et al, 2005)
hasil penelitian menurunkan ABI. Penurunan sehingga aliran darah pada ekstremitas
ABI tersebut menunjukkan telah terjadi bawah lancar.
pelebaran pembuluh darah karena peran NO Hasil penelitian juga menunjukkan
yang merupakan gas radikal bebas dan senam kaki yang dilakukan pada pada pasien
sangat efektif, gas yang berumur pendek ini dengan diabetes mellitus dapat menurunkan
telah dapat bekerja mengatur fungsi sel kadar gula darah sewaktu sejak pertama kali
sehingga mengakibatkan relaksasi dinding treatment hal ini dikarenakan efek dari senam
arteri, menghambat terjadinya agregasi kaki tersebut dapat meningkatkan sensitifitas
trombosit sehingga mencegah terjadinya sel terhadap insulin sehingga gula darah akan
hiperkoagulasi darah, dan mencegah masuk ke sel untuk dilakukan proses
terbentuknya stress oksidatif sehingga metabolisme. Hal senada juga dikemukaan
mencegah kematian endotel (apoptosis oleh Stein, (2001) yang mengatakan bahwa
intriksi), dan dengan kenaikan NO ini maka program olah raga berintensitas sedang
ADMA yang merupakan penghambat memberikan berbagai efek yang bermanfaat,
terhadap sintesis NOS dapat diturunkan termasusk peningkatan sensitifitas insulin dan
dengan senam kaki seperti yang telah perbaikan pengendalian glikemia
diuraikan oleh Yasa (2013). Karena gas NO Hasil penelitian ini juga memberikan
tersebut berumur pendek maka untuk tetap gambaran seiring dengan dilakukanya
menjaga NO tetap tinggi dan ADMA rendah, treatment atau senam kaki, kadar gula darah
maka diperlukan senam kaki yang dilakukan pasien juga semakin setabil. Hal tersebut